Anda di halaman 1dari 3

Pengertian kekerasan:

Kekerasan atau (bahasa Inggris: Violence pengucapan bahasa Inggris: [/vaɪ(ə)ləns/] berasal dari (bahasa
Latin: violentus yang berasal dari kata vī atau vīs berarti kekuasaan atau berkuasa) adalah dalam prinsip
dasar dalam hukum publik dan privat Romawi[1] yang merupakan sebuah ekspresi baik yang dilakukan
secara fisik ataupun secara verbal yang mencerminkan pada tindakan agresi dan penyerangan pada
kebebasan atau martabat seseorang yang dapat dilakukan oleh perorangan atau sekelompok orang yang
pada umumnya berkaitan dengan kewenangannya yakni bila diterjemahkan secara bebas dapat
diartinya bahwa semua kewenangan tanpa mengindahkan keabsahan penggunaan atau tindakan
kesewenang-wenangan itu dapat pula dimasukan dalam rumusan kekerasan ini.

Kekerasan dalam Sudut Pandang Psikologi

Tindak kekerasan merupakan bagian dari perilaku manusia yang berdasar pada tingkat emosi tertentu.
Perilaku ini sudah ada sejak manusia ada. Beragam kisah heroik manusia yang dikisahkan secara turun
temurun sebagai kisah doktrin keagamaan maupun kisah dongeng untuk dijadikan panutan generasi
selanjutnya, mencantumkan kisah-kisah kekerasan. Hal ini dapat dilihat dari penokohan pahlawan yang
memiliki kekuatan super dan menumpas musuh-musuhnya dengan kekerasan dan dengan perlawanan
fisik.

Penyebab munculnya tindak kekerasan sering diidentikkan sebagai luapan permasalahan status sosial,
tingkat pendidikan, dan status ekonomi. Namun, hal ini tentu perlu ditinjau ulang karena fenomena
kekerasan yang terjadi saat ini tidak hanya dipicu oleh hal-hal tersebut. Oleh karena itu, pendekatan
masalah kekerasan perlu dipandang dari sisi psikologis.

Penyebab kemunculan kondisi psikologis yang labil, frustasi, dan sebagainya ini dapat disebabkan oleh
kondisi keluarga, lingkungan, maupun kepribadian seseorang. Jadi, secara psikologi, kekerasan ini
muncul dari ego yang dimiliki manusia dan setiap manusia memiliki ego yang berpotensi melakukan
tindak kekerasan. Namun, dalam egonya, manusia juga memiliki potensi untuk menahan ego dan
mengendalikannya. Dengan demikian, masih terbuka kesempatan untuk menghentikan manusia untuk
melakukan tindak kekerasan.

Peran Pemerintah dalam Menghentikan Kekerasan

Pemerintah merupakan keseluruhan peran lembaga negara dalam menjalani kehidupan bernegara dan
berbangsa. Khusus berkenaan dengan kekerasan, pemerintah memiliki lembaga-lembaga yang bertugas
untuk menanganinya. Lembaga-lembaga tersebut di antaranya Komnas Perlindungan Anak, Komnas Hak
Asasi Manusia, Komnas Perempuan dan kementerian-kementerian yang terlibat seperti Kementerian
Hukum dan Hak Asasi Manusia, Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, dan
sebagainya.
Lembaga-lembaga ini melahirkan usulan-usulan aturan atau regulasi mengenai tindak kekerasan yang
menjadi fokus organisasi, yang kemudian diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk dikaji
menjadi sebuah undang-undang hukum. Beberapa hasil kerja pemerintah dalam hal undang-undang
bagi tindak kekerasan, yaitu Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2004 Tentang Penghapusan Kekerasan
dalam Rumah Tangga, Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 Tentang Perlindungan Anak, dan Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Asasi Manusia.

Dari adanya undang-undang tersebut, bagian tersulit adalah implementasinya. Dikatakan sulit karena
meski sudah terdapat regulasi bagi tindak kekerasan, namun masih saja terjadi berbagai kasus kekerasan
di negara ini. Bahkan dalam kasus unjuk rasa mahasiswa, tidak jarang menyebabkan tindakan anarkis
dan penuh dengan kekerasan yang dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat terdidik ini, seolah-olah
kekerasan menjadi solusi utama melakukan dan menerima demonstrasi.

Menghentikan kekerasan memang tidak dapat dilakukan hanya oleh beberapa pihak. Pemerintah
sebagai pemilik kekuasaan dalam negara memang selayaknya menjadi pemimpin dalam upaya
menghentikan kekerasan saat ini juga.

Pemerintah perlu melakukan sosialisasi kepada masyarakat bahwa kekerasan bukan solusi untuk sebuah
permasalahan, tetapi menciptakan permasalahan baru. Pemerintah juga perlu memberikan contoh dan
bukti nyata bahwa kekerasan tidak layak untuk dilakukan di sebuah negara merdeka dan demokratis
sehingga harus dihentikan sekarang juga.

Contoh kekerasan dalam masyarakat

AKSI KEKERASAN GENG MOTOR

Aksi kekerasan geng motor merupakan permasalahan pelik diberbagai wilayah di Indonesia. Keberadaan
geng motor ini sangat meresahkan masyarakat, karena aksi tindakan brutal yang syarat akan kekerasan
membuat masyarakat merasa terancam keamanannya, terutama pada saat malam hari.
Berbagai macam tindakan kekerasan yang menjurus kepada kriminalitas yang dilakukan geng motor
sudah menjadi rahasia umum dan dianggap sebagai penyakit sosial yang ada dilingkungan masyarakat.
Kehadiaran geng motor ini mengganggu kestabilan sosial disetiap ruas - ruas jalan pada malam hari,
dengan melakukan berkendaraan secara berkelompok dan ugal -ugalan, melakukan pengrusakan di
tempat - tempat perbelanjaan dan tempat hiburan, menjalankan aksi perampasan dan pemerasan
dijalan, membuat kegiatan balapan liar serta mabuk - mabukan dijalanan sampai dengan peperangan
antar geng motor yang berujung pada kematian. Kegiatan - kegiatan tersebut kerap kali dilakukan oleh
geng motor yang merupakan bentuk - bentuk tindakan anti - sosial yang sering mereka lakukan,
ditambah dengan persaingan antar geng motor yang sulit untuk dipahami permasalahannya.

Keberadaan geng motor memang tidak terelakan oleh semua pihak. Kemudahan untuk mendapatkan
kendaraan roda dua dengan sistem perkereditan yang murah dianggap sebagai pemicu berkembangnya
kegiatan geng motor.

Ketika tindakan yang kerap dilakukan oleh aparat penegak keamanan gencar dilontarkan untuk
menanggulangi kegitan geng motor ini akan terasa sia sia. Dari berbagai pemberitaan tentang
pemberantasan geng motor ini hanya menjadi isapan jempol belaka, karena pada kenyataannya geng
motor tidak dapat dihilangkan. Kenyataan yang ada pada lingkungan masyarakat geng motor sudah
mewabah dan dianggap sebagai penyakit masyarakat yang sulit untuk diberantas. Misalnya geng motor
yang ada di kota Bandung. Kota Bandung merupakan kota yang mengawali pusat perkembangan geng
motor, seperti GBR, XTC, BRIGES, MOONREKER, dan geng motor lainnya. Pihak berwajib pun tidak
tinggal diam dalam kegiatan geng motor yang selalu mengacam ketentraman masyarakat sekitar
terutama di Kota Bandung, beragam pemberitaan tentang penangkapan kasus kriminal yang
menyangkut pautkan kegiatan geng motor tersebut.

Geng motor melakukan aktifitas berkelompok dalam setiap kegiatannya, penanaman nilai-nilai
kebersamaan yang dianut, seperti semangat solidaritas kelompok, senasib - sepenanggungan, dimulai
sejak proses perekrutan anggota baru yang dilakukan dengan cara kekerasan.

Terlepas dari siapa yang menjadi anggota kelompok dalam kegiatan geng motor, ini yang menjadi
kehawatiran masyarakat terutama para orang tua. Biasanya anggota geng motor berusia antara 15
sampai dengan 30 tahun, tetapi yang paling dominan setiap anggotanya adalah dari kalangan remaja.
Banyaknya jumlah remaja yang sebagian berstatus pelajar merupakan salah satu penyebab maraknya
tindakan kekerasan. Karena bagi remaja yang memiliki sifat dan emosinya yang masih labil untuk
melakukan dalam setiap keputusan hanya untuk mencari bentuk hasil kebanggaan yang berupa sensasi,
dengan pembelaan diri dalam mencari jati diri dalam setiap sikap keputusan yang diambil melalui
tindakan anti-sosial seperti tawuran, pemalakan, perampokan dan pembunuhan atas nama kelompok
atau atas nama geng motor yang mereka anut.

Anda mungkin juga menyukai