PEMBAHASAN
b. Faring
d. Lambung
C. PROSES DEFEKASI
Defekasi adalah proses pembuangan tau pengeluaran sisa metabolisme
berupa fases dan flatus yang berasal dari saluran pencernaan melalui anus.
Proses defekasi terbagi menjadi dua macam reflex yaitu :
1. Refleks Defekasi Intrinstik
Reflex ini berawal dari fases yang masuk ke rectum ehingga terjadi
distensi rectum, yang kemudian menyebabkan rangsangan pada fleksus
mesentrikus dan terjadilah gerakan peristaltic. Setelah fases sampai anus,
secara sistematis sfingter interna relaksasi, maka terjadilah defekasi.
2. Refleks Defekasi parasimpatis
Fases yang masuk ke rectum akan merangsang saraf rectum yang
kemudian diteruskan ke jaras spinal. Dari jaras spinal kemudian di
kembalikan ke kolon desenden, sigmoid dan rektumyang menyebabkan
intensifnya peristaltic, relaksasi sfingter internal, maka terjadilah defekasi.
Dorongan fases juga di pengaruhi oleh kontraksi otot abdomen, tekanan
diaragma, dan kontraksi ototelevator. Defekasi di permudah oleh fleksi otot
femur dan posisi jongkok.
Gas yang di hasikan dalam proses pencernaan normalnya 7-10 liter/24
jam. Jenis gas yang terbanyak adalah CO², metana, H²S, O² dan nitrogen.
Fases terdiri atas 75% air dan 2,5% materi padat. Fases normal berwarna
kuning kecoklatan karena pengaruh dari mikroorganisme. Konsistensinya
lembek namun bebentuk.
D. MASALAH TERKAIT ELIMINASI FEKAL
1. Konstipasi
Gangguan eliminasi yang diakibatkan adanya fases yang kering dan
keras melalui usus besar.
2. Impaksi Fekal
Massa fases yang keras di lipatan rektun yang di akibatkan oleh retensi
dan akumulasi material fases yang berkepanjangan.
3. Diare
Keluarnya fases cairan dan meningkatnya frekwensi buang air besar
akibat cepatnya kimus melewati usus besar sehingga usus besar tidak
mempunyai waktu yang cukup untuk menyerapa air.
4. Inkontinensia Alvi
Hilangnhya kemampuan otot uantuk mengontrol pengeluaran fases dan
gas melalui sfingter anus akibat kerusakan sfingter atau oersarafan daerah
anus.
5. Kembung
Flatus yang berlebihan di daerah intenstinal sehingga menyebabkan
distensi intastinal.
6. Hemoraid
Pelebaran vena di daerah anus sebagai akibat peningkatan tekanan
daerah tertentu.
E. PATOFISIOLOGI LAPARATOMI
Menurut Dermawan, 2010, ketika peristaltik berhenti daerah usus yang
terlibat akan menjadi kembung dengan gas dan cairan. Dalam satu hari kurang
lebih 8 liter cairan dikeluarkan ke dalam lambung dan usus halus, secara normal
sebagian besar cairan ini direabsorbsi di dalam kolon. Jika peristaltik berhenti,
bagaimanapun akan banyak cairan tertahan di dalam lambung dan usus kecil.
Cairan yang tertahan ini meningkatkan tekanan pada dinding mukosa dan jika
tidak dikeluarkan mengakibatkan iskemic nekrosis, invasi bakteri dan akhirnya
peritonitis. Kehilangan sodium dan ion-ion klorida menyebabkan keluarnya
potassium dari sel mengakibatkan alkolosis hypokalemik. Ketika obstruksi
mekanik terjadi gelombang peristaltik sebelah proksimal dari daerah obstruksi
meningkat sebagai usaha untuk mendorong isi usus melewati obstruksi. Gerakan
peristaltik ini menyebabkan bising usus yang tinggi.
Kandungan abdomen akibat usus yang kembung akan menyebabkan ventilasi
paru-paru terganggu oleh tekanan pada diafragma. Tekanan pada kandung kemih
dapat menyebabkan retensia urine. Konstipasi terjadi pada obstruksi mekanik
karena sebagian dari feses biasanya lewat daerah obstruksi. Jika peristaltik
berhenti sepenuhnya seperti pada ileus paralitik atau obstruksi organik yang
komplit, maka tidak terjadi defekasi sama sekali (obstruksi).
Laparatomi merupakan operasi besar dengan membuka rongga abdomen yang
merupakan stressor pada tubuh. Respon tersebut terdiri dari respon sistem saraf
simpati dan respon hormonal yang bertugas melindungi tubuh dari ancaman
cidera. Bila stres terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan banyak darah
maka mekanisme kompensasi tubuh terlalu berat sehingga shock akan menjadi
akibatnya. Respon metabolisme juga terjadi karbohidrat dan lemak dimetabolisme
untuk memproduksi energi. Protein tubuh dipecah untuk menyajikan asam amino
yang akan digunakan untuk membangun sel jaringan yang baru. Pemulihan fungsi
usus, khususnya fungsi peristaltik setelah laparatomi jarang menimbulkan
kesulitan. Illues adinamik atau paralitik selalu terjadi selama satu sampat empat
hari setelah laparatomi, bila keadaan ini menetap disebabkan karena peradangan
di perut berupa peritonitis atau abses dan karena penggunaan obat-obat sedatif
(Sjamsuhidayat, 2003). Tindakan pembedahan menimbulkan adanya luka yang
menandakan adanya kerusakan jaringan. Adanya luka merangsang reseptor nyeri
sehingga 9 mengeluarkan zat kimia berupa histamin, bradikimin, prostaglandin
akibatnya timbul nyeri.
Klien yang mengalami kelainan pada usus seperti: obstruksi usus, kanker
kolon,kolitis ulceratif, penyakit Divertikuler akan dilakukan pembedahan yang
disebut dengan kolostomi yaitu lubang dibuat dari segmen kolon ( asecenden,
tranversum dan sigmoid ). Lubang tersebut ada yang bersifat sementara dan
permanen.Kolostomi asenden dan transversum bersifat sementara, sedangkan
kolostomi sigmoid bersifat permanen. Kolostomi yang bersifat sementara akan
dilakukan penutupan.
G. KETERAMPILAN KLINIS
Pengertian
Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma , dan mengganti kantong
kolostomi secaraberkala .
Tujuan
Persiapan pasien
Persiapan Alat
1. Colostomy bag atau cincin tumit, bantalan kapas, kain berlubang, dan kain
persegi empat
2. Kapas sublimate/kapas basah, NaCl
3. Kapas kering atau tissue
4. 1 pasang sarung tangan bersih
5. Kantong untuk balutan kotor
6. Baju ruangan / celemek
7. Bethadine (bila perlu) bila mengalami iritasi
8. Zink salep
9. Perlak dan alasnya
10. Plester dan gunting
11. Bila perlu obat desinfektan
12. bengkok
13. Set ganti balut
Persiapan Klien
1. Memberitahu klien
2. Menyiapkan lingkungan klien
3. Mengatur posisi tidur klien
Prosedur Kerja
1. Cuci tangan
2. Gunakan sarung tangan
3. Letakkan perlak dan alasnya di bagian kanan atau kiri pasien sesuai letak
stoma
4. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan ke tubuh pasien
5. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi, dll)
6. Membuka kantong kolostomi secara hati-hati dengan menggunakan pinset
dan tangan kiri menekan kulit pasien
7. Meletakan colostomy bag kotor dalam bengkok
8. Melakukan observasi terhadap kulit dan stoma
9. Membersihkan colostomy dan kulit disekitar colostomy dengan kapas
sublimat / kapas hangat (air hangat)/ NaCl
10. Mengeringkan kulit sekitar colostomy dengan sangat hati-hati
menggunakan kassa steril
11. Memberikan zink salep (tipis-tipis) jika terdapat iritasi pada kulit sekitar
stoma
12. Menyesuaikan lubang colostomy dengan stoma colostomy
13. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi vertical/horizontal/miring
sesuai kebutuhan pasien
14. Memasukkan stoma melalui lubang kantong kolostomi
15. Merekatkan/memasang kolostomy bag dengan tepat tanpa udara
didalamnya
16. Merapikan klien dan lingkungannya
17. Membereskan alat-alat dan membuang kotoran
18. Melepas sarung tangan
19. Mencuci tangan
20. Membuat laporan
Daftar Pustaka :
-Docterman dan Bullechek. Nursing Invention Classifications (NIC), Edition 4
United States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
-Guyton, Arthur C, Fisiologi Manusia dan Mekanisme Panyakit, Edisi 3, Jakarta:
EGC, 1997.
-Maas, Morhead, Jhonson dan Swanson. Nursing Out Comes (NOC), United
States Of America: Mosby Elseveir Acadamic Press, 2004.
-Nanda International. Diagnosis Keperawatan: Defenisi dan klassifikasi, Jakarata:
EGC, 2009.
-Tarwoto & Wartonah. (2010). Kebutuhan Dasar Manusia Dan Proses
Keperawatan. Edisi 4. Salemba Medika : Jakarta