Anda di halaman 1dari 24

ASUHAN KEPERAWATAN (ASKEP) RETINOBLASTOMA

Disusun Oleh :
1. Agum Satrio (18220001)
2. Ayu Fuji Lestari (18220003)
3. Yuyun Efrianti (18220014)

Dosen Pengampu :
Ns. Eka Rora Wisudawati, S. Kep. M. Kep

YAYASAN KADER BANGSA


UNIVERSITAS KADER BANGSA PALEMBANG
FAKULTAS KEBIDANAN DAN KEPERAWATAN
PRODI S1 KEPERAWATAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena dengan
rahmat dan hidayah serta karunianya, sehingga masih diberi kesempatan untuk
bekerja menyelesaikan makalah kami yang berjudul “Asuhan Keperawatan
(Askep) Retinoblastoma”
Tidak lupa kami ucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengajar
kami, dan teman-teman yang telah memberikan dukungan dalam menyelesaikan
makalah ini. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih banyak
kekurangan baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan
kemampuan yang dimiliki. Untuk itu kritik dan saran dari semua pihak kami
harapkan.

Palembang, 29 Desember 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...............................................................................
DAFTAR ISI .............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ..........................................................................
A. Latar belakang ................................................................................
B. Rumusan masalah ...........................................................................
C. Tujuan ...........................................................................................
D. Manfaat ..........................................................................................

BAB II KONSEP TEORI ...........................................................................


BAB III ASUHAN KEPERAWATAN ......................................................
A. Pengkajian ......................................................................................
B. Diagnosa Keperawatan ...................................................................
C. Intervensi Keperawatan ..................................................................
D. Implementasi Keperawatan .............................................................
E. Evaluasi Keperawatan ....................................................................

BAB IV PENUTUP ...................................................................................


A. Kesimpulan ....................................................................................
B. Penutup ..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Retinoblastoma adalah salah satu penyakit kanker primer pada mata yang
paling sering dijumpai pada bayi dan anak. Penyakit ini tidak hanya dapat
mengakibatkan kebutaan, melainkan juga kematian. Di negara berkembang, upaya
pencegahan dan deteksi dini belum banyak dilakukan oleh para orang tua. Salah
satu sebabnya adalah pengetahuan yang masih minim mengenai penyakit kanker
tersebut.
Dalam penelitian menyebutkan bahwa 5-10% anak usia prasekolah dan
10% anak usia sekolah memiliki masalah penglihatan. Namun seringkali anak-
anak sulit menceritakan masalah penglihatan yang mereka alami. Karena itu,
skrining mata pada anak sangat diperlukan untuk mendeteksi masalah penglihatan
sedini mungkin. Skrining dan pemeriksaan mata anak sebaiknya dilakukan pada
saat baru lahir, usia 6 bulan, usia 3-4 tahun, dan dilanjutkan pemeriksaan rutin
pada usia 5 tahun ke atas. Setidaknya anak diperiksakan ke dokter mata setiap 2
tahun dan harus lebih sering apabila telah ditemukan masalah spesifik atau
terdapat faktor risiko.
Untuk itu kami menyusun makalah ini dengan tujuan berbagi pengetahuan
tentang penyakit retina blastoma ke masyarakat luas yang mana di negara
Indonesia masih kurang di perhatikan. Dan kami sebagai perawat perlu
memahami dan mengetahui mengenai asuhan keperawatan terhadap pasien
dengan retino blastoma.

3
B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari retinoblastoma ?
2. Apa anatomi fisiologi retinoblasma ?
3. Bagaimana etologi retinoblastoma ?
4. Apa manifestasi klinis retinoblastoma ?
5. Bagaimana patofisiologi retinoblasma ?
6. Apa klasifikasi stadium retinoblasma ?
7. Apa penatalaksanaan retinoblasma ?
8. Apa komplikasi retinoblasma ?
9. Apa pemeriksaan penunjanga ?
C. Tujuan
Mengetahui secara umum mengenai penyakit retini blastoma serta
asuhan keperawatan yang tepat terhadap penyakit retino blastoma tersebut.

D. Manfaat
Mahasiswa mampu memahami tentang penyakit yang berhubungan
dengan sistem sensori (Retinoblastoma) serta mampu menerapkan asuhan
keperawatan pada klien dengan Retiblastoma dengan pendekatan Student
Center Learning.

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral.
Beberapa kasus bilateral tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor
pada bagian mata yang lain terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini
menunjukkan pentingnya untuk memeriksa klien dengan dengan anestesi
pada anak anak dengan retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia
dibawah 1 tahun. (Pudjo Hagung Sutaryo, 2006 ).
Retinoblastoma adalah tumor endo-okular pada anak yang mengenai
saraf embrionik retina. Kasus ini jarang terjadi, sehingga sulit untuk dideteksi
secara awal. Rata rata usia klien saat diagnosis adalah 24 bulan pada kasus
unilateral, 13 bulan pada kasus kasus bilateral. Beberapa kasus bilateral
tampak sebagai kasus unilateral, dan tumor pada bagian mata yang lain
terdeteksi pada saat pemeriksaan evaluasi. ini menunjukkan pentingnya untuk
memeriksa klien dengan dengan anestesi pada anak anak dengan
retinoblastoma unilateral, khususnya pada usia dibawah 1 tahun. (Pudjo
Hagung Sutaryo, 2006 ).
B. Anatomi Fisiologi
Retina adalah suatu membran yang tipis dan bening, terdiri atas
penyebaran daripada serabut-serabut saraf optik. Letaknya antara badan kaca
dan koroid. Bagian anterior berakhir pada ora serata, di bagian retina yang
letaknya sesuai dengan sumbu penglihatan terdapat makula lutea (bintik
kuning) kira-kira berdiameter 1 – 2 mm yang berperan penting untuk tajam
penglihatan. Di tengah makula lutea terdapat bercak mengkilap yang
merupakan reflek fovea. Kira-kira 3 mm ke arah nasal kutub belakang bola
mata terdapat daerah bulat putih kemerah-merahan, disebut papil saraf optik,
yang di tengahnya agak melekuk dinamakan eksvakasi foali. Arteri

5
retina sentral bersama venanya masuk ke dalam bola mata di tengah papil
saraf optik.
C. Etiologi
Retinoblastoma terjadi secara familiar atau sporadik. Namun dapat
juga diklasifikasikan menjadi dua subkelompok yag berbeda, yaitu bilateral
atau unilateral dan diturunkan atau tidak diturunkan. Kasus yang tidak
diturunkan selalu unilateral, sedangkan 90 % kasus yang diturunkan adalah
bilateral, dan unilateral sebanyak 10%. Gen retinoblastoma (RBI) diisolasi
dari kromosom 13q14, yang berperan sebagai pengatur pertumbuhan sel pada
sel normal. Penyebabnya adalah tidak terdapatnya gen penekan tumor, yang
sifatnya cenderung diturunkan. Kanker bisa menyerang salah satu mata yang
bersifat somatic maupun kedua mata yang merupakan kelainan yang
diturunkan secara autosom dominant. Kanker bisa menyebar ke kantung mata
dan ke otak (melalu saraf penglihatan/nervus optikus).
D. Manifestasi klinis
Gejala retinoblastoma dapat menyerupai penyakit lain dimata. Bila
letak tumor dimakula, dapat terlihat gejala awal strabismus. Massa tumor yang
semakin membesar akan memperlihatkan gejala leukokoria, tanda-tanda
peradangan di vitreus (Vitreous seeding) yang menyerupai endoftalmitis. Bila
sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata , akan
menyebabkan glaucoma atau tanda-tanda peradangan berupa hipopion atau
hifema. Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi
tumor melalui nervus optikus ke otak, melalui sclera ke jaringan orbita dan
sinus paranasal, dan metastasis jauh ke sumsum tulang melalui pembuluh
darah. Pada fundus terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol kebadan
kaca. Di permukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris
tidak normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikular dan
submandibula dan, hematogen, ke sumsum tulang dan visera, terutama hati.
Kanker retina ini pemicunya adalag faktor genetik atau pengaruh
lingkungan dan infeksi virus. Gejala yang ditimbulkan retinoblastoma adalah
timbulnya bercak putih di bagian tengah mata atau retina, membuat mata

6
seolah-olah bersinar bila terkena cahaya. Kemudian kelopak mata menurun
dan pupil melebar, penglihatan terganggu atau mata kelihatan juling. Tapi
apabila stadium berlanjut mata tampak menonjol. Jadi apabila terihat tanda-
tanda berupa mata merah, berair, bengkak, walaupun sudah diberikan obat
mata dan pada kondisi gelap terlihat seolah bersinar seperti kucing jadi anak
tersebut bisa terindikasi penyakit retinoblastoma.
E. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.
Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis.
Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal,
dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus
terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak
normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan
submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
F. Klasifikasi Stadium
Menurut Reese-Ellsworth, retino balastoma digolongkan menjadi
1. Golongan I
a. Tumor soliter/multiple kurang dari 4 diameter pupil.
b. Tumor multiple tidak lebih dari 4dd,dan terdapat pada atau
dibelakang ekuator
2. Golongan II
a. Tumor solid dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang
ekuator
b. Tumor multiple dengan diameter 4-10 dd pada atau belakang
ekuator
3. Golongan III

7
a. Beberapa lesi di depan ekuator
b. Tumor ada didepan ekuator atau tumor soliter berukuran >10
diameter papil
4. Golongan IV
a. Tumor multiple sebagian besar > 10 dd
b. Beberapa lesi menyebar ke anterior ke ora serrata
5. Golongan V
a. Tumor masif mengenai lebih dari setengah retina
b. Penyebaran ke vitreous

Tumor menjadi lebih besar, bola mata memebesar menyebabakan


eksoftalmus kemudian dapt pecah kedepan sampai keluar dari rongga orbita
disertai nekrose diatasnya.
Menurut Grabowski dan Abrahamson, membagi penderajatan
berdasarkan tempat utama dimana retinoblastoma menyebar sebagai berikut :
1. Derajat I intraokular
a. tumor retina.
b. penyebaran ke lamina fibrosa.
c. penyebaran ke ueva
2. Derajat II orbita
a. Tumor orbita : sel sel episklera yang tersebar, tumor terbukti
dengan biopsi.
b. Nervous optikus.
G. Patofisiologi
Jika letak tumor di macula, dapat terlihat gejala awal strabismus.
Massa tumor yang semakin membesar akan memperlihatkan gejala
leukokoria, tanda-tanda peradangan vitreus yang menyerupai endoftalmitis.
Jika sel-sel tumor terlepas dan masuk ke segmen anterior mata, akan
menyebabkan glaucoma atau tanda peradangan berupa hipopion atau hifema.
Pertumbuhan tumor ini dapat menyebabkan metastasis dengan invasi tumor
melalui; nervus optikus ke otak, sclera ke jaringan orbita dan sinus paranasal,

8
dan metastasis jauh kesumsum tulang melalui pembuluh darah. Pada fundus
terlihat bercak kuning mengkilat, dapat menonjol ke badan kaca.
Dipermukaan terdapat neovaskularisasi dan perdarahan. Warna iris tidak
normal. Penyebaran secara limfogen, ke kelenjar limfe preaurikuler dan
submandibula serta secara hematogen ke sumsum tulang dan visera , terutati.
H. Penatalaksanaan
Dua aspek pengobatan retinoblastoma harus diperhatikan, pertama
adalah pengobatan local untuk jenis intraocular, dan kedua adalah pengobatan
sistemik untuk jenis ekstrokular, regional, dan metastatic.
Hanya 17% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya
masih terlindungi. Gambaran seperti ini lebih banyak pada keluarga yang
memiliki riwayat keluarga, karena diagnosis biasanya lebih awal. Sementara
13% pasien dengan retinoblastoma bilateral kedua matanya terambil atau
keluar karena penyakit intraocular yang sudah lanjut, baik pada waktu masuk
atau setelah gagal pengobatan local.
1. Jenis terapi
a. Pembedahan
Enukleasi adalah terapi yang paling sederhana dan aman untuk
retinoblastoma. Pemasangan bola mata palsu dilakukan beberapa
minggu setelha prosedur ini, untuk meminimalkan efek kosmetik.
Bagaimanapun, apabila enukleasi dilakukan pada dua tahun pertama
kehidupan, asimetri wajah akan terjadi karena hambatan pertumbuhan
orbita. Bagaimanapun, jika mata kontralateral juga terlibat cukup
parah, pendekatan konservatif mungkin bisa diambil.
Enukleasi dianjurkan apabila terjadi glaukoma, invasi ke
rongga naterior, atau terjadi rubeosis iridis, dan apabila terapi local
tidak dapat dievaluasi karena katarak atau gagal untuk mengikuti
pasien secara lengkap atau teratur. Enuklasi dapat ditunda atau
ditangguhkan pada saat diagnosis tumor sudah menyebar ke
ekstraokular. Massa orbita harus dihindari. Pembedahan intraocular

9
seperti vitrektomi, adalah kontraindikasi pada pasien retinoblastoma,
karena akan menaikkan relaps orbita.
b. External beam radiotherapy (EBRT)
Retinoblastroma merupakan tumor yang radiosensitif dan
radioterapi merupakan terapi efektif lokal untuk khasus ini. EBRT
mengunakan eksalator linjar dengan dosis 40-45 Gy dengan
pemecahan konvensional yang meliputi seluruh retina. Pada bayi
mudah harus dibawah anestesi dan imobilisasi selama prosedur ini, dan
harus ada kerjasama yang erat antara dokter ahli mata dan dokter
radioterapi untuk memubuat perencanan. Keberhasilan EBRT tidak
hanya ukuran tumor, tetapi tergantung teknik dan lokasi. Gambaran
regresi setelah radiasi akan terlihat dengan fotokoagulasi. Efek
samping jangka panjang dari radioterapi harus diperhatikan. Seperti
enuklease, dapat terjadi komplikasi hambatan pertumbuhantulang
orbita, yang akhirnya akan meyebabkan ganguan kosmetik. Hal yang
lebih penting adalah terjadi malignasi skunder.
c. Radioterapi plaque
Radioaktif episkeral plaque menggunakan 60 Co, 106 Ro, 125 I
sekarang makin sering digunakan untuk mengobati retinoblastoma.
Cara itu biasanya digunakan untuk tumoryang ukurannya kecil sa,pai
sedang yang tidak setuju dengan kryo atau fotokoagulasi, pada kasus
yang residif setelah EBRT, tetapi akhir-akhir ini juga digunakan pada
terapi awal, khusunya setelah kemoterapi. Belum ada bukti bahwa cara
ini menimbulkan malignansi sekunder.
d. Kryo atau fotokoagulasi
Cara ini digunakan untuk mengobati tumor kecil (kurang dari 5
mm) dan dapat diambil. Cara ini sudah secara luas digunakan dan
dapat diulang beberapa kali sampai kontrol lokal terapi. Kryoterapi
biasanya ditujukan unntuk tumorbagian depan dan dilakukan dengan
petanda kecil yang diletakkan di konjungtiva. Sementara fotokoagulasi
secara umum digunakan untuk tumor bagian belakang baik

10
menggunakan laser argon atau xenon. Fotokoagulasi tidak boleh
diberikan pada tumor dekat makula atau diskus optikus, karena bisa
meninggalkan jaringan parut yang nantinya akan menyebabkan
ambliopi. Kedua cara ini tidak akan atau sedikit menyebabkan
komplikasi jangka panjang.
e. Modalitas yang lebih baru
Pada beberapa tahun terakhir,banyak kelompok yang
menggunakan kemoterapi sebagai terapi awal untuk kasus
interaokular, dengan tujuan untuk mengurabgi ukuran tumor dan
membuat tumor bisa diterapi secara lokal. Kemoterapi sudah
dibuktikan tidak berguna untuk kasus intraocular, tetapi dengan
menggunakan obat yang lebih baru dan lebih bisa penetrasi ke mata,
obat ini muncul lagi. Pendekatan ini digunakan pada kasus-kasus yang
tidak dilakukan EBICT atau enukleasi, khususnya kasus yang telah
lanjut. Carboplatin baaik sendiri atau dikombinasi dengan vincristine
dan VP16 atau VM26 setelah digunakan. Sekarang kemoreduksi
dilakukan sebagai terspi awal kasus retinoblastoma bilateral dan
mengancam fungsi mata.
f. Kemoterapi
Protocol adjuvant kemoterapi masih kontrovensial. Belum ada
penelitian yang luas, prospektif dan random. Sebagian besar penelitian
didasarkan pada sejumlah kecil pasien dengan perbedaan resiko relaps.
Selain itu juga karena kurang diterimanya secra luas sistem stadium
yang dibandingkan dengan berbagai macam variasi. Sebagian besar
penelitian didasarkan pada gambaran factor risiko secara histopatologi.
Penentuan stadium secara histopatologi setelah enukleasi
sangat penting untuk menentukan risiko relaps. Banyak peneliti
memberikan kemoterapi adjuvant untuk pasien-pasien retinoblastoma
intraokular dan memiliki faktor risiko potensial seperti nervus optikus
yang pendek (< 5 mm), tumor undifferentiated, atau invasi ke nervus

11
optikus prelaminar. Kemoterapi ingtratekal dan radiasi intracranial
untuk mencegah penyebaran ke otak tidak dianjurkan.
Apabila penyakitnya sudah menyebar ke ekstraokuler,
kemoterapi awal dianjurkan. Obat yang digunakan adalah carboplatin,
cis;platin, etoposid, teniposid, sikofosfamid, ifosfamid, vinkristin,
adriamisin, dan akhir-akhir ini adalah dikombinasi dengan idarubisin.
Meskipun laporan terakhir menemukan bahwa invasi keluar orbita dan
limfonodi preauricular dihubungkan dengan keluaran yang buruk,
sebagian besar pasien ini akan mencapai harapan hidup yang panjang
dengan pendekatan kombinasi kemoterapi, pembedahan, dan radiasi.
Meskipun remisi bisa dicapai oleh pasien dengan metastasis, biasanya
mempunyai kehidupan pendek. Hal ini biasanya dikaitkan dengan
ekspresi yang belebihan p 170 glikoprotein pada retinoblastoma, yang
dihubungkan dengan multidrug resistance terhadap kemoterapi.
I. Komplikasi
1. Glaukoma
2. Katarak
3. Kebutaan
4. Antropi Mata
J. Pemeriksaan Penunjang
1. Oftalmoskopi mata
2. Ultrsonografi
3. Foto fundus

12
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Anak
1. Anamnesa
a. Data klien :
Nama : An. Y
Usia : 2 bulan
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku / bangsa : Jawa/ Indonesia
Alamat : Surabaya
Agama :Islam
Tanggal MRS : 10 November 2014
Jam MRS : 14.00 WIB
Tanggal pengkajian : 11 November 2014
Diagnosa : Retinoblasmatoma
No Rekam Medis : 156-177-123
b. Identitas Penanggung Jawab :

Nama : Tn. G
Umur : 39 tahun
Jenis kelamin : Laki-laki
2. Pendidikan/ pekerja Keluhan Utama :
Keluhan utama yang di rasakan pasien adanya penurunan fungsi
penglihatan
3. Riwayat Penyakit Sekarang :
Satu tahun yang lalu pasien mengalami retino blastoma di mata
sebelah kanan. Kemudian dilakukan tindakan operasi pengangkatan
mata. Saat ini di mata kiri pasien terdapat retino blastoma. Terdapat
bintik putih pada mata tepatnya pada retina, terjadi penonjolan,dan
terdapat stabismus.
4. Riwayat penyakit keluarga

13
Dari keterangan keluarga di temukan data bahwa nenek dari pasien
pernah
menderita kanker servix.
5. Riwayat penyakit masa lalu
Pemeriksaan Fisik

 B1 : Breathing (Respiratory System)


Normal

 B2 : Blood (Cardiovascular system)


Normal

 B3 : Brain (Nervous system)nyeri kepala, visus 1/60,


strabismus, bola mata menonjol
 B4 : Bladder (Genitourinary system)
Normal

 B5 : Bowel (Gastrointestinal System)


Normal

 B6 : Bone (Bone-Muscle-Integument)
Gejala : kelelahan, malaise, kelemahan, ketidakmampuan untuk
melakukan aktivitas.

6. Analisa Data

No Data Etiologi Masalah


1. Data Subjektif : Gangguan penerimaan Gangguan persepsi
sensori pada lapisan sensori penglihatan
 Pasien mengeluh buram
fotoreseptor
saat melihat sesuatu.

14
Data objektif : Ketajaman penglihatan
menurun
 Visus mata kiri 1/60

2. Data subjektif: Keterbatasan lapang Resiko cedera


pandang (trauma)
 Klien mengeluh

pandanganya kabur
Resiko tinggi cedera
Data objektif :

 Tajam penglihatan
menurun

3. Data subjektif : Retinoblastoma Nyeri Kronis



 Mengeluh nyeri di
bagian mata kiri
Metastase lewat aliran
 Keluhan nyeri saat
darah
menggerakan mata

Data objektif :
Ke otak

 Ekspresi meringis
 Sering menangis
 Bola mata menonjuol
4. Data subjektif : Perubahan penampilan Gangguan citra diri
setelah operasi
 Klien mengeluh malu

 Klien mengeluh takut
Malu
Data objektif :

Gangguan citra diri
 Rasa percaya diri
berkurang
 Menutup diri

15
B. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan persepsi sensorik penglihatan berhubungan dengan gangguan


penerimaan sensori dari mata
2. Resiko tinggi cidera, berhubungan dengan keterbatasan lapang pandang
3. Nyeri berhubungan dengan metastase ke otak, penekanan tumor ke arah
otak.

C. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Goal Statement Intervensi (NIC) Rasional
o Keperawa (NOC)
tan
1. Ganggua  Mempertahan  Orientasika
n persepsi kan lapang n pasien
 Dengan
sensori ketajaman terhadap
mengetah
penglihat penglihatan lingkungan,
ui
an tanpa staf, orang
ekspresi
kehilangan lain di
perasaan
lebih lanjut. areanya.
pasien
 Letakkan
 Tentukan barang yang
dapat
ketajaman memperm
dibutuhkan/
penglihatan, udah
posisi bel
catat apakah tindakan
pemanggil
satu atau keperawat
dalam
kedua mata an
jangkauan.
terlibat. selanjutny
 Dorong
a
klien untuk
mengekspre
sikan

16
perasaan
tentang
kehilangan/
kemungkin
an
kehilangan
penglihatan.

2. Nyeri  Rasa nyeri  Berikan  Persetuju


akut yang ri tindakan an klien
rasakan pasien kenyamana dan
berkurang / n dasar keluarga
hilang (misalnya: akan
reposisi) memperm
 Tentukan dan aktifitas udah
riwayat nyeri, hiburan pelaksana
misalnya (misalnya: an
lokasi nyeri, mudik, terapi
frekuensi, telefisi).
durasi, dan  Bicarakan
intensitas dengan
(skala 0 – 10) individu
dan tindakan dan
penghilangan keluarga
yang penggunaan
digunakan terapi
distraksi,
serta
metode
pereda

17
nyeri
lainnya.
 Ajarkan
tindakan
pereda
nyeri
 Beri
individu
pereda rasa
sakit yang
optimal
dengan
analgesik

3. Cemas  Kecemasan  Berikan


berhubun dapat segera tindakan
gan teratasi. kenyaman
dengan  Kaji tingkat kepada
penyakit ansietas, pasien
yang derajat  Berikan
diderita pengalaman kajian
klien. nyeri/timbulny tingkat
a gejala tiba – nyeri
tiba dan kepada
pengetahuan pasien
kondisi saat
ini.
 Berikan
informasi yang
akurat dan

18
jujur.
Diskusikan
dengan
keluarga
bahwa
pengawasan
dan
pengobatan
dapat
mencegah
kehilangan
penglihatan
tambahan.

D. Implementasi Keperawatan
No Hari /tanggal Implementasi Paraf
1. Senin 05  Mengorientasikan pasien
desember terhadap lingkungan, staf,
2016 orang lain di areanya.
 Mengetakkan barang yang
dibutuhkan/posisi bel
pemanggil dalam jangkauan.
 Mengdorong klien untuk
mengekspresikan perasaan
tentang
kehilangan/kemungkinan
2. Selasa 06  Melakukan tindakan
desember kenyamanan dasar (misalnya:
2016 reposisi) dan aktifitas hiburan

19
(misalnya: mudik, telefisi).
 Membicarakan dengan
individu dan keluarga
penggunaan terapi distraksi,
serta metode pereda nyeri
lainnya.
 Mengajarkan tindakan pereda
nyeri
 Melakukan tindakan individu
pereda rasa sakit yang optimal
dengan analgesic
3. Rabu 07  Melakukan tindakan
desember kenyaman kepada pasien
2016  Melakukan kajian tingkat
nyeri kepada pasien

20
E. Evaluasi

No Hari /tanggal Evaluasi Paraf


1. Kamis 08 S : keluarga pasien mengatakan
desember bahwa anaknya menangis tadi malam
2016 O : wajah anak terlihat pucat
A : masalah teratasi sebagaian
P : lanjutkan intervensi
2. Jumat 09 S : keluarga pasien mengatakan
desember bahwa anaknya tidak menangis tadi
2016 malam
O : wajah ank tidak terlihat pucat,
nafas pendek, RR: 56 x/menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutakan intervensi
3. Sabtu 10 S: keluarga pasien mengatakan
desember bahwa anaknya tidur sangat nyenyak
2016 tadi malam
O : nadi 95 kali / menit, RR: 21 kali /
menit
A : masalah teratasi sebagian
P : lanjutkan intervensi

21
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Retinoblastoma adalah suatu neoplasma yang berasal dari neuroretina (sel
kerucut sel batang) atau sel glia yang bersifat ganas. Merupakan tumor ganas
intraokuler yang ditemukan pada anak-anak, terutama pada usia dibawah lima
tahun. Tumor berasal dari jaringan retina embrional. Dapat terjadi unilateral
(70%) dan bilateral (30%). Sebagian besar kasus bilateral bersifat herediter
yang diwariskan melalui kromosom.
Pasien dengan retinoblastoma harus diberikan perawatan secara intensif
dan perlunya pengetahuan dari pihak keluarga agar penyakit tersebut tidak
mengalami komplikasi. Dan kita sebagai perawat harus mampu memberikan
edukasi tentang gejala dini retinoblastoma agar dapat segera diobati.

22
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.
Voughan, Dale. 2000. Oftalmologi umum. Jakarta :widya medika.
Permono, Bambang, dkk. 2006. Buku ajar hematologi-onkologi anak.
Jakarta:Badan Penerbit IDAI.

23

Anda mungkin juga menyukai