Disusun Oleh:
Alda Nuroctaviani 2720170058
Fiki Alpiansyah 2720170018
Tania Anggraini Saputri 2720170022
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa, yang atas rahmat-Nya
maka kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN PREEKLAMSIA DAN EKLAMSIA”.
Makalah keperawatan kritis ini disusun untuk memenuhi tugas di dalam
perkuliahan. Diharapkan dengan membaca makalah ini, teman-teman mendapatkan wawasan
dan ilmu baru yang bermanfaat.
Dengan selesainya makalah ini, kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada Ibu Ns. Istiqomah, S.Kep, MM. selaku dosen program studi Ilmu
Keperawatan mata kuliah Keperawatan Kritis dan kepada teman-teman yang telah
membantu proses pembuatan makalah ini sampai makalah ini terselesaikan.
Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua dalam meningkatkan kemampuan
kita khususnya dalam mata kuliah keperawatan gawat darutat
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Preeklampsia dan eklampsia merupakan kesatuan penyakit yang disebabkan oleh kehamilan
walaupun belum jelas bagaimana terjadi. Diindonesia preeclampsia, eklampsia, disamping
perdarahan dan infeksi masih merupakan sebab utama kematian ibu dan sebab kematian perinatal
yang tinggi. (professor dotor dokter sarwono prawirhadjo, DSOG).
Angka kematian Ibu dan bayi saat ini masih sangat tinggi. Terutama untuk ibu hamil yang
tinggal di desa-desa, selain karena pengetahuan ibu hamil yang kurang dan tidak begitu mengerti
tentang kesehatan juga karena perawatan dalam persalinan masih di tangani oleh petugas non
medik dan sistem rujukan yang belum sempurna. (Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun
2005).
Salah satu penyebab dari tingginya mortalitas dan morbiditas ibu bersalin adalah hipertensi
yang karena tidak di tangani dengan benar berujung pada preeklsamsia dan eklamsia. Hipertensi
dalam kehamilan merupakan 5 – 15 % penyulit kehamilan. Oleh karena itu, ditekankan bahwa
pengetahuan tentang pengelolaan sindroma preeklamsi ringan dengan hipertensi, odema dan
protein urine harus benar–benar dipahami dan ditangani dengan benar oleh semua tenaga medis.
(Prof. dr.H. Muh.Dikman Angsar, SpOG, tahun 2005).
Preeklampsia adalah penyakit pada wanita hamil yang secara langsung disebabkan oleh
kehamilan. Pre-eklampsia adalah hipertensi disertai proteinuri dan edema akibat kehamilan
setelah usia kehamilan 20 minggu atau segera setelah persalinan. Gejala ini dapat timbul sebelum
20 minggu bila terjadi. Preeklampsia hampir secara eksklusif merupakan penyakit pada
multipara. Biasanya terdapat pada wanita masa subur dengan umur ekstrem yaitu pada remaja
belasan tahun atau pada wanita yang berumur lebih dari 35 tahun.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada wanita hamil, dalam persalinan atau nifas, yang
ditandai dengan timbulnya kejang dan / atau koma. Biasanya Sebelumnya wanita hamil itu
menunjukkan gejala-gejala pre-eklampsia (kejang-kejang dipastikan BUKAN timbul akibat
kelainan neurologik lain).
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan pengertian Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
2. Sebutkan macam-macam Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
3. Jelaskan etiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
4. Jelaskan patofisiologi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
5. Sebutkan apa saja tanda dan gejala dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
6. Sebutkan komplikasi dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
7. Jelaskan penatalaksanaan dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang dari Pre-Eklampsia dan Eklampsia ?
9. Membuat asuhan keperawatan Pre-Eklampsia secara umum ?
10. Membuat asuhan keperawatan Eklampsia secara umum ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
a. Mampu menerapkan asuhan keperawatan pasien dengan preeklampsia dan eklampsi
b. Menganalisa hubungan antara beberapa faktor risiko terhadap terjadinya PE dan E pada
saat kehamilan
2. Tujuan Khusus
a. Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada pasien dengan preeklampsia dan
eklampsia.
b. Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada pasien dengan
preeklampsia dan eklampsi.
c. Dapat membuat perencanaan pada pasien dengan preeklampsia dan eklampsia.
d. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang
telah dilakukan pada pasien dengan preeklampsia dan eklampsia.
D. Manfaat
1. Sebagai salah satu sumber informasi bagi mahasiswa, serta sebagai salah satu persyaratan
dalam untuk memenuhi tugas perkuliahan kami.
2. Sebagai bahan masukan atau informasi bagi perawat, maupun tenaga kesehatan lainnya
dalam menangani kasus khususnya yang berkaitan dengan PE dan E.
3. Sebagai acuan yang diharapkan dapat bermanfaat dalam pengembangan institusi dan
penulisan asuhan keperawatan pada PE dan E.
4. Dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan serta tambahan pengalaman yang sangat
berharga dalam penerapan manajemen asuhan keperawatan, khususnya pada kasus PE dan E.
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
1. Pre eklampsia
Pre-eklampsia atau sering juga disebut toksemia adalah suatu kondisi yang bisa
dialami oleh setiap wanita hamil. Penyakit ini ditandai dengan meningkatnya tekanan darah
yang diikuti oleh peningkatan kadar protein di dalam urine. Wanita hamil dengan
preeklampsia juga akan mengalami pembengkakan pada kaki dan tangan. Preeklampsia
umumnya muncul pada pertengahan umur kehamilan, meskipun pada beberapa kasus ada
yang ditemukan pada awal masa kehamilan.
Pre-eklampsia dalam kehamilan adalah apabila dijumpai tekanan darah 140/90
mmHg setelah kehamilan 20 minggu (akhir trisemester kedua sampai trisemester ketiga) atau
bisa lebih awal terjadi.
Pre-eklampsia adalah salah satu kasus gangguan kehamilan yang bisa menjadi
penyebab kematian ibu. Kelainan ini terjadi selama masa kehamilan, persalinan, dan masa
nifas yang akan berdampak pada ibu dan bayi.
Hipertensi (tekanan darah tinggi) di dalam kehamilan terbagi atas pre-eklampsia
ringan, preklampsia berat, eklampsia, serta superimposed hipertensi (ibu hamil yang sebelum
kehamilannya sudah memiliki hipertensi dan hipertensi berlanjut selama kehamilan).
2. Eklampsia
Eklampsia merupakan kondisi lanjutan dari preeklampsia yang tidak teratasi dengan
baik. Selain mengalami gejala preeklampsia, pada wanita yang terkena eklampsia juga sering
mengalami kejang kejang. Eklampsia dapat menyebabkan koma atau bahkan kematian baik
sebelum, saat atau setelah melahirkan.
Eklampsia berasal dari kata bahasa Yunani yang berarti “halilintar“ karena gejala
eklampsia datang dengan mendadak dan menyebabkan suasana gawat dalam kebidanan.
Eklampsia juga disebut sebuah komplikasi akut yang mengancam nyawa dari kehamilan
ditandai dengan munculnya kejang tonik - klonik, biasanya pada pasien yang telah menderita
preeklampsia. (Preeklamsia dan eklampsia secara kolektif disebut gangguan hipertensi
kehamilan dan toksemia kehamilan.) Prawiroharjo 2005.
Eklampsia adalah kelainan pada masa kehamilan, dalam persalinan atau masa nifas
yang di tandai dengan kejang ( bukan timbul akibat kelainan saraf ) dan atau koma dimana
sebelumnya sudah menimbulkan gejala pre eklampsia. (Ong Tjandra & John 2008 ).
B. Klasifikasi Pre-Eklampsia dan Eklampsia
1. Pre Eklamsia dibagi menjadi 2 golongan,yaitu :
a. Pre Eklamsia ringan, bila disertai keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 140/90 mmHg atau lebih yang diukur pada posisi berbaring terlentang
atau kenaikan diastolik 15 mmHg atau lebih atau kenaikan sistolik 30 mmHg atau
lebih..
2) Edema umum, kaki, jari tangan, dan muka atau kenaikan berat badan 1 kg atau lebih
per minggu.
3) Proteinuria kuantitatif 0,3 gr atau lebih per liter, kwalitatif 1+ atau 2+ pada urin
kateter atau midstream
b. Pre Eklamsi berat, bila disertai dengan keadaan sebagai berikut:
1) Tekanan darah 160/110 mmHg atau lebih.
2) Proteinuria 5 gr atau lebih per liter.
3) Oliguria, yaitu jumlah urin kurang dari 500 cc per 24 jam.
4) Adanya gangguan serebral, gangguan visus, dan rasa nyeri di epigastrium.
5) Terdapat edema paru dan sianosis.
2. Eklampsia menjadi 3 bagian berdasarkan waktu terjadinya eklampsia, yaitu :
a. Eklampsia gravidarum
1) Kejadian 50% sampai 60 %
2) Serangan terjadi dalam keadaan hamil
b. Eklampsia parturientum
1) Kejadian sekitar 30 % sampai 50 %
2) Saat sedang inpartu
3) Batas dengan eklampsia gravidarum sukar di tentukan terutama saat mulai inpartu
c. Eklampsia puerperium
1) Kejadian jarang 10 %
2) Terjadi serangan kejang atau koma seletah persalinan berakhir
3. Kejang – kejang pada eklampsia terdiri dari 4 tingkat :
a. Tingkat awal atau aura
1) Berlangsung 30 – 35 detik
2) Tangan dan kelopak mata gemetar
3) Mata terbuka dengan pandangan kosong
4) Kepala di putar ke kanan atau ke kir
b. Tingkat kejang tonik
1) Berlangsung sekitar 30 detik
2) Seluruh tubuh kaku : wajah kaku, pernafasan berhenti, dapat diikuti sianosis, tangan
menggenggam, kaki di putar kedalam, lidah dapat tergigit.
c. Tingkat kejang klonik
1) Berlangsung 1 sampai 2 menit
2) Kejang tonik berubah menjadi kejang klonik
3) Konsentrasi otot berlangsung cepat
4) Mulut terbuka tertutup dan lidah dapat tergigit sampai putus
5) Mata melotot
6) Mulut berbuih
7) Muka terjadi kongesti dan tampak sianosis
8) Penderita dapat jatuh, menimbulkan trauma tambahan
d. Tingkat koma
1) Setelah kejang klonik berhenti penderita menarik nafas
2) Diikuti,yang lamanya bervariasi
C. Etiologi Pre-Eklampsia dan Eklampsia
Penyebab pasti dari kelainan ini masih belum diketahui, namun beberapa penelitian
menyebutkan ada beberapa faktor yang dapat menunjang terjadinya preeklampsia dan eklampsia.
Faktor faktor tersebut antara lain, gizi buruk, kegemukan dan gangguan aliran darah ke rahim.
1. Pre-Eklampsia
Penyebab preeklamsi sampai sekarang belum di ketahui secara pasti,tapi pada
penderita yang meninggal karena preeklamsia terdapat perubahan yang khas pada berbagai
alat.Tapi kelainan yang menyertai penyakit ini adalah spasmus arteriole, retensi Na dan air
dan coogulasi intravaskulaer. Walaupun vasospasmus mungkin bukan merupakan sebab
primer penyakit ini, akan tetapi vasospasmus ini yang menimbulkan berbagai gejala yang
menyertai preeklamsi.
Sebab pre eklamasi belum diketahui :
a. Vasospasmus menyebabkan :
b. Hypertensi
c. Pada otak (sakit kepala, kejang)
d. Pada placenta (solution placentae, kematian janin
e. Pada ginjal (oliguri, insuffisiensi)
f. Pada hati (icterus)
g. Pada retina (amourose)
Ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang penyebab preeklamsia yaitu
a. Bertambahnya frekuensi pada primigravida, kehamilan ganda, hidramnion, dan
molahidatidosa
b. Bertambahnya frekuensi seiring makin tuanya kehamilan
c. Dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus
d. Timbulnya hipertensi, edema, protein uria, kejang dan koma.
Factor Perdisposisi Preeklamsi
a. Molahidatidosa
b. Diabetes melitus
c. Kehamilan ganda
d. Hidrocepalus
e. Obesitas
f. Umur yang lebih dari 35 tahun
2. Eklampsia
Menurut Manuaba, IBG, 2001 penyebab secara pasti belum diketahui, tetapi banyak teori
yang menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini, antara lain:
a. Teori Genetik
Eklamsia merupakan penyakit keturunan dan penyakit yang lebih sering ditemukan
pada anak wanita dari ibu penderita pre eklamsia.
b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan benda
asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan ditolak oleh
ibu.Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukan benda asing,. dan rahim
tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga terjadi modifikasi respon
imunologi dan terjadilah adaptasi.Pada eklamsia terjadi penurunan atau kegagalan dalam
adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat sehingga konsepsi tetap berjalan.
c. Teori Iskhemia Regio Utero Placental
Kejadian eklamsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan bahan
vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi renin
angiotensin dan aldosteron.Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi general,
termasuk oedem pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan anteriolar yang
meningkatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi selanjutnya akan
mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan permeabilitas pada membran
glumerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedem lebih jauh.
d. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh ishkemia placenta adalah radikal bebas. Radikal bebas
merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil, sangat reaktif dan
berumur pendek. Ciri radikal bebas ditandai dengan adanya satu atau dua elektron dan
berpasangan. Radikal bebas akan timbul bila ikatan pasangan elektron rusak. Sehingga
elektron yang tidak berpasangan akan mencari elektron lain dari atom lain dengan
menimbulkan kerusakan sel.Pada eklamsia sumber radikal bebas yang utama adalah
placenta, karena placenta dalam pre eklamsia mengalami iskhemia. Radikal bebas akan
bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai pada membran sel, sehingga
radikal bebas merusak sel Pada eklamsia kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan
normal, dan produksi radikal bebas menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan
juga menurun.
e. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh darah
agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh vasokonstriktor.
Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya radikal bebas yaitu
peroksidase lemak atau proses oksidase asam lemak tidak jenuh yang menghasilkan
peroksidase lemak asam jenuh.
Pada eklamsia diduga bahwa sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidase lemak
adalah sel endotel pembuluh darah.Kerusakan endotel ini sangat spesifik dijumpai pada
glumerulus ginjal yaitu berupa “ glumerulus endotheliosis “. Gambaran kerusakan
endotel pada ginjal yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklamsia.
f. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam
arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Ishkemi regio utero placenta
menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas asam lemak tak
jenuh dan jenuh. Keadaan ishkemi regio utero placenta yang terjadi menurunkan
pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan prostasiklin), tetapi kerusakan
trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan sehingga berbanding 7 : 1 dengan
prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah meningkat dan terjadi kerusakan
pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
g. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2 - 2½ gram per hari. Bila terjadi kekurangan-
kekurangan kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan
janin, kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot
sehingga menimbulkan sebagai berikut : dengan dikeluarkannya kalsium dari otot dalam
waktu yang lama, maka akan menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang
mengakibatkan menurunnya strike volume sehingga aliran darah menurun. Apabila
kalsium dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga
terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.
D. PATOFISIOLOGI
1. Pre-Eklampsia
Pada beberapa wanita hamil, terjadi peningkatan sensitivitas vaskuler terhadap
angiotensin II. Peningkatan ini menyebabkan hipertensi dan kerusakan vaskuler, akibatnya
akan terjadi vasospasme. Vasospasme menurunkan diameter pembuluh darah kesemua organ,
fungsi-fungsi organ seperti plasenta, ginjal, hati dan otak menurun sampai 40-60%.
Gangguan plasenta menimbulkan degenerasi pada plasenta dan kemungkinan terjadi IUGR
dan IUFD pada fetus. Aktivitas uterus dan sensitifitas terhadap oksitosin meningkat
(Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi ginjal menurunkan GFR dan menimbulkan perubahan glomerulus,
protein keluar melalui urine, asam urat menurun, garam dan air ditahan, tekanan osmotik
plasma menurun, cairan keluar dari intravaskuler, menyebabkan hemokonsentrasi,
peningkatan viskositas darah dan edema jaringan berat dan peningkatan hematokrit. Pada
preeklamsia berat terjadi penurunan volume darah, edema berat dan berat badan naik dengan
cepat (Maryunani & Yulianingsih, 2010).
Penurunan perfusi hati menimbulkan gangguan fungsi hati, edema hepar dan
hemoragik sub-kapsular menyebabkan ibu hamil mengalami nyeri epigastrium atau nyeri
pada kuadran atas. Ruptur hepar jarang terjadi, tetapi merupakan komplikasi yang hebat dari
preeklamsia, enzim-enzim hati seperti SGOT dan SGPT meningkat. Vasospasme arteriola
dan penurunan aliran darah ke retina menimbulkan symtom visual skotama dan pandangan
kabur. Patologi yang sama menimbulkan edema serebral dan hemoragik serta peningkatan
iritabilitas susunan saraf pusat (sakit kepala, hiperfleksia, klonus pergelangan kaki dan
kejang serta perubahan efek). Edema paru dihubungkan dengan edema umum yang berat,
kompliksai ini biasanya disebabkan oleh dekompensasi kordis kiri (Maryunani &
Yulianingsih, 2010).
2. Eklampsia
Eklampsia terjadi karena perdarahan dinding rahim berkurang sehingga plasenta
mengeluarkan zat-zat yang menyebabkan ischemia uteroplasenta dan peningkatan tekanan
darah. Terjadinya ischemia uteroplasenta dan hipertensi menimbulkan kejang atau sampai
koma pada wanita hamil.
Pada eklampsia terjadi spasmus pembuluh darah disertai dengan retensi garam dan
air. Pada biopsi ginjal ditemukan spasmus yang hebat dari arteriola glomerulus. Pada
beberapa kasus lumen arteriola sedemikian sempitnya sehingga hanya dapat dilalui oleh satu
sel darah merah. Jadi jika semua arteriola dalam tubuh mengalami spasmus, maka tekanan
darah dengan sendirinya akan naik sebagai usaha untuk mengatasi kenaikan tekanan perifer
agar oksigenisasi jaringan dapat dicukupi.
Sedangkan kenaikan berat badan dan edema yang disebabkan penimbunan air yang
berlebihan dalam ruangan interstisial belum diketahui sebabnya, mungkin disebabkan oleh
retensi air dan garam,proteinuriamungkin disebabkan oleh spasmus Arteriola sehingga terjadi
perubahan glomerulus.
Perubahan pada organ-organ:
a. Perubahan pada otak
Pada eklampsi, resistensi pembuluh darah meninggi, ini terjadi pula pada pembuluh
darah otak. Edema terjadi pada otak yang dapat menimbulkan kelainan serebral dan
kelainan pada visus. Bahkan pada keadaan lanjut dapat terjadi perdarahan.
b. Perubahan pada rahim
Aliran darah menurun ke plasenta menyebabkan gangguan plasenta, sehingga terjadi
gangguan pertumbuhan janin dan karena kekurangan oksigen terjadi gawat janin. Pada
pre-eklampsi dan eklampsi sering terjadi bahwa tonus rahim dan kepekaan terhadap
rangsangan meningkat maka terjadilah partus prematurus.
c. Perubahan ada ginjal
Filtrasi glomerulus berkurang oleh karena aliran ke ginjal kurang. Hal ini
menyebabkan filfrasi natrium melalui glomerulus menurun, sebagai akibatnya terjadilah
retensi garam dan air. Filtrasi glomerulus dapat turun sampai 50% dari normal sehingga
pada keadaan lanjut dapat terjadi oliguria dan anuria.
d. Perubahan pada paru-paru
Kematian wanita pada pre-eklampsi dan eklampsi biasanya disebabkan oleh edema
paru. Ini disebabkan oleh adanya dekompensasi kordis. Bisa pula karena terjadinya
aspires pnemonia. Kadang-kadang ditemukan abses paru.
e. Perubahan pada mata
Dapat ditemukan adanya edema retina spasmus pembuluh darah. Pada eklampsi dapat
terjadi ablasio retina disebabkan edema intra-okuler dan hal ini adalah penderita berat
yang merupakan salah satu indikasi untuk terminasi kehamilan. Suatu gejala lain yang
dapat menunjukkan arah atau tanda dari pre-eklampsi berat akan terjadi eklampsi adalah
adanya: skotoma, diplopia, dan ambliopia. Hal ini disebabkan perubahan peredaran darah
dalam pusat penglihatan di korteks serebri atau dalam retina.
f. Perubahan pada keseimbangan air dan elektrolit
Pada pre-eklampsi berat dan pada eklampsi : kadar gula darah naik sementara asam
laktat dan asam organik lainnya naik sehingga cadangan alkali akan turun. Keadaan ini
biasanya disebabkan oleh kejang-kejang. Setelah konvulsi selesai zat-zat organik
dioksidasi sehingga natrium dilepas lalu bereaksi dengan karbonik sehingga terbentuk
bikarbonat natrikus. Dengan begitu cadangan alkali dapat kembali pulih normal.
E. Tanda dan Gejala Pre-Eklampsia dan Eklampsia
1. Tanda Pre-Eklampsia
Selain bengkak pada kaki dan tangan, protein pada urine dan tekanan darah tinggi, gejala
preeklampsia yang patut diwaspadai adalah :
a. Berat badan yang meningkat secara drastis akibat dari penimbunan cairan dalam
tubuh
b. Nyeri perut
c. Sakit kepala yang berat
d. Perubahan pada refleks
e. Penurunan produksi kencing atau bahkan tidak kencing sama sekali
f. Ada darah pada air kencing
g. Pusing
h. Mual dan muntah yang berlebihan
i. Udem
j. Hipertensi
k. Proteinuria
1) Pre-eklampsia ringan
Tanda dan gejala :
a. Kenaikan tekanan darah sistole 140 mmHg sampai kurang dari 160 mmHg; diastole
90 mmHg sampai kurang dari 110 mmHg
b. Proteinuria : didapatkannya protein di dalam pemeriksaan urin (air seni)
c. Edema (penimbunan cairan) pada betis, perut, punggung, wajah atau tangan
2) Pre-eklampsia Berat
Pre eklampsia berat adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan
timbulnya tekanan darah tinggi 160/110 mmHg atau lebih disertai proteinuria
dan/atau edema pada kehamilan 20 minggu atau lebih. Tanda dan gejala pre-
eklampsia berat:
a. Tekanan darah sistolik ? 160 mmHg
b. Tekanan darah diastolik ? 110 mmHg
c. Peningkatan kadar enzim hati dan atau ikterus (kuning)
d. Trombosit <100.000/mm3
e. Oliguria (jumlah air seni <400 ml/24 jam) 6. Proteinuria (protein dalam air
seni>3g/L)
f. Nyeri ulu hati
g. Gangguan penglihatan atau nyeri kepala bagian depan yang berat
h. Perdarahan di retina (bagian mata)
i. Edema (penimbunan cairan) pada paru
j. Koma
2. Tanda Eklampsia
Seluruh kejang eklamsia didahului dengan pre eklamsia. Eklamsi digolongkan menjadi kasus
antepartum, intrapartum dan post partum, adapun tanda dan gejalanya sebagai berikut:
1) Eklamsia ringan
a. Peningkatan tekanan darah >140/90 mmHg
b. Keluarnya protein melalui urine (proteinuria) dengan hasil lab proteinuria kuantitatif
(esbach) >=300mg/24 jam
c. Kenaikan berat badan lebih dari 1 kg seminggu
d. Bengkak kedua kaki, lengan dan kelopak mata
2) Eklamsi berat
a. Tekanan darah 160/110 mmHg
b. Proteinuria kuantitatif > = 2 gr/24 jam
c. Terdapat protein di dalam urine dalam jumlah yang signifikan
d. Trombosit kurang dari 100.000/mm3
2. Penatalaksanaan eklampsia
Prinsip penataksanaan eklamsi sama dengan pre-eklamsi berat dengan tujuan
menghentikan berulangnya serangan konvulsi dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan
cara yang aman setelah keadaan ibu mengizinkan:
a. Penderita eklamsia harus di rAwat inap di rumah sakit
b. Saat membawa ibu ke rumah sakit, berikan obat penenang untuk mencegah kejang-
kejang selama dalam perjalanan. Dalam hal ini dapat diberikan pethidin 100 mg atau
luminal 200mg atau morfin 10mg.
Tatalaksana
a. Tujuan pengobatan:
1) Untuk menghentikan dan mencegah kejang
2) Mencegah dan mengatasi penyulit, khususnya krisis hipertensi
3) Sebagai penunjang untuk mencapai stabilisasi keadaan ibu seoptimal mungkin
4) Mengakhiri kehamilan dengan trauma ibu seminimal mungkin
b. Pengobatan Konservatif
Sama seperti pengobatan pre eklampsia berat kecuali bila timbul kejang-kejang lagi
maka dapat diberikan obat anti kejang (MgSO4).
c. Pengobatan Obstetrik
1) Sikap dasar: Semua kehamilan dengan eklampsia harus diakhiri dengan atau tanpa
memandang umur kehamilan dan keadaan janin
2) Bilamana diakhiri, maka kehamilan diakhiri bila sudah terjadi stabilisasi
(pemulihan) kondisi dan metabolisme ibu. Setelah persalinan, dilakukan
pemantauan ketat untuk melihat tanda-tanda terjadinya eklampsia. 25% kasus
eklampsia terjadi setelah persalinan, biasanya dalam waktu 2 – 4 hari pertama
setelah persalinan. Tekanan darah biasanya tetap tinggi selama 6 – 8 minggu. Jika
lebih dari 8 minggu tekanan darahnya tetap tinggi, kemungkinan penyebabnya
tidak berhubungan dengan pre-eklampsia.
3. Pencegahan
Usaha pencegahan preklampsia dan eklampsia sudah lama dilakukan. Diantaranya
dengan diet rendah garam dan kaya vitamin C. Selain itu, toxoperal (vitamin E,) beta
caroten, minyak ikan (eicosapen tanoic acid), zink (seng), magnesium, diuretik, anti
hipertensi, aspirin dosis rendah, dan kalium diyakini mampu mencegah terjadinya
preklampsia dan eklampsia. Sayangnya upaya itu belum mewujudkan hasil yang
menggembirakan. Belakangan juga diteliti manfaat penggunaan anti-oksidan seperti N.
Acetyl Cystein yang diberikan bersama dengan vitamin A, B6, B12, C, E, dan berbagai
mineral lainnya. Nampaknya, upaya itu dapat menurunkan angka kejadian pre-eklampsia
pada kasus risiko tinggi.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pre Eklampsia
a. Pemeriksaan Laboratorium
1) Pemeriksaan darah lengkap dengan hapusan darah
2) Penurunan hemoglobin ( nilai rujukan atau kadar normal hemoglobin untuk wanita
hamil adalah 12-14 gr% )
3) Hematokrit meningkat ( nilai rujukan 37 – 43 vol% )
4) Trombosit menurun ( nilai rujukan 150 – 450 ribu/mm3 )
b. Urinalisis: Ditemukan protein dalam urine.
c. Pemeriksaan Fungsi hati
1) Bilirubin meningkat ( N= < 1 mg/dl )
2) LDH ( laktat dehidrogenase ) meningkat
3) Aspartat aminomtransferase ( AST ) > 60 ul.
4) Serum Glutamat pirufat transaminase ( SGPT ) meningkat (N= 15-45 u/ml)
5) Serum glutamat oxaloacetic trasaminase ( SGOT ) meningkat (N= <31 u/l )
6) Total protein serum menurun ( N= 6,7-8,7 g/dl )
d. Tes kimia darah
Asam urat meningkat ( N= 2,4-2,7 mg/dl )
e. Radiologi
1) Ultrasonografi
Ditemukan retardasi pertumbuhan janin intra uterus. Pernafasan intrauterus lambat,
aktivitas janin lambat, dan volume cairan ketuban sedikit.
2) Kardiotografi:
Diketahui denyut jantung janin lemah
2. Eklampsia
a. Urine: Protein, reduksi, bilirubin, sedimen urin.
b. Darah: Trombosit, ureum, kreatinin, SGOT, LDH dan bilirubin
BAB III
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1. Data Biografi
Umur biasanya sering terjadi pada primi gravida ,< 20 tahun atau > 35 tahun, Jenis kelamin.
2. Riwayat Kesehatan
a. keluhan Utama : biasanya klirn dengan preeklamsia mengeluh demam, sakit kepala
b. Riwayat kesehatan sekarang : terjadi peningkatan tensi, oedema, pusing, nyeri
epigastrium, mual muntah, penglihatan kabur.
c. Riwayat kesehatan sebelumnya : penyakit ginjal, anemia, vaskuler esensial, hipertensi
kronik, DM.
d. Riwayat kehamilan : riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat
kehamilan dengan pre eklamsia atau eklamsia sebelumnya.
e. Pola nutrisi : jenis makanan yang dikonsumsi baik makanan pokok maupun selingan.
f. Psiko sosial spiritual : Emosi yang tidak stabil dapat menyebabkan kecemasan, oleh
karenanya perlu kesiapan moril untuk menghadapi resikonya.
3. Riwayat Kehamilan
Riwayat kehamilan ganda, mola hidatidosa, hidramnion serta riwayat kehamilan dengan
eklamsia sebelumnya.
4. Riwayat KB
Perlu ditanyakan pada ibu apakah pernah / tidak megikuti KB jika ibu pernah ikut KB maka
yang ditanyakan adalah jenis kontrasepsi, efek samping. Alasan pemberhentian kontrasepsi
(bila tidak memakai lagi) serta lamanya menggunakan kontrasepsi
5. Pola aktivitas sehari-hari
a. Aktivitas
Gejala : biasanya pada pre eklamsi terjadi kelemahan, penambahan berat badan atau
penurunan BB, reflek fisiologis +/+, reflek patologis -/-.
Tanda : pembengkakan kaki, jari tangan, dan muka
b. Sirkulasi
Gejala :biasanya terjadi penurunan oksegen.
c. Abdomen
1) Inspeksi : biasanya Perut membuncit sesuai usia kehamilan aterm, apakah adanya
sikatrik bekas operasi atau tidak.
2) Palpasi: untuk mengetahui TFU, letak janin, lokasi edema.
3) Leopold I : biasanya teraba fundus uteri 3 jari di bawah proc. Xyphoideus teraba
massa besar, lunak, noduler.
4) Leopold II : teraba tahanan terbesar di sebelah kiri, bagian – bagian kecil janin di
sebelah kanan.
5) Leopold III : biasanya teraba masa keras, terfiksir.
6) Leopold IV : biasanya pada bagian terbawah janin telah masuk pintu atas panggul
7) Auskultasi : mendengarkan DJJ untuk mengetahui adanya fetal distress
8) Perkusi : untuk mengetahui refleks patella sebagai syarat pemberian SM (jika
refleks+)
d. Eliminasi
Gejala: biasanya proteinuria + ≥ 5 g/24 jam atau ≥ 3 pada tes celup, oliguria
e. Makanan / cairan
Gejala :biasanya terjadi peningkatan berat badan dan penurunan , muntah-muntah.
Tanda:biasanya nyeri epigastrium,
f. Integritas ego
Gejala : perasaan takut.
Tanda : cemas
g. Neurosensori
Gejala : biasanya terjadi hipertensi
Tanda : biasanya terjadi kejang atau koma
h. Nyeri / kenyamanan
Gejala : biasanya nyeri epigastrium, nyeri kepala, sakit kepala, ikterus, gangguan
penglihatan.
Tanda : biasanya klien gelisah,
i. Pernafasan
Gejala : biasanya terjadi suara nafas antara vesikuler, Rhonki, Whezing, sonor.
Tanda :biasanya ada irama teratur atau tidak, apakah ada bising atau tidak.
j. Keamanan
Gejala : apakah adanya gangguan pengihatan, perdarahan spontan.
k. Seksualitas
Gejala : Status Obstetrikus
6. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum : baik, cukup, lemah
b. Kesadaran : Composmentis (e = 4, v = 5, m = 6)
c. Pemeriksaan Fisik (Persistem)
1) Sistem pernafasan
Pemeriksaan pernapasan, biasanya pernapasan mungkin kurang, kurang dari
14x/menit, klien biasanya mengalami sesak sehabis melakukan aktifitas, krekes
mungkin ada, adanya edema paru hiper refleksia klonus pada kaki.
2) Sistem cardiovaskuler
a) Inspeksi: apakah Adanya sianosis, kulit pucat, konjungtiva anemis.
b) Palpasi:
Tekanan darah: biasanya pada preeklamsia terjadi peningkatan TD, melebihi
tingkat dasar setetah 20 minggu kehamilan.
Nadi : biasanya nadi meningkat atau menurun.
Leher : apakah ada bendungan atau tidak pada Pemeriksaan Vena Jugularis, jika
ada bendungan menandakan bahwa jantung ibu mengalami gangguan. Edema
periorbital yang tidak hilang dalam kurun waktu 24 jam Suhu dingin
c) Auskultasi :untuk mendengarkan detak jantung janin untuk mengetahui adanya
fotal distress, bunyi jantung janin yang tidak teratur gerakan janin melemah.
3) System reproduksi
a) Dada
Payudara : Dikaji apakah ada massa abnormal, nyeri tekan pada payudara.
b) Genetalia
Inspeksi adakah pengeluaran pervaginam berupa lendir bercampur darah, adakah
pembesaran kelenjar bartholini / tidak.
c) Abdomen
Palpasi: untuk mengetahui tinggi fundus uteri, letak janin, lokasi edema, periksa
bagian uterus biasanya terdapat kontraksi uterus
4) Sistem integument perkemihan
a) Periksa vitting udem biasanya terdapat edema pada ekstermitas akibat gangguan
filtrasi glomelurus yang meretensi garam dan natrium, (Fungsi ginjal menurun).
b) Oliguria
c) Proteinuria
5) Sistem persarafan
Biasanya hiperrefleksi, klonus pada kaki
6) Sistem Pencernaan
Palpasi: Abdomen adanya nyeri tekan daerah epigastrium (kuadran II kiri atas),
anoreksia, mual dan muntah.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Laboratorium : protein uri dengan kateter atau midstream ( biasanya meningkat hingga
0,3 gr/lt atau +1 hingga +2 pada skala kualitatif ), kadar hematokrit menurun, BJ urine
meningkat, serum kreatini meningkat, uric acid biasanya > 7 mg/100 ml
b. USG : untuk mengetahui keadaan janin
c. NST : untuk mengetahui kesejahteraan janin
B. Analisa Data
1. Data Subyektif
a. Biasanya ibu mengeluh Panas
b. Biasanya ibu mengeluh sakit dan nyeri kepala
c. Biasanya ibu mengeluh nyeri perut akibat fotal distress pada janin
d. Biasanya ibu mengeluh tegang pada perutnya
e. Skala nyeri (2-4)
f. Biasanya ibu mengatakan kurang nafsu makan
g. Biasanya ibu sering mengeluh mual muntah
h. Biasanya ibu sering bertanya tentang penyakitnya
i. Biasanya ibu sering mengungkapkan kecemasan
2. Data Obyektif
a. Biasanya teraba panas
b. Biasanya tampak wajah ibu meringis kesakitan
c. Biasanya ibu tampak kejang
d. Biasanya ibu tampak lemah, konjungtiva anemis
e. Biasanya penglihatan ibu kabur
f. Biasanya klien tampak cemas dan gelisah
g. Biasanya klien tampak kurus
h. Tonus otot perut tampa tegang
i. Biasanya ibu tampak meringis kesakitan
j. Biasanya DJJ bayi cepat >160
k. Bisanya ibu tampak meringis kesakitan
l. Aktivitas janin menurun
C. Diagnosa Keperawatan Prioritas yang Mungkin Muncul :
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
( vasospasme dan peningkatan tekanan darah )
2. Resiko tinggi terjadinya fetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan
lahir.
4. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan Ketidakmampuan
dalam memasukkan/mencerna makanan karena faktor biologi.
5. Gangguan psikologis ( cemas ) berhubungan dengan koping yang tidak efektif terhadap
proses persalinan.
D. Intervensi / Perencanaan
1. Resiko tinggi terjadinya kejang pada ibu berhubungan dengan penurunan fungsi organ
(vasospasme dan peningkatan tekanan darah)
Tujuan : Tidak terjadi kejang pada ibu
Kriteria Hasil:
Kesadaran : compos mentis, GCS : 15 ( 4-5-6 )
Tanda-tanda vital : TD : 100-120/70-80 mmHg, Suhu: 36-37 C, Nadi : 60-80 x/mnt, RR :
16-20 x/mnt.
Intervensi Rasional
1. Monitor tekanan darah tiap 4 jam 1. Tekanan diastole > 110 mmHg dan sistole 160
2. Catat tingkat kesadaran pasien atau lebih merupkan indikasi dari PIH.
3. Kaji adanya tanda-tanda eklampsia 2. Penurunan kesadaran sebagai indikasi penurunan
(hiperaktif, reflek patella dalam, aliran darah otak
penurunan nadi,dan respirasi, nyeri 3. Gejala tersebut merupakan manifestasi dari
epigastrium dan oliguria) perubahan pada otak, ginjal, jantung dan paru
4. Monitor adanya tanda-tanda dan yang mendahului status kejang.
gejala persalinan atau adanya 4. Kejang akan meningkatkan kepekaan uterus yang
kontraksi uterus akan memungkinkan terjadinya persalinan.
5. Kolaborasi dengan tim medis dalam 5. Anti hipertensi untuk menurunkan tekanan darah
pemberian anti hipertensi dan SM dan SM untuk mencegah terjadinya kejang
2. Resiko tinggi terjadinya foetal distress pada janin berhubungan dengan perubahan pada
plasenta.
Tujuan: Tidak terjadi foetal distress pada janin
Kriteria Hasil :
DJJ (+) : 12-12-12
Hasil NST : Normal
Hasil USG : Normal
Intervensi Rasional
1. Monitor DJJ sesuai indikasi 1. Peningkatan DJJ sebagai indikasi terjadinya hipoxia,
2. Kaji tentang pertumbuhan janin prematur dan solusio plasenta
3. Jelaskan adanya tanda-tanda solutio 2. Penurunan fungsi plasenta mungkin diakibatkan
plasenta (nyeri perut, perdarahan, karena hipertensi sehingga timbul IUGR
rahim tegang, aktifitas janin turun ) 3. Ibu dapat mengetahui tanda dan gejala solutio
4. Kaji respon janin pada ibu yang plasenta dan tahu akibat hipoxia bagi janin
diberi anti hipertensi dan SM 4. Reaksi terapi dapat menurunkan pernafasan janin
5. Kolaborasi dengan medis dalam dan fungsi jantung serta aktifitas janin
pemeriksaan USG dan NST 5. USG dan NST untuk mengetahui
keadaan/kesejahteraan janin
3. Gangguan rasa nyaman ( nyeri ) berhubungan dengan kontraksi uterus dan pembukaan jalan
lahir.
Tujuan: Tidak terjadi nyeri atau ibu dapat mengantisipasi nyerinya
Kriteria Hasil:
Skala nyeri ibu berkurang
Ibu mengerti penyebab nyerinya
Ibu mampu beradaptasi terhadap nyerinya
Intervensi Rasional
1. Kaji tingkat intensitas nyeri pasien 1. Ambang nyeri setiap orang berbeda ,dengan demikian
2. Jelaskan penyebab nyerinya akan dapat menentukan tindakan perawatan yang sesuai
3. Ajarkan ibu mengantisipasi nyeri dengan respon pasien terhadap nyerinya.
dengan nafas dalam bila HIS timbul 2. Ibu dapat memahami penyebab nyerinya sehingga bisa
4. Bantu ibu dengan mengusap/massage kooperatif
pada bagian yang nyeri 3. Dengan nafas dalam otot-otot dapat berelaksasi, terjadi
vasodilatasi pembuluh darah, expansi paru optimal
sehingga kebutuhan 02 pada jaringan terpenuhi
untuk mengalihkan perhatian pasien
E. Implementasi
Setelah rencana keperawatan ditetapkan maka langkah selanjutnya diterapkan dalam bentuk
tindakan nyata.Implementasi merupakan pelaksanaan perencanaan keperawatan oleh perawat
dan klien.hal-hal yang harus diperhatikan ketika melakukan implementasi adalah intervensi yang
dilakukan sesuai dengan rencana setelah dilakukan validasi, penguasaan keterampilan
interpersonal, intelektual dan teknikal. Intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien
pada waktu dan situasi yang tepat.Keamanan fisik dan psikologis harus dilindungi dan
didokumentasikan dalam dokumentasi keperawatan berupa pencatatan dan pelaporan. (La Ode
Jumadi Gaffar, 1995: 64).
Ada 3 fase dalam melaksanakan implementasi keperawatan, yaitu:
1. Fase persiapan
Meliputi pengetahuan tentang rencana, validasi, rencana, pengetahuan dan
keterampilan. Mengimplementasikan rencana, persiapan dan lingkungan.
2. Fase operasional
Merupakan puncak implementasi dengan berorientasi pada tujuan. pada fase ini,
implementasi dapat dilakukan secara independen, dependent dan interdependent. Selanjutnya
perawat akan melakukan pengumpulan data yang berhubungan dengan reaksi klien terhadap
fisik, psikologis, sosial dan spritual.
3. Fase Terminasi
Merupakan terminasi perawat dengan klien setelah implementasi dilakukan.
F. Evaluasi
Hasil yang diharapkan dari pemberian asuhan keperawatan pada anak dengan physical abuse
antara lain:
1. Anak mengenali perlunya atau mencari perlindungan untuk mencegah dan mengatasi
physical abuse.
2. Keluarga berpartisipasi sebagai fungsi modal peran sebagai orang tua yang positif dan
efektif.
3. Keluarga mampu menjaga situasi yang dapat menimbulkan stress.
4. Keluarga dan anak mampu mengembangkan strategi pemecahan masalah.
BAB IV
CONTOH KASUS ASKEP
3. Genogram
Keterangan :
4. Persalinan Sekarang
a. Kala persalinan
Kala I: tidak terkaji
Kala II: tidak terkaji
Kala III: tidak terkaji
Kala IV:
Keadaan umum: Lemah
Tanda- tanda vital:
TD: 150/80 Mmhg RR: 20x/Mnt N: 88x/Mnt S: 36,5C
TFU:2Jari dibawah pusat Kontraksi uterus: (√) baik ( -) tidak
Perdarahan: (√) ya (-)tidak Jumlah : 250 cc
Perineum: rupture spontan(-) episiotomy(-)
Lochea: Jenis: (√) lochea ruba ( ) lochea sanguinolenta ( ) lochea serosa
( ) lochea alba ( ) lochea parulenta ( ) lochiotosis
Jumlah : 100 cc
TFU: 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus: (√) Baik ( )Tidak
Pendarahan: () Ya (√)Tidak
Jumlah: 200c
Perineum: ()rupture spontan ()episiotomy
Lain – lain: pasien menyatakan belum tahu bagaimana menyusui yang benar
b. Keadaan Bayi:
BB: 3200 gr TB: 42 cm Suhu:36,4C
Pusat: (√) Normal() Abnormal
Perawatan tali pusat () Alkohol 70 % () Betadine (√) Lainnya:
kassa steril
Anus: normal
Lingkar Kepala:
Lingkaran Sub Occipito Bregnatica: tidak terkaji
Lingkaran Fronto Occipitalis: tidak terkaji
Lingkaran Mentro Occipitalis: tidak terkaji
Kelainan Kepala:
Caput succedanum Hydrocephalus
Cephal Hematoma Microcephalus
Lain- lain : tidak ada kelainan
c. Rencana Perawatan Bayi: (√) sendiri ( ) Orang tua () lain-lain
Kesanggupan dan pengetahuan:
Merawat bayi: Pasien sanggup merawat bayinya
Breast care: Pasien belum melakukan perawatan payudara
Perineal care: Pasien sudah bisa merawat perineum
Nutrisi: Pasen sudah tau tentang nutrisi setelah bersalin
Senam nifas: Pasien sudah tau tentang senam nifas
KB: pasien tidak KB
Menyusui: Pasien belum bisa cara menyusui dengan benar. ASI belum keluar, ada
bendungan ASI pada payudara
Masalah Keperawatan: ketidak efektifan pemberian ASI
E. Riwayat Keluarga Berencana
Melaksanakan KB: () ya (√) tidak
Bila ya jenis kontrasepsinya apa yang digunakan : -
Sejak kapan menggunakan kontrasepsi : Belum pernah
Masalah yang terjadi :-
F. Riwayat Kesehatan
Penyakit yang pernah dialami ibu: Tidak ada
Pengobatan yang didapat :Tidak ada
Riwayat penyakit keluarga: Tidak ada
(-) penyakit diabetes melitus (-) Penyakit jantung (-) Penyakit hipertensi
(-) penyakit lainnya
Riwayat Lingkungan
Kebersihan: Bersih
Bahaya: Tidak ada bahaya
Lainnya: Tidak ada
Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesahatan
Merokok: Tidak merokok Minuman Keras: Tidak minum-minuman keras
Keterangan Obat: Tidak ada
G. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum:cukup
Tekanan darah: 140/80mmhg Rr: 20x/menit Bb:70kg Suhu:36,1C
Kesadaran:composmetis Nadi:85x.menit Tinggi badan:153cm
1. Sistem pernafasan BI (breathing)
a. Inspeksi:
Bentuk dada normal chest,susunan ruas tulang belakang normal,pola nafas teratur,
jenis nafas regular, jenis nafas regular,tidak ada retraksi otot bantu nafas, tidak
terjadi sesak nafas, pola nafas teratur, respirty rate 20x/m, tidak menggunakan lat
bantu nafas. Pergerakan dinding dada sama.
b. Palpasi:
Tidak ada nyeri tekan daera dada, tidak ada benjolan dan les, vocal fremitus antara
kanan dan kiri sama.
c. Perkusi: suara perkusi sonor.
d. Auskultasi:
Suara nafas vesikuler, tidak ada suara nafas tambahan seperti wheezing atau
ronchi
2. B2(Blood)
a. Inspeksi:
Tidak terjadi enamis pada konjungtiva dan perdarahan vagina yang terjasi,tidak
terjadi sianosis, tidak terjadi cubbing finger
b. Palpasi:
CRT<3 detik, akral hangat, takikardi, pulsasi kuat, tidak ada JVP, tekanan
140/100mmhg , nadi 92x/menit.
c. Auskultasi:
Bunyi S1 dan S2 tunggal, suara jantung regular, tidak ada buyi jantung abnormal
seperti mumur dan gallop.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
3. Sistem persyarafan B3(Brain)
a. Inpeksi:
Kesadaran composmentis (GCS 4-5-6), orientasi baik, tidak kaku kuduk, tidak
kejang, tidak ada brudsky, tidak ada nyeri kepala.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan
4. Sistem perkemihan B4 (Bladder)
a. Inspeksi:
Bentuk alat kelamin normal, libido kemauan dan kemampuan normal, kebersihan
pada vagina terjaga, terdapat lokhea, warna merah segar, terpasang kateter, jumlah
300cc/7jam di urine bag, berwarna kuning.
b. Palpasi:
Ada nyeri tekan pada kandungkemih Masalah kepewaran : tidak ada masalah
keperawatan
5. B5 (bowel)
a. Inspeksi:
Mulut bersih, mukosa lembab, nafsu makan meningkat, bentuk bibir normal, gigi
bersih, tidak ada masalah menelan, pasien belum BAB selamadi rs
b. Palpasi:
Tidak terdapat nyeri epigastrium tidak teraba pembesaran hepar.
c. Perkusi: Suara timpani.
d. Auskultasi: bising usus normalnya 12x/menit.
Masalah keperawatan: tidak ada masalah keperawatan.
6. B6(bone)
a. Inspeksi:
Terjadi kelemahan akibat efek tindakan anastensi dan nyer, terbatas pada aktivitas
berat, terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiperpigmentasi areola
mame, dan papilla mamae, terdapat stisea atau linea, terdapat luka posr operasi
section caesarea, tertutup kasa, luka kurang lebih 10cm, bersih tidak ada pus kulit
bersih tidak ada fraktur, tidak odema pada ekstremitas bawah, puting susu blum
menonjol, pasien tampak menyeringai saat mika miki, pasien terlihat memegangi
perutnya saat mika miki, colostrums belum keluar, kekuatan otot 55 44 Palpasi:
tugor kulit elastic, odema pada ekstremitas bawah atau kaki, terdapat nyeri tekan
pada darah luka post operasi section caesarea, TFU 2 jari dibawah pusat, terabah
lunak.
Masalah keperawatan: nyeri akut dan hambatan mobilitas fisik.
7. B7(Sistem pengindraan)
a. Infeksi:
Mata: pupil isokor kanan atau kiri, reflek cahaya normal kanan atau kiri,
komnjungtiva normal kanan dan kiri, tidak terdapat anemis, sclera putih kanan
atau kiri, palpebra normal kanan atau kiri, pergerakan bola mata normal kanan
atau kiri.
Hidung: mukosa lembab, tidak ada secret
Telinga: bentuk simetris kanan atau kiri, ketajaman pendengaran baik kanan atau
kiri baik
Perasa: bisa merasan pahit, asam asin, dan manis Peraba: normal dan dapat
berfungsi dengan baik. Masalah keperawatan; Tidak ada masalah keperawatan.
8. B8 Sistem Endrokrin
a. Inspeksi:
Tidak ada pembersaran kelenjar tyroid dan pembesaran kelenjar getah bening.
Klien tidak memiliki riwayat penyakit keturunan
b. Palpasi:
Tidak ada benjolan pada leher, tidak ada pembearan vena jugularis tan tidak ada
pembesaran kelenjar tyroid
H. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Tanggal 12 -Desember 2018
Assays Results Unit Ref Range
GLU ACAK 219 mg/dL 80 - 140
SGOT 25 U/l 0 - 37
SGPT 26 U/l 6 - 42
ALBUMIN 5.3 gr/dL 10-23
REATIN (CREA) 0.6 mg/dL 0,6 – 1,5
NATRIUM (NA) 130 meq/l 136 – 144
KALIUM (K) 4,3 meq/l 3,5 – 5,5
CHLORIDA (CL) 123 mmol/l 97 – 113
CALCIUM (C) 8,0 mg/dL 8,1 – 10,4
TERAPI
1. Infus D10: 14tpm berfungsi sebagai penambah energy atau tenaga
2. Injeksi pirasentan 3x1gram (vial) berfungsi untuk mencegah pembekuan darah
3. Satagesik : 3x1 gram berfungsi sebagai mengurangi rasa nyeri
4. Injeksi metoclopramid 3x1 gr berfungsi sebagai merendamkan mual dan muntah
yang disebabkan efek samping dari prosedur bedah
I. ANALISA DATA
Tanggal : 12-12-2018 Nama Pasien : Ny.N Umur : 30 Tahun
No. RM 00381674
No
TUJUAN/KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
Dx
1. Setelah dilakukan tindakan 1. Bina hubungan saling 1. Agar tercipta hubungan saling
keperawatan selama 6 jam percaya percaya antara perawat dan
diharapkan nyeri dapat berkurang 2. Lakukan obsrvasi nyeri pasien.
(1-3) dengan secara komprehensif 2. Mengetahui sejauh mana nyeri
KH: (Lokasi,karakteritik, yang dirasakan pasien
- Setelah nyeri (0-3) frenkuensi, kualitas) berkurang atau tidak.
- Pasien mampu 3. Observasi TTV 3. Mengetahui kondisi
mengenalinyeri (skala, 4. Ajarkan teknik non peningkatan pasien.
intensitas, frekuensi,dan tanda farmakologi seperti 4. Agar pasien dapat
nyeri) distraksi dan relaksasi mengontrol nyeri.
- pasien mengatakan rasa 5. Kolaborasi pemberian 5. Pemberian analgestik dapat
nyaman dan melaporkan anallgesik dengan tim mengurangi rasa nyeri yang
bahwa nyeri telah berkurang medis ketorollac 2x1 gr. ada.
- mampu mengontrol nyeri
- tanda-tanda vitaldalam
batas rentang normal
TD:110-125/60-80mmhg
Nadi:80-100x/menit
RR:16-20x/menit
Suhu:36,5-37,5c
S: Skala 1-3
2. Setelah diberikan asuhan 1. Observasi pemahaman 1. Mengindentifikasi tingkat
keperawatan selama 3x24 jam klien cara menyusui dengan pengetahuan klien
diharapkan klien mampu benar 2. Agar klien paham manfaat
mengetahui cara menyusui dengan 2. Jelaskan cara teknik pentingnya Asi pada bayi
benar. menyusui dengan benar 3. Membantu ibu untuk posisikan
KH: 3. Anjurkan ibu untuk bayi dengan benar agar ASI
- Mengetahui cara mengulangi teknik dalam bisa keluar
pemberian asi perawatan aliran asi dengan 4. Agar ibu dapat terbiasa
- Mengajarkan bagaimana lancer melakukan pemberian asi
tantang cara posisi menyusui 4. Anjurkan ibu untuk
yang benar mengulangi teknik yang
- ASI dapat keluar dengan lancar sudah diajarkan agar asi
bisa keluar dengan lancar
3. Setelah diberikan asuhan 1. Observasi kemampuan 1. Mengetahui kemampuan klien
keperawatan selama 2x24jam pasien dalam mobilisasi dalam mobilisasi
diharapkan klien mampu 2. Jelaskan tentang latian 2. Menambah kemampuan klien
berartivitas kembali. ROM. sebelum dilakukan mobilisasi.
KH: 3. Ajarkan kepada klien 3. Memudahkan klien dalam
- Mengerti tujuan dari tetang latian ROM melatih kekuatan fisik dalam
peningkatan mobilitas fisik. 4. Dampingi dan bantu klien melakukan gerakan secara
- Memverbalisasikan perasaan saat mobilisasi bertahap
dalam meningkatkan kekuatan 4. Membantu klien dalam mika
dan kemampuan berpindah miki.
- Kemampuan klien meningkat
dalam aktivitas
- Membantu pasien untuk mika
miki
L. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Nama Pasien :Ny.N No. Rm:00381674 Umur: 30 Tahun
No. Dx Tanggal Jam Implementasi Paraf
M.CATATAN PERKEMBANGAN
Nama Pasien:Ny.N No. Rm:00381674 Umur: 30Tahun
Tanggal Diagnosa Keperawatan Catatan Perkembangan Paraf
Reeder,Martin dan grifin kontak.1997.Maternity Nursing: Family new born and women and helath
care.8th edisi.Philadephia : Lippincot
Himpunan Kedokteran Feto Maternal POGI. (2006). Pedoman Pengelolaan Hipertensi dalam
Kehamilan di Indonesia, edisi (2). Kelompok Kerja Penyusun