Disusun Oleh :
KELOMPOK 1 PSIK VI B
Nama NIM
1. Lina Huda Zahra (SK116033)
2. Luluk Nur Isnainy (SK116034)
3. Lyvia Lata Sutiyono (SK116035)
4. Maulana Azhim (SK116036)
5. Maulida Nurul Faizah (SK116037)
A. Latar Belakang
Estimasi jumlah populasi wanita pekerja seks (WPS), waria, pengguna napza
suntik (penasun), dan laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL)
merupakan faktor yang sangat penting untuk memahami potensi epidemi HIV di
suatu negara atau wilayah geografis. Estimasi jumlah populasi kunci terdampak
(PKT) HIV adalah data penting untuk membantu program HIV/AIDS dalam
mengalokasikan sumber daya yang efektif agar dapat merespon epidemi dengan
lebih baik. Estimasi jumlah PKT tingkat nasional penting bagi pemodelan epidemi,
termasuk memproyeksikan jumlah orang yang hidup dengan HIV dan AIDS.
Negara dengan wilayah yang luas dan memiliki keanekaragaman yang kaya seperti
Indonesia, memerlukan estimasi jumlah PKT di tingkat provinsi dan
kota/kabupaten untuk mengetahui di mana potensi epidemi HIV terbesar dan
upaya yang lebih fokus dalam mengoptimalkan distribusi sumber daya yang
tersedia (Kemenkes, 2013).
Berikut ini definisi Populasi Kunci Terdampak (PKT) yang digunakan dalam
perhitungan estimasi ini yaitu WPS Langsung adalah perempuan yang menjual
seks sebagai pendapatan utama mereka. Para perempuan ini biasanya ditemukan di
lokalisasi atau jalanan, WPS Tidak Langsung adalah perempuan yang bekerja di
industri hiburan seperti bar, bar karaoke, panti pijat atau salon, dan menjual seks
untuk pendapatan tambahan, Waria adalah laki-laki yang beralih menjadi
perempuan, LSL adalah laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki,
Penasun adalah pengguna napza suntik, Pelanggan WPS dan Waria adalah laki-
laki yang membeli seks dari WPS atau Waria (Kemenkes, 2013).
Acquired Immune Deficiency Syn-drome (AIDS) adalah sekumpulan gejala
dan infeksi atau sindrom yang timbul karena rusaknya sistem kekebalan tubuh
manusia akibat infeksi virus. Virus penyebab infeksi ini disebut Human
Immunodeficiency Virus (HIV) yaitu virus yang memperlemah keke-balan pada
tubuh manusia. Orang yang terkena virus ini akan menjadi rentan terhadap infeksi
oportunistik ataupun mudah terkena tumor. Penanganan terhadap infeksi virus saat
ini sudah dapat memperlambat laju perkembangan virus, namun penyakit ini
belum benar-benar bisa disembuhkan. Penyakit infeksi HIV/ AIDS merupakan
masalah kesehatan terbesar di dunia dewasa ini, terdapat hampir di dunia tanpa
kecuali Indonesia. Masalah yang berkembang sehu-bungan dengan penyakit
infeksi HIV/AIDS adalah angka kejadian yang cenderung terus meningkat dengan
angka kematian yg tinggi (Adisasmito, 2013).
Kasus HIV/ AIDS di Indonesia pertama kali ditemukan di Bali pada tahun
1987 (Noviana, 2016). Data Kementerian Kesehatan RI (2016) menyebutkan pada
bulan Januari s/d Maret 2016, kasus HIV mencapai 7.146 orang dan AIDS 305
orang. Provinsi Jawa Tengah merupakan urutan kelima di Indonesia. Tercatat
sejak tahun 2005 sampai dengan bulan Maret 2016 memiliki 13.547 kasus.
Jumlah HIV dan layanan yang melapor di Provinsi Jawa Tengah Tahun 2016
sebanyak 712 kasus. Kabupaten Cilacap menempati peringkat ketiga dari lima
kabupaten/ kota dengan kasus HIV terbesar di Propinsi Jawa Tengah dengan 59
kasus. Sejak tahun 2007 sampai bulan Agustus 2016 kasus HIV di Kabupaten
Cilacap sebanyak 483 kasus. Data bulan Agustus 2016 ditemukan 47 kasus HIV di
kecamatan Kesugihan Kabupaten Cilacap. Desa Slarang merupakan salah satu
desa di kecamatan Kesugihan yang memiliki lokalisasi dengan jumlah pekerja seks
komersial (PSK) pada bulan Juni 2016 sebanyak 69 orang dengan 11 orang
terdiagnosa HIV (Kemenkes, 2012).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah mendapatkan penyuluhan di Rumah Lokalisasi selama 1 x 40 menit
diharapkan Pekerja seks komersial mampu mengerti, memahami dan
menjelaskan kembali tentang masalah perilaku seksual berisiko berdampak
pada Penularan HIV/AIDS dengan 90% benar.
2. Tujuan Khusus
Setelah mendapatkan penyuluhan, Klien Pekerja seks komersial diharapkan
mampu mengerti, memahami dan menjelaskan kembali :
a. Pengertian HIV/AIDS
b. Gejala-gejala HIV/AIDS
c. Penularan HIV/AIDS
d. Cara pencegahan HIV/AIDS
e. Kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular HIV/AIDS
f. Usaha-usaha yang dilakukan apabila terinfeksi virus HIV/AIDS
g. Penatalaksanaan HIV/AIDS
C. Capaian Pembelajaran
1. Sikap
a. Klien menyetujui tindakan keperawatan yang akan dilakukan
b. Klien mau melakukan tindakan yang diajarkan.
2. Pengetahuan
Klien mampu mengetahui materi dan tindakan yang diajarkan.
3. Psikomotor
Klien mampu melakukan tindakan yang sudah diberikan.
D. Materi
(Terlampir)
E. Kegiatan Belajar
Kegiatan
No Tahap Waktu Metode
Penyuluh Audience
1. Pendahuluan 5 menit a. Mengucapkan salam a. Menjawab Lisan
b. Memperkenalkan diri b. Memperhatikan
c. Menjelaskan tujuan c. Memperhatikan
d. Kontrak waktu d. Memperhatikan
e. Apersepsi e. Menjawab
2. Pelaksanaan 20 menit Menjelaskan Ceramah
a. Pengertian a. Memperhatikan dan
HIV/AIDS Demonstrasi
b. Gejala-gejala b. Memperhatikan
HIV/AIDS
c. Penularan HIV/AIDS c. Memperhatikan
d. Cara pencegahan d. Memperhatikan
HIV/AIDS
e. Kelompok yang e. Memperhatikan
mempunyai resiko
tinggi tertular
HIV/AIDS
f. Usaha-usaha yang f. Memperhatikan
dilakukan apabila
terinfeksi virus
HIV/AIDS
g. Penatalaksanaan g. Memperhatikan
HIV/AIDS
F. Metoda
1. Ceramah
2. Tanya jawab/ Diskusi
3. Demonstrasi
G. Media
1. Power point
2. Leaflet
3. Alat peraga demonstrasi
a. Kondom
H. Seting Tempat
: Moderator
: LCD/Proyektor
: Penyuluh
: Peserta
: Fasilitator
: Observer
I. Evaluasi
1. Standart
a. Leaflet sudah dicetak minimal 1 hari sebelum penyuluhan.
b. Materi sudah diketik rapi minimal 2 hari sebelum penyuluhan.
c. SAP sudah dibuat minimal 2 hari sebelum penyuluhan.
d. Power point sudah diketik rapi minimal 1 hari sebelum penyuluhan.
e. Audiens duduk sesuai dengan setting tempat duduk yang sudah ditentukan.
f. Microphone sudah disiapkan minimal 5 menit sebelum penyuluhan.
g. Laptop sudah disiapkan minimal 10 menit sebelum penyuluhan.
2. Evaluasi Proses
a. Kesiapan perawat
1) Perawat menyiapkan diri atau penguasaan konsep materi yang akan
diberikan kepada pasien
2) Perawat menyiapkan diri sebelum menuju ke tempat pasien
b. Kesiapan pasien
1) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan pengertian HIV/AIDS
2) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan gejala-gejala HIV/AIDS
3) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan penularan HIV/AIDS
4) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan cara pencegahan HIV/AIDS
5) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan kelompok yang mempunyai resiko tinggi tertular
HIV/AIDS
6) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan usaha-usaha yang dilakukan apabila terinfeksi virus
HIV/AIDS
7) Klien di rumah lokalisasi memperhatikan dan mendengarkan penyuluh
saat menyampaikan penatalaksanaan HIV/AIDS
c. Tempat
Tempat atau suasana ditempat disekitar klien nyaman dan kondusif.
3. Evaluasi Hasil
a. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai pengertian
HIV/AIDS dengan 90 % benar
b. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai gejala-gejala
HIV/AIDS dengan 90 % benar
c. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai penularan
HIV/AIDS dengan 90 % benar
d. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai cara
pencegahan HIV/AIDS dengan 90 % benar
e. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai kelompok
yang mempunyai resiko tinggi tertular HIV/AIDS dengan 90 % benar
f. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai usaha-usaha
yang dilakukan apabila terinfeksi virus HIV/AIDS dengan 90 % benar
g. Klien mampu memahami dan menjelaskan kembali mengenai
penatalaksanaan HIV/AIDS dengan 90 % benar
LAMPIRAN
HIV/AIDS
A. Pengertian
HIV/AIDS HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus yang dapat
menyebabkan AIDS. HIV termasuk keluarga virus retro yaitu virus yang
memasukan materi genetiknya kedalam seltuan rumah ketika melakukan carain
feksi dengan cara yang berbeda (retro), yaitu dari RNA menjadi DNA, yang
kemudian menyatu dalam DNA seltuan rumah, membentuk provirus dan
kemudian melakukan replikasi. Virus ini dapat menyebabkan HIV/AIDS dengan
cara menyerang sel darah putih yang bernama sel CD4 sehingga dapat merusak
sistem kekebalan tubuh manusia yang pada akhirnya tidak dapat bertahan dari
gangguan penyakit walaupun yang sangat ringan sekalipun. Virus HIV/AIDS
menyerang sel CD4 dan merubahnya menjadi tempat berkembang biak Virus
HIV/AIDS baru kemudian merusaknya sehingga tidak dapat digunakan lagi. Sel
darah putih sangat diperlukan untuk sistem kekebalan tubuh. Tanpa kekebalan
tubuh maka ketika diserang penyakit maka tubuh kita tidak memiliki pelindung.
Dampaknya adalah kita dapat meninggal dunia akibat terkena pilek biasa
(Widyastuti, 2015).
B. Gejala-Gejala HIV/AIDS
Sejak pertama seseorang terinfeksi virus HIV/AIDS, maka virus tersebut
akan hidup dalam tubuhnya, tetapi orang tersebut tidak menunjukkan gejala
penyakit namun terlihat betapa sehat, aktif, produktif seperti biasa.
Karena gejala-gejala AIDS/AIDS tampak setelah +3 bulan.
Menurut Widyastuti (2015) adapun gejala-gejala HIV/AIDS itu sendiri antara lain:
1. Berat badan turun dengan drastis.
2. Demam yangberkepanjangan (lebih dari 38oC)
3. Pembesaran kelenjar (dileher), diketiak, dan lipatan paha)yang timbul tanpa
sebab.
4. Mencret atau diare yang berkepanjangan.
5. Timbulnya bercak-bercak merah kebiruan pada kulit (Kanker kulit atau
KAPOSI SARKOM).
6. Sesak nafas dan batuk yang berkepanjangan.
7. Sariawan yang tidak sembuh-sembuh.
8. Pembesaran kelenjar secara menyeluruh di leher dan lipatan paha.
9. Nyeri di perut bagian bawah (wanita), buah pelir (laki-laki), serta pantat
dan kaki. Namun pada wanita seringkali gejala ini tidak dirasakan, walaupun
sebenarnya sudah terkena virus HIV/ AIDS Semua itu adalah gejala-gejala
yang dapat kita lihat pada penderita HIV/AIDS, yang lama-kelamaan akan
berakhir dengan kematian
C. Penularan HIV/AIDS
Menurut Noviana (2013) HIV/AIDS dapat ditularkan melalui cara-cara berikut :
1. Melakukan hubungan seksual dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS
2. Transfusi darah yang mengandung virus HIV/AIDS
3. Melalui alat suntik, akupuntur, tato, dan alat tindik yang sudah di pakai orang
yang mengidap virus HIV/AIDS
4. Hubungan pranatal, yaitu pemindahan virus dari ibu hamil yang mengidap virus
HIV/AIDS kepada janin yang dikandungnya
5. Melalui air susu ibu/ ASI yang diminum
6. Melalui darah yang terinfeksi virus HIV/AIDS dan mengenai kulit yang terluka
7. Melalui sperma pada pria dan cairan vagina pada wanita.Kita tidak usah terlalu
mengucilkan atau menjauhi penderita HIV/AIDS
Kita harus selalu mendukung para penderita HIV/AIDS bukan menjauhinya,
karena HIV/AIDS tidak akan menular dengan cara –cara seperti di bawah ini :
1. Hidup serumah dengan penderita HIV/AIDS (asal tidak mengadakan hubungan
seksual).
2. Bersenggolan atau berjabat tangan dengan penderita.
3. Bersentuhan dengan pakaian dan lain-lain barang bekas penderita HIV/AIDS.
4. Makan dan minum.
5. Gigitan nyamuk dan serangga lain.
6. Sama-sama berenang di kolam renang.
G. Penatalaksanaan HIV/AIDS
Untuk pengobatan sampai sekarang belum diketahui, jadi adanya untuk
pencegahan terhadap infeksi HIV atau AIDS, yaitu:
1. Pencegahan penularan lewat hubungan seks.
a. Hubungan seks monogami merupakan hal yang paling aman asalkan suami-
istri tidak ada yang terinfeksi.
b. Hubungan seks yang ilegal atau luar nikah meningkatkan resiko.
c. Resiko berkurang dengan menghindari hubungan seks dengan kelompok
resiko tinggi seperti laki-laki homoseksual atau biseksual, pemakaian
obat secara iv, pelacur atau atau orang diketahui positiv untuk antibodi
HIV/AIDS.
d. Karena virus terbawa dalam air mani, pemakaian kondom mengurangi resiko
penularan.
2. Pencegahan penularan non-seksual
a. Mereka yang termasuk kelompok resiko tinggi tidak diperbolehkan menjadi
donor darah, semen, atau organ, atau jaringan untuk transplantasi.
b. Pengguaan obat iv yang ilegal meningkatkan resiko.
c. Pemakaian jarum suntik non steril untuk infeksi tidak diperbolehkan.
d. Petugas kesehatan yang terlibat dalam pekerjaan inseminasi artifisial,
transfusi darah atau produk darah harus waspada terhadap resiko infeksi
HIV/AIDS.
e. Semen donor harus menjalani“screening antibody”pada saat donasi dan
di uji ulang setelah 3 bulan. Semen (air mani) ini harus di bekukan dan
jangan di pakai sebelum hasil test yangke dua di ketahui.
3. Pencegahan penularan perinatal
a. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDS menghadapi peningkatan
resiko terkena HIV/AIDS dibandingkan dengan mereka yang tidak hamil.
b. Wanita hamil dengan infeksi HIV/AIDSdapat menularn infeksi tersebut
kepada bayinya yang baru lahir, pada sekitar 50% kasus.
c. Bayi baru lahir yang mendapat HIV/AIDS menunjukkan perjalanan
penyakit yang parah dan masa hidup yang lebih singkat dari pada pasien
dewasa.
d. Sewaktu memberikan „counselling‟ untuk kontrasepsi, diluar kebutuhan
akan bentuk kontrasepsi yang efektivitasnya tinggi, seperti kontrasepsi
oral, atau sterilisasi, wanita yang menderita infeksi harus dinasihati
bahwa pemakaian kondom mengurangi resiko penularan kepada pasang.
A. Definisi
Kondom berguna adalah alat untuk mencegah dari risiko penyakit kelamin,
terjadinya kehamilan.
B. Tujuan
Tujuan penggunaan kondom antara lain :
1. Mencegah penularan pada penyakit HIV/AIDS
2. Mencegah kehamilan yang tidak diinginkan
3. Menjaga ereksi
C. Keuntungan dan Kerugian Memakai Kondom
1. Keuntungan
a. Jika penggunaannya tepat maka bisa mencegah kehamilan
b. Tidak akan mengganggu kesehatan pemakai maupun pasangan
c. Tidak akan mengganggu produksi ASI sehingga aman untuk anda yang
sedang menyusui
d. Selain murah, kondom juga sudah bisa dibeli dengan mudah di minimarket
e. Tidak perlu pemeriksaan khusus sebelum memakainya ataupun pemeriksaan
dokter
2. Kerugian
a. Keberhasilan kontrasepsi ditentukan oleh cara pemakaian dan kondisi
kondom
b. Mengganggu hubungan seksual karena tidak sentuhan langsung
c. Kondom bekas akan menjadi limbah yang akan menjadikan masalah
lingkungan
D. Efek Samping
Tidak ada efek samping kondom, Jika seseorang menghadapi reaksi apa pun
terhadap penggunaan kondom, itu lebih terkait dengan alergi dan tidak dapat
dikualifikasikan sebagai efek samping kondom. Untuk semua orang yang takut
menggunakan kondom karena takut akan reaksinya.
E. Prosedur
NO. ASPEK YANG DINILAI NILAI
A TAHAP PRA INTERAKSI 0 1 2
1. Memvalidasi perlunya prosedur pada status medis atau
rencana keperawatan
2. Mempersiapkan diri perawat/mahasiswa : penguasaan
konsep dan precaution
3. Mencuci tangan
4. Menyiapkan alat
Kondom
B TAHAP ORIENTASI
1. Memberikan salam, memastikan identitas pasien (ex :
nama, tanggal lahir), mengenalkan diri
perawat/mahasiswa
2. Menerangkan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menyampaikan kontrak waktu
4. Memberikan kesempatan klien/keluarga untuk bertanya
5. Memastikan klien/keluarga telah menyetujui tindakan
yang akan diberikan (menanyakan kesediaan)
C TAHAP KERJA
1. Tunjukkan alat kontrasepsi kondom
2. Atur lingkungan sekitar tempat tidur/menjaga privasi
klien (ex : menutup tirai)
3. Health education :
a. Keuntungan dan kerugian
b. Efek samping
c. Cara pemakaian kondom
d. Kapan pasien harus kembali ke petugas kesehatan
D TAHAP TERMINASI
1. Mengevaluasi respon pasien (subjektif dan objektif)
2. Memberikan reinforcement positif pada klien/keluarga
3. Kontrak untuk kegiatan selanjutnya
4. Merapikan alat
5. Mencuci tangan
6. Mendokumentasikan/mencatat dalam kartu akseptor dan
buku register KB
Evaluator
( )
Keterangan :
0 : tidak dilakukan
1 : dilakukan tetapi kurang sempurna
2 : dilakukan sempurna
DAFTAR PUSTAKA