Anda di halaman 1dari 16

ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL BAYI NY.

D UMUR 4 HARI DENGAN IKTERIK


PATOLOGI DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI
YOGYAKARTA

NASKAH PUBLIKASI

Disusun oleh :

Nur Faiqo Zannah

120200547

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN ALMA ATA

PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN

YOGYAKARTA

2015
ASUHAN KEBIDANAN PADA BBL
BAYI NY. D UMUR 4 HARI DENGAN IKTERIK PATOLOGI
DI RSUD PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
YOGYAKARTA

Nur Faiqo Zannah1, Wiwiek Dwi Prapti2, Febrina Suci Hati3

INTISARI

Latar Belakang : Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia sebesar 32/1.000


kelahiran hidup dari data tersebut, maka masalah kematian bayi merupakan hal
yang serius yang harus diupayakan penurunannya agar target MDG’s dapat
tercapai (Dinkes DIY, 2013). Sedangkan AKB di DIY tahun 2012 sebanyak
19/1.000 kelahiran hidup, meningkat dibandingkan pada tahun 2010 sebanyak
17/1.000 kelahiran hidup. Penyebab kematian neonatal 0-6 hari di Indonesia
adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi
(7%), ikterus (6%) dan kelainan congenital (1%). Di RSUD Panembahan
Senopati Bantul tahun 2014 yaitu sebanyak 588 bayi dari 2.721 persalinan atau
sebesar 21,61% bayi dengan ikterus.
Tujuan: Studi kasus ini bertujuan untuk memberikan dan melaksanakan Asuhan
Kebidanan pada BBL Bayi Ny. D Umur 4 Hari dengan Ikterik Patologi di RSUD
Panembahan Senopati Bantul Yogyakarta.
Metode: Laporan studi kasus ini menggunakan metode observasional deskriptif.
Observasi dilakukan pada satu orang bayi dengan ikterik patologi dan
dilaksanakan pada tanggal 01-04 agustus 2015 di RSUD Panembahan Senopati
Bantul Yogyakarta. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara, observasi,
pemeriksaan fisik, studi kepustakaan dan studi dokumentasi. Analisis data
menggunakan asuhan kebidanan dengan tujuh langkah Varney serta catatan
perkembangan menggunakan metode soap.
Hasil: Dari hasil penulisan studi kasus ini, penulis mendapatkan gambaran dan
pengalaman nyata dalam pembuatan asuhan kebidanan pada bayi dengan
Ikterus Patologi.
Kesimpulan: Dari asuhan kebidanan menurut 7 langkah varney tidak terdapat
kesenjangan antara teori dan praktik.
Kata Kunci: Asuhan Kebidanan, Bayi Baru Lahir, Ikterik Patologi.
Kepustakaan: buku, jurnal, website

1
Mahasiswa DIII Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
2
Dosen Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
3
Dosen Kebidanan STIKES Alma Ata Yogyakarta
PENDAHULUAN 32/1.000 kelahiran hidup. Apabila
Kemampuan pelayanan melihat angka hasil SDKI 2012
kesehatan suatu negara ditentukan tersebut, maka masalah kematian
dengan tinggi rendahnya Angka bayi merupakan hal yang serius
Kematian Ibu dan Angka Kematian yang harus diupayakan
Bayi. Menurunkan angka kematian penurunannya agar target MDG’s
perinatal dibidang pelayanan dapat tercapai (Dinkes DIY, 2013).
kesehatan memerlukan perhatian Sedangkan AKB di DIY tahun
yang serius, karena pelayanan yang 2012 sebanyak 19/1.000 kelahiran
tidak adekuat pada bayi baru lahir hidup, meningkat dibandingkan pada
dapat menyebabkan meningginya tahun 2010 sebanyak 17/1.000
angka kematian pada perinatal. kelahiran hidup. Angka kematian
Pencapaian derajat kesehatan bayi di DIY pada tahun 2012
ditandai dengan menurunnya Angka sebanyak 400 kasus, dan pada
Kematian Bayi (AKB), menurunnya tahun 2011 sebanyak 311 kasus dan
Angka Kematian Ibu (AKI) dan terus meningkat dibanding pada
menurunnya prevalensi gizi kurang tahun 2010 sebanyak 241 kasus.
dan gizi buruk serta meningkatnya Menurut RISKESDAS 2007,
Umur Harapan Hidup (Dinkes, penyebab kematian neonatal 0-6
2012). hari di Indonesia adalah gangguan
Di Indonesia angka kematian pernafasan (37%), prematuritas
bayi (AKB) masih sangat tinggi yaitu, (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%),
34/1.000 kelahiran hidup kematian ikterus (6%) dan kelainan congenital
terjadi pada umur dibawah 1 bulan (1%).
atau pada saat neonatus (Depkes Di kabupaten Bantul sendiri data
RI, 2010). Sedangkan dalam yang mendukung tentang ikterus
Millenium Development Goals belum diketahui dengan pasti.
(MDG’s), Indonesia menargetkan Namun berdasarkan studi
pada tahun 2015 Angka Kematian pendahuluan yang peneliti lakukan
Bayi (AKB) menurun menjadi 23 per kejadian ikterus yang didapatkan di
1.000 kelahiran hidup. Menutut hasil RSUD Panembahan Senopati Bantul
Survey Demografi dan Kesehatan tahun 2014 yaitu sebanyak 588 bayi
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka dari 2.721 persalinan atau sebesar
Kematian Bayi (AKB) sebesar 21,61% bayi dengan ikterus.
Ikterus neonatorum adalah endokrin, kelainan hati, infeksi
warna kuning yang dapat terlihat (Satrio Wibowo, 2010).
pada skera, selaput lender, kulit atau Ikterus pada neonatorum dapat
organ lain akibat penumpukkan menyebabkan timbunan bilirubin
bilirubin dalam jumlah kadar bilirubin dalam otak sehingga terjadi kern-
5 mg % atau lebih setiap 24 jam. ikterus yang berakibat fatal pada
Keadaan ini merupakan penyakit bayi yaitu terjadi ensefalopati
darah. Bilirubin merupakan hasil bilirubin.
penguraian sel darah merah di Berdasarkan uraian di atas,
dalam darah. Penguraian sel darah maka peneliti tertarik untuk
merah merupakan proses yang melakukan pengkajian Studi Kasus
dilakukan oleh tubuh apabila sel dengan judul “Asuhan Kebidanan
darah merah telah berusia 120 hari. pada BBL dengan Ikterik Patologi
Hasil dari penguraian hati Derajatkremer IV” di RSUD
disingkirkan dari badan melalui Panembahan Senopati Bantul
buang air besar dan buang air kecil Yogyakarta.
(Marmi dan Rahardjo, 2012).
Peningkatan kadar bilirubin METODOLOGI
merupakan salah satu masalah Jenis laporan ini merupakan
tersering pada bayi baru lahir dan jenis laporan studi kasus dengan
pada umumnya merupakan suatu menggunakan metode observasional
keadaan transisi normal atau deskriptif yaitu penelitian yang
fisiologis yang lazim terjadi pada 60- digunakan dengan tujuan utama
70% bayi aterm dan pada hampir untuk membuat gambaran atau
semua bayi preterm. Pada deskripsi tentang suatu keadaan
kebanyakan kasus, kadar bilirubin secara obyektif (Machfoed, 2013).
yang menyebabkan ikterus tidak Pada laporan studi kasus ini subyek
berbahaya dan tidak memerlukan yang diteliti adalah bayi baru lahir
pengobatan, namun demikian pada bayi Ny. D umur 4 hari dengan
beberapa kasus hiperbilirubinemia ikterik patologi di RSUD
tersebut dapat berhubungan dengan Panembahan Senopati Bantul
beberapa penyakit, seperti : penyakit Yogyakarta.
hemolitik, kelainan metabolik dan Lokasi studi kasus merupakan
tempat dimana pengambilan kasus
tersebut dilaksanakan (Notoatmodjo, berkaitan dengan bayi baru lahir
2010). Waktu studi kasus adalah dengan Ikterik patologi, rekam medik
jangka waktu yang dibutuhkan pasien serta alat tulis.
penulis untuk memperoleh data studi
kasus yang dilaksanakan HASIL
(Boediarso, 2008). Studi kasus ini Pada tahap pengkajian data
dilaksanakan di RSUD Panembahan subyektif yaitu ibu mengatakan Bayi
Senopati Bantul Yogyakarta selama lahir SC tanggal 28 Juli 2015 pukul
4 hari pada tanggal 01 Agustus2015- 12.49 WIB, lebih bulan, sesuai masa
04Agustus 2015. kehamilan. Masuk ruang bayi
Metode pengumpulan data yang tanggal 28 Juli 2015 pukul 13.20
digunakan adalah data primer dan WIB, kulit bayi tampak kuning dari
data sekunder. Data primer adalah kepala sampai ekstremitas kecuali
materi atau kumpulan fakta yang telapak tangan dan telapak kaki.
dikumpulkan sendiri oleh peneliti Bayi mengalami demam tinggi pada
pada saat berlangsung suatu tanggal 30 Juli 2015 dengan suhu
o
penelitian (Nursalam, 2007). Data 38,1 C dan hasil pemeriksaan
primer diperoleh melalui wawancara, laboratorium bilirubin indirek 12,21
observasi dan pemeriksaan fisik. mg/dl.
Data sekunder adalah data yang Sedangkan pada data
diperoleh selain dari pemeriksaan obyektif didapatkan hasilkeadaan
fisik atau terapi diperoleh dari umum sedang, kesadaran
keterangan keluarga sama composmentis, TTV : N= 130x/
lingkungannya, mempelajari status menit, R= 46x/ menit, S= 36,7°C,
dan dokumentasi pasien, catatan BB/PB = 3000 gram/ 50 cm, kulit
dalam kebidanan dan studi tampak kuning pada bagian kepala,
(Notoatmodjo, 2010). Data sekunder sampai kaki kecuali telapak tangan
diperoleh melalui studi dokumentasi dan telapak kaki.
dan studi kepustakaan. Alat-alat Pada tahap interpretasi data
yang digunakan dalam pengumpulan dapat diperoleh diagnosa kebidanan
data tersebut terdiri dari format yaitu bayiNy. D umur 4 hari dengan
asuhan kebidanan Varney dan ikterik patologi derajat kremer IV.
SOAP, termometer, stetoskop, jam Masalah yang muncul dalam kasus
tangan, buku referensi yang ini adalah ibu mengatakan anaknya
malas minum, reflek hisap dan dokter spesialis anak, memberikan
menelanl emah. Pada pemeriksaan dukungan moril pada ibu karena
fisik didapatkan kulit tampak kuning kekhawatiran ibu terhadap keadaan
dari bagian kepala, badan bagian bayinya saat ini, melakukan
atas sampai ekstremitas kecuali observasi KU dan vital sign,
telapak tangan dan telapak kaki. kolaborasi dengan dokter spesialis
Kebutuhan yang diberikan pada anak yaitu pemberian cairan infus D
bayiNy. Dyaitu pemberikan ASI 10 mikro 8 tetes/menit, pemberian
secara on demand untuk terapi sinar dengan program
pemenuhan nutrisi pada bayi dan penyinaran 6 x 6 jam, pemberian
melatih reflek hisap bayi dengan injeksi gentamicyn 2 x 8 mg dan
menyusu/netek. ampicilin 2 x 165 mg, pemberian KIE
Diagnosa potensial pada dan anjuran imunisasi pada bayi.
kasus bayi Ny. D dengan ikterik Pelaksanaan tindakan
patologi derajat kremer IV tidak asuhan kebidanan pada kasus bayi
Ikterik derajat kremer V, Bayi tidak Ny. D umur 4 hari dengan ikterik
mengalami dehidrasi/kekurangan patologi derajat kremer IV telah
cairan dan tidak terjadi kern ikterus sesuai dengan rencana tindakan
karena adanya antisipasi tindakan kolaborasi dengan dokter spesialis
yang cepat dan tepat dari tenaga anak yaitu pemberian cairan infus D
kesehatan. 10 mikro 8 tetes/menit, pemberian
Antisipasi tindakan segera terapi sinar dengan program
pada kasus bayi Ny. D umur 4 hari penyinaran 6 x 6 jam, pemberian
dengan ikterik patologi derajat IV injeksi gentacymin 2 x 8 mg dan
dengan melakukan kolaborasi ampicilin 2 x 165 mg, observasi KU
dengan dokter spesialis anak yaitu dan vital sign, pemberian KIE dan
pemberian cairan infus D 10 mikro 8 anjuran imunisasi pada bayi.
tetes/menit, pemberian terapi sinar Evaluasi yang diperoleh yaitu
dengan program penyinaran 6 x 6 keadaan umum bayi baik, kesadaran
jam, pemberian injeksi gentacymin 2 composmentis, reflek hisap dan
x 8 mg dan ampicilin 2 x 165 mg, menelan baik, cairan terpenuhi,
observasi KU dan vital sign. bilirubin dalam darah turun.
Rencana tindakan yang akan
dilakukan yaitu kolaborasi dengan
PEMBAHASAN (Dewi, 2010). Ibu juga mengatakan
Pada kasus ini telah dilakukan bayinya malas minum, reflek hisap
pengkajian sebagai berikut, dan menelan lemah. Bayinya kuning
datasubyektif yaitu ibu mengatakan pada 24 jam pertama setelah lahir.
Bayi lahir SC tanggal 28 Juli 2015 Menurut (Dewi, 2010) tanda dan
pukul 12.49 WIB, lebih bulan, sesuai gejala Ikterik patologi yaitu kterik
masa kehamilan. Masuk ruang bayi yang terjadi pada 24 jam pertama,
tanggal 28 Juli 2015 pukul 13.20 kadar bilirubin melebihi 10 mg%
WIB, kulit bayi tampak kuning dari pada neonatus kurang bulan atau
kepala sampai ekstremitas kecuali melebihi 12,5 mg% pada neonatus
telapak tangan dan telapak kaki. cukup bulan, peningkatan bilirubin
Bayi mengalami demam tinggi pada melebihi 5 mg% per hari, kadar
tanggal 30 Juli 2015 dengan suhu bilirubin indirek lebih dari 1 mg/dl,
o
38,1 C dan hasil pemeriksaan mempunyai hubungan dengan
laboratorium bilirubin indirek 12,21 proses hemolitik.
mg/dl. Menurut Sarwono (2008),
Berdasarkan pengumpulan
Ikterus yang cenderung menjadi
data diatas, tanda – tanda bayi baru
patologi adalah ikterus yang disertai
lahir dengan ikterus patologi derajat
berat lahir kurang dari 2000 gram,
kremer IV yang sesuai yaitu warna
masa gestasi kurang dari 36 minggu,
kuning pada kepala, leher, badan
asfiksia, hipoksia, dan sindroma
hingga ekstremitas kecuali telapak
gawat nafas pada neonatus, infeksi,
tangan dan telapak kaki, serta reflek
trauma lahir pada kepala.
hisap dan menelan lemah
hipoglikemia, hiperosmolaritas
(Wiknjosastro, 2007). Data obyektif
darah, proses hemolysis. Produksi
adalah data yang didapat dari
bilirubin yang meningkat pada
observasi dan diukur oleh tenaga
proses hemolysis sel darah merah
kesehatan (Nursalam, 2007). Data
disebut dengan ikterus
obyektif didapat dari pemeriksaan
hemolitik/ikterus prahapatik.
fisik yang meliputi keadaan umum
Peningkatan bilirubin dapat
lemah dan kesadaran composmentis
disebabkan oleh beberapa factor,
(Matondang, 2007).
diantaranya adalah infeksi, kelainan
sel darah merah, dan toksin dari luar Data penunjang diperoleh
tubuh, serta dari tubuh itu sendiri dari pemeriksaan laboratorium
antara lain : pemeriksaan Hb dan yang diberikan adalah pemberian
golongan darah, serta kadar bilirubin rasa nyaman dan hangat serta
dalam darah pada ikterus derajat pemenuhan nutrisi yang adekuat.
kremer IV kadar bilirubin indirek 12,4 Pada interpretasi data ini tidak
mg/dl (Wiknjosastro, 2007). ditemukan kesenjangan antara teori
dan praktek.
Berdasarkan pada kasus
data subyektif adalah ibu Diagnosa potensial pada bayi
mengatakan khawatir dengan ikterus patologi derajat kremer IV
bayinya yang lahir dengan warna akan muncul apabila kadar bilirubin
kuning pada kepala, leher, badan semakin meningkat dan
hingga lutut berarti derajat kremer IV menyebabkan ikterus derajat kremer
dan hasil pemeriksaan laboratorium V kemudian kern ikterus
kadar bilirubin indirek 12.21 mg/dl. (Wkinjosastro, 2007). Namun
Jadi pada pengkajian ini tidak diagnosa potensial pada kasus ini
ditemukan kesenjangan antara teori tidak terjadi karena penanganan
dan praktek. yang tepat dan pada hasil
pemeriksaan kadar bilirubin yang
Interpetasi data pada kasus
semakin membaik. Pada diagnosa
ini masalah yang sering dijumpaibayi
potensial ini tidak ditemukan
dengan ikterus adalah gangguan
kesenjangan antara teori dan
kebutuhan cairan dan reflek hisap
praktek.
serta menelan lemah (Runny, 2009).
Kebutuhan bayi ikterus antara lain Antisipasi yang dilakukan
pemberian rasa nyaman dan hangat, pada bayi baru lahir dengan ikterus
pemenuhan nutrisi yang adekuat derajat kremer IV ini adalah
(Varney, 2007). Pada interpretasi identifikasi kebutuhan yang
data ini diperoleh data dari ibu maka memerlukan penanganan segera
didapatkan diagnosa kebidanan dan tindakan kolaborasi dengan
pada bayi Ny. D baru lahir Caesar tenaga medis lain untuk menghindari
lebih bulan umur 4 hari dengan terjadi kegawat daruratan
ikterus patologi derajat IV dalam (Wiknjosastro, 2007). Antisipasi
kasus ini pada bayi Ny. D ditemukan menurut Wkinjosastro (2007), untuk
masalah reflek menghisap dan tanda kern ikterik dan infeksi pada
menelan lemah, sehingga kebutuhan kasus ini antara lain :
a. Penurunan kadar bilirubin turun sebelum dilakukan tindakan
dengan cara mempercepat lanjut yaitu pemberian transfusi
metabolisme dan pengeluaran darah, earlyfeeding dan agar-agar.
bilirubin dengan pemberian agar- Meskipun antisipasi pemberian agar-
agar, fenobarbital, earlyfeeding. agar, fenobarbital, earlyfeeding dan
b. Pemberian terapi sinar untuk pemberian transfusi darah tidak
mengubah bilirubin menjadi diberikan kondisi bayi dalam
bentuk yang tidak toksik dan keadaan baik.
yang dapat dikeluarkan dengan Perencanaan tindakan disusun
sempurna melalui ginjal dan berdasarkan diagnose masalah dan
traktus gestifus. kebutuhan serta kerjasama.
c. Pemberian transfusi darah untuk Rencana asuhan pada bayi Ny. D
mengeluarkan bilirubin dari dengan ikterus patologi derajat
peredaran darah. kremer IV. Menurut Wiknjosastro
Antisipasi pada kasus bayi Ny. D (2007), perencanaan asuhan
yaitu pemberian injeksi gentamycin 2 kebidanan pada bayi baru lahir
x 8 mg/12 jam, injeksi ampicilin 2 x dengan ikterus yaitu :
165 mg/12 jam, terapi tersebut a. Lakukan pemantauan terhadap
dimaksud untuk sebagai antibiotik, kulit bayi untuk mengetahui
infus D 10 8 t.p.m, foto terapi derajat kremer ikterus dan bayi
dengan program penyinaran 6 x 6 mengalami dehidrasi/tidak
jam, pemberian ASI yang adekuat b. Observasi keadaan umum dan
serta pertahankan suhu tubuh tetap tanda vital bertujuan untuk
hangat.Langkah antisipasi pada mengetahui kondisi bayi.
kasus bayi Ny. D kesenjangan pada c. Kaji reflek menghisap dan
teori diberikan agar – agar, menelan bertujuan untuk
fenobarbital, earlyfeeding dan mengetahui daya hisap dan
pemberian transfusi darah. menelan bayi baik atau tidak
Sedangkan pada praktek adalah d. Pertahankan kehangatan suhu
pemberian terapi injeksi ampicilin 2 x tubuh bayi bertujuan agar suhu
165 mg dan gentamycin 2 x 8 mg, tubuh baik stabil
foto terapi dan pemberian ASI, e. Beri nutrisi sesuai dengan
dikasus tidak dilakukan transfusi kebutuhan bertujuan agar
darah karena dikasus kadar bilirubin pemenuhan kebutuhan cairan
bayi terpenuhi dan mencegah kesenjangan antara teori dan
terjadinya dehidrasi. praktek.
f. Periksa bilirubin dalam darah Pelaksanaan adalah inisiatif dari
dengan melakukan pemeriksaan rencana tindakan untuk mencapai
laboratorium untuk mengetahui tujuan yang spesifik (Nursalam,
kadar bilirubin indirek. 2007). Pelaksanaan asuhan
g. Kolaborasi dengan dokter kebidanan pada bayi baru lahir
spesialis anak unutuk melakukan dengan ikterik patologi ini
terapi selanjutnya untuk disesuaikan dengan rencana
melakukan terapi sinar dan tindakan. Pelaksanaan yang
transfusi tukar. dilakukan pada kasus bayi baru lahir
Sedangkan pada kasus ini dengan ikterik patologi sudah
dilakukan tindakan atau usaha dilakukan berdasarkan perencanaan
perawatan dengan informasikan yang telah disusun penulis.
keadaan bayi pada keluarga, Pada Bayi Ny. D dengan ikterik
keadaan umum dan tanda – tanda patologi dengan derajat kremer IV
vital, pemantauan terhadap kulit pelaksanaannya yaitu untuk
bayi, kaji reflek menghisap dan menganjurkan ibu untuk
menelan, pertahankan kehangatan, memberikan ASI secara on demand
beri nutrisi yang adekuat, observasi dan mengajari ibu cara menyusui
BAK dan BAB serta kolaborasi yang baik dan benar. Untuk
dengan dokter spesialis anak yaitu menghindari dehidrasi diberikan
foto terapi sinar dengan program terapi infus D 10 mikro 8 tetes/
penyinaran 6 x 6 jam, injeksi menit. Observasi keadaan umum
gentamycin 2 x 8 mg/12 jam, injeksi bayi dan tanda – tanda vital setiap 3
ampicilin 2 x 165 mg/12 jam, terapi jam, timbang berat badan bayi setiap
tersebut dimaksud untuk sebagai hari, menjaga kehangatan bayi,
antibiotik, infus D 10 mikro 8 observasi BAB dan BAK, observasi
tetes/menit. Pada ikterus pada teori ikterik. Kolaborasi dengan dokter
dilakukan transfusi tukar sedangkan untuk memberikan Foto terapi
pada praktek tidak dilakukan dengan program penyinaran 6 x 6
transfusi tukar karena kadar bilirubin jam dengan cara bayi telanjang,
bayi turun tanpa dilakukan transfusi kedua mata dan kemaluan ditutup,
tukar. Jadi perencanaan ini tidak ada sedangkan posisinya diubah setiap 3
jam agar sinar dapat merata pada kemerahan, kadar bilirubin turun dari
tubuh bayi, memberikan terapi 12.66 mg % menjadi 4.63 mg % bayi
Injeksi gentamycin 2 x 8 mg dengan dapat menyusu dengan baik.
dosis 0,2 mg dan injeksi ampicilin 2 Evaluasi kasus ikterus pada bayi Ny.
x 165 mg dengan dosis 0,99 mg D tidak ditemukan kesenjangan
untuk aintibiotik, sehingga pada antara kasus dengan teori.
kasus ini masalah telah teratasi.
Pada langkah ini tidak terdapat KESIMPULAN
kesenjangan antara teori dengan Berdasarkan pengkajian data
praktek di lapangan. yang diperoleh dari bayiNy. D
Evaluasi dilaksanakan pada didapatkan hasildata subyektif yaitu
setiap tindakan dan selama ibu mengatakan cemas dengan
pelaksanaan asuhan. Secara umum keadaan bayinya karena kulit bayi
tindakan yang dilakukan dapat berwarna kuning melewati daerah
berhasil dengan baik (Varney, 2007). muka hingga lutut dan sklera tampak
Pada teori dengan ikterik derajat kuning, urine tampak kuning seperti
kremer IV ini ingin dicapai adalah teh, dan reflek hisap kurang.
pemenuhan kebutuhan terpenuhi, Sedangkan pada data obyektif
kadar bilirubin atau derajat ikterus didapatkan keadaan umum sedang,
menurun, bayi tidak kesulitan dalam kesadaran composmentis, TTV : N=
menyusu. Setelah diberikan asuhan 130x/ menit, R= 46x/ menit, S=
kebidanan hasil yang diharapkan 36,7°C, BB/PB = 3000 gram/ 50 cm,
adalah keadaan umum baik, kulit tampak kuning pada bagian
kesadaran composmentis, cairan kepala, sampai kaki kecuali telapak
terpenuhi, bilirubin turun dan berat tangan dan telapak kaki.
badan bayi naik (Wiknjosastro, Interpetasi data dilakukan
2007). dengan mengumpulkan data dasar
yaitu data subyektif dan obyektif
Setelah dilakukan pengkajian
secara teliti dan akurat sehingga
selama 4 hari pada bayi Ny. D
didapatkan diagnosa kebidanan bayi
dengan ikterus patologi derajat
Ny. D dengan ikterik patologi derajat
kremer IV didapat hasil : kondisi
kremer IV.
umum bayi baik, kesadaran
Diagnosa potensial pada
composmentis, warna kulit
kasus bayi Ny. D dengan ikterik
patologi derajat kremer IV tidak Pelaksanaan tindakan asuhan
Ikterik derajat kremer V, Bayi tidak kebidanan pada kasus bayi Ny. D
mengalami dehidrasi/kekurangan umur 4 hari dengan ikterik patologi
cairan dan tidak terjadi kern ikterus derajat kremer IV telah sesuai
karena adanya antisipasi tindakan dengan rencana tindakan kolaborasi
yang cepat dan tepat dari tenaga dengan dokter spesialis anak yaitu
kesehatan. pemberian cairan infus D 10 mikro 8
Antisipasi tindakan segera tetes/menit, pemberian terapi sinar
pada kasus bayi Ny. D umur 4 hari dengan program penyinaran 6 x 6
dengan ikterik patologi derajat jam, pemberian injeksi gentacymin 2
kremer IV dengan melakukan x 8 mg dan ampicilin 2 x 165 mg,
kolaborasi dengan dokter spesialis observasi KU dan vital sign,
anak yaitu pemberian cairan infus D pemberian KIE dan anjuran
10 mikro 8 tetes/menit, pemberian imunisasi pada bayi.
terapi sinar dengan program Evaluasi yang diperoleh yaitu
penyinaran 6 x 6 jam, pemberian keadaan umum bayi baik, kesadaran
injeksi gentacymin 2 x 8 mg dan composmentis, cairan terpenuhi,
ampicilin 2 x 165 mg, observasi KU bilirubin dalam darah turun.
dan vital sign. Hasil dari asuhan kebidanan
Rencana tindakan yang akan pada bayi ny. D dengan ikterus
dilakukan yaitu kolaborasi dengan patologi derajat kremer IV tidak
dokter spesialis anak, memberikan terdapat kesenjangan antara teori
dukungan moril pada ibu karena dan kasus.
kekhawatiran ibu terhadap keadaan
bayinya saat ini, melakukan SARAN
observasi KU dan vital sign, Berdasarkan hasil hasil penelitian
kolaborasi dengan dokter spesialis ini, maka saran yang dapat penulis
anak yaitu pemberian cairan infus D sampaikan adalah sebagai berikut :
10 mikro 8 tetes/menit, pemberian 1. Bagi Tenaga Kesehatan
terapi sinar dengan program Diharapkan agar dapat
penyinaran 6 x 6 jam, pemberian mempertahankan dan lebih
injeksi gentacymin 2 x 8 mg dan meningkatkan mutu pelayanan
ampicilin 2 x 165 mg, pemberian KIE terutama dalam memberikan
dan anjuran imunisasi pada bayi. asuhan pelayanan kebidanan
secara komprehensif dan 5. Kemenkes RI. (2007). Riskesdas
dalam Angka Daeah Istimewa
mampu mengidentifikasi dan
Yogyakarta. Jakarta: Lembaga
memberiakan pertolongan Penerbitan Badan Litbangkes
pertama pada bayi ikterik.
6. Machfoedz. (2013). Metodologi
2. Bagi Peneliti Penelitian (Kuantitatif dan
Penelitian ini diharapkan dapat Kualitatif). Yogyakarta: Fitramaya

menambah pengetahuan, 7. Marmi dan Rahardjo. (2012).


membangun kerangka empiri Asuhan Neonatus Bayi Balita
dan Anak Prasekolah.
(hasil lapangan) dan sebagai Yogyakarta: Pustaka Pelajar
masukan bagi pihak yang ingin
8. Matondang, C.S,dkk. (2007).
mengembangkan penelitian lebih
Diagnasa Fisik pada anak. Edisi
lanjut, terutama berkaitan ketiga. Jakarta : PT. Sugeng
Seto
dengan informasi kesehatan
neonatus 9. Notoatmodjo. (2012). Metodologi
3. Bagi Institusi STIKES Alma Ata Penelitian Kesehatan. Jakarta:
Rineka Cipta
Menambah bacaan atau
referensi dalam penatalaksanaan 10. Nursalam. (2007). Proses dan
Dokumentasi Keperawatan.
kasus bayi dengan ikterik Jakarta : Salemba Medika
patologi.
11. Varney, H. Kriebs J. M Carolyn,
L.G. (2007). Buku Ajar Konsep
DAFTAR PUSTAKA Kebidanan. Edisi bahasa
Indonesia. Editor: Esty
1. Boediarso. 2008. Gastrologi Wahyuningsih at al. Edisi 4.
Anak Praktis. Jakarta: Balai Jakarta : EGC
Penerbitan FKUI.
12. Wiknjosastro, H. (2007). Ilmu
Kebidanan. Jakarta : Yayasan
2. Depkes RI. (2010). Profil Bina Pustaka Sarwono
Kesehatan Indonesia 2008. Prawiharjo
Jakarta

3. Dewi, Vivian Nanny Lia. (2010).


Asuhan Neonatus Bayi dan Anak
Balita. Jakarta : Salemba Medika

4. Dinas Kesehatan Propinsi


DIY.(2012). Profil Kesehatan
2009. DIY: Dinas Kesehatan
Propinsi

Anda mungkin juga menyukai