Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

STRUKTUR PERKERASAN JALAN BETON ASPAL

Disusun untuk Memenuhi Tugas Rekayasa Perkerasan Jalan

DOSEN PEMBIMBING
HAMKA ST. MT.

DISUSUN OLEH:
KELAS SIPIL D

KELOMPOK 3

NAMA : IGNASIUS MA’DIKA

NIM : 218190134

NAMA : ABDUL RAHMAN

NIM : 218190110

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PAREPARE
2020
i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah dengan judul
“Rekayasa Perkerasan Jalan” dengan baik. Makalah ini diajukan guna memenuhi tugas
mata kuliah rekayasa perkerasan jalan.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu
sehingga makalah ini dapat diselesaikan sesuai dengan waktunya. Penulis menyadari dalam
penyusunan laporan ini tidak luput dari kesalahan dan kekurang sempurnaan, maka kritik
dan saran yang konstruktif dari semua pihak, akan penulis terima dengan senang hati untuk
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat
bagi penulis dan semua pihak yang membutuhkan serta dapat menjadi sumber inspirasi
untuk kedepan nantinya.

Parepare, 1 juni 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR...............................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI............................................................................................................................................................iii
BAB I........................................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN....................................................................................................................................................1
A. Latar Belakang..............................................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah........................................................................................................................................1
C. Tujuan..........................................................................................................................................................1
BAB II.......................................................................................................................................................................2
PEMBAHASAN.......................................................................................................................................................2
A. Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan...........................................................................................................2
B. Konstruksi Perkerasan Lentur Jalan (flexible pavement)............................................................................4
a) Lapisan Permukaan ( Surface )................................................................................................................5
b) Lapisan pondasi Atas ( Base Course)......................................................................................................7
c) Lapis Pondasi Bawah (Sub-Base Course)...............................................................................................8
d) Lapisan tanah dasar (Subgrade)............................................................................................................10
C. Kontruksi Perkerasan Kaku.......................................................................................................................11
a) Jenis dan fungsi lapisan perkerasan kaku..............................................................................................12
D. Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan......................................................................................................13
E. Jenis Pemeliharaan Jalan...........................................................................................................................13
BAB III...................................................................................................................................................................14
KESIMPULAN.......................................................................................................................................................14
A. Kesimpulan.................................................................................................................................................14
B. Saran..........................................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Jalan merupakan salah satu prasarana perhubungan darat yang mengalami


perkembangan pesat. Oleh sebab itu pembangunan sebuah jalan haruslah dapat
menciptakan keadaan yang aman bagi pengendara dan pejalan kaki yang memakai
jalan tersebut.
Untuk membuat jalan, agar jalan tersebut dapat dipakai hingga umur yang
direncankan diperlukan suatu perkerasan tertentu. Berdasarkan bahan pengikatnya
konstruksi perkerasan jalan dapat dibedakan menjadi 3, yaitu perkerasan lentur,
perkerasan kaku, dan perkerasan komposit.
Setiap perkerasan jalan mempunyai lapisan-lapisan yang berfungsi untuk
menerima beban lalu-lintas dan menyebarkannya ke lapisan di bawahnya terus ke tanah
dasar. Lapisan-lapisan tersebut mempunyai kontribusi yang sangat besar terhadap kekuatan
jalan, sehingga diperlukan material penyusun lapisan yang bermutu serta ketebalan yang
tepat.

B. Rumusan Masalah
1. Apa saja jenis dan fungsi lapisan perkerasan?
2. Apa saja penyusun lapis perkerasan?
3. Apa saja fungsi dari masing-masing lapis perkerasan?
4. Apa sajakah penyebab dari kerusakan jalan tersebut?
5. Bagaimanakah alternatif penanganan dan pemeliharaan kerusakan
6. jalan yang terjadi pada perkerasan jalan?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui jenis dan fungsi lapisan perkerasan.
2. Untuk mengetahui penyusun lapis perkerasan.
3. Untuk mengetahui fungsi dari masing-masing lapis perkerasan
4. Untuk mengetahui penyebab kerusakan jalan.
5. Untuk mengetahui penanganan dan pemeliharaan kerusakan pada perkerasan jalan

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis dan Fungsi Lapisan Perkerasan

Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang
digunakan untuk melayani beban lalu lintas. Agregat yang dipakai antara lain
adalah batu pecah, batu belah, batu kali dan hasil samping peleburan baja.
Sedangkan bahan ikat yang dipakai antara lain adalah aspal, semen dan tanah liat.
Apapun jenis perkerasan lalu lintas, harus dapat memfasilitasi sejumlah
pergerakan lalu lintas, apakah berupa jasa angkutan lalu lintas, berupa jasa angkutan
manusia, atau berupa jasa angkutan barang berupa seluruh komoditas yang diijinkan
untuk berlalu lalang disitu.
Dengan beragam jenis kendaraan dengan angkutan barangnya, akan
memberikan variasi beban ringan, sedang sampai berat. Jenis kendaraan penumpang
akan memberikan pula sejumlah variasi. Dan hal itu harus didukung oleh perkerasan
jalan, daya dukung perkerasan jalan raya ini akan menentukan kelas jalan yang
bersangkutan, misalnya jalan kelas 1 akan menerima beban besar dibanding jalan
kelas 2.
Maka dilihat dari mutu perkerasan jalan sudah jelas berbeda. Persyaratan
umum dari suatu jalan adalah dapatnya menyediakan lapisan permukaan yang selalu
rata dan kuat, serta menjamin keamanan yang tinggi untuk masa hidup yang cukup
lama, dan yang memerlukan pemeliharaan yang sekecil-kecilnya dalam berbagai
cuaca. Tingkatan sampai dimana kita akan memenuhi persyaratan tersebut
tergantung dari imbangan antara tingkat kebutuhan lalu lintas, keadaan tanah serta
iklim yang bersangkutan.
Sebagaimana telah dipahami bahwa yang dimaksud dengan perkerasan adalah
lapisan atas dari badan jalan yang dibuat dari bahan-bahan khusus yang bersifat
baik/konstruktif dari badan jalannya sendiri.

2
Berdasarkan bahan pengikatnya, konstruksi perkerasan jalan dapat

dibedakan atas :

a. Konstruksi perkerasan lentur (Flexible Pavement), yaitu perkerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikatnya. Lapisan-lapisan perkerasan

bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

b. Konstruksi perkerasan kaku (Rigit Pavement), yaitu perkerasan yang

menggunakan semen (Portland Cement) sebagai bahan pengikatnya. Pelat

beton dengan atau tanpa tulangan diletakkan diatas tanah dasat dengan atau

tanpa lapis pondasi bawah. Beban lalu lintas sebagian besar dipikul oleh

pelat beton.

c. Konstruksi perkerasan komposit (Composite Pavement), yaitu perkerasan

kaku yang dikombinasikan dengan perkerasan lentur dapat berupa

perkerasan lentur diatas perkerasan kaku atau perkerasan kaku diatas

perkerasan lentur.

Perbedaan utama antara perkerasan kaku dan lentur diberikan pada tabel 2.1

di bawah ini.

Tabel 2.1. Perbedaan antara perkerasan lentur dan perkerasan kaku

Perkerasan lentur Perkerasan kaku


1 Bahan pengikat Aspal Semen
2 Repetisi beban Timbul Rutting (lendutan Timbul retak-retak pada
pada jalur roda) Permukaan
3 Penurunan tanah Jalan bergelombang Bersifat sebagai balok
Dasar (mengikuti tanah dasar) diatas perletakan
4 Perubahan Modulus kekakuan Modulus kekakuan tidak
Temperature berubah. berubah.
Timbul tegangan dalam Timbul tegangan dalam
yang kecil yang besar
Sumber : Sukirman, S., (1992), Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit Nova, Bandung

3
B. Konstruksi Perkerasan Lentur Jalan (flexible pavement)

Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah perkerasan yang

menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya

bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar. Aspal itu

sendiri adalah material berwarna hitam atau coklat tua, pada temperatur ruang

berbentuk padat sampai agak padat. Jika aspal dipanaskan sampai suatu

temperatur tertentu, aspal dapat menjadi lunak / cair sehingga dapat membungkus

partikel agregat pada waktu pembuatan aspal beton. Jika temperatur mulai turun,

aspal akan mengeras dan mengikat agregat pada tempatnya (sifat termoplastis).

Sifat aspal berubah akibat panas dan umur, aspal akan menjadi kaku dan rapuh

sehingga daya adhesinya terhadap partikel agregat akan berkurang. Perubahan ini

dapat diatasi / dikurangi jika sifat-sifat aspal dikuasai dan dilakukan langkah-

langkah yang baik dalam proses pelaksanaan.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas

tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk

menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan yang ada dibawahnya,

sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar lebih kecil dari beban yang

diterima oleh lapisan permukaan dan lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :

Lapisan Permukaan (surface course)

Lapisan Pondasi Atas (base course)

Lapisan Pondasi Bawah (sub base course)

Lapisan Tanah Dasar (subgrade)

Gambar 2.1. Lapisan Konstruksi Perkerasan Lentur

4
a) Lapisan Permukaan ( Surface )

Lapisan permukaan terletak paling atas pada suatu jalan raya. Lapisan yang
biasanya kita pijak, atau lapisan yang bersentuhan langsung dengan ban kendaraan.

Lapisan ini berfungsi antara lain sebagai berikut :

1. Lapisan perkerasan penahan beban roda, dengan persyaratan harus


mempunyai stabilitas tinggi untuk menahan beban roda selama masa
pelayanan.
2. Lapisan kedap air, sehingga air hujan yang jatuh di atasnya tidak teresap ke
lapisan di bawahnya dan melemahkan lapisan tersebut
3. Lapis aus (wearing course), lapisan yang langsung menderita gesekan akibat
rem kendaraan sehingga mudah menjadi aus.
4. Lapis yang menyebarkan beban ke lapisan bawah, sehingga dapat dipikul
oleh lapisan lain dengan daya dukung yang lebih buruk
Untuk dapat memenuhi fungsi tersebut di atas, pada umumnya lapisan
permukaan dibuat dengan menggunakan bahan pengikat aspal sehingga
menghasilkan lapisan kedap air dengan stabilitas yang tinggi dan daya tahan yang
lama

Jenis lapis permukaan yang umum digunakan di Indonesia antara lain :

1. Lapisan bersifat nonstruktural, berfungsi sebagai lapisan aus dan kedap air.

 Aspal campuran panas (Hot Mix) dengan jenis A TB, A TS8, HRS, HRSS I
AC
 Aspal campuran dingin (Cold Mix) dengan jenis slurry seal, DGEM, OGEM
dan Macadam Emulsion
 Burtu (laburan aspal satu lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal yang ditaburi dengan satu lapis agregat bergradasi seragam,
dengan tebal maksimum 2 cm
 Burda (laburan aspal dua lapis), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal ditaburi agregat yang dikerjakan dua kali secara berurutan
dengan tebal padat maksimum 3,5 cm

5
 Latasir (lapis tipis aspal pasir), merupakan lapis penutup yang terdiri dari
lapisan aspal dan pasir alam bergradasi menerus dicampur, dihampar dan
dipadatkan pada suhu tertentu dengan tebal padat 1 – 2 cm
 Buras (laburan aspal), merupakan lapis penutup yang terdiri dari lapisan
aspal taburan pasir dengan ukuran butir maksimum 3/8 inch
 Latasbum (lapis tipis asbuton murni), merupakan lapis penutup yang terdiri
dari campuran asbuton dan bahan pelunak dengan perbandingan tertentu
yang dicampur secara dingin dengan tebal padat maksimum 1 cm
 Lataston (lapis tipis aspal beton), dikenal dengan hot rolled sheet (HRS)
merupakan lapis penutup yang terdiri dari campuran antara agregat
bergradasi timpang, mineral pengisi (filler) dan aspal keras dengan
perbandingan tertentu, yang dicampur dan dipadatkan dalam keadaan panas.
Tebal padat antara 2,5 – 3,0 cm

Jenis lapis permukaan di atas walaupun bersifat nonstruktural, namun dapat


menambah daya tahan perkerasan terhadap penurunan mutu, sehingga secara
keseluruhan menambah masa pelayanan dari konstruksi perkerasan. Jenis
perkerasan ini terutama digunakan untuk pemeliharaan jalan.

2. Lapisan bersifat struktural, berfungsi sebagai lapisan yang menahan dan


menyebarkan beban roda kendaraan.
 Penetrasi Macadam (Lapen), merupakan lapis perkerasan yang terdiri dari
agregat pokok dan agregat pengunci bergradasi terbuka dan seragam yang
diikat oleh aspal dengan cara disemprotkan di atasnya dan dipadatkan lapis
demi lapis. Di atas lapen ini biasanya diberi laburan aspal dengan agregat
penutup. Tebal lapisan satu lapis dapat bervariasi antara 4 – 10 cm.
 Lasbutag, merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan yang terdiri dari
campuran antara agregat, asbuton dan bahan pelunak yang diaduk, dihampar
dan dipadatkan secara dingin. Tebal pada tiap lapisannya antara 3 – 5 cm.
 Laston (Lapis aspal beton), merupakan suatu lapisan pada konstruksi jalan
yang terdiri dari campuran aspal keras dan agregat yang mempunyai gradasi
menerus, dicampur, dihampar dan dipadatkan pada suhu tertentu.

6
b) Lapisan pondasi Atas ( Base Course)

Lapisan perkerasan yang terltak di antara lapis pondasi bawah dan lapis
permukaan dinakamakan lapis pondasi atas(base course). Karena terletak tepat di
bawah permukaan perkerasan, maka lapisan ini amenerima pembebanan yang berat
dan paling menderita akibat muatan, oleh karena itu material yang digunakan harus
berkualitas sangat tinggi dan pelaksanaan konstruksi harus dilakukan dengan
cermat. Secara umum base course mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Bagian perkerasan yang menahan gaya lintang dari beban aroda dan
menyebarkannya ke lapisan di bawahnya.
2. Lapisan peresapan untuk lapisan pondasi bawah.
3. Bantalan terhadap lapisan permukaan.

Sebagaimana disebutkan di depan bahwasannya material yang digunakan


untuk lapis pondasi atas (base course) adalah material yang cukup kuat. Untuk lapis
pondasi atas tanpa bahan pengikat umumnya menggunakan material dengan CBR >
50% Palstisitas Index (PI) < 4%. Bahan-bahan alam seperti batu pecah, kerikil
pecah, stabilitas tanah dengan semen dan kapur dapat digunakan sebagai base
course.
Jenis lapis pondasi atas yang umum digunakan di Indonesia antara lain :
1. Agregat bergradasi baik, dapat dibagi atas batu pecah kelas A, batu
pecah kelas B dan batu pecah kelas C. Batu pecah kelas A mempunyai
gradasi yang lebih kasar dari batu pecah kelas B, dan batu pecah kelas B
lebih kasar dari batu pecah kelas C. Kriteria dari masing-masing jenis
lapisan di atas dapat diperoleh pada spesifikasi yang diberikan.
Sebagai contoh diberikan persyaratan gradasi dari lapisan pondasi atas
kelas B.

Lapis pondasi kelas B terdiri dari campuran kerikil dan kerikil pecah
atau batu pecah dengan berat jenis yang seragam dengan pasir, lanau
atau lempung dengan persyaratan di bawah ini :

7
ASTM Standard Persentase Berat Butir Lolos
Sieve

1,5” 100

1” 60 – 100

0,75 55 – 85

No. 4 35 – 60

No. 10 25 – 50

No. 40 15 – 30

No. 200 8 - 15

Partikel yang mempunyai diameter kurang dari 0,02 mm harus tidak


lebih dari 3% dari berat total contoh bahan yang diuji.
2. Pondasi Macadam
3. Pondasi Telford
4. Penetrasi Macadam (Lapen)
5. Aspal Beton Pondasi (Asphal Concrete Base / Asphalt Treated Base)
6. Stabilisasi, yang terdiri dari :
 Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Treated Base)
 Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Base)
 Stabilisasi agregat dengan aspal (Asphalt Treated Base)

c) Lapis Pondasi Bawah (Sub-Base Course)

Lapis perkerasan yang terletak antara lapis pondasi atas dan tanah dasar
dinamakan lapis pondasi bawah (sub-base course) yang berfungsi sebagai :

1. Bagian dari konstruksi perkerasan untuk menyebarkan beban roda ke tanah


dasar. Lapisan ini harus cukup kuat, mempunyai CBR < 20% dan Plastisitas
Indeks (PI) > 10%.

8
2. Efisiensi penggunaan material. Material pondasi bawah relatif murah
dibandingkan dengan lapisan perkerasan di atasnya.
3. Mengurangi tebal lapisan di atasnya yang lebih mahal.
4. Lapisan peresapan, agar air tanah tidak berkumpul di pondasi.
5. Lapisan pertama, agar pekerjaan dapat berjalan lancer. Hal ini sehubungan
dengan kondisi lapangan yang memaksa harus segera menutup tanah dasar
dari pengaruh cuaca, atau lemahnyas daya dukung tanah dasar menahan roda-
roda alat berat.
6. Lapisan untuk mencegah partikel-parikel halus dari tanah dasar naik ke lapis
pondasi atas. Untuk itu lapisan pondasi bawah haruslah memenuhi syarat filter
yaitu :

Dimana :
D15 : diameter nutir pada keadaan banyaknya persen yang lolos = 15%
D85 : diameter butir pada keadaan banyaknya persen yang lolos = 85%

Jenis lapisan pondasi bawah yang umum digunakan di Indonesia adalah :


a) Agregat bergradasi baik, dibedakan atas sirtu/pitrun yang terbagi dalam
kelas A, kelas B dan kelas C. sirtu kelas A bergradasi lebih kasar dari sirtu
kelas B, yang masing-masing dapat dilihat pada spesifikasi yang diberikan.
b) Stabilisasi, yang terdiri dari :
 Stabilisasi agregat dengan semen (Cement Trreated Subbase)
 Stabilisasi agregat dengan kapur (Lime Treated Subbase)
 Stabilisasi tanah dengan semen ( Soil Cement Stabilization)
 Stabilisasi tanah dengan kapur (Soil Lime Stabilization)

9
d) Lapisan tanah dasar (Subgrade)

Lapisan tanah dasar adalah lapisan tanah yang berfungsi sebagai tempat
perletakan lapis perkerasan dan mendukung konstruksi perkerasan jalan diatasnya.
Menurut Spesifikasi, Tanah dasar adalah lapisan paling atas dari timbunan badan
jalan setebal 30 cm, yang mempunyai persyaratan tertentu sesuai fungsinya, yaitu
yang berkenaan dengan kepadatan dan daya dukungnya (CBR) Lapisan tanah dasar
dapat berupa tanah asli yang dipadatkan jika tanah aslinya baik, atau tanah urugan
yang didatangkan dari tempat lain atau tanah yang distabilisasi dan lain lain. Ditinjau
dari muka tanah asli, maka lapisan tanah dasar dibedakan atas :
o Lapisan tanah dasar, tanah galian.
o Lapisan tanah dasar, tanah urugan.
o Lapisan tanah dasar, tanah asli.
Kekuatan dan keawetan konstruksi perkerasan jalan sangat tergantung pada
sifat- sifat dan daya dukung tanah dasar. Dalam pedoman ini diperkenalkan
modulus resilien (MR) sebagai parameter tanah dasar yang digunakan dalam
perencanaan Modulus resilien (MR) tanah dasar juga dapat diperkirakan dari CBR
standar dan hasil atau nilai tes soil index. Korelasi Modulus Resilien dengan nilai
CBR (Heukelom & Klomp) berikut ini dapat digunakan untuk tanah berbutir halus
(fine-grained soil) dengan nilai CBR terendam 10 atau lebih kecil. MR (psi) =
1.500 x CBR
Persoalan tanah dasar yang sering ditemui antara lain :

• Perubahan bentuk tetap (deformasi permanen) dari jenis tanah tertentu


sebagai akibat beban lalu-lintas.
• Sifat mengembang dan menyusut dari tanah tertentu akibat perubahan kadar
air.
• Daya dukung tanah tidak merata dan sukar ditentukan secara pasti pada
daerah dan jenis tanah yang sangat berbeda sifat dan kedudukannya, atau
akibat pelaksanaan konstruksi.
• Lendutan dan lendutan balik selama dan sesudah pembebanan lalu-lintas
untuk jenis tanah tertentu.
• Tambahan pemadatan akibat pembebanan lalu-lintas dan penurunan yang
diakibatkannya, yaitu pada tanah berbutir (granular soil) yang tidak
dipadatkan secara baik pada saat pelaksanaan konstruksi.

10
C. Kontruksi Perkerasan Kaku

Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku,
terdiri atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa
juga tidak ada) di atas tanah dasar. Dalam konstruksi perkerasan kaku, plat beton
sering disebut sebagai lapis pondasi karena dimungkinkan masih adanya lapisan aspal
beton di atasnya yang berfungsi sebagai lapis permukaan.

Perkerasan beton yang kaku dan memiliki modulus elastisitas yang tinggi, akan
mendistribusikan beban ke bidang tanah dasar yang cukup luas sehingga bagian
terbesar dari kapasitas struktur perkerasan diperoleh dari plat beton sendiri. Hal ini
berbeda dengan perkerasan lentur dimana kekuatan perkerasan diperoleh dari tebal
lapis pondasi bawah, lapis pondasi dan lapis permukaan.

Karena yang paling penting adalah mengetahui kapasitas struktur yang
menanggung beban, maka faktor yang paling diperhatikan dalam perencanaan tebal
perkerasan beton semen adalah kekuatan beton itu sendiri. Adanya beragam kekuatan
dari tanah dasar dan atau pondasi hanya berpengaruh kecil terhadap kapasitas
struktural perkerasannya.

Lapis pondasi bawah jika digunakan di bawah plat beton karena beberapa
pertimbangan, yaitu antara lain untuk menghindari terjadinya pumping, kendali
terhadap sistem drainase, kendali terhadap kembang susut yang terjadi pada tanah
dasar dan untuk menyediakan lantai kerja (working platform) untuk pekerjaan
konstruksi. Secara lebih spesifik, fungsi dari lapis pondasi bawah adalah:
• Mengurangi kemungkinan terjadinya retak–retak pada plat beton
• Menyediakan lantai kerja bagi alat –alat berat selama masa kostruksi
• Menyediakan lapisan yang seragam stabil dan permanen
• Menghindari terjadinya pumping, yaitu keluarnya butirbutiran halus tanah
bersama air padadaerah sambungan, retakan atau pada bagian pinggir perkerasan,
akibatlendutan atau gerakanvertikal plat beton karena beban lalulintas, setelah
adanya air bebas terakumulasi di bawah pelat. Pemilihan penggunaan jenis
perkerasan kaku dibandingkan dengan perkerasan lentur yang sudah lama dikenal
dan lebih sering digunakan, dilakukan berdasarkan keuntungan dan kerugiannya.

11

Gambar 3 Perkerasan Kaku

a) Jenis dan fungsi lapisan perkerasan kaku

Jenis dan fungsi dari tiap lapisan perkerasan kaku adalah :


1. Lapisan Tanah Dasar
- Nilai CBR sesuai dengan SNI 03-1731-1989 atau CBR laboratorium
sesuai dengan SNI 03-1744-1989.
- Apabila nilai CBR < 2% maka harus dipasang pondasi bawah dari
beton kurus (lean mix concrete) setebal 15 cm yang dianggap
mempunyai nilai CBR 5%.

2. Lapisan Pondasi Bawah


- Dapat berupa bahan berbutir, beton kurus giling padat (lean rolled
concrete) dan campuran beton kurus (lean mix concrete).
- Perlu diperlebar sampai 60 cm di luar tepi perkerasan beton semen.
- Tebal lapisan minimum 10 cm.
- Bersifat non struktural.
- Berfungsi untuk :
a. Mengendalikan pengaruh swelling and shrinkage tanah dasar.
b. Mencegah intrusi dan pemompaan pada sambungan, retakan dan
tepi-tepi plat.
c. Memberikan dukungan yang mantap dan seragam pada plat.
d. Sebagai penahan pumping.
e. Sebagai lantai kerja selama pelaksanaan.

3. Lapisan Perkerasan Beton Semen


• Kuat beton dalam kuat tarik lentur (flexural strength) umur 28 hari
dengan besar sekitar 3-5 Mpa (30-50 kg/cm2).
• Sambungan berfungsi sebagai pengendali retak, memudahkan
pelaksanaan dan mengakomodasi gerakan plat.
• Beton dapat diperkuat dengan serat baja (steel fibre) untuk
meningkatkan kuat tarik lenturnya.
12
D. Penyebab Kerusakan Perkerasan Jalan
Kerusakan pada konstruksi perkerasan lentur dapat disebabkan oleh:
1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase jalan yang tidak baik dan
naiknya air akibat kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan oleh sifat material
itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak
baik.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan curah hujan umumnya
tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan oleh system
pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya
yang memang kurang bagus.
6. Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar yang kurang baik. Umumnya
kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi
dapat merupakan gabungan penyebab yang saling berkaitan. Sebagai contoh, retak
pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak baiknya sokongan dari samping.
Dengan terjadinya retak pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis
dibawahnya yang melemahkan ikatan antara aspal dengan agregat, hal ini dapat
menimbulkan lubang-lubang di samping dan melemahkan daya dukung lapisan di
bawahnya.

E. Jenis Pemeliharaan Jalan


Pemeliharaan jalan adalah penanganan jalan yang meliputi perawatan, rehabilitasi,
penunjangan, dan peningkatan. Adapun jenis pemeliharaan jalan ditinjau dari waktu
pelaksanaannya adalah :
1. Pemeliharaan rutin adalah penanganan yang diberikan hanya pada lapis permukaan
yang sifatnya untuk meningkatkan kualitas berkendara (Riding Quality), tanpa
meningkatkan kekuatan struktural, dan dilakukan sepanjang tahun.
2. Pemeliharaan berkala adalah pemeliharaan yang dilakukan terhadap jalan pada
waktu-waktu tertentu (tidak menerus sepanjang tahun) dan sifatnya
meningkatkan kekuatan struktural.
3. Peningkatan jalan adalah penanganan jalan guna memperbaiki pelayanan jalan
yang berupa peningkatan struktural dan atau geometriknya guna mencapai tingkat
pelayanan yang direncanakan.

13
BAB III

KESIMPULAN

A. Kesimpulan

1. Perkerasan jalan adalah campuran antara agregat dan bahan ikat yang digunakan
untuk melayani beban lalu lintas

2. Konstruksi perkerasan lentur (flexible pavement), adalah perkerasan yang


menggunakan aspal sebagai bahan pengikat dan lapisan-lapisan perkerasannya
bersifat memikul dan menyebarkan beban lalu lintas ke tanah dasar.

3. Konstruksi perkerasan lentur terdiri atas lapisan-lapisan yang diletakkan diatas


tanah dasar yang telah dipadatkan. Lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk
menerima beban lalu lintas dan menyebarkan ke lapisan yang ada dibawahnya,
sehingga beban yang diterima oleh tanah dasar lebih kecil dari beban yang diterima
oleh lapisan permukaan dan lebih kecil dari daya dukung tanah dasar.

4. Konstruksi perkerasan lentur terdiri dari :

• Lapisan Permukaan (surface course)


• Lapisan Pondasi Atas (base course)
• Lapisan Pondasi Bawah (sub base course)
• Lapisan Tanah Dasar (subgrade)

5. Perkerasan jalan beton semen atau secara umum disebut perkerasan kaku, terdiri
atas plat (slab) beton semen sebagai lapis pondasi dan lapis pondasi bawah (bisa
juga tidak ada) di atas tanah dasar.

6. Konstruksi perkerasan kaku terdiri dari


• Lapisan Tanah Dasar

• Lapisan Pondasi Bawah

• Lapisan Perkerasan Beton Semen

14
B. Saran

a. Untuk meminimalisir masalah kerusakan jalan yang terjadi, maka rancangan


pemeliharaannya perlu dilakukan survey yang lebih akurat dengan melibatkan
sejumlah instansi terkait.
b. Agar kerusakan yang terjadi pada ruas jalan tidak menjadi lebih parah, maka perlu
segera dilakukan tindakan perbaikan pada bagian-bagian yang rusak, sehingga tidak
menimbulkan kerusakan yang lebih parah.
c. Pekerjaan jalan harus menggunakan spesifikasi yang ditetapkan.
d. Perlunya pengawasan yang objektif tanpa adanya KKN oleh dinas atau instansi
terkait agar kualitas jalan menjadi lebih bermutu.
Semoga makalah ini dapat berguna bagi penyusun dan pembaca. Kritik dan
saran sangat diharapkan untuk pengerjaan berikutnya yang lebih baik.

15
Daftar Pustaka

http://cremonagalerie.blogspot.com/2012/04/teknik-perkerasan-jalan.html
http://elearning.gunadarma.ac.id/docmodul/rekayasa_jalan_raya_2.html
http://www.scribd.com/doc/91782999/perkerasan-kaku

16

Anda mungkin juga menyukai