Anda di halaman 1dari 21

RANCANGAN PENDIDIKAN KESEHATAN

PADA KASUS POPULASI KUNCI DENGAN HIV/AIDS

Makalah ini disusun untuk memenuhi


tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS
Dosen Pembimbing : Ns. Triana Arisdiani, M.Kep.,Sp.Kep.MB

Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 PSIK VI B
Nama NIM
1. Lina Huda Zahra (SK116033)
2. Luluk Nur Isnainy (SK116034)
3. Lyvia Lata Sutiyono (SK116035)
4. Maulana Azhim (SK116036)
5. Maulida Nurul Faizah (SK116037)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDAL
MARET 2018/2019
RANCANGAN PENDIDIKAN KESEHATAN
PADA KASUS POPULASI KUNCI DENGAN HIV/AIDS

Pokok Bahasan : HIV/AIDS


Subpokok Bahasan : Perilaku seksual berisiko berdampak pada Penularan
HIV/AIDS
Hari/Tanggal : Kamis, 4 April 2019
Waktu : Jam 08.00 WIB-Selesai
Sasaran : Pekerja seks komersial
Tempat : Rumah Lokalisasi
Penyuluh/Pengajar : Kelompok 1

A. Latar Belakang
Estimasi jumlah populasi wanita pekerja seks (WPS), waria, pengguna napza
suntik (penasun), dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL)
merupakan faktor yang sangat penting untuk memahami potensi epidemi HIV di
suatu negara atau wilayah geografis. Estimasi jumlah populasi kunci terdampak
(PKT) HIV adalah data penting untuk membantu program HIV/AIDS dalam
mengalokasikan sumber daya yang efektif agar dapat merespon epidemi dengan
lebih baik. Estimasi jumlah PKT tingkat nasional penting bagi pemodelan epidemi,
termasuk memproyeksikan jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS.
Negara dengan wilayah yang luas dan memiliki keanekaragaman yang kaya seperti
Indonesia, memerlukan estimasi jumlah PKT di tingkat provinsi dan
kota/kabupaten untuk mengetahui di mana potensi epidemi HIV terbesar dan
upaya yang lebih fokus dalam mengoptimalkan distribusi sumber daya yang
tersedia (Kemenkes, 2013).
Berikut ini definisi Populasi Kunci Terdampak (PKT) yang digunakan dalam
perhitungan estimasi ini yaitu WPS Langsung adalah perempuan yang menjual
seks sebagai pendapatan utama mereka. Para perempuan ini biasanya ditemukan di
lokalisasi atau jalanan, WPS Tidak Langsung adalah perempuan yang bekerja di
industri hiburan seperti bar, bar karaoke, panti pijat atau salon, dan menjual seks
untuk pendapatan tambahan, Waria adalah laki-laki yang beralih menjadi
perempuan, LSL adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki,
Penasun adalah pengguna napza suntik, Pelanggan WPS dan Waria adalah laki-
laki yang membeli seks dari WPS atau Waria (Kemenkes, 2013).
Acquired Immune Deficiency Syn-drome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus. Virus penyebab infeksi ini disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah keke-balan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penanganan terhadap infeksi virus saat
ini sudah dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan. Penyakit infeksi HIV/ AIDS merupakan
masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, terdapat hampir di dunia tanpa
kecuali Indonesia. Masalah yang berkembang sehu-bungan dengan penyakit
infeksi HIV/AIDS adalah angka kejadian yang cenderung terus meningkat dengan
angka kematian yg tinggi (Adisasmito, 2013).
Kasus HIV/ AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di Bali pada tahun
1987 (Noviana, 2016). Data Kementerian Kesehatan RI (2016) menyebutkan pada
bulan Januari s/d Maret 2016, kasus HIV mencapai 7.146 orang dan AIDS 305
orang. Provinsi Jawa Tengah merupakan urutan kelima di Indonesia. Tercatat
sejak tahun 2005 sampai dengan bulan Maret 2016 memiliki 13.547 kasus.
Jumlah HIV dan layanan yang melapor di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
sebanyak 712 kasus. Kabupaten Cilacap menempati peringkat ketiga dari lima
kabupaten/ kota dengan kasus HIV terbesar di Propinsi Jawa Tengah dengan 59
kasus. Sejak tahun 2007 sampai bulan Agustus 2016 kasus HIV di Kabupaten
Cilacap sebanyak 483 kasus. Data bulan Agustus 2016 ditemukan 47 kasus HIV di
kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Desa Slarang merupakan salah satu
desa di kecamatan Kesugihan yang memiliki lokalisasi dengan jumlah pekerja seks
komersial (PSK) pada bulan Juni 2016 sebanyak 69 orang dengan 11 orang
terdiagnosa HIV (Kemenkes, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan di Rumah Lokalisasi selama 1 x 40 menit
diharapkan Pekerja seks komersial mampu mengerti, memahami dan
menjelaskan kembali tentang masalah perilaku seksual berisiko berdampak
pada Penularan HIV/AIDS dengan 90% benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, Klien Pekerja seks komersial diharapkan
mampu mengerti, memahami dan menjelaskan kembali :
a. Pengertian HIV/AIDS
b. Gejala-gejala HIV/AIDS
c. Penularan HIV/AIDS
d. Cara pencegahan HIV/AIDS
e. Kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular HIV/AIDS
f. Usaha-usaha yang dilakukan apabila terinfeksi virus HIV/AIDS
g. Penatalaksanaan HIV/AIDS

C. Capaian Pembelajaran
1. Sikap
a. Klien menyetujui tindakan keperawatan yang akan dilakukan
b. Klien mau melakukan tindakan yang diajarkan.
2. Pengetahuan
Klien mampu mengetahui materi dan tindakan yang diajarkan.
3. Psikomotor
Klien mampu melakukan tindakan yang sudah diberikan.

D. Materi
(Terlampir)

E. Kegiatan Belajar
Kegiatan
No Tahap Waktu Metode
Penyuluh Audience
1. Pendahuluan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab Lisan
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Kontrak waktu d. Memperhatikan
e. Apersepsi e. Menjawab
2. Pelaksanaan 20 menit Menjelaskan Ceramah
a. Pengertian a. Memperhatikan dan
HIV/AIDS Demonstrasi
b. Gejala-gejala b. Memperhatikan
HIV/AIDS
c. Penularan HIV/AIDS c. Memperhatikan
d. Cara pencegahan d. Memperhatikan
HIV/AIDS
e. Kelompok yang e. Memperhatikan
mempunyai resiko
tinggi tertular
HIV/AIDS
f. Usaha-usaha yang f. Memperhatikan
dilakukan apabila
terinfeksi virus
HIV/AIDS
g. Penatalaksanaan g. Memperhatikan
HIV/AIDS

3. Penutup 15 menit a. Memberi kesempatan a. Bertanya Ceramah


bertanya dan diskusi
b. Menjawab pertanyaan b. Memperhatikan
c. Evaluasi c. Menjawab
d. Menyimpulkan d. Memperhatikan
e. Memberi reward e. Menjawab
f. Memberitahu kontrak f. Memperhatikan
waktu selanjutnya
g. Mengucapkan salam g. Menjawab

F. Metoda
1. Ceramah
2. Tanya jawab/ Diskusi
3. Demonstrasi

G. Media
1. Power point
2. Leaflet
3. Alat peraga demonstrasi
a. Kondom

H. Seting Tempat

: Moderator
: LCD/Proyektor

: Penyuluh

: Peserta

: Fasilitator

: Observer
I. Evaluasi
1. Standart
a. Leaflet sudah dicetak minimal 1 hari sebelum penyuluhan.
b. Materi sudah diketik rapi minimal 2 hari sebelum penyuluhan.
c. SAP sudah dibuat minimal 2 hari sebelum penyuluhan.
d. Power point sudah diketik rapi minimal 1 hari sebelum penyuluhan.
e. Audiens duduk sesuai dengan setting tempat duduk yang sudah ditentukan.
f. Microphone sudah disiapkan minimal 5 menit sebelum penyuluhan.
g. Laptop sudah disiapkan minimal 10 menit sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Kesiapan perawat
1) Perawat menyiapkan diri atau penguasaan konsep materi yang akan
diberikan kepada pasien
2) Perawat menyiapkan diri sebelum menuju ke tempat pasien
b. Kesiapan pasien
1) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan pengertian HIV/AIDS
2) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan gejala-gejala HIV/AIDS
3) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan penularan HIV/AIDS
4) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan cara pencegahan HIV/AIDS
5) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular
HIV/AIDS
6) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan usaha-usaha yang dilakukan apabila terinfeksi virus
HIV/AIDS
7) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan penatalaksanaan HIV/AIDS
c. Tempat
Tempat atau suasana ditempat disekitar klien nyaman dan kondusif.
3. Evaluasi Hasil
a. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai pengertian
HIV/AIDS dengan 90 % benar
b. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai gejala-gejala
HIV/AIDS dengan 90 % benar
c. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai penularan
HIV/AIDS dengan 90 % benar
d. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai cara
pencegahan HIV/AIDS dengan 90 % benar
e. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai kelompok
yang mempunyai resiko tinggi tertular HIV/AIDS dengan 90 % benar
f. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai usaha-usaha
yang dilakukan apabila terinfeksi virus HIV/AIDS dengan 90 % benar
g. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai
penatalaksanaan HIV/AIDS dengan 90 % benar

J. Pertanyaan dan Jawaban


1. Apa pengertian HIV/AIDS ?
Jawab :
HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya kedalam seltuan rumah ketika melakukan carain
feksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, Virus ini
dapat menyebabkan HIV/AIDS dengan cara menyerang sel darah putih yang
bernama sel CD4 sehingga dapat merusak sistem kekebalan tubuh manusia
yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari gangguan penyakit walaupun
yang sangat ringan sekalipun
2. Apa saja gejala-gejala HIV/AIDS ?
Jawab :
a. Berat badan turun dengan drastis.
b. Demam yangberkepanjangan (lebih dari 38oC)
c. Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa
sebab.
d. Mencret atau diare yang berkepanjangan.
e. Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau
KAPOSI SARKOM).
f. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
g. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
3. Bagaimana penularan HIV/AIDS ?
Jawab :
a. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS
b. Transfusi darah yang mengandung virus HIV/AIDS
c. Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik yang sudah di pakai
orang yang mengidap virus HIV/AIDS
d. Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap
virus HIV/AIDS kepada janin yang dikandungnya
e. Melalui air susu ibu/ ASI yang diminum

LAMPIRAN
HIV/AIDS

A. Pengertian
HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya kedalam seltuan rumah ketika melakukan carain
feksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA seltuan rumah, membentuk provirus dan
kemudian melakukan replikasi. Virus ini dapat menyebabkan HIV/AIDS dengan
cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV/AIDS
menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus
HIV/AIDS baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel
darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan
tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung.
Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa
(Widyastuti, 2015).

B. Gejala-Gejala HIV/AIDS
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV/AIDS, maka virus tersebut
akan hidup dalam tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala
penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif, produktif seperti biasa.
Karena gejala-gejala AIDS/AIDS tampak setelah +3 bulan.
Menurut Widyastuti (2015) adapun gejala-gejala HIV/AIDS itu sendiri antara lain:
1. Berat badan turun dengan drastis.
2. Demam yangberkepanjangan (lebih dari 38oC)
3. Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa
sebab.
4. Mencret atau diare yang berkepanjangan.
5. Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau
KAPOSI SARKOM).
6. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
8. Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.
9. Nyeri di perut bagian bawah (wanita), buah pelir (laki-laki), serta pantat
dan kaki. Namun pada wanita seringkali gejala ini tidak dirasakan, walaupun
sebenarnya sudah terkena virus HIV/ AIDS Semua itu adalah gejala-gejala
yang dapat kita lihat pada penderita HIV/AIDS, yang lama-kelamaan akan
berakhir dengan kematian

C. Penularan HIV/AIDS
Menurut Noviana (2013) HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cara-cara berikut :
1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS
2. Transfusi darah yang mengandung virus HIV/AIDS
3. Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik yang sudah di pakai orang
yang mengidap virus HIV/AIDS
4. Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap virus
HIV/AIDS kepada janin yang dikandungnya
5. Melalui air susu ibu/ ASI yang diminum
6. Melalui darah yang terinfeksi virus HIV/AIDS dan mengenai kulit yang terluka
7. Melalui sperma pada pria dan cairan vagina pada wanita.Kita tidak usah terlalu
mengucilkan atau menjauhi penderita HIV/AIDS
Kita harus selalu mendukung para penderita HIV/AIDS bukan menjauhinya,
karena HIV/AIDS tidak akan menular dengan cara –cara seperti di bawah ini :
1. Hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS (asal tidak mengadakan hubungan
seksual).
2. Bersenggolan atau berjabat tangan dengan penderita.
3. Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita HIV/AIDS.
4. Makan dan minum.
5. Gigitan nyamuk dan serangga lain.
6. Sama-sama berenang di kolam renang.

D. Cara Pencegahan HIV/AIDS


Menurut Noviana (2013) cara pencegahan HIV/AIDS antara lain :
1. Hindarkan hubungan seksual diluar nikah. Usahakan hanya berhubungan
dengan satu orang pasangan seksual, tidak berhubungan dengan orang lain.
2. Pergunakan kondom bagi resiko tinggi apabila melakukan hubungan seksual.
3. Ibu yang darahnya telah diperiksa dan ternyata mengandung virus,
hendaknya jangan hamil. Karena akan memindahkan virus HIV/AIDS pada
janinnya.
4. Kelompok resiko tinggi di anjurkan untuk menjadi donor darah.
5. Penggunaan jarum suntikdan alat lainnya (akupuntur, tato, tindik) harus
dijamin sterilisasinya.
6. Jangan melakukan hubungan seksual dengan pasangan yang anda tidak
ketahui kondisi kesehatannya.
7. Hindari mabuk-mabukan dan narkotika yang membuat anda lupa diri.
Adapun usaha-usaha yang dapat dilakukan pemerintah dalam usaha untuk
mencegah penularan HIV/AIDS yaitu, misalnya : memberikan penyuluhan-
penyuluhan atau informasi kepada seluruh masyarakat tentang segala sesuatau
yang berkaitan dengan HIV/AIDS, yaitu melalui seminar-seminar terbuka,
melalui penyebaran brosur atau poster-poster yang berhubungan dengan
HIV/AIDS, ataupun melalui iklan diberbagai media massa baik media cetak
maupun media elektronik. penyuluhan atau informasi tersebut dilakukan
secara terus menerus dan berkesinambungan, kepada semua lapisan
masyarakat, agar seluarh masyarakat dapat mengetahui bahaya HIV/AIDS,
sehingga berusaha menghindarkan diri dari segala sesuatu yang bisa
menimbulkan virus HIV/AIDS.

E. Kelompok Yang Mempunyai Resiko Tinggi Tertular HIV/AIDS


Penyakit HIV/AIDS dapat diderita oleh siapa saja, dan dari kalangan
umur berapapun. Menurut Noviana (2013) kelompok yang paling beresiko tinggi
tertular HIV/AIDS, yaitu:
1. Mereka yang sering melakukan hubungan seksual diluar nikah, seperti wanita
dan pria tuna susila dan pelanggannya.
2. Mereka yang mempunyai banyak pasangan seksual misalnya: Homo seks
(melakukan hubungan dengan sesama laki-laki), Biseks (melakukan hubungan
seksual dengan sesama wanita), Waria dan mucikari.
3. Penerima transfusi darah
4. Bayi yang dilahirkan dari Ibu yang mengidap virus HIV/AIDS
5. Pecandu narkotika suntikan
6. Pasangan dari pengidap HIV/AIDS

F. Usaha-Usaha Yang Dilakukan Apabila Terinfeksi Virus HIV/AIDS


Usaha-usaha yang dilakukan terinfeksi virus HIV/AIDS disebut juga
penerapan strategi pengobatan baru. Dalam pengobatan HIV/AIDS sangat penting
mengetahui dinamika HIV/AIDS, serta perjalanan penyakit (patogenesis)
sehingga dapat melakukan tindakan dan pengobatan tepat waktu.
Beberapa harapan dan kabar baik dapat dicatat dari pertemuan-pertemuan
“Van Couver” di Kanada saat ini cukup banyak obat anti HIV/AIDS yang efektif
untuk pengobatan kombinasi. Beberapa obat penghambat protease dan obat anti
HIV/AIDS sedang dalam tahap akhir untuk mendapat izin. Selain itu muncul pula
pemeriksaan “Viral loard” yang prosesnya lebih mudah dalam mendeteksi RNA
dari HIV/AIDSdalam darah. Dan semua usaha diatas seharusnya di tunjang
oleh motivasi dari penderita HIV/AIDS itu sendiri. Misalnya bagi mereka
yang termasuk kelompok resiko tinggi terkena HIV/AIDS selalu
memeriksakan darahnya secara teratur, paling sedikit 3-6 bulan sekali,
demi keselamatan pasangan seksualnya. Dan yang tidak kalah penting
adalah mendekatkan diri kepada Tuhan YME. Yaitu dengan melaksanakan
ibadah-ibadah yang diperintahkan dan berusaha untuk menjauhi segala yang
dilarangNya, agar penderitaan yang dirasakan tidak terlalu berat. Dan bagi
masyarakat hendaknya jangan menjauhi mengucilkan mereka yang terinfeksi
HIV/AIDS, tetapi seharusnya memberi dorongan atau semangat hidup, misalnya
melalui nasehat-nasehat yang bisa menumbuhkan rasa percaya diri, sehingga
mereka yang telah mengidap virus HIV/AIDS tidak putus asa dalam menjalani
hidupnya. Dengan adanya usaha-usaha diatas, niscaya masalah HIV/AIDS
dapat diatasi, paling tidak dapat dicegah sedini mungkin, apalagi jika ada
partisipasi dari semua pihak (Depkes, 2003).

G. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Untuk pengobatan sampai sekarang belum diketahui, jadi adanya untuk
pencegahan terhadap infeksi HIV atau AIDS, yaitu:
1. Pencegahan penularan lewat hubungan seks.
a. Hubungan seks monogami merupakan hal yang paling aman asalkan suami-
istri tidak ada yang terinfeksi.
b. Hubungan seks yang ilegal atau luar nikah meningkatkan resiko.
c. Resiko berkurang dengan menghindari hubungan seks dengan kelompok
resiko tinggi seperti laki-laki homoseksual atau biseksual, pemakaian
obat secara iv, pelacur atau atau orang diketahui positiv untuk antibodi
HIV/AIDS.
d. Karena virus terbawa dalam air mani, pemakaian kondom mengurangi resiko
penularan.
2. Pencegahan penularan non-seksual
a. Mereka yang termasuk kelompok resiko tinggi tidak diperbolehkan menjadi
donor darah, semen, atau organ, atau jaringan untuk transplantasi.
b. Pengguaan obat iv yang ilegal meningkatkan resiko.
c. Pemakaian jarum suntik non steril untuk infeksi tidak diperbolehkan.
d. Petugas kesehatan yang terlibat dalam pekerjaan inseminasi artifisial,
transfusi darah atau produk darah harus waspada terhadap resiko infeksi
HIV/AIDS.
e. Semen donor harus menjalani“screening antibody”pada saat donasi dan
di uji ulang setelah 3 bulan. Semen (air mani) ini harus di bekukan dan
jangan di pakai sebelum hasil test yangke dua di ketahui.
3. Pencegahan penularan perinatal
a. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDS menghadapi peningkatan
resiko terkena HIV/AIDS dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil.
b. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDSdapat menularn infeksi tersebut
kepada bayinya yang baru lahir, pada sekitar 50% kasus.
c. Bayi baru lahir yang mendapat HIV/AIDS menunjukkan perjalanan
penyakit yang parah dan masa hidup yang lebih singkat dari pada pasien
dewasa.
d. Sewaktu memberikan „counselling‟ untuk kontrasepsi, diluar kebutuhan
akan bentuk kontrasepsi yang efektivitasnya tinggi, seperti kontrasepsi
oral, atau sterilisasi, wanita yang menderita infeksi harus dinasihati
bahwa pemakaian kondom mengurangi resiko penularan kepada pasang.

STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR


CARA PENGGUNAAN KONDOM

A. Definisi
Kondom berguna adalah alat untuk mencegah dari risiko penyakit kelamin,
terjadinya kehamilan.
B. Tujuan
Tujuan penggunaan kondom antara lain :
1. Mencegah penularan pada penyakit HIV/AIDS
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Menjaga ereksi
C. Keuntungan dan Kerugian Memakai Kondom
1. Keuntungan
a. Jika penggunaannya tepat maka bisa mencegah kehamilan
b. Tidak akan mengganggu kesehatan pemakai maupun pasangan
c. Tidak akan mengganggu produksi ASI sehingga aman untuk anda yang
sedang menyusui
d. Selain murah, kondom juga sudah bisa dibeli dengan mudah di minimarket
e. Tidak perlu pemeriksaan khusus sebelum memakainya ataupun pemeriksaan
dokter
2. Kerugian
a. Keberhasilan kontrasepsi ditentukan oleh cara pemakaian dan kondisi
kondom
b. Mengganggu hubungan seksual karena tidak sentuhan langsung
c. Kondom bekas akan menjadi limbah yang akan menjadikan masalah
lingkungan

D. Efek Samping
Tidak ada efek samping kondom, Jika seseorang menghadapi reaksi apa pun
terhadap penggunaan kondom, itu lebih terkait dengan alergi dan tidak dapat
dikualifikasikan sebagai efek samping kondom. Untuk semua orang yang takut
menggunakan kondom karena takut akan reaksinya.
E. Prosedur
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI
A TAHAP PRA INTERAKSI 0 1 2
1. Memvalidasi perlunya prosedur pada status medis atau
rencana keperawatan
2. Mempersiapkan diri perawat/mahasiswa : penguasaan
konsep dan precaution
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan alat
Kondom
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam, memastikan identitas pasien (ex :
nama, tanggal lahir), mengenalkan diri
perawat/mahasiswa
2. Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menyampaikan kontrak waktu
4. Memberikan kesempatan klien/keluarga untuk bertanya
5. Memastikan klien/keluarga telah menyetujui tindakan
yang akan diberikan (menanyakan kesediaan)
C TAHAP KERJA
1. Tunjukkan alat kontrasepsi kondom
2. Atur lingkungan sekitar tempat tidur/menjaga privasi
klien (ex : menutup tirai)
3. Health education :
a. Keuntungan dan kerugian
b. Efek samping
c. Cara pemakaian kondom
d. Kapan pasien harus kembali ke petugas kesehatan
D TAHAP TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien (subjektif dan objektif)
2. Memberikan reinforcement positif pada klien/keluarga
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Merapikan alat
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan/mencatat dalam kartu akseptor dan
buku register KB

Kendal, 4 April 2019

Evaluator

( )
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilakukan sempurna

NILAI = Jumlah nilai yang didapat x 100%


Jumlah aspek yang dinilai

DAFTAR PUSTAKA

Depkes (2003). Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan


ODHA.Jakarta: Dirjen P2M Depkes RI, hal 80-177
Widyastuti, yani, dkk. (2015). Kesehatan Reproduksi.Yogyakarta: Fitramaya.
Adisasmito, wiku. (2013). Sistem Kesehatan. Jakarta: PT Raja grafindo Persada
Kementrian kesehatan Republik Indonesia. (2012). Pedoman Nasional pencegahan
penularan HIV dari Ibu ke Anak. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI
Noviana N. (2013). Kesehatan reproduksi & HIV/AIDS. Jakarta : CV Trans Info
media
Estimasi jumlah orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tahun 2012 disajikan dalam
laporan “Estimasi dan Proyeksi HIV/AIDS di Indonesia, Tahun 2011-2016
(Kemenkes, 2013).
LEMBAR PENGESAHAN
Kendal, 4 April 2019
Mengetahui,
Mahasiswa Pengampu

Kelompok Ns. Triana Arisdiani, M.Kep.,Sp.Kep.M.B

Anda mungkin juga menyukai