Darman Dikonversi
Darman Dikonversi
I
PENDAHULUAN
1.1.Latar belakang
Air adalah salah satu kebutuhan dasar semua makhluk hidup terutama
bagi manusia. Pertumbuhan penduduk dan kemajuan pembangunan menyebabkan
meningkatnya kebutuhan terhadap air. Sementara itu, kerusakan lingkungan dan
pencemaran telah menyebabkan sumber air di permukaan terus berkurang.
Sebagai solusinya manusia mulai mengeksplorasi dan mengeksploitasi air bawah
permukaan bumi untuk memenuhi kebutuhan terhadap air.
Metode yang sering digunakan untuk menduga kondisi air bawah tanah
adalah metode geolistrik. Pada metode ini, arus listrik diinjeksi ke dalam bumi
melalui dua elektroda arus, kemudian mengukur nilai tegangan dengan melalui
dua elektroda potensial menggunakan alat resistivitymeter. Terdapat berbagai
macam aturan yang dipakai untuk menempatkan keempat elektroda tersebut di
atas permukaan. Aturan-aturan penempatan keempat elektroda tersebut dalam
istilah geofisika biasa disebut dengan konfigurasi elektroda. (Hendrajaya,
1990). Meskipun terdapat berbagai macam jenis konfigurasi elektroda, tetapi
yang sering dipergunakan adalah konfigurasi elektroda Wennner, Schlumberger,
Dipole-dipole dan konfigurasi Rectangle. Konfigurasi elektroda Wenner dan
Schlumberger digunakan dalam pelaksanaan dilapangan yang tidak terlalu sulit
(cukup datar dan luas) dan penetrasi arus yang tidak terlalu dalam (Hendrajaya,
1990).
Dusun Rojet, Desa Bangket Parak, Kecamatan Pujut, Kabupaten
Lombok Tengah merupakan salah satu daerah yang penduduknya mengalami
kesulitandalam memperoleh air pada musim kemarau. Oleh karena itu di daerah
ini perlu dilakukan penelitian dalamupaya pencarian sumber airtanah guna
memenuhi kebutuhan masyarakat terhadap air.
Penelitian ini dilakukan di Dusun Rojet, Desa Bangket Parak,
Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, yang terdiri dari dua titik, dimana
BAB
jarak ke dua I
titik tersebut masing-masing 600 meter. Dalam penelitianini digunakan metoda
geolistrik tahananjeniskonfigurasi Schlumberger. Konfigurasi merupakan
konfigurasi yang paling banyak digunakan dalam pencarian sumber air
tanahkarena penetrasi arusnya lebih dalam dan cara kerjanya lebih mudah.
1.2.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kedalaman air tanah
di bawah permukaan di Dusun Rojet, Desa Bangket Parak, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Lombok Tengah mengunakan metode geolistrik satu dimensi.
1.3.MANFAAT
Manfaat dari penelitiian ini adalah:
1. Dapat memberikan informasi kepada masyarakat di Dusun Rojet, Desa Bangket
Parak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, terkait dengan kedalaman
airtanahdi bawah permukaan.
2. Dapat di jadikan sebagai perbandingan untuk penelitian geolistrik lainnya
khususnya airtanah.
1.4.BATASAN MASALAH
Batasan Masalah dari penelitian ini adalah:
1. Lokasi penelitian dilalukan di Dusun Rojet, Desa Bangket Parak, Kecamatan
Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB)
2. Penelitian ini dilakukan dengan jumlah pengukuran yang terdiri dari 2 titik lintasan:
3. Akuifer di bawah titik pengukuran
1.5.LOKASI PENELITIAN
Lokasi Penelitian ini dilakukan di Dusun Rojet, Desa Bangket
Parak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah.
BAB
II
TINJAUAN PUSTAKA
a. Evaporasi yaitu suatu tahapan dimana air yang berada di sungai, danau, rawa,
dan laut akan terpapar cahaya matahari lalu mengalami proses penguapan
shingga menjadi uap air.
b. Transpirasi yaitu proses penguapan yang terjadi pada organisme hidup seperti
hewan dan tumbuhan. Tentu setiap makhluk hidup seperti hewan dan
tumbuhan memiliki kandungan air di dalam tubuhnya, karena terpapar sinar
matahari juga sebagian air dalam tubuhnya mengalami proses penguapan.
Oleh karena itu setiap organisme hidup selalu membutuhkan air untuk
kelangsungan hidupnya.
d. Sublimasi yaitu air yang menguap akan mengalami perubahan bentuk yang
asalnya molekul cair berubah menjadi molekul gas dan bergerak ke atmosfer.
e. Kondensasi yaitu uap air yang bergerak ke arah atmosfer akan mengalami
proses pendinginan, sehingga mengalami perubahan bentuk menjadi titik-titik
air, salju dan kristal es. Setelah itu kumpulan titik-titik air dan kristal es
berkumpul sehingga terbentuklah awan.
g. Run-Off yaitu air hujan yang turun dapat bergerak secara vertikal maupun
horizontal saat menuju permukaan tanah, hingga air hujan tersebut sampai
kembali kepada sistem air yang ada di permukaan bumi, baik itu air yang
mengalir ataupun yang tidak. Tentu air hujan yang turun ke sungai yang
mengalir akan berakhir ke laut.
Air bawah tanah berasal dari air hujan yang masuk kedalam tanah dan
berada di dalam batuan dalam keadaan jenuh. Sedangkan sisanya tertingal di
atas permukaan air berupa rawa-rawa, danau, dsb. Berdasarkan letak
kedalaman, sacara umum terdapat dua macam jenis air bawah tanah yaitu air
permukaan(surfacewater)dan airtanah(groundwater)(Rao,2001).
2.4.1.Metode Geolistrik
2.4.3.Konfigurasi Schlumberger
2l
L
C1 P1 P2 C2
r1 r2
r3 r4
r1 = P1 - C1 r2 = P1 - C2 r3 = P2 – C1 r4 = P2 – C2
r1 = (L - x) – 1 r2 = (L + x) + 1 r3 = (L - x) + 1 r4 = (L + x) - 1
K=
2π[( 1 1 )– 1 1 -1
r1- r3- )]
(
r4
r2
1 - 1 )– ( 1 - 1 )]
-1
K=
(L-x)-1 (L+x)+1 (L-x)+1 (L+x)-1
2π[(
2x+2l
K= 2π[(
)]
(L + x + l)(L - (L - x + l)(L + x - l
)-(
x - l)
K= 2x+2l -2x
L²- x²- l²- 2xl -1 )] , Sehingga
2π[( ) - L²- x²- l² + 2xl
(
K4l
= (L² + x²) -1
2π(L² - x²)² )]
L² - x²)²
K= ) ,Jadi
4l (L² + x²)
2π
π (L² -
x²)²
K (L²
= + X²)
Jika pergeseran
x berada tepat
pada titik ukur
x = 0, maka:
π
K= L²
2l
Keterangan:
K = Faktor
koreksi
geometri
L = Jarak
antara
elektroda arus
dan sumbu
vertical titik
ukur
x = Jarak
antara
elektroda
potensial dan
sumbu vertical
titik ukur
l = Jarak
adanya
a i ke lapisan
batuan
n a du
yang
t l a memiliki
sifat
a d ele
tidak
r a ktr homogen
pada
a n od permuka
an.
e ti a
Pembaca
l ti Ko an ini
dilakuka
e k nfi
n dengan
k t gur memban
dingkan
t e asi
nilai
r n sch resistivit
as semu
o g lu pada
saat
d a mb
jarak
a h erg elektrod
a
p a er
potensial
o n me di ubah.
Konfigur
t t mil asi
schlumbe
e a iki
rger
n r ke merupak
an salah
s a ma
s 2.4.4.Alat Dan
Bahan
a
Yang
t Digunaka
n
u
k Adapun
alat
o
dan
n bahan
f yang
digunak
i an
g dalam
peneliti
u an ini
r adalah:
a 1. OJS
s Resis
tivity
i Mete
y r V-
RM.0
a 2.19
n
g
b
a
i
k
u
n
t
u
k
m
e
n
d
e
2. 4 buah elektroda
3. 4 buah kabel
5. 4 buah palu
6. 6 buah meteran
7. 4 buah HT
9. 1 buah GPS
Dari tabel 2.3 di atas yang tergolong konduktor baik, sedang dan isolator adalah:
A
M N B
0 ,5 m
1,5 m 1,5 m
Gambar 3.4 Teknik pengambilan data berdasarkan tabel 3.1
dan 3.2
Keterangan :
- AB/2 = Elektroda arus
- MN/2 = Elektroda
potensial
- I1 dan I2 = Nilai arus
- K = Kedalama
Mulai
Studi Literatur
Pengambilan Data
Pengolahan Data
Microsoft Excel
IP2win
Progress
Hasil
Interpretasi
Selesai
3.4.Prosesing Data
3.4.1.Microsoft Excel
Microsoft Excel adalah sebuah program aplikasi yang merupakan
bagian dari paket instalasi microsoft office, berfungsi untuk
mengolah angka menggunakan spreadsheetyang terdi dari baris dan kolom
untuk mengeksekusi perintah. Microsoft digunakan untuk menghitung
nilai K, Rho1 (satu), Rho2 (dua) dan Rho.
3.4.2.IP2Win
IP2Win adalah program untuk mengolah dan menginterprestasi data
geolistrik 1 dimensi (1D).
Pengunaan IP2Win mencakup beberapa tahap. Tahapan dalam
pengunaan software IP2Win adalah imput data, koreksi eror
data,
penambahan data dan pembuata cross section. Input data dapat
dilakukan dari data langsung lapangan (missal berupa data AB/2, V, I, dan
K) atau data tak langsung (berupa data AB/2 dan Rho apparent resistivity
yang dihitung dari Microsoft excel).
3.4.3.Progress
Progress adalah salah satu software yang digunakan dalam proses
pengolahan data geofisika metode geolistrik, dalam hal ini dibahas
data yang menggunakan konfigurasi schlumberger. Dengan software
progress v
3.0 ini maka akan di peroleh profil resistivitas yang menunjukan lapisan-
lapisan dibawah permukaan secara vertical mencakup harga resistivitas
dan kedalam tiap lapisan sekaligus jumlah lapisan dipermukaan di titik
sounding. Progress v 3.0 membutuhkan masukan berupa nilai resistivitas
semu Rho alpa serta nilai spasi (AB/2) atau jarak antara elektroda. Kedua
variabel ini masukan ini akan menampilkan sebuah kurva Rho alpa vs
(AB/2) yang harus di cocokkan sesuai dengan kurva progress v 3.0
pencocokkan kurva lapangan dengan kurva progress v 3.0 di lakukan
dengan memasukan nilai resistivitas dan kedalamannya pada table yang
telah di sediakan, nilai- nilai tersebut dapat mengalami perubahan sampai
pencocokan telah di peroleh
3.5.Interprestasi Data
4.1. Hasil
4.1.1.Titil Lokasi 1 (satu)
Dari hasil inversi mengunakan microsoft excel datanya dapat
dilihat pada tabel 3.1, hasil inversi software IP2Win konfigurasi
schlumberger dapat dilihat pada gambar 4.1, 4.2 dan 4.3 dan hasil inversi
software progress diperoleh penampang satu dimensi (1D) bawah
permukaan disepanjang lintasan pengukuran, dapat dilihat pada tabel 4.1.
- = Nilai resistivitas
- h = Ketebalan dari lapisan
4.1.2.Titik Lokasi 2
Dari hasil inversi mengunakan microsoft excel datanya dapat
dilihat pada tabel 3.2, hasil inversi software IP2Win konfigurasi
schlumberger dapat dilihat pada gambar 4.4, 4.5 dan 4.6 dan hasil inversi
software progress diperoleh penampang satu dimensi (1D) bawah
permukaan disepanjang lintasan pengukuran, dapat dilihat pada tabel 4.2.
Gambar 4.4. Cara memasukan data pada software IP2Win
Keterangan
:
- = Nilai resistivitas
Resistivitas
30,1merupakan lapisan
lempung lanauan.
3. Lapisan 3 dari kedalaman
2,16 - 4,15 meter
memiliki nilai Resistivitas
5,95 merupakan lapisan
lempung lanauan
4. Lapisan 4 dari kedalaman
4,15 – 8,13 meter
memiliki nilai Resistivitas
46,1 merupakan lapisan
lempung lanauan.
5. Lapisan 5 dari kedalaman
8,13 – 16,4 meter
memiliki nilai Resistivitas
6,33 merupakan lapisan
lempung.
6. Lapisan 6 dari kedalaman
16,4– 38,5 meter memiliki
nilai Resistivitas 171
merupakan lapisan
breksi.
7. Lapisan 7 dari kedalaman
38,5 –
55,1metermemiliki nilai
Resistivitas 5,2
merupakan lapisan pasir.
Adapun hasil pengolahan data titik ke dua dapat dilihat pada tabel
4.2. Dari tabel 4.2 dapat disimpulkan lapisan satu dengan kedalaman 0 –
1,24 memiliki nilai resistivitas 17,4 Ωm, lapisan ke dua dengan kedalaman
1,24 – 2,16 memiliki nilai resistivitas 30,1 Ωm dan lapisan ke tiga dengan
kedalaman 2,16 – 4,15 memiliki nilai resistivitas 5,95 Ωm,pada lapisan
satu sampai lapisan ke tiga tidak ada air permukaan, lapisan ke empat
dengan
kedalaman 4,15 – 8,13 meter dengan nilai resistivitas 46,1 Ωm
menunjukan pada lapisan ini mengandung air permukaan,lapisan ke
lima dengan kedalaman 8,13 – 16,4 memiliki nilai resistivis 6,33 Ωm,
lapisan ke enam dengan kedalaman 16,4 – 38,5 memiliki nilai resistivitas
171 Ωm, pada lapisan lima dan lapisan enam ini tidak ada mengandung air
permukaan atau airtanah, lapisan ke tujuh dengan kedalaman 38,5 – 55,1
memiliki nilai resistivitas 5,2Ωm, pada lapisan ini mengandung airtanah
atau akuifer berdasarkan tabel 4.2.
4.2 Pembahasan
Dari tabel 4.1 dan 4.2 hasil interpretasi dapat dilihat bahwa litologi dari
lokasi pengukuran terbentuk dari lempung, lempung lanauan, lempung
pasiran, pasiran, lanau pasiran, breksi dan lava. Berdasarkan penelitian lain
litologi dari lokasi pengukuran terbentuk dari lempung, pasiran dan lava,
(Wiranata, 2018). Dapat disimpulkan penelitian saya dan penelitian Wiranata,
2018.
Berdasarkan hasil pengolahan data dapat dilihat pada tabel 4.1 dan 4.2,
keberadaan akuifer pada titik satu mulai dari kedalaman 34,8 – 49,2 meter di
bawah permukaan setempat dan keberadaan akuifer pada titik dua mulai dari
kedalaman 38,5 – 55,1 meter di bawah permukaan setempat. Keberadaan
akuifer pada titik satu dan titik dua terdapat pada lapisan ke tujuh atau lapisan
pasiran. lapisan pasiran mempunyai sifat dapat kelulusan air yang besar,
sehingga potensi menyimpan air besar juga. Sementara untuk lapisan yang
diinterpretasikan sebagai lapisan non akuifer yaitu lapisan lempung, breksi
dan lava. lapisan lempung, breksi dan lava merupakan lapisan yang kedap
air atau tak lulus air sehingga tidak dapat menyimpan air dan lapisan ini
merupakan lapisan non akuifer (akuiclud).
Sehingga jika dilakukan pengeboran atau pemanfaatan airtanah sebaiknya
dilakukan pengeboran pada lapisan ke tujuh atau pada kedalaman 50 sampai 60
meter, sesuaikan dengan kebutuhan dan besar pengunaannya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Dari hasil penelitian identifikasi kedalaman airtanah menggunakan
metode geolistrik satu dimensi (1D) konfigurasi schlumberger di Dusun Rojet,
Desa Bangket Parak, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah, dapat
disimpulkan bahwa keberadaan akuifer pada lokasi penelitian ini berada pada
lapisan ke tujuh atau mulai pada kedalaman 40 – 60 meter. Jika ingin
melakukan pengeboran sebaiknya lakukan pengeboran pada kedalaman 50
sampai 60 meter, berdasarkan tabel 4.1 dan 4.2, semakin dalam melakukan
pengeboran semakin bagus hasih yang didapat atau airtanah yang didapat,
sesuaikan dengan kebutuhan apabila hanya digunakan hanya untuk keperluan
rumah tangga sebaiknya lakukan pengeboran pada kedalaman 50 meter dan
apabila digunakan untuk menyiram sawah sebaiknya lakukan pengeboran pada
kedalam 50 meter sampai di kedalaman 60 meter.
5.2. Saran
Adapun saran yang ingin saya sampaikan adalah:
1. Untuk mempermudah interpretasi perlu dilakukan pendekatan hasil penelitian
dengan menggunakan data borlog disekitar lokasi penelitian untuk keakuratan
data yang lebih baik.
2. Untuk dapat mengetahui distribusi nilai tahanan jenis secara horizontal, perlu
dilakukan penelitian lanjutan dengan cara pengukuran geolistrik metode Mapping.
Ardi Wiranata, 2018. Pendugaan Potensi Airtanah Dengan Metode Geolistrik. Kabupaten
Lombok Tengah: Universitas Mataram.
Chapman, E. Richard. 1981.
GeologyandWater:AnIntroductiontoFluidMechanicsfor
Geolistrik.Netherlands:KluwerAcademicPublishersGroup
Geenhouse J. dan Pehme, P. 2001. Applications of Geophysics in
Geotechnical and EnvironmentalEngineering.Colo:EEGS
Hendrajaya, 1990. Metode Geofisika. Semarang: Universitas Negeri Semarang.
Kearey, P., Brooks, M., dan Hill, I. 2002. An Introduction to Geophysical Exploration.
London:BlackwellScienceLtd.
Loke, MH. 1999. ElecricalImangingSurveysforEnvironmentalandEnggineringStudies.
Edgbaston:TheUniversityofBirmingham
Muhammad Wafid., S. T. (2014). Peta Geologi Teknik Pulau Lombok.
Rao, P.C.S. 2001. ATextBookofGeology.India:DiscoveryPublishingHouse
Seigel, H.O. 1959.ATheoryofInducedPolarization EffectforStepFunctionExcitation.
London:Pergamon
Sudadi, T. R. (2000). Peta Hidrogeologi Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa
Bagian Barat.
Sumner, J.S. 1976. Principles of Induced Polarization for Geophysical Exploration.
Amsterdam:ElsevierTelford,W.M.,Geldart,L.P.,danSheriff,R.E.1990.Applied
GeophysicsSecondEdition.NewYork:CambridgeUniversityPress