NAMA : Yunica Christianti Jatmiko

NIM : 01.2.16.00569
PRODI : S1 Keperawatan

Rangkuman Buku Terapi Gizi & Diet Rumah Sakit

Penulis dr. Andry Hartono, SpGK
Bab 4 Pencernaan Dan Metabolisme ( Halaman 59-73)

Pencernaan merupakan proses pengolahan makanan di dalam saluran

cerna yang mengubah makanan menjadi bentuk akhir untuk diserap oleh saluran
cerna, dibawa oleh darah dan akhirnya menjalani metabolisme di dalam sel-sel
tubuh. Metabolisme itu sendiri merupakan reaksi biokimia dalam sel-sel tubuh
yang hidup untuk memanfaatkan zat-zat gizi seperti glukosa dari hasil pencernaan
hidratarang, gliserol serta asam-asam lemak dari hasil pencernaan lemak dan
asam-asam amino dari hasil pencernaan protein. Di dalam metabolisme terbagi
menjadi anabolisme dan katabolisme. Anabolisme yaitu metabolisme yang
membangun atau anabolisme mengubah nutrien yang diserap oleh saluran cerna
menjadi bangunan yang lebih kompleks seperti otot dan organ tubuh lainnya.
Selanjutnya, Katabolisme merupakan kebalikan anabolisme sehingga dapat
disebut sebagai metabolisme yang merombak. Dalam keadaan dimana
peningkatan oksidasi di katabolisme tidak dikehendaki disebabkan karena
terjadinya pemecahan jaringan (otot dan lemak) yang berlebihan, dapat dijumpai
pada saat starvasi atau selama periode akut pasca trauma atau pasca sakit.

Keadaan metabolisme berbeda-beda dalam setiap manusia diantaranya

orang normal dan orang yang mengalami kelaparan atau berpuasa lama (starvasi)
serta orang yang menderita sakit berat. Dalam metabolisme normal kebanyakan
orang makan makanan utama tiga kali sehari dengan diselingi makan camilan,
keadaan ini menimbulkan fluktuasi dalam proses metabolisme dimana kenaikan
kadar nutrien seperti gula dalam darah terjadi lebih kurang setiap 3 jam sekali,
nutrien ini dapat diubah menjadi glukosa lewat lintasan glukoneogenesis
dimanfaatkan tubuh pada saat sakit. Pada metabolisme starvasi ini dilakukan oleh
pasien yang saluran cernanya diistirahatkan seperti pasien ileus, trauma saluran
cerna dan penyakit inflamasi usus. Puasa ini berlangsung singkat agar tubuh
berupaya untuk menghasilkan cukup glukosa bagi jaringan yang sumber
energinya bergantung pada glukosa seperti otak dan sel darah merah. Simpanan
glikogen nya diubah menjadi glukosa dengan bantuan hormon glukagon dan
protein tubuh diuraikan untuk memberikan asam-asam amino. Jika metabolisme
pada trauma respon tubuh terhadap peristiwa ini akan berubah menurut waktu,
fase pertama yang dialami oleh tubuh adalah fase ebb yang berlangsung selama 12
jam setelah trauma. Selanjutnya diikuti oleh fase flow atau fase akut dimana
periode ketika tubuh memobilisasi nutrien untuk memenuhi kebutuhan metabolik
yang tinggi akibat stres menjadikan asupan makanan berkurang akibat
terganggunya kemampuan makan sementara kebutuhan energi meningkat.
Metabolisme ini hampir sama dengan metabolisme pada keadaan sakit, hanya
dalam keadaan sakit yang lama diperlukan perhatian terhadap kemungkinan
komplikasi akibat penurunan status gizi pasien.

Tidak hanya sebagai proses pencernaan tubuh dan metabolisme kita juga
terdapat sel yang membutuhkan energi agar dapat bekerja dengan baik, pasokan
energi yang siap pakai disimpan dalam bentuk adenosin trifosfat (ATP) yang
mengandung protein purin (adenin), gula (ribosa) dan tiga molekul fosfat. Tidak
hanya itu didalam sel otot, kreatin fosfat juga memberikan energi siap pakai untuk
mensintesis ATP kembali dari ADP namun dalam jumlah yang terbatas. Selain
adenosin trifosfat, terdapat juga siklus krebs (siklus asam sitrat atau siklus asam
trikarboksilat) merupakan cara utama tubuh untuk mengambil energi dari nutrien
dan kemudian energi tersebut disimpan sebagai molekul ATP.