Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan

Oksigenasi

A. Pengertian
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling mendasar
keberadan oksigen merupakan salah satu komponen gas dan unsur vital
dalam proses metabolisme dan untuk mempertahankan kelangsungan
hidup seluruh sel-sel tubuh ( Andarmoyo, sulistyo, 2012).
Oksigen adalah salah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses
metabolisme untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh.
Oksigen akan digunakan dalam metabolisme sel membentuk ATP
(Adenosin Trifosfat) yang merupakan sumber energi bagi sel tubuh agar
berfungsi secara optimal. Terapi oksigen merupakan salah satu terapi
pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari terapi oksigen
adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat dalam darah
sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress pada
miokardium ( Potter & Perry, 2006).
B. Etiologi
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan
oksigenasi menurut NANDA (2013),yaitu hiperventilasi, hipoventilasi,
deformitas tulang dan dinding dada, nyeri,cemas, penurunan
energy,/kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskoloskeletal,
kerusakan kognitif / persepsi, obesitas, posisi tubuh, imaturitas neurologis
kelelahan otot pernafasan dan adanya perubahan membrane kapiler-alveoli.
Keadekuatan sirkulasi, ventelasi, perfusi, dan transport gas – gas
pernapasan kejaringan dipengaruhi oleh empat tipe factor :
1. Faktor fisiologis
Tabel 1. Proses Fisiologis yang Mempengaruhi Oksigenasi (Potter &
Perry, 2006)
PROSES PENGARUH PADA OKSIGENASI
Anemia Menurunkan kapasitas darah yang
membawa oksigen
Racun inhalasi Menurunkan kapasitas darah yang
membawa oksigen
Obstruksi jalan nafas Membatasi pengiriman oksigen
yang diinspirasi ke alveoli
Dataran tinggi Menurunkan konsentrasi oksigen
inspirator karena konsentasi oksigen
atmosfer yang lebih rendah.
Demam Meningkatkan frekuensi
metabolism dan kebutuhan oksigen
di jaringan.
Penurunan pergerakan dinding Mencegah penurunan diafragma dan
dada (kerusakan muskulo) menurunkan diameter
anteroposterior thoraks pada saat
inspirasi, menurunkan volume udara
yang diinspirasi.

Adapun kondisi yang mempengaruhi gerakan dinding dada :

a. Kehamilan
Ketika fetus mengalami perkembangan selama kehamilan, maka uterus
maka uterus yanb berukuran besar akan mendorong isi abdomen ke
atas diagfragma.
b. Obesitas
Klien yang obese mengalami penurunan volume paru.Hal ini
dikarenakan thorak dan abdomen bagian bawah yang berat.
c. Kelainan musculoskeletal
Kerusakan muskulosetal di region thorak menyebabkan penurunan
oksigenasi.
d. Konfigurasi structural yang abnormal
e. Trauma
f. Penyakit otot
g. Penyakit system persarafan
h. Perubahan system saraf pusat
i. Pengaruh penyakit kronis.

2. Faktor Perkembangan
a. Bayi Prematur
Bayi premature : berisiko terkena penyakit membrane hialin, yang
diduga disebabkan defisiensi surfaktan.
b. Bayi dan Todler
Bayi dan toddler : berisiko mengalami infeksi saluran pernafasan atas
(ISPA) hasil pemaparan dari anak-anak lain dan pemaparan asap dari
rokok. Selain itu, selama proses pertumbuhan gigi, beberapa bayi
berkembang kongesti nasal yang memungkinkan pertumbuhan bakteri

dan meningkatkan potensi terjadinya ISPA. ISPA yang sering doalami


adalah nasofaringitis, faringitis, influenza, dan tonsillitis.
c. Anak usia sekolah dan remaja
Anak usia sekolah dan remaja terpapar pada infeksi pernapasan dan
factor-faktor resiko pernafasan, misalnya asap rokok dan merokok.
d. Dewasa muda dan dewasa pertengahan
Individu pada usia pertengahan dan dewasa muda terpapar pada
banyak factor resiko kerdiopulmonar seperti diet yang tidak sehat,
kurang latihan fisik, obat-obatan.
e. Lansia
Kompliansi dinding dada menurun pada klien lansia yang berhubungan
dengan osteoporosis dan kalsifikasi tulang rawan kosta.Otot – otot
pernapasan melemah dan sirkulsi pemubuluh darah pulmonar
menurun.

3. Faktor Perilaku
a. Nutrisi
Nutrisi mempengaruhi fungsi kardiopulmonar dalam beberapa cara.
Klien yang mengalami kekurangan gizi mengalami kelemahan otot
pernafasan.Kondisi ini menyebabkan kekekuatan otot dan kerja
pernapasan menurun.

b. Latihan Fisik
Latihan fisik meningkatkan aktivitas metabolism tubuh dan kebutuhan
oksigen.Frekuensi dan kedalaman pernapasan meningkat,
memampukan individu untuk mengatasi lebih banyak oksigen dan
mengeluarkan kelebihan karbondoksida.
c. Merokok
Dikaitkan dengan sejumlah penyakit termasuk penyakit jantung,
penyakit paru obstrukti kronis, dan kanker paru.
d. Penyalahgunaan Substansi
Penggunaan alcohol dan obat-obatan secara berlebihan akan
menggganggu oksigenasi jaringan. Kondisi ini sering kali memiliki
asupan nutrisi yang buruk.Kondisi ini menyebabkan penurunan asupan
makanan kaya gizi yang kemudian menyebabkan penurunan prosuksi
hemoglobin.

4. Faktor Lingkungan
Abestosis merupakan penyakit paru yang memperoleh di tempat
kerja dan berkembang setelah individu terpapar asbestosis.
a. Ansietas
Keadaan yang terus-menerus pada insietas beat akan meningkatkan
laju metabolisme tubuh dan kebutuhan oksigen akan meningkat(Potter
& Perry, 2006).

C. Tanda dan Gejala


Adanya penurunan tekanan inspirasi/ ekspirasi menjadi tanda gangguan
oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit, penggunaaan otot nafas
tambahan untuk bernafas, pernafasan nafas flaring (nafas cuping hidung),
dispnea, ortopnea, penyimpangan dada, nafas pendek, posisi tubuh
menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, ekspirasi memanjang,
peningkatan diameter anterior-posterior, frekuensi nafas kurang,
penurunan kapasitas vital menjadi tanda dan gejala adanya pola nafas
yang tidak efektif
sehingga menjadi gangguan oksigenasi (NANDA, 2011).
Beberapa tanda dan gejala kerusakan pertukaran gas yaitu takikardi,
hiperkapnea, kelelahan, somnolen, iritabilitas, hipoksia, kebingungan,
AGS abnormal, sianosis, warna kulit abnormal (pucat, kehitam-hitaman),
hipoksemia, hiperkarbia, sakit kepala ketika bangun, abnormal frekuensi,
irama dan kedalaman nafas (NANDA, 2011).

D. Patofisiologis
Proses pertukaran gas dipengaruhi oleh ventilasi, difusi dan trasportasi.
Proses ventilasi (proses penghantaran jumlah oksigen yang masuk dan
keluar dari dan ke paru-paru), apabila pada proses ini terdapat obstruksi
maka oksigen tidak dapat tersalur dengan baik dan sumbatan tersebut
akan direspon jalan nafas sebagai benda asing yang menimbulkan
pengeluaran mukus. Proses difusi (penyaluran oksigen dari alveoli ke
jaringan) yang terganggu akan menyebabkan ketidakefektifan pertukaran
gas. Selain kerusakan pada proses ventilasi, difusi, maka kerusakan pada
transportasi seperti perubahan volume sekuncup, afterload, preload, dan
kontraktilitas miokard juga dapat mempengaruhi pertukaran gas (Brunner
& Suddarth, 2002).

E. Pengkajian pada Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


Secara umum pengkajian dimulai dengan mengumpulkan data tentang :
a. Biodata pasien (umur, sex, pekerjaan, pendidikan).
Umur pasien bisa menunjukkan tahap perkembangan pasien baik
secara fisik maupun psikologis, jenis kelamin dan pekerjaan perlu
dikaji untuk mengetahui hubungan dan pengaruhnya terhadap
terjadinya masalah/penyakit, dan tingkat pendidikan dapat
berpengaruh terhadap pengetahuan klien tentang
masalahnya/penyakitnya.

b. Keluhan utama dan riwayat keluhan utama (PQRST).


Keluhan utama adalah keluhan yang paling dirasakan mengganggu
oleh klien pada saat perawat mengkaji, dan pengkajian tentang
riwayat keluhan utama seharusnya mengandung unsur PQRST
(Paliatif/Provokatif,
Quality, Regio, Skala, dan Time).
c. Riwayat perkembangan.
- Neonatus : 30 - 60 x/mnt
- Bayi : 44 x/mnt
- Anak : 20 - 25 x/mnt
- Dewasa : 15 - 20 x/mnt
- Dewasa tua : volume residu meningkat, kapasitas vital menurun

d. Riwayat kesehatan keluarga


Dalam hal ini perlu dikaji apakah ada anggota keluarga yang
mengalami masalah / penyakit yang sama.

e. Riwayat sosial
Perlu dikaji kebiasaan-kebiasaan klien dan keluarganya, misalnya :
merokok, pekerjaan, rekreasi, keadaan lingkungan, faktor-faktor
alergen dll.

f. Riwayat psikologis
Disini perawat perlu mengetahui tentang :
- Perilaku / tanggapan klien terhadap masalahnya/penyakitnya.
- Pengaruh sakit terhadap cara hidup.
- Perasaan klien terhadap sakit dan therapy.
- Perilaku / tanggapan keluarga terhadap masalah/penyakit dan
therapy.
g. Riwayat spiritual

h. Pemeriksaan fisik
i. Mata
1. Konjungtiva pucat (karena anemia)
2. Konjungtiva sianosis (karena hipoksemia)
3. konjungtiva terdapat pethechia(karena emboli
lemak atau endokarditis)
ii. Kulit
1. Sianosis perifer (vasokontriksi dan menurunnya aliran darah
perifer)
2. Penurunan turgor (dehidrasi)
3. Edema.
4. Edema periorbital.

iii. Jari dan kuku


1. Sianosis
2. Clubbing finger.

iv. Mulut dan bibir


1. membrane mukosa sianosis
2. bernapas dengan mengerutkan mulut.

v. Hidung
1. Pernapasan dengan cuping hidung.

vi. Vena leher


1. Adanya distensi / bendungan.

vii. Dada
1. retraksi otot Bantu pernapasan (karena peningkatan aktivitas
pernapasan, dispnea, obstruksi jalan pernapasan)
2. Pergerakan tidak simetris antara dada kiri dan dada kanan.
3. Tactil fremitus, thrills (getaran pada dada karena udara/suara
melewati saluran/rongga pernapasan
4. Suara napas normal (vesikuler, bronchovesikuler, bronchial)
5. Suara napas tidak normal (creklerlr/rales, ronkhi, wheezing,
friction rub/pleural friction)
6. Bunyi perkusi (resonan, hiperesonan, dullness)

viii. Pola pernapasan


1. pernapasan normal (eupnea)
2. pernapasan cepat (tacypnea)
3. pernapasan lambat (bradypnea)

i. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan diagnostik yang dapat dilakukan untuk mengetahui
adanya gangguan oksigenasi yaitu:
1. Pemeriksaan fungsi paru
Untuk mengetahui kemampuan paru dalam melakukan pertukaran gas
secara efisien.
2. Pemeriksaan gas darah arteri
Untuk memberikan informasi tentang difusi gas melalui membrane
kapiler alveolar dan keadekuatan oksigenasi.

3. Oksimetri
Untuk mengukur saturasi oksigen kapiler
4. Pemeriksaan sinar X dada
Untuk pemeriksaan adanya cairan, massa, fraktur, dan proses- proses
abnormal.
5. Bronkoskopi
Untuk memperoleh sampel biopsy dan cairan atau sampel
sputum/benda asing yang menghambat jalan nafas.
6. Endoskopi
Untuk melihat lokasi kerusakan dan adanya lesi.
7. Fluoroskopi
Untuk mengetahui mekanisme radiopulmonal, misal: kerja jantung dan
kontraksi paru.
8. CT-SCAN
Untuk mengintifikasi adanya massa abnormal.

F. Diagnosa Keperawatan pada Gangguan Kebutuhan Oksigenasi


a. Ketidakefektifan kebersihan jalan nafas
b. Ketidakefektifan pola nafas
c. Gangguan pertukaran gas

G. Perencanaan

NO TUJUAN DAN INTERVENSI RASIONAL


DX
KRITERIA HASIL
1 Setelah Auskultasi dada untu1k. Pernafasan rochi,
dilakuka1n. tindakan karakter bunyi nafas dan wheezing
keperawatan selama … adanya secret. menunjukkan
x 24 jam diharapkan tertahannya secret
bersihan Berikan air minum obstruksi jalan
jalan napas efektif nafas
Hangat
1. sesuai dengan kriteria Membantu
2.
: mengencerkan
Menunjukkan jalan
nafas bersih Secret
2. Suara nafas norma3l. Beri posisi yang nyaman
tanpa suara tambahan seperti posisi semi fowl Memudahkan
3. Tidak ada penggunaan 3.
4. er pasien untuk
otot bantu nafas bernafas
4. Mampu melakukan Sarankan keluarga agar Pakaian yang
perbaikan bersihan tidak memakaikan
ketat menyulitkan
jalan nafas pakaian ketat kepada
pasien untuk
5. pasien
bernafas
Kolaborasi penggunaan Kelembapan
nebulizer mempermudah
pengeluaran dan
mencegah
pembentukan
mucus tebal pada
bronkus dan
membantu
pernafasan
2 Setelah Kaji frekuens1i. Mengetahui
dilakuka1n. tindakan pernafasan pasien. frekuensi
keperawatan pernafasan paasien
Tinggikan kepala dan
selama….X24 jam
Duduk tinggi
bantu mengubah posisi.
diharapkan pola napa2s.
memungkinkan
efektif dengan
1. ekpansi paru dan
kriteria : Ajarkan teknik bernafas memudahkan
Menunjukkkan pola dan relaksasi yang benar
pernafasan
3.
nafas efektif dengan HE dapat
frekuensi nafas 16-20 memberikan
Kolaborasikan dalam
2. kali/menit dan irama pengetahuan pada
pemberian obat
teratur pasien tentang
4.
Mampu menunjukkan 4. teknik bernafas
perilaku peningkatan Pengobatan
fungsi paru mempercepat
penyembuhan dan
memperbaiki pola
nafas
3 Setelah Auskultasi dada untu1k. Weezing atau
dilakuka1n. tindakan karakter bunyi nafas dan mengiindikasi
keperawatan selama adanya secret. akumulasi
….X 24 jam sekret/ketidakmam
diharapkan pertukaran puan membersihkan
gas dapat jalan napas
dipertahankan dengan sehingga otot
1. kriteria : aksesori digunakan
Menunjukkan dan kerja
Beri posisi yang nyaman
perbaikan ventilasi dan pernapasan
2. 2. seperti posisi semi fowler
oksigenasi jaringan meningkat.
Tidak ada sianosis Anjurkan untuk bedrest,
batasi dan bantu aktivita2s. Memudahkan
3.
sesuai kebutuhan pasien untuk
bernafas
Ajarkan teknik bernafas
Mengurangi
4. dan relaksasi yang
konsumsi oksigen
benar.
pada periode
respirasi.
HE dapat
Kolaborasikan terapi memberikan
5. Oksigen pengetahuan pada
pasien tentang
teknik bernafas
5.
Memaksimalkan
sediaan oksigen
khususnya ventilasi
menurun
Daftar Pustaka

Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan


Proses Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta

Brunner &Suddarth. (2002). Keperawatan Medikal Bedah. EGC. Jakarta

Mubarak, Wahit Iqbal & Cahyani, Nurul. 2007. Kebutuhan Dasar. Jakarta :

EGC

Nanda International (20013). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.


Jakarta:EGC

Potter & Perry. 2005. Fundamental Keperawatan. Jakarta:EGC

Nanda International (2009). Diagnosis Keperawatan: definisi & Klasifikasi.


2009- 2011. Penerbit buku kedokteran EGC : Jakarta

Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4,


United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United States
Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.

Anda mungkin juga menyukai