Anda di halaman 1dari 1

Terima Kasih Covid-19

Dunia kita saat ini sedang tidak baik-baik saja. Kita kedatangan tamu tak diundang. Tamu
yang tak diinginkan kehadirannya, bahkan tak dianggap ada. Namun tamu itu tak pernah
tersinggung karena tak dianggap ada. Ia justru meringkan langkah untuk menghampiri dan
menyapa siapa saja tanpa memandang latar belakang, agama, ras, suku maupun makanan kesukaan.
Dia adalah sosok yang sulit untuk dilihat, diraba maupun diterawang. Apalagi untuk diputar, dijilat
dan dicelup. Bahkan dalam meditasi baik vertikal maupun horizontal ia enggan untuk mewahyukan
diri. Ia justru dikenal dari efek yang dihasilkan oleh tindakannya. Jadi tamu kita ini tidak sekedar
omong doang, aksi nyatanya sedikit banyak telah dirasakan oleh manusia.
Namanya sangat popular di seantero dunia telah mengalahkan popularitas PewDiePie dan
Cristiano Ronaldo seorang pesepakbola dengan subscriber youtube dan followers instagram
terbanyak di dunia. Orang memanggilnya Covid-19. Ia amat ditakuti, baik yang tak bersekolah
maupun para ilmuwan. Ia juga mampu membuat cemas ateis maupun orang beriman. Kehadirannya
juga mempengaruhi kehidupan membiara. Meskipun lebih banyak merugikan, namun ada momen
dimana justru kehadirannya justru berguna. Sekali peristiwa di biara, seorang frater yang hobi
utamanya adalah makan, tidak tahan lagi untuk mengeluarkan angin jahat dari dalam tubuhnya. Ia
berusaha untuk mengontrol otot-otot tubuhnya agar tidak membiarkan angina jahat itu keluar.
Pasalnya ia sedang berbicara dengan pastor pembimbing rohaninya. Namun apalah daya, akhirnya
“putttttt…..” bunyi cempreng bernada fals keluar dari salah satu lubang ekresinya. Pastor
pembimbing menatapnya dengan tatapan geram.
Untungnya, di mana ada tekad, di situ ada jalan. Meskipun otot tubuhnya tak dapat diajak
bekerjasama, namun otaknya masih dapat diandalkan. Omelan yang diterimanya dari pastor
tersebut dapat diresponnya dengan santai. “pater mendengar kentut saya? Wah berarti pater tidak
menerapkan physical distancing. Dan kalau pater masih mencium bau kentut saya, itu karena pater
tidak menggunakan masker. Yang terakhir ini kabar baik bagi pater. Saya dapat memastikan pater
belum terjangkit virus Covid-19. Tanpa perlu ikut rapid maupun swab test, pater sudah dipastikan
negative virus corona. Inra penciuman pater masih dapat berfunngsi dengan baik.
Perasaan cemas yang dialami oleh pastor karena covid-19, terlebih karena usianya yang
sudah tidak lagi mudah dan ada penyakit asma yang diidapnya, justru memandang ini adalah kabar
baik bagi dirinya. “Okey, frat. Bimbingan kita cukup sampai disini dulu”. Frater pun akhirnya
meninggalkan tempat itu seraya mengucapkan doa syukur pada covid-19. “Terimakasih covid-19.
Engkau telah menyelamatkanku dari amukan pater yang terkenal garang itu”.

Anda mungkin juga menyukai