LAPORAN KASUS EXPERTISE - Sri Rezki Dan Nurul Rahmadiani - HIV Pada Anak
LAPORAN KASUS EXPERTISE - Sri Rezki Dan Nurul Rahmadiani - HIV Pada Anak
oleh
Sri Rezki Wahdania Jamaluddin (70700119011)
Nurul Rahmadiani Ukfa (70700119022)
Supervisor:
i
Lembar Pengesahan
Laporan Kasus dengan judul
Oleh :
Supervisor
Mengetahui,
Ketua Program Pendidikan Profesi Dokter
UIN Alauddin Makassar
2
DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1............................................................. ............................................... ……..9
Gambar 2.............................................................. ............................................ ……..10
Gambar 3.............................................................. ............................................ ……..12
3
I. DATA PASIEN:
Nama pasien : An. X
No. Rekam Medik : 356573
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal Lahir / Umur : 15 september 2018/ 1 tahun 6 bulan
A. Anamnesis:
Seorang anak berusia 1 thaun 6 bulan, masuk RS dengan keluhan BAB encer
dan demam selama 1 bulan tidak terus menerus sebelum masuk RS. Batauk berlendir
dialami sejak 1 tahun terakhir dengan riwayat terapi obat anti tuberkulosis. Keluhan
disertai stomatitis berulang sejak 3 bulan terakhir. Riwayat anak lahir melalui partus
normal dengan berat badan lahir 2800 gr PB 49 cm dengan mendapatkan ASI selama 6
bulan. Riwayat ayah meninggal karena HIV.
1
Ekstremitas : ditemukan wasting
C. Diagnosis Klinis
- Stomatitis
- TB Paru
- Curiga Human Immunodefesiensi Virus
-
IV. INTERPRETASI
Anemia normositik normokrom
Leukositosis
Neutrofilia
Limfopenia
Monositosis
Peningkatan enzim transaminase (gangguan fungsi hati)
CRP meningkat (ada peradangan)
Prokalsitonin meningkat (ada infeksi)
Penurunan eliktrolit natrium dan klorida
Antibodi HIV Reaktif
TB negatif
3
IV. DISKUSI
HIV Pada Anak
A. DEFINISI
Virus HIV termasuk kedalam famili Retrovirus sub famili Lentivirinae. Virus
famili ini mempunyai enzim yang disebut reverse transcriptase. Enzim ini
menyebabkan retrovirus mempunyai kemampuan menggunakan RNA-nya dan
DNA pejamu untuk membentuk virus DNA. Jadi setiap kali sel yang dimasuki
retrovirus membelah diri, informasi genetik virus juga ikut diturunkan. 1
Virus HIV terdiri dari 2 sub-tipe, yaitu HIV-1 dan HIV-2. HIV-1 bermutasi
lebih cepat karena replikasi nya lebih cepat. Secara morfologi HIV terdiri atas 2
bagian besar yaitu bagian inti (core) dan bagian selubung (envelop). Bagian inti
berbentuk silindris tersusun atas dua untai RNA, enzim reverse transcriptase dan
beberapa jenis protein. Bagian selubung terdiri dari lipid dan glikoprotein (gp 41
5
dan gp 120). Gp 120 berhubungan dengan reseptor Lymfosit (T4). Karena bagian
luar virus merupakan lemak maka, virus ini sensitive terhadap pengaruh lingkungan
seperti air mendidih, sinar matahari, alcohol, tetapi relatif resisten terhadap radiasi
dan sinar ultraviolet. Virus HIV hidup didalam darah, saliva, semen, air mata dan
mudah mati diluar tubuh. 6
D. PATOMEKANISME
HIV masuk kedalam tubuh manusia. RNA virus berubah menjadi DNA
intermediet/DNA pro virus dengan bantuan enzim transkriptase, dan kemudian
bergabung dengan DNA sel yang diserang. Virus HIV akan menyerang Limfosit T
yang mempunyai marker permukaan seperti sel CD4+, yaitu sel yang membantu
mengaktivasi sel B, killer cell, dan makrofag saat terdapat antigen target khusus.
Sel CD4+ adalah reseptor pada limfosit T yang menjadi target utama HIV. HIV
menyerang CD4+ baik secara langsung maupun tidak langsung. HIV yang
mempunyai efek toksik akan menghambat fungsi sel T. Lapisan luar protein HIV
yang disebut sampul gp120 dan anti gp41 berinteraksi dengan CD4+ yang akan
menghambat aktivasi sel dan mempresentasikan.
7
serotype untuk zat anti terhadap HIV cenderung naik pada hubungan
seksual yang dilakukan pada pasangan tidak tetap. Orang yang sering
berhubungan seksual dengan berganti pasangan merupakan kelompok
berisiko tinggi terinfeksi HIV.
- Homoseksual
Cara hubungan seksual anogenetal merupakan perilaku seksual dengan
risiko tinggi bagi penularan HIV, khususnya bagi mitra seksual yang pasif
menerima ejakulasi semen dari seseorang pengidap HIV. Hal ini sehubungan
dengan mukosa rectum yang sangat tipis dan mudah sekali mengalami
perlukaan pada saat berhubungan seksual secara anogenital.
- Heteroseksual
Di Afrika dan Asia Tenggra cara penularan utama melalui hubungan
heteroseksual dan penderita terbanyak adalah kelompok umur seksual aktif baik
pria maupun wanita yang mempunyai banyak pasangan dan berganti-ganti.
2. Transmisi Non Seksual
- Transmisi Parenteral
Yaitu akibat penggunaan jarum suntik dan alat tusuk lainnya (alat tindik)
yang telah terkontaminasi, seperti pengguna narkoba suntik yang menggunakan
jarum suntik tercemar secara bersama-sama.
- Produk Darah
Transmisi melalui transfusi darah karena kelalaian pemeriksaan
pendonor sebelum transfusi mampu meningkatkan prevalensi kejadian
HIV/AIDS
- Transmisi Transplasental
Penularan dari ibu yang mengandung HIV positif ke anak mempunyai
risiko sebesar 50%. Penularan juga dapat terjadi melalui air susu ibu, namun
tergolong dalam risiko rendah.
F. DIAGNOSIS HIV/AIDS PADA ANAK
1. Gejala
a. Anak dengan tersangka infeksi HIV atau pasti mendapat infeksi HIV
Gambaran klinis infeksi HIV pada anak sangat bervariasi. Beberapa anak dengan
HIV-positif menunjukkan keluhan dan gejala terkait HIV yang berat pada tahun
pertama kehidupannya. Anak dengan HIV-positif lainnya mungkin tetap tanpa
gejala atau dengan gejala ringan selama lebih dari setahun dan bertahan hidup
sampai beberapa tahun. Disebut Tersangka HIV apabila ditemukan gejala
berikut, yang tidak lazim ditemukan pada anak dengan HIV Infeksi berulang:
tiga atau lebih episode infeksi bakteri yang lebih berat (seperti pneumonia,
meningitis, sepsis, selulitis) pada 12 bulan terakhir.
Thrush: Eritema pseudomembran putih di langit-langit mulut, gusi dan mukosa
pipi. Pasca masa neonatal, ditemukannya thrush tanpa pengobatan antibiotik,
atau berlangsung lebih dari 30 hari walaupun telah diobati, atau kambuh, atau
meluas melebihi bagian lidah, kemungkinan besar merupakan infeksi HIV. Juga
khas apabila meluas sampai di bagian belakang kerongkongan yang
menunjukkan kandidiasis esophagus
9
Parotitis kronik: pembengkakan parotid uni atau bilateral selama ≥ 14 hari,
dengan atau tanpa diikuti rasa nyeri atau demam. 4
Gejala yang menunjukkan kemungkinan infeksi HIV :
Limfadenopati generalisata: terdapat pembesaran kelenjar getah bening pada dua
atau lebih daerah ekstra inguinal tanpa penyebab jelas yang mendasarinya.
Hepatomegali tanpa penyebab yang jelas: tanpa adanya infeksi virus yang
bersamaan seperti sitomegalovirus.
Demam yang menetap dan/atau berulang: demam (> 38° C) berlangsung ≥ 7
hari, atau terjadi lebih dari sekali dalam waktu 7 hari.
Disfungsi neurologis: kerusakan neurologis yang progresif, mikrosefal,
perkembangan terlambat, hipertonia atau bingung (confusion).
Herpes zoster.
Dermatitis HIV: Ruam yang eritematus dan papular. Ruam kulit yang khas
meliputi infeksi jamur yang ekstensif pada kulit, kuku dan kulit kepala, dan
molluscum contagiosum yang ekstensif.
Penyakit paru supuratif yang kronik (chronic suppurative lung disease). 4
b. Gejala yang umum ditemukan pada anak dengan infeksi HIV, tetapi juga
lazim ditemukan pada anak sakit yang bukan infeksi HIV adalah :
Otitis media kronik: keluar cairan/nanah dari telinga dan berlangsung ≥14 hari
Diare Persisten: berlangsung ≥ 14 hari
Gizi kurang atau gizi buruk: berkurangnya berat badan atau menurunnya
pertambahan berat badan secara perlahan tetapi pasti dibandingkan dengan
pertumbuhan yang seharusnya, sebagaimana tercantum dalam KMS. Tersangka
HIV terutama pada bayi berumur <6 bulan yang disusui dan gagal tumbuh. 4
c. Gejala atau kondisi yang sangat spesifik untuk anak dengan infeksi HIV
positif :
Diduga kuat infeksi HIV jika ditemukan hal berikut ini: pneumocystis
pneumonia (PCP), kandidiasis esofagus, lymphoid interstitial pneumonia
(LIP) atau sarkoma kaposi. Keadaan ini sangat spesifik untuk anak
dengaan infeksi HIV. Fistula rekto- vaginal yang didapat pada anak
perempuan juga sangat spesifik tetapi jarang. 4
2. Pola perjalanan infeksi HIV pada anak
a. Gejala klinis muncul pada umur < 2 tahun. Umumnya penularan terjadi
in utero, dialami oleh 20 – 30% penderita (Rapid Progressor)
b. Gejala klinis muncul pada umur < 6 tahun. Umumnya penularan terjadi
peripartum, dialami oleh 50 – 60% penderita (Typical progressor)
c. Gejala klinis baru dialami setelah berumur > 6 tahun. Bila masih
berumur < 13 tahun, penularan masih disebabkan oleh infeksi vertikal
dari ibu kandung, tetapi > 13 tahun harus dipikirkan penyebab infeksi
seperti pola orang dewasa. Dialami oleh 5 – 25% penderita (Slow
progressor).11
11
3. Jumlah CD4 Pada Anak Menurut Kategori
Stadium klinis 1
Asimtomatik
13
Angular cheilitis
Herpes zoster
Stadium klinis 3
Malnutrisi sedang yang tidak dapat dijelaskan, tidak berespons
secara adekuat terhadap terapi standara
Diare persisten yang tidak dapat dijelaskan (14 hari atau lebih ) a
TB kelenjar
TB Paru
Pneumonia pneumosistis
TB ekstrapulmonar
Sarkoma Kaposi
Ensefalopati HIV
Isosporiasis kronik
15
Kardiomiopati atau nefropati yang dihubungkan dengan HIV yang
simtomatik
16
17
G. TATALAKSANA
17
DAFTAR PUSTAKA
2. Menkes RI. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.51 Tahun 2013
tentang Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke anak . 2013. 08-10
5. IDAI. 2013. Pedoman Penerapan Terapi HIV Pada Anak. (cited: 2016, October
17)available from: http://www.idai.or.id/wp-
content/uploads/2015/06/Pedoman-Penerapan-Terapi-HIV-pada-Anak.pdf
9. Cunningham FG, Leveno KJ, Bloom SL. et al. Sexually transmitted diseases:
human immunodeficiency virus (HIV) infection. Dalam: Williams Obstetrics.
Edisi ke-23. USA: The Mc Graw Hill Companies; 2010. 1246-53.
11. Slide Satgas HIV PP IDAI. Anak Dengan Infeksi HIV/AIDS. Makassar 2013
1