INDONESIA
( Alternatif Peraturan atau Kebijakan Publik)
DISUSUN OLEH :
KELAS ME-1C
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, nilai-nilai luhur
Pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia.Sendi-sendi kehidupan di
masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Pancasila
sendiri telah mengalami masa pasang surut, mulai dari era Kemerdekaan sampai yang terkini
yakni era Paling Baru. Setelah mengalami masa pasang surut namun eksistensi Pancasila
tidak pernah habis karena nilai-nilai dalam sila-sila tersebut memang nilai-nilai yang hidup
dan berkembang di dalam masyarakat bangsa ini.
Namun beda dulu beda sekarang atau jauh arang dari perapian, Pancasila yang
harusnya dijadikan panutan, telah ditinggalkan oleh sebagian masyarkat bangsa ini bahkan
yang lebih mengiris hati saat para penyelenggara pemerintahan juga telah meninggalkanya
dalam aturan-aturan yang mereka buat, entah lupa atau memang tidak tahu mereka selau
membuat aturan-aturan yang nilainya sangat jauh dengan esensi yang terkandung di dalam
Pancasila.
B. Rumusan Masalah
Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:
5. Agar kita mengetahui Kebijakan pemerintah apa saja yang sesuai dengan pancasila
6. Untuk mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah Negara
ataukah tidak
D. MANFAAT
B. Eksistensi Pancasila
Melihat proses lahirnya Pancasila yang cukup panjang dan penuh lika-liku perjuangan
para pencetusnya, mulai dari Muh.Yamin sampai dengan bapak proklamator kita Ir.Soekarno,
Pancasila sendiri jika diamanifestasikan secara sederhana mengandung makna 5 aturan dasar,
aturan-aturan yang menjadi panutan bangsa ini dalam kegiatanya bertata negara. Bukan hanya
dijadikan aturan-aturan dasar, Pancasila ini juga merupakan Falsafah hidup bangsa ini, maka
sudah selayaknya Pancasila menjadi parameter bangsa ini dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat. Jika dahulu di era Orde Baru, Presiden Soeharto pernah membuat sebuah
kebijakan terkait ideologi Pancasila dengan membuat peraturan sistem pendidikan yang
mewajibkan adanya P4 dalam proses belajarnya, namun semua itu juga tidak menghasilkan apa
yang diharapkan, harapan yang pada awalnya untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan masyarkat, peraturan tersebut dipandang sebagai
proses deidolgoi Pancasila versi Soeharto yang mengakibatkan sebagian masyarakat yang kontra
terhadap Soeharto menolaknya , mereka beranggapan bahwa P4 ini merupakan salah satu cara
untuk melanggengkan kekuasaanya.
Setelah lengsernya pemerintahan Orde baru dan dimulainya era Orde paling baru,
Pancasila ini justru terjerumus dalam dimensi kegelapannya, ia semakin ditinggalkan, hampir
semua hal yang terjadi di dalam masyarakat bangsa ini sudah sangat jauh dari ekspektasi jika
dikolersikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Masyarakat semakin lupa dan
pemerintah semakin meniggalkanya, nilai-nilai luhur yang terdapat didalamnyapun semakin sulit
untuk dimanifeskan, maka tidak menjadi hal yang aneh jika kehidupan bermasyarakat bangsa ini
pun semakin jauh dari harapan yang harusnya mencerminkan bangsa yang besar dan menghargai
sesamanya.
Sudah selayaknya kita para penerus bangsa melestarikan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dengan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal
terkecil sampai hal yang bernilai asazi, dan ketika semua masyarakat telah mampu mengamalkan
nilai tersebut, bukan menjadi hal yang mustahil jika bangsa ini akan menjadi bangsa yang
makmur sejahtera. Jika mencermati keberadaan pancasila dalam kehidupan politik yang banyak
mengalami perubahan konstitusional dan rezim kekuasaan, pancasila selalu dipertahankan.
Dengan demikian dapat memperlihatkan bahwa pancasila mengandung kenyataan yang
hidup dan tumbuh dalam sanubari orang per orang dalam masyarakat, sehingga pancasila selalu
dipertahankan oleh rakyat Indonesia yang mendukung tiap-tiap negara nasional yang lahir di atas
bumi tumpah darah Indonesia.Dengan pancasila rakyat Indonesia telah bersatu dalam revolusi
dan dalam perjuangan sejak hari proklamasi.Pancasila merupakan kristalisasi daripada intisari
perjuangan kemerdekaan nasional di abad ke-20.Namun pancasila diakhir-akhir ini sudah mulai
tenggelam. Maksudnya sekarang banyak orang yang tidak tahu apa itu pancasila dan untuk apa
pancasila. Pancasila itu merupakan dasar negara republik Indonesia.Maksud dari dasar negaraini,
misalnya, untuk membuat UUD kita harus mengambil dasarnya dari Pancasila, untuk membuat
peraturan perundang-undangan kita harus mengambil dasarnya dari Pancasila, dll.Makanya
Pancasila disebut Dasar Negara.Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat.Pancasila tidak lagi populer seperti padamasa lalu.Elit
politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.
Menurut Panitia Lima (Bung Hatta, Subardjo, Maramis, Sunarjo, Pringgodigdo)
Pancasila dapat dipahami bukan hanya dengan membaca teksnya, melainkan dengan
mempelajari terjadinya teksitu. Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai
nasionalisme menjadi aset penting bagi kehidupan era ini, sebab aneka ragam sosial dan
kemajemukan budaya (agama, suku,geografis, pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks
butuh ''kesadaran bersama yang baru secara rohaniah'' sebagai bangsa. Pancasila pada era
Presiden Sukarno tidak terkontaminasi kepentingan kaum elit. Hak menafsirkan tidak
dimonopoli oleh perorangan.Pancasila milik bersama, karena digali dari nilai-nilai budaya
leluhur yang melekat dalam aktivitas masyarakat sebagai pedoman sosial untuk mewujudkan
kepentingan bersama.
Menurut Sartono Kartodirdjo, Pancasila akan menjadi penentu dalam orientasi tujuan
sistemsosial - politik, kelembagaan dan kaidah-kaidah pola kehidupan, yang bukan hanya
menjadifaktor determinan, juga sebagai payung ideologis bagi berbagai unsur dalam masyarakat
yang bersifat majemuk.
Istilah kebijakan lazim digunakan terkait dengan tindakan atau kegiatan pemerintah serta
perilaku negara pada umumnya. Kebijakan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk
peraturan. Kebijakan publik erat hubungannya dengan administrasi pemerintahan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan
dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang
perintah, organisasi, dan sebagainya).
Menurut Kamus Cambridge, kebijakan publik adalah kebijakan pemerintah yang memengaruhi
setiap orang di suatu negara atau negara bagian atau kebijakan secara umum. David Easton
dalam A Systems Analysis of Political Life (1965) mendefinisikan kebijakan publik sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Dalam Encyclopedia
of Policy Studies (1950), Lasswell dan Kaplan menyatakan, kebijakan publik adalah suatu
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek yang terarah. Menurut Anderson dalam
Public Policy Making (1984), kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan
oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Thomas R Dye dalam Understanding Public
Policy (1978) menyatakan, kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk
dikerjakan atau tidak dikerjakan.
Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila pertama antara lain:
1. Pendidikan agama
Pendidikan agama di Indonesia telah diadakan sejak tahun 1950, dengan dibentuknya
panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud yunus dari Departemen Agama, Mr. Hadi dari
Departemen P dan K, hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari.
Isinya ialah:
a. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.
b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama diberikan mulai
kelas I SR dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan
dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
c. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan) diberikan pendidikan
agama sebanyak 2 jam seminggu.
d. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu kelas dan
mendapat izin dari orang tua / walinya.
e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan agama ditanggung
oleh Departemen Agama.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama pancasila yang menjamin penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya, Menjamin berkembang dan tumbuh
suburnya kehidupan beragama, Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan
iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama. Faktor pendukung lainnya adalah
dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai berikut:
“Melaksanakan Manipol Usdek dibidang mental/agama/kebudayaan dengan syarat spiritual dan
material agar setiap warga Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan
Indonesia serta menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing (Bab II Pasal 2 ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama menjadi mata pelajaran
di sekolah-sekolah umum, mulai sekolah dasar sampai Universitas,”
o Hari Raya Waisak : Waisak dirayakan pada bulan Mei saat terang bulan untuk memperingati
peristiwa lahirnya Siddharta (623 SM), Siddharta menjadi Budha (588 SM), dan wafatnya Budha
Gautama (543 SM)
o Hari Raya Nyepi : Merupakan perayaan tahun baru Hindu. Perayaan tahun baru ini dimulai
dengan kegiatan menyepi yang bertujuan untuk untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia)
dan Bhuana Agung (alam semesta).
o Tahun Baru Hijriyah : Merupakan perayaan tahun baru islam yang diperingati setiap tanggal 1
Muharam dalam sistem penanggalan Hijriyah.
o Maulid Nabi Muhammad : Merupakan peringatan peristiwa lahirnya Nabi Muhammad SAW yang
diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal sistem penanggalang Hijriyah.
o Isra Mikraj : Merupakan peringatan peristiwa isra mikraj Nabi Muhammad yang diperingati pada
tanggal 27 Rajab (Hijriyah). Isra merupakan peristiwa diberangkatkannya Nabi Muhammad oleh
Allah dari Masjidil Haram (Mekkah) menuju Masjidil Aqsa (Palestina) yang dilanjutkan dengan
Mikraj yaitu Nabi dinaikkan dari bumi ke Sidratul Munthoha untuk menerima perintah
kewajiban sholat. Peristiwa ini terjadi dalam waktu semalam.
o Hari Idul Fitri : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 1 Syawal dalam
penanggalan Hijriyah sebagai akhir dari pelaksanaan ibadah puasa.
o Hari Raya Idul Adha : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 10 Dzulhijah.
Idul Adha menjadi puncak pelaksanaan ibadah haji dan pelaksanaan ibadah qurban.
o Tahun Baru Imlek : Merupakan perayaan tahun baru dalam sistem penanggalan Tionghoa.
5. Untuk Agama Katolik dan Kristen:
o Wafat Isa Almasih : Merupakan peringatan wafatnya Isa Almasih yang dikenal juga sebagai
Jumat Agung. Jumat Agung diperingati pada hari Jumat sebelum Paskah.
o Kenaikan Isa Almasih : Merupakan hari raya Kristen untuk memperingati peristiwa naiknya
Yesus ke surga yang diperingati pada hari ke-40 setelah Paskah.
o Hari Natal : Merupakan hari raya Kristen yang diperingati pada tanggal 25 Desember untuk
memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
B. Sila Kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-
norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama
manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung
suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab
harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat
manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia
lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya
serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan yang beradab
mengandung makna bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi
pekerti, tata krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu
pengetahuan, dsb. Semua aturan diatas bertujuan untuk menjaga agar manusia
tetap beradab, tetap menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai manusia.
Adab diperlukan agar manusia bisa meletakkan diri pada tempat yang sesuai.
Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila kedua contohnya yaitu:
a. Menegakkan HAM
Pemerintah berusaha semaksilmal mungkin menegakkan Hak Asasi Manusia dengan
membuat peraturan-peraturan HAM . Peraturan HAM dalam Konstitusi Negara
diantaranya sebagai berikut:
Jaminan perlindungan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, diantaranya adalah sebagai berikut.
1. Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27 Ayat (1)
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
3. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan tulisan, pasal 28
4. Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, pasal 29 Ayat (2)
5. Hak dalam usaha pembelaan negara, pasal 30
6. Hak mendapat pengajaran, pasal 31
7. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, pasal 23
8. Hak dibidang perekonomian, pasal 33.
9. Hak fakir miskin dan anak terlantar dipeiharaan oleh negara, pasal 34.
Undang-Undang
Peraturan HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang pernah dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai berikut:
1. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan, Perlakuan atau
penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat.
2. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
3. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25 Tahun 1997
tentang Hubungan Perubahan.
4. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 105 tentang
Penghapusan Pekerja Secara Paksa
6. UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 138 tentang Usia
Minimum Bagi Pekerja
7. UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 11 tentang
Diskriminasi dalam Pekerjaan
8. UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1963 tentang tindak
Pidana Subversi
9. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi
10. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
11. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
12. UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
13. UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.
sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan
UUD
sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya
sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus usul DPR
untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus perkara
lainnya.
Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil yang mufakat.
3. Pemilihan Umum
Pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung dalam sila keempat
pancasila. Pemilu merupakan salah satu penerapan prinsip kerakyatan. factor yang
menyebabkannya sesuai dengan pancasila adalah asas LUBER, yaitu: langsung. Berarti pemilih
diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan, umum berarti
pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara, bebas
berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dan
rahasia berarti suara yang diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.
E. Kebijakan Pemerintah yang Sesuai dengan Nilai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
Pemberian Bantuan untuk warga miskin
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global, artinya kemiskinan adalah masalah
yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia. Kemiskinan berhubungan dengan
kekurangan materi, rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial. Sehingga pemerintah
memberikan bantuan BLT berupa uang tunai dan sembako kepada masyarakat miskin. Di
Indonesia terdapat kecenderungan bahwa seakan-akan kemiskinan hanya diberantas oleh
program-program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan seolah mencakup pemberian modal
usaha untuk membuka warung kecil di sudut kampung, pemberian sapi atau kambing untuk
peternakan dan pelatihan keterampilan perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya
sederhana, jika orang miskin diberi modal dan dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan
dan pendapatan, sehingga kehidupan mereka bisa menjadi lebih baik.
Seperti yang dikatakan Syamsul Hilal, anggota DPRD Sumatera Utara , dalam acara Dialok Publik di
Universitas Darma Agung , tanggal 5 Juli 2011 , mengungkapakan bahwa problem utamanya ada pada
perilaku demokrasi kita, perilaku demokrasi kita saat ini merupakan bentuk yang menyimpang dari
demokrasi sebagaimana yang digariskan oleh para pendiri bangsa kita. One man eno voot adalah
semangat demokrasi liberal yang tentu dapat merusak sistem demokrasi kita dengan semangat dasarnya
adalah musyawarah mufakat. Penerapan demokrasi liberal disusul pula dengan penerapan demokrasi
ekonomi. Sektor-sektor ekonomi makro kini sudah dikuasai asing sehingga kita tidak memiliki
kedaulatan untuk mengelola sumberdaya alam, yang sangat vital bagi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi kita
Sebagai salah satu contoh yang secara nyata adalah bahwa Undang-undang pokok agraria merupakan
bentuk kedaulatan atas tanah untuk rakyat banyak. Setelah adanya undang-undang pokok agraria
semua perkebunan eks masa belanda semestinya sudah dikembalikan kepada rakyat setelah 20 tahun
berlakunya UU PA, namun hingga saat ini Undang-undang Pokok Agraria ini samasekali tidak pernah
diterapkan.
Contoh lain adalah bahwa asing dapat menguasai pertambangan kita sampai 80%, belum lagi perbankan
juga sudah dikuasai asing 80%, lalu dalam konteks kekinian jelaslah bahwa Negara telah melakukan
penghianatan besar-besar terhadap Pancasila. Pancasila tidak lagi menjadi semangat yang mendasari
perilaku Negara dalam mengambil kebijakan publik dalam penyusunan peraturan dan perundangan.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:Pancasila adalah dasar
Negara Republik Indonesia, ideologi Negara Indonesia, sekaligus menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pengamalannya harus
dilakukan oleh setiap elemen bangsa Indonesia, baik dari masyarakat pada
umumnya hingga disetiap penyelenggara negara. Karena Pancasila merupakan pedoman
bagi bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya kebijaka-kebijakan yang dibuat pemerintah harus
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.
B. Saran
o Chainur Arrsjid, 2000, dasar-dasar ilmu hukum, Cet. Pertama, Sinar Grafika,
Jakarta.
o Notohamidjoyo, O., 1975. Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, Jakarta : BPK Gunung
Mulia.