Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KE- 13

PENDEKATAN DALAM KONSELING


“KONSELING REALITAS (KOREAL)”
Dosen Pembina: Lisa Putriani, M.Pd, Kons

DISUSUN OLEH:
NAMA : FARHAN MUHTADI
NIM : 18006259

JURUSAN BIMBINGAN DAN KONSELING


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2020
1. Apabila individu tidak mampu memenuhi
Dua konsep inti dari pendekatan KOREAL kebutuhannya,
1. 3R (Right, Reality, dan Responsibility) 2. Kehilangan hubungan dengan kenyataan,
2. Identitas Keberhasilan (Success Identity) 3. Tidak mampu menyadari sesuatu sebagaimana adanya,
dan Identitas Kegagalan (Failure Identity) 4. Akibatnya individu tidak mampu memainkan dasar-
dasar 3R dalam kehidupannya.

Tingkah Laku
Perkembangan
Salah Suai
Kepribadian

KONSELING
REALITAS

Proses dan Cara


Tujuan Teknik Menganalisis
Konseling Konseling Masalah

Ada dua strategi konseling


Mengajar seseorang dengan cara- realitas, yaitu membangun relasi atau
cara terbaik untuk memenuhi lingkungan konseling dan
kebutuhannya dan membantu mereka prosedur WDEP (Want, Doing and
secara efektif memperoleh apa yang Direction, Evaluation, Planning) sebagai
diinginkan dalam hidup suatu sistem yang fleksibel
pelaksanaannya.
KONSELING REALITAS
A. Perkembangan Kepribadian
Model konseling realitas ini dirumuskan oleh William Glasser, dengan
lebih berorientasi pada pengubahan tingkah laku klien melalui proses latihan.
Ukuran dari suatu tingkah laku salah suai atau betul suai tergantung dari
bagaimana tingkah laku itu sesuai dengan norma, tanggung jawab dan berada
dalam kenyataan. Penyebab tingkah laku lebih banyak disebabkan oleh
bagaimana pengasuhan oleh orangtua, khususnya melalui cinta, disiplin,
keteladanan dan tanggung jawab (Taufik, 2012: 217).
Dalam penggunaannya, ancangan konseling Realitas dapat
digunakan untuk membantu konseli dengan beragam masalah psikologis.
Dari masalah emosional yang sifatnya ringan hingga masalah emosional
yang berat. Demikian pula ancangan tersebut berguna bagi penanganan
gangguan perilaku pada orang-orang yang sudah lanjut usia dan anak-
anak, dan masalah-masalah yang berhubungan dengan kecanduan alkohol dan
obat-obatan.
Perkembangan kepribadian merupakan fungsi dari bagaimana individu
belajar untuk memenuhi kebutuhannya. Menurut Hansen dkk (1977, dalam
Taufik, 2012 : 218), dua konsep pokok yang menjadi inti dari pendekatan
realitas adalah :
1. 3R (Right, Reality, dan Responsibility)
Tingkah laku yang mencerminkan “success identity” adalah yang
diwarnai oleh right, reality, dan responsibility. Right adalah kebenaran dari
tingkah laku seseorang dengan standar norma yang berlaku baik itu norma
agama, hukum adat, dan sebagainya. Reality adalah kenyataan, yaitu
individu bertingkah laku sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedangkan
responsibility atau bertanggung jawab, yaitu tingkah laku dalam memnuhi
kebutuhan dengan menggunakan cara yang tidak merugikan orang lain.
Dalam banyak cara pendekatan, Glasser (dalam Taufik, 2012 : 219)
didasarkan pada eksistensial dan premis penomenologis. Ia beranggapan
bahwa manusia memiliki kecenderungan untuk memilih tujuan-tujuannya
dan mengarahkannya dalam hidup. Esensinya adalah klien-klien belajar
bagaimana mencapai kebebasan dimana orang lain tidak terganggu dalam
kegiatan tersebut.
2. Identitas Keberhasilan (Success Identity) dan Identitas Kegagalan
(Failure Identity)
Dalam proses perkembangan hidup seorang individu, terdapat
kecenderungan dalam dirinya untuk menganut suatu perasaan yang disebut
dengan success identity dan failure identity. Orang yang mempunyai
identitas keberhasilan, melihat dirinya sebagai orang yang sanggup
memberi dan menerima cinta, perasaan dimana mereka berarti bagi orang
lain, merasa diri berharga, merasa dibutuhkan orang lain, dan memenuhi
kebutuhannya dengan menggunakan cara-cara yang tidak mengorbankan
orang lain.
Orang yang mempunyai identitas kegagalan, mereka melihat dirinya
tidak dicintai, ditolak, tidak diinginkan, tidak dapat intim dengan orang
lain, tidak berkompeten, tidak memiliki komitmen, dan umumnya tidak
berdaya. Individu dengan identitas kegagalan menghadapi suatu tantangan
hidup dengan keputusasaan, dan sering tidak dapat menyelesaikan secara
baik keadaan diri (self-fulfilling).

B. Tingkah Laku Salah Suai


Menurut Prayitno (1998: 76) perkembangan salah suai atau kasus
berdasarkan teori ini adalah :
1. Apabila individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya,
2. Kehilangan hubungan dengan kenyataan,
3. Tidak mampu menyadari sesuatu sebagaimana adanya,
4. Akibatnya individu tidak mampu memainkan dasar-dasar 3R dalam
kehidupannya.
Prayitno (1998: 76) juga mengemukakan sebab-sebab terjadinya
tingkah laku salah suai, yaitu :
1. Keterlibatan dengan orang lain tidak semestinya; tidak pernah bertingkah
laku secara bertanggung jawab.
2. Kegagalan orang tua, guru, dan suasana sekolah dalam memenuhi
kebutuhan anak/siswa.
3. Kegagalan individu memperoleh hubungan yang baik dengan orang-orang
yang baginya amat penting.

C. Tujuan Konseling
Tujuan utama dari konseling realitas adalah mengajar seseorang
dengan cara-cara terbaik untuk memenuhi kebutuhannya dan membantu
mereka secara efektif memperoleh apa yang diinginkan dalam hidup (Taufik,
2012: 224).
Corey (dalam Taufik, 2016) mengemukakan bahwa Tujuan Konseling
Kelompok Realitas, yaitu:
1. Membimbing Klien ke arah yang lebih realistik dan bertingkah laku
bertanggung jawab dan mengembangkan suatu identitas keberhasilan.
2. Untuk membantu membuat pertimbangan nilai tentang tingkah laku-
tingkah laku Individu kemudian memusatkan suatu rencana untuk
mengubah tingkah laku yang tidak tepat.
Menurut Prayitno (1998: 77) tujuan yang ingin dicapai melalui
konseling realitas adalah :
1. Mengajar atau melatih klien apa-apa yang seharusnya dilakukan dalam
hidupnya dalam waktu yang singkat.
2. Mengajar atau melatih klien memenuhi kebutuhannya dengan
menggunakan pedoman 3R.

D. Proses dan Teknik Konseling


Taufik (2012: 226) menjelaskan bahwa dalam proses konseling perlu
ditekankan bahwa hanya klien sendiri yang dapat membuat dirinya bahagia
dan hanya apabila ia mau menghadapi kenyataan dan bertanggung jawab pada
dirinya sendiri. Konselor harus dapat menciptakan suasana yang hangat dan
memahami lingkungan, serta meyakinkan klien bahwa ia mempunyai
kemampuan untuk bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri.
Glasser dan Wubbolding (dalam Corey, 2009) merumuskan prosedur
tersebut dalam sebuah akronim WDEP (wants, direction and doing,
evaluation, and planning).
1. Wants (mengeksplorasi keinginan, kebutuhan, dan persepsi) Pertanyaan
yang dilontarkan kepada klien adalah “apa yang diinginkannya?”. Dalam
prosesnya klien didorong untuk mengenali, mendefinisikan, dan
mendefinisikan ulang harapan yang diinginkan klien. Eksplorasi ini
berlangsung secara kontinu selama proses konseling sejalan dengan
perubahan yang dialami klien.
2. Direction and doing Pertanyaan yang dikemukakan terapis pada tahap ini
adalah “apa yang dilakukan klien”. Meskipun masalah yang dihadapinya
sekarang berkaitan dengan kehidupan sebelumnya, namun klien harus
belajar untuk mengatasi masalah mereka sekarang dengan mempelajari
cara terbaik untuk mencapai keinginan mereka. Masa lalu didiskusikan
jika hal itu membantu klien untuk membuat perencanaan yang lebih baik
dimasa sekarang dan akan datang. Di awal konseling juga sangat penting
untuk mendiskusikan arah kehidupan klien secara keseluruhan, termasuk
apa tujuan mereka dimasa yang akan datang dan apa yang mereka
lakukan untuk mencapainya.
3. Evaluation Selanjutnya klien juga diminta untuk mengevaluasi perilaku
mereka dalam kaitannya dengan tujuan yang mereka inginkan. dapat
dilakukan dengan menanyakan apakah perilaku mereka sekarang dapat
membantu untuk mencapai harapan atau tujuan yang diinginkannya,
apakah perilaku yang ditampilkan cukup realistis, atau apakah pikiran,
perasaan, dan tindakan mereka sejalan atau tidak. Dalam hal ini terapis
melakukan konfrontasi antara perilaku yang ditampilkan dengan
konsekuensi yang diperoleh, kemudian menilai kualitas tindakan mereka.
Melalui proses ini klien melakukan self-assessment yang membantu
mereka untuk bersedia melakukanperubahan.
4. Planning and commitment Ketika klien sudah menentukan apa yang
harus mereka rubah, maka umumnya mereka lebih siap untuk
mengeksplorasi alternatif perilaku lain yang dapat dilakukan dan
membuat perencanaan. Dengan membuat perencanaan bersama dengan
konselor, maka diharapkan klien dapat memiliki komitmen untuk
melaksanakan rencana yang telah dibuatnya. Meski demikian ketika klien
belum menunjukkan komitmennya maka konselor mengingatkan akan
tanggung jawab. terhadap tindakan dan pilihannya.

E. Cara Menganalisis Masalah Klien dengan Model Koreal


Ada dua strategi konseling realitas, yaitu membangun relasi atau
lingkungan konseling dan prosedur WDEP (Want, Doing and Direction,
Evaluation, Planning) sebagai suatu sistem yang fleksibel pelaksanaannya.
1. Want (keinginan)
Langkah mengeksplorasi keinginan yang sebenarnya dari klien—
ingat pada umumnya manusia membicarakan hal-hal yang tidak
diinginkan—. Konselor memberikan kesempatan kepada klien untuk
mengeksplorasi tentang keinginan yang sebenarnya dari dengan bertanya
(mengajukan pertanyaan) bidang-bidang khusus yang relevan dengan
problema atau konfliknya : misalnya teman, pasangan, pekerjaan, karir,
kehidupan spiritual, hubungan dengan atasan dan bawahan, dan tentang
komitmennya untuk memenuhi keinginan itu.
2. Doing and Direction(melakukan dengan terarah) 
Langkah dimana klien diharapkan mendeskripsikan perilaku secara
menyeluruh berkenaan dengan 4 komponen perilaku-pikiran, tindakan,
perasaan dan fisiologi yang terkaait dengan hal yang bersifat umum dan
hal bersifat khusus. Konselor memberi pertanyaan tentang apa yang
dipikirkan, dirasakan, dilakukan, dan keadaan fisik yang dialami untuk
memahami perilaku klien secara menyeluruh dan kesadarannya terhadap
perilakunya itu.
3. Evaluation (Evaluasi)
Evaluasi diri klien-merupakan inti terapi realitas. Klien di dorong
untuk melakukan evaluasi terhadap perilaku yang telah dilakukan terkait
dengan efektifitasnyadalam memenuhi kebutuhan atau keinginan-
membantu atau bahkan menyulitkan, ketepatan dan kemampuannya, arah
dan keterarahannya, persepsinya, dan komitmennya dalam memenuhi
keinginan serta pengaruh terhadap dirinya. Pertanyaan tentang hal-hal
yang bersifat evaluasi “diri” disampaikan dengan empatik, kepedulian, dan
penuh perhatian positif.
4. Planning (rencana)
Klien membuat rencana tindakan sebagai perilaku total dengan
bantuan konselor. Dalam membantu klien membuat rencana tindakan,
konselor mendasarkan pada kriteria tentang rencana yang efektif, yaitu :
(1) dirumuskan oleh klien sendiri, (2) realistis atau dapat dicapai, (3)
ditindak lanjuti dengan segera, (4) berada di bawah kontrol klien, tidak
bergantung pada orang lain— tindakan bertanggung jawab.
DAFTAR PUSTAKA

Corey, G. 2009. Theory and Practice of Counseling and Psychotherapy.


California: Brooks.
Prayitno. 1998. Konseling Pancawaskita. Padang: FIP IKIP Padang.
Taufik. 2012. Model-model Konseling. Padang: FIP UNP.
PERTANYAAN
1. Model konseling realitas ini dirumuskan oleh…
a. Sigmund Freud
b. Erikson
c. Carl Roger
d. William Glasser
2. Proses konseling ini menekankan bahwa individu sendirilah yang membuat
dirinya…
a. Bahagia
b. Sengsara
c. Merana
d. Susah
3. Bagaimana cara menganalisis masalah klien?
Jawab:
Dengan menggunakan dua strategi konseling realitas, yaitu membangun relasi
atau lingkungan konseling dan prosedur WDEP (Want, Doing and Direction,
Evaluation, Planning) sebagai suatu sistem yang fleksibel pelaksanaannya.
4. Apa saja yang menyebabkan terjadinya tingkah laku salah suai?
Jawab:
b. Keterlibatan dengan orang lain tidak semestinya; tidak pernah bertingkah
laku secara bertanggung jawab.
c. Kegagalan orang tua, guru, dan suasana sekolah dalam memenuhi
kebutuhan anak/siswa.
d. Kegagalan individu memperoleh hubungan yang baik dengan orang-
orang yang baginya amat penting.

Anda mungkin juga menyukai

  • PDKT 2
    PDKT 2
    Dokumen8 halaman
    PDKT 2
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Tugas 8 Kelompok 4
    Tugas 8 Kelompok 4
    Dokumen7 halaman
    Tugas 8 Kelompok 4
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • PDKT 1
    PDKT 1
    Dokumen8 halaman
    PDKT 1
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Slta Tugas 7
    Slta Tugas 7
    Dokumen3 halaman
    Slta Tugas 7
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Tugas 13
    Tugas 13
    Dokumen7 halaman
    Tugas 13
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Tugas 9
    Tugas 9
    Dokumen8 halaman
    Tugas 9
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Tugas 10
    Tugas 10
    Dokumen7 halaman
    Tugas 10
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Tugas 8
    Tugas 8
    Dokumen7 halaman
    Tugas 8
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Kesmen 4
    Kesmen 4
    Dokumen4 halaman
    Kesmen 4
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Pemahaman Materi 1 TI
    Pemahaman Materi 1 TI
    Dokumen1 halaman
    Pemahaman Materi 1 TI
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Kesmen 5
    Kesmen 5
    Dokumen6 halaman
    Kesmen 5
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Teklab 3 Farhan
    Teklab 3 Farhan
    Dokumen6 halaman
    Teklab 3 Farhan
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • Kesmen 2
    Kesmen 2
    Dokumen5 halaman
    Kesmen 2
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • PDKT 10
    PDKT 10
    Dokumen10 halaman
    PDKT 10
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat
  • 14
    14
    Dokumen10 halaman
    14
    Stevano Ojo
    Belum ada peringkat