“Tes Bakat”
Dosen Pengampu :
Andhika Anggawira, M. Psi., Psikolog.
Oleh :
Kelas A
Kelompok 4
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS PUTRA INDONESIA YPTK PADANG
2021/2022
Kata Pengantar
Penulis
ii
Daftar Isi
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
Kita sering mendengar kata ‘bakat’ pada kehidupan seharihari, tapi ketika
ada orang lain menanyakan defi nisi atau pengertian bakat, kita kadang hanya bisa
menjawab bahwa bakat itu ya bakat, minat atau kesukaan dan hobby. Bakat juga
dapat diartikan sebagai kemampuan bawaan yang dimiliki oleh masing-masing
orang/individu. Konsep bakat muncul karena ketidakpuasan terhadap tes
inteligensi yang menghasilkan skor tunggal yaitu IQ. Semula IQ inilah yang
digunakan sebagai dasar pertimbangan dalam perencanaan di berbagai bidang.
Namun IQ tidak dapat memberikan banyak informasi, jika ada dua orang
mempunyai IQ yang sama, tetapi prestasi belajar atau prestasi kerjanya berbeda
(Anastasi, 1997). Bakat atau aptitude merupakan kemampuan bawaan untuk
mempelajari bidang tertentu dengan cepat dan mudah (Mcmullin et al., 2012).
Jika bakat anak didik dapat diketahui sejak dini, maka jalur pendidikan yang akan
ditempuh oleh anak didik akan dapat diarahkan dengan baik. Apabila anak didik
dapat mengikuti program pendidikan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki,
maka motivasi belajarnya cenderung meningkat.
Apabila program pendidikan yang dipilih sesuai dengan bakat yang
dimiliki dan diikuti dengan motivasi belajar yang tinggi, maka kompetensi yang
dicapai akan lebih baik dan waktu belajarnya akan lebih singkat. Dengan
demikian, sumber daya pendidikan yang dialokasikan dapat digunakan dengan
lebih efisien (Candiasa, 2016). Bahwa bakat merupakan faktor penting dalam
pendidikan sudah banyak dikaji, dan bahkan sudah banyak dikembangkan tes
bakat untuk mengetahui bakat anak didik. Akan tetapi, tes bakat yang sudah ada
tersebut sebagian besar dikembangkan oleh peneliti dari luar negeri. Sedangkan
untuk tes bakat yang dikembangkan sesuai dengan sistem dan kultur pendidikan
di Indonesia belum banyak dikembangkan. Selain itu tes bakat yang
1
dikembangkan masih merupakan tes bakat konvensional yang harus dikerjakan
secara manual atau lebih sering dikenal dengan paper and pencil test.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
2
BAB 2
PEMBAHASAN
Konsep bakat muncul karena ada rasa tidak puas terhadap hasil tes
intelegensi yang hanya mengukur kemampuan umum dan menghasilkan
skor berupa IQ (Widyastuti, dalam Wahyuni, 2013:63) tes bakat dirancang
untuk mengukur potensi prestasi. Sedangkan tes IQ merupakan tes
terstandarisasi yang dirancang untuk mengukur intelegensi. Tes-tes bakat
untuk mengukur kemampuan yang lebih spesifik dan terbatas ketimbang
tes intelegensi, secara tradisional, tes intelegensi mengukur konstruk yang
lebih global seperti intelegensi umum. Pada awalnya hasil tes intelegensi
digunakan sebagai dasar untuk mengambil keputusan diberbagai bidang,
namun pengalaman kemudian menunjukkan bahwa dua orang yang
memiliki skor intelegensi sama ternyata memiliki prestasi kerja atau
prestasi belajar yang tidak sama.
Kemunculan tes bakat diawali oleh keadaran para psikolog bahwa
tes inteligensi hanya mengukur aspek tertentu dari inteligensi . dalam hal
ini, tidak semua fungsi penting terwakili karena cakupannya yang agak
terbatas. Sebenarnya, tes bakat muncul tanpa disadari. Hal ini terlihat dari
sejumlah tes yang disebut tes inteligensi selama tahun 1920 an selanjutnya
dikenal sebagai tes bakat sekolah. Bahkan , sebelum PD I, para psikolog
mulai mngakui perlunya tes-tes bakat khusus untuk digunakan dalam
konseling pekerjaan dan dalam seleksi dan klasifikasi personil industri dan
militer.
Aplikasi praktis tes selanjutnya menunjukkan perlunya
dikembangkan tes multi bakat (multiple aptitude tes) karena sarana untuk
menyusun tes semacam ini telah tersedia. Penyelidikan seperti ini dimulai
3
oleh psikolog inggris Charles Sperman (1904-1927) selama dasawarsa
pertama abad ke 20 . Perkembangan metodologis selanjutnya yang
didasarkan pada karya para psikolog Amerika seperti T.L.Kelley (1982)
dan L . L. Thurstone (1938, 1947), dan juga pada karya peneliti Amerika
dan Inggris lainnya, sudah dikenal sebagai analisis faktor. Salah satu
hasil praktis utama dari analisis faktor adalah baterai multibakat (multiple
aptitude batteries), yang dirancang untuk memberikan ukuran dari sikap
seseorang dalam setiap kelompok sifat, sebagai ganti skor total atau IQ,
skor yang terpisah diperoleh untuk sifat atau cirri seperti pemahaman
verbal, bakat numeral, visualisasi spasial, penalaran aritmetik dan
kecepatan perceptual. Dengan demikian baterai semacam ini memberikan
satu instrument yang sesuai untuk melakukan analisis intra individu , atau
diagnosis diferensial yang ingin didapatkan oleh para pengguna test
selama bertahun-tahun, dari tes-tes inteligensi dengan hasil yang kasar dan
kerap kali salah, selain itu baterai ini juga memasukkan banyak informasi
yang sebelumnya diperoleh dari tes-tes bakat khusus ke dalam
program testing yang komprehensif dan sistematik karena baterai multi
bakat mencakup sejumlah trait yang biasanya termuat dalam tes inteligensi.
Tes bakat (aptitude test) dapat didefinisikan sebagai kemampuan
belajar bawaan dalam bidang khusus yang diperlukan untuk memfasilitasi
belajar, kecerdikan, kepandaian, kesesuaian, kesiapan, kecenderungan,
alam atau diperoleh disposisi atau kapasitas untuk aktivitas tertentu.
Penilaian bakat dapat digunakan untuk memprediksi keberhasilan atau
menentukan jenjang pendidikan yang sesuai (Sutan, 2012 dalam jurnal
Haryanto, 2015:276). Tes bakat yang dirancang untuk mengungkapkan
prestasi belajar pada bidang tertentu dinamakan Scholasic Aptitude Test.
Contoh: tes potensi akademik (TPA), dan Graduate recort Examination
(GRE).
Tes bakat yang dipakai dalam bidang pekerjaan adalah Vocational
Aptitude Test. Contoh: Differential Aptitude Test (DAT), Kuder
Occupational Interest Survey, Flanagan Aptitude Clasification Test
4
(FACT), dan General Aptitude Test Battery (GATB). (Wahyuni, dkk,
2015:69-70).
5
tertentu. Bakatmerupakan salah stu wujud dari kemampuan manusia yang
sangat menonjol dibandingkan kemampuan-kemampuan lainnya.
Tes Bakat merupakan tes yang disusun untuk mengetahui
kemampuan individu dalam bidang-bidang khusus. Tes ini muncul karena
adanya perkembangan praktis maupun teoretis yang mengarahkan pada
bakat-bakat (aptitudes) yang dapat dipisah-pisahkan yang terdapat dalam
tes kecerdasan. Perkembangan ini mendorong penyusunan tes-tes terpisah
untuk mengukur beberapa bakat yang aplikasinya luas.
Melalui tes bakat, maka variasi intraindividual dapat terlihat di
dalam individu. Tes bakat dapat membandingkan posisi relatif individu
pada subtessubtes yang berbeda, yang mana tes inteligensi tidak dirancang
untuk kegunaan ini.
6
dengan mengukur bakat alami siswa. Tes bakat juga dapat
mengukur potensi siswa di masa depan, atau apa yang dapat dipilih
siswa untuk berkarir.
5) Frankel dan Wallen
Tes bakat adalah tes yang menilai kemampuan intelektual
yang secara khusus diajarkan di sekolah. Tes bakat dimaksudkan
untuk mengukur potensi individu yaitu keterampilan atau
kemampuan.
7
Orang yang dapat memilih, menyesuaikan dengan pekerjaan yang sesuai
dengan bakatnya akan membuat seseorang tersebut mempunyai semangat
kerja yang tinggi dan kepuasan kerjanya akan tercapai.
Hasil tes keseluruhannya dipergunakan sebagai informasi yang
berguna, bukan sebagai pembuat keputusan, karena bagaimanapun
keputusan tetap merupakan tugas individu sendiri. Tes bakat tidak dapat
menentukan dengan mutlak pekerjaan atau karir apa yang harus dijalani,
dan juga tidak memberikan jawaban atas pertanyaan yang sangat khusus.
1. Bidang Pendidikan
Untuk merencanakan atau membuat keputusan mengenai
pendidikan individu. Misalnya:
a) Tes inteligensi, tes bakat majemuk, tes bakat khusus, dan tes
kepribadian > warid belajar (konseling penjurusan / karir
pendidikan)
b) Tes prestasi belajar dapat digunakan untuk melihat prestasi umum,
kemampuan dasar, prestasi khusus.
c) Tes prestasi juga dapat menjadi tes bakat bila tes tersebut dapat
menjadi dasar yang cukup valid untuk meramal keberhasilan di
jenjang berikutnya. Contoh: orang yang lulus SPMB
berkemungkinan besar untuk dapat berhasil saat menempuh
perkuliahan di perguruan tinggi.
2. Bidang Pekerjaan
Dapat digunakan untuk merencanakan atau membuat keputusan
mengenai pekerjaan. Misalnya:
a) Inteligensi umum, bakat umum, dan bakat khusus dapat
memprediksikan kira-kira individu ini akan lebih sukses bila
menempati posisi di pekerjaan seperti apa.
b) Untuk menduduki posisi tertentu, maka individu harus memiliki
tingkat inteligensi dan menunjukkan bakat tertentu. Contoh: seorang
8
pilot harus memiliki batasan inteligensi tertentu, mampu bertindak
cepat, memiliki skor baik di tes mekanikal, memiliki skor cukup baik
di tes akurasi kerja, dan sebagainya.
3. Bidang Pengukuran Klinis atau Diagnostik
Digunakan untuk penegakan diagnostic dan penentuan penanganan
lebih lanjut. Misalnya:
a) Tes inteligensi dan tes bakat majemuk dapat menjadi data pendukung
untuk melihat suatu kondisi atau kasus-kasus yang bermasalah.
Kasus tertentu memiliki kecenderungan nilai tertentu pada tes
inteligensi dan tes bakat. Misal: kasus neuropsikologis, kesulitan
belajar, kasus anak luar biasa.
1. Single Test
a) Tes Kraeplin
Test Kraepelin merupakan bagian dari psikotes yang
diciptakan oleh seorang psikiater bernama Emilie Kraeelin. Tes ini
awalnya digunakan untuk mengetahui definisi mental seseorang.
Kemudian Richard Pauli mengembangkannya untuk mendiagnosa
kemampuan bekerja, dan hasil pengembangannya disebut dengan
Tes Pauli.
b) Tes Pauli
Tes Pauli adalah adanya suatu bentuk psikologi populer dan
sering digunakan dalam proses rekrutmen. Tes Pauli yakni dapat
dikembangkan pada tahun 1938 dengan Richard Pauli. Ini adalah
bentuk pengembangan dari tes Kraeplin yang dikembangkan
dengan Emil Kraeplin.
2. Batteray Test
a) Differential Aptitude Test (DAT)
9
Tes Bakat Diferensial merupakan salah satu seri Tes
Multipel Bakat yang paling banyak dipakai dalam bidang
pendidikan dan kerja.Tes Bakat Diferensial dirancang untuk
dipergunakan dalam konseling pendidikan bagi anak usia SMP dan
SMA. Penyusunnya adalah Bennet, Seashore dan Wesman pada
tahun 1947, yang dikembangkan di Indonesia dengan nama Tes
Bakat Diferensial.
b) General Aptitude Test Battery (GATB)
Tes ini adalah hasil dari penelitian yang dilaksanakan
beberapa tahun dalam karakteristik pekerja dan pengembangan tes.
Tes bakat baterai umum (GATB) adalah suatu tes yang
berhubungan dengan jabatan yang berorientasi pada beberapa tes
bakat baterai yang mengukur sembilan bakat dalam delapan tertulis
serta empat perangkat tes.
c) Flanagan Aptitude Clasification Test (FACT)
FACT merupakan suatu tes klasifikasi kemampuan dasar
yang dikembangkan oleh John. C. Flanagan. Tujuannya untuk
membantu sekolah dalam mengidentifikasi siswa yang memiliki
kecakapan, juga membantu siswa dalam menentukan pendidikan di
masa depan serta jurusan yang diminatinya.
d) Tes Kemampuan Diferensial (TKD)
Tes ini adalah rangkaian kemampuan diferensial yang praktis
untuk seleksi calon mahasiswa (1976 ketika masih TINTUM’69),
dan sebagai upaya pengembangan sumber daya manusia, tes ini
dapat juga digunakan untuk seleksi calon karyawan di dalam
membantu perusahaan, merekrut dan mengevaluasi karyawan,
promosi mutasi jabatan karyawan yang dipimpin oleh seorang tenaga
profesional (psikolog) di bidang rekrutmen atau manajer personalia
di suatu perusahaan atau kepala bagian di instansi pemerintahan.
10
2.7 Kelebihan dan kekurangan Tes Bakat
11
4) Tes tersebut harus dijaga tetap sesuai dan relevan dengan perkembangan
dunia bisnis yang terus berubah. Kebutuhan perusahaan sekarang ini bisa
jadi berbeda dengan kebutuhan setahun lalu.
5) Tes bakat hanya mengukur sampel perilaku yang ditunjukkan atau
sampel butir tes.
6) Standardisasi tes tergantung pada keadaan sampel standardisasi. Dengan
demikian perkembangan budaya dan kemajuan teknologi akan
mempengaruhi validitas tes.
7) Realibilitas tes jarang mempunyai koefisien reliabilitas sama dengan satu,
hal ini berarti testing lebih satu kali pada individu tidak akan
menunjukkan hasil yang sama persis.
8) Dengan pengukuran bakat bukan berarti telah memahami kondisi
psikologi seseorang secara komprehensif. Untuk tujuan diagnosis dan
prediksi, akan lebih akurat jika dilakukan pengukuran aspek untuk secara
komprehensif.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
13
DAFTAR PUSTAKA
Afifah. 2011. Studi Validitas Konstruk General Aptitude Test Battery (GATB)
Dengan Metode CFA.
Daulay, Nurussakinah. 2014. Implementasi Tes Psikologi Dalam Bidang
Pendidikan. Jurnal Tarbiyah. Vol. 21, No.2 : 402-421.
Jaya, S., Anwar, C., Hermawan, H. 2017. SISTEM PEMILIHAN PROGRAM
STUDI BERDASARKAN BAKAT, MINAT DAN KECERDASAN CALON
MAHASISWA BERBASIS ONLINE. Jurnal UMJ. Seminar Nasional Sains Dan
Teknologi. Fakultas Teknik Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Nur'aeni. 2012. Tes Psikologi: Tes Intelegensi dan Tes Bakat. Universitas
Muhammadiyah (UM) Purwokerto.
Murniarti, E. 2020. PENGERTIAN BAKAT, CIRI-CIRI ANAK BERBAKAT
IMPLIKASI PENDIDIKAN. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas
Kristen Indonesia.
https://www.gurupendidikan.co.id/kraepelin-test/
https://www.bundaeni.com/tes-bakat-minat-anak-7-tahun/
https://www.scribd.com/doc/243748287/TES-BAKAT-docx
https://www.universitaspsikologi.com/2018/04/pengertian-tes-bakat-minat-tes-
prestasi-tes-inteligensi.html
https://www.google.com/amp/s/www.kompasiana.com/amp/nuelsembiring/penger
tian-bakat-tes-bakat_5500e814813311681ffa7ee2
https://www.scribd.com/document/489038236/kekurangan-dan-kelebihan-semua-
alat-tes
14
➢ Lampiran Absen
Ketua
1. Vadila Annisa Asry 19101157510038
Kelompok
Anggota
3. Ajib Antoni 17101157510004
Kelompok
Anggota
4. Amelya Juwita 19101157510004
Kelompok
Anggota
5. Gusrika Safira 19101157510014
Kelompok
Anggota
8. Sonia Febriyanti 19101157510034
Kelompok
15
➢ Laporan dokumentasi zoom
16