Defisisensi besi merupakan defisisensi mikronutrient yang umum pada masa anak-anak.
Prevalensi tertinggi pada usia dibawah 2 tahun. Anak degan defisiensi besi tanpa anemia
cenderung memiliki nilai yang buruk pada perkembangan anak, sulit fokus, dan
perkembangan psikomotor cenderung lambat.
Sumber besi terbagi menjadi dua bentuk : besi heme dan non heme. Makanan yang
mengandung vitamin C dapat meningkatkan absorbsi dari besi non heme dan harus
dikonsumsi bersamaan dengan makanan tinggi besi. Adanya konsumsi besi heme juga dapat
meningkatkan absorbsi dari besi non heme.
Makanan tinggi besi heme: Kerang, hati, daging sapi kurus, tuna, salmon, ayam
Makanan rendah besi heme : kambing, babi, telur (terutama kuning telur) dan kerang
Besi non heme lebih sulit diserap oleh tubuh.
Sumber makanan yang mengandung besi non heme : sereal terfortikikasi dengan besi,
kacang kering, gandum, oats, nasi coklat, kacang (lima beans, brazil nut), buah kering
(aprikot, kismis), sayuran (brokoli, bayam, kale, asparagus)
Angka kecukupan vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia menurut PMK no.75 tahun
2013
Usia Besi (mg)
Bayi / anak
0 - 5 bulan 0,3
6 – 11 bulan 11
1 – 3 tahun 7
4 – 6 tahun 10
7 – 9 tahun 10
Evaluasi
Anak dnegan adanya anemia ringan biasnya tidak tampak pada gejala klinis, maka dari itu
tunuk evaluasi awal harus ditanyakan riwayat prematuritas, berat badan lahir, asupan
makanan, penyakit kronis, riwayat keluarga. Pemeriksaan awal yang dilakukan yaitu kadar
hemoglobin, analisa morfologi sel darah merah.
Sumber :
1. Mahan L, Raymond J. Krause's food & the nutrition care process. 14th ed. St. Louis, Missouri:
Elsevier; 2017
2. AKG.2019. Angka Kecukupan Gizi Yang Dianjurkan Untuk Masyarakat Indonesia. Peraturan
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2019.
3. https://www.aafp.org/afp/2016/0215/p270.html
Defisiensi tiamin dapat muncul dengan adanya masalah neurologis pada anak, seperti
anoreksia, iritabilitas, agitasi, nyeri otot, refleks tendon dalam berkurang, ataksia,
kelumpuhan hingga perubahan kesadaran. Tanda klinis cenderung bervariasi, namun
umumnya terdapat tiga sindrom neurologus utama pada anak, yaitu: beri-beri bentuk
pseudomenigitis, ensefalopati dan gangguan perkembangan kognitif yang terkait jika adanya
defisiensi tiamin kronis selama masa bayi. Gejala klinis lainnya yaitu nistagmus, sindrom
mirip wernicke tanpa adanya ataksia atau dengan ataksia dan kesadaran yang berubah
(biasanya terjadi pada anak yang lebih dewasa).
Angka kecukupan vitamin yang dianjurkan untuk orang Indonesia menurut PMK no.75 tahun
2013
Usia AKG (per orang per hari)
Vitamin B1 (mg)
Bayi / anak
0 - 5 bulan 0,3