Anda di halaman 1dari 25

EKSISTENSI PANCASILA DI BANGSA

INDONESIA
( Alternatif Peraturan atau Kebijakan Publik)

DISUSUN OLEH :

1. Dwi Bagus Setyo U (06)


2. Fuad ismail (07)
3. Gabriel Calvin V (08)
4. Jalareksa Septian D.S.P (09)
5. Marcellinus Mayone A (10)

KELAS ME-1C

POLITEKNIK NEGERI SEMARANG


TAHUN AJARAN 2019/2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seiring dengan perkembangan zaman dan kemajuan teknologi saat ini, nilai-nilai luhur
Pancasila diindikasikan mulai dilupakan masyarakat Indonesia.Sendi-sendi kehidupan di
masyarakat sudah banyak yang tidak sesuai dengan nilai-nilai luhur pancasila. Pancasila
sendiri telah mengalami masa pasang surut, mulai dari era Kemerdekaan sampai yang terkini
yakni era Paling Baru. Setelah mengalami masa pasang surut  namun eksistensi Pancasila
tidak pernah  habis karena nilai-nilai dalam sila-sila tersebut memang nilai-nilai yang hidup
dan berkembang di dalam masyarakat bangsa ini.

Namun beda dulu beda sekarang atau jauh arang dari perapian, Pancasila yang
harusnya dijadikan panutan, telah ditinggalkan oleh sebagian masyarkat bangsa ini bahkan
yang lebih mengiris hati saat para penyelenggara pemerintahan juga telah meninggalkanya
dalam aturan-aturan yang mereka buat, entah lupa atau memang tidak tahu mereka selau
membuat aturan-aturan yang nilainya sangat jauh dengan esensi yang terkandung di dalam
Pancasila.

Sehubungan dengan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara, dengan ini


menyerukan kepada seluruh warga dan semua pihak untuk mendorong wakil-wakil rakyat
yang memperoleh amanat untuk bertugas di Lembaga Legislatif, juga pejabat negara yang
memperoleh amanat untuk bertugas di Lembaga Eksekutif, untuk sesegera mungkin
merencanakan dan menyusun Undang-Undang Tentang Aktualisasi Nilai-Nilai serta
Eksistensi Pancasila dalam Kehidupan Berbangsa dan Bernegara. 

B. Rumusan Masalah

Adapun permasalahan yang akan dibahas dalam makalah ini, antara lain:

1. Apa di maksud dengan  Pancasila ?

2. Apakah eksistensi Pancasila dewasa ini?

3. Bagaimanakah eksistensi Pancasila di Indonesia ?

4.  Apa itu Alternatif Peraturan atau Kebijakan Publik ?

5. Kebijakan pemerintah apa saja yang sesuai dengan pancasila ?


6. Kebijakan pemerintah apa saja yang tidak sesuai dengan pancasila ?
C. Tujuan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :

1. Agar kita mengetahui dimaksud dengan Pancasila

2. Agar kita mengetahui dimaksud dengan Eksistensi Pancasila

3. Agar kita mengetahui eksistensi Pancasila di Indonesia

4. Agar kita mengetahui Alternatif Peraturan atau Kebijakan Publik

5. Agar kita mengetahui Kebijakan pemerintah apa saja yang sesuai dengan pancasila
6. Untuk mengetahui bukti bahwa falsafah Pancasila dijadikan sebagai dasar falsafah Negara
ataukah tidak

 D. MANFAAT

Dengan disusunnya makalah ini diharapkan:

1. Mahasiswa dapat menambah pengetahuan tentang Pancasila dan penerapannya dalam


kehidupan.
2. Mahasiswa dapat memahami fungsi utama Pancasila sebagai dasar negara.
3. Mahasiswa dapat mengetahui bukti penerapan pancasila dalam kehidupan
4. Mahasiswa dapat mengetahui apakah semua Alternatif Peraturan atau Kebijakan Publik
sudah sesuai ataukah belum sesuai dengan pancasila
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pancasila
Pancasila merupakan istilah yang dipopulerkan oleh Ir. Soekarno dalam pidatonya di
sidang BPUPKI pada tanggal 1 Juni 1945, yang untuk selanjutnya ditetapkan sebagai hari
lahirnya Pancasila. Berbeda dengan rumusan yang di ajukan oleh Mr. Muhammad Yamin yang
banyak kesamaannya dengan Pancasila yang kita ketahui sekarang ini, rumusan yang dibuat oleh
Ir. Soekarno terlihat sangat berbeda, yaitu:
1. Kebangsaan Indonesia
2. Internasionalisme atau Perikemanusiaan
3. Mufakat atau Demokrasi
4.  Kesejahteraan Sosial
5. Ketuhanan yang Berkebudayaan
Pada rumusan yang dibuat oleh Ir. Soekarno, sila mengenai ke-Tuhanan ditempatkan
pada sila kelima atau terakhir.Ir. Soekarno melihat sila ke-Tuhanan sebagai sebuah penutup
untuk melengkapi.Beliau menyadari bahwa agama-agama yang berbeda di Indonesia juga bisa
membawa benih perpecahan.
Sebagai penutup, sila ke-Tuhanan versi Ir. Soekarno berarti toleransi beragama,
janganlah keempat sila sebelumnya tercerai-berai hanya karena pertikaian agama. Rumusan yang
ditawarkan oleh Ir. Soekarno dapat mengerucut menjadi hanya tiga sila yang disebut trisila, yang
terdiri atas Sosio-Nasionalisme, Sosio-Demokrasi dan Ketuhanan.Bahkan dapat mengerucut lagi
menjadi hanya satu sila yang disebut ekasila, yakni Gotong Royong. Pada tanggal 22 juni 1945,
sembilan tokoh nasional, yakni, Ir. Soekarno, Drs. Moh.Hatta, Mr. A.A. Maramis, Abikoesno
Tjokrosoejoso, Abdoelkahar Muzakir, H. Agus Salim, Mr. Achmad Soebardjo, K.H. Wachid
Hasjim, dan Mr. Muhammad Yamin yang tergabung dalam Dokuritsu Junbi Choosakai
mengadakan pembahasan dan berhasil menelurkan sebuah rumusan baru mengenai Pancasila,
yaitu:
1. Ketuhanan, dengan Kewajiban Menjalankan Syariat Islam bagi Pemeluk-Pemeluknya
2. Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial bagi seluruhRakyatindonesia.
Pancasila merupakan dasar ideologi Negara Republik Indonesia secara resmi tercantum
di dalam alinea ke-empat pembukaan undang-undang dasar 1945, yang ditetapkan oleh PPKI
tanggal 18 Agustus 1945. Pancasila yang disahkan sebagai Dasar Negara yang dipahami sebagai
system filsafat bangsa yang bersumber dari nilai-nilai budaya bangsa. Sebagai Ideologi, nilai-
nilai Pancasila sudah menjadi Budaya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara di Indonesia. Pancasila sebagai dasar dan ideologi negara merupakan kesepakatan
politik ketika negara Indonesia didirikan,dan hingga sekarang di era globalisasi, Negara
Indonesia tetap berpegang teguh kepada pancasila sebagai dasar negara. Sebagai dasar negara
tentulah pancasila harus menjadi acuan Negara dalam menghadapi tantangan global dunia yang
terus berkembang. 
Di era globalisasi dan reformasi ini peran pancasila tentulah sangat penting untuk tetap
menjaga eksistensi kepribadian bangsa indonesia, karena dengan adanya globalisasi batasan
batasan diantara negara seakan tak terlihat, sehingga berbagaikebudayaan asing dapat masuk
dengan mudah ke masyarakat. Hal ini dapat memberikan dampak positif dan negatif bagi bangsa
indonesia,jika kita dapat memfilter dengan baik berbagai hal yang timbul dari dampak
globalisasi tentunya globalisasi itu akan menjadi hal yang positif karena dapat menambah
wawasan dan mempererat hubungan antar bangsa dan negara di dunia. Tapi jika kita tidak dapat
memfilter dengan baik sehingga hal-hal negatif dari dampak globalisasi dapat merusak moral
bangsa dan eksistensi kebudayaan dan Pancasila indonesia.

B. Eksistensi Pancasila
Melihat proses lahirnya Pancasila yang cukup panjang dan penuh lika-liku perjuangan
para pencetusnya, mulai dari Muh.Yamin sampai dengan bapak proklamator kita Ir.Soekarno,
Pancasila sendiri jika diamanifestasikan secara sederhana mengandung makna  5 aturan dasar,
aturan-aturan yang menjadi panutan bangsa ini dalam kegiatanya bertata negara. Bukan hanya
dijadikan aturan-aturan dasar, Pancasila ini juga merupakan Falsafah hidup bangsa ini, maka
sudah selayaknya Pancasila menjadi parameter bangsa ini dalam penyelenggaraan kehidupan
bermasyarakat. Jika dahulu di era Orde Baru, Presiden  Soeharto pernah membuat sebuah
kebijakan terkait ideologi Pancasila dengan membuat peraturan sistem pendidikan yang
mewajibkan adanya P4 dalam proses belajarnya, namun semua itu juga tidak menghasilkan apa
yang diharapkan, harapan yang pada awalnya untuk melestarikan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dalam sendi-sendi kehidupan masyarkat, peraturan tersebut  dipandang sebagai
proses deidolgoi Pancasila versi Soeharto yang mengakibatkan sebagian masyarakat yang kontra
terhadap Soeharto menolaknya , mereka beranggapan bahwa P4 ini merupakan salah satu cara
untuk melanggengkan kekuasaanya. 
Setelah lengsernya pemerintahan Orde baru dan dimulainya era Orde paling baru,
Pancasila ini justru terjerumus dalam  dimensi kegelapannya, ia semakin ditinggalkan, hampir
semua hal yang terjadi di dalam masyarakat bangsa ini sudah sangat jauh dari ekspektasi jika
dikolersikan dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Masyarakat semakin lupa dan
pemerintah semakin meniggalkanya, nilai-nilai luhur yang terdapat didalamnyapun semakin sulit
untuk dimanifeskan, maka tidak menjadi hal yang aneh jika kehidupan bermasyarakat bangsa ini
pun semakin jauh dari harapan yang harusnya mencerminkan bangsa yang besar dan menghargai
sesamanya. 
Sudah selayaknya kita para penerus bangsa melestarikan nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila dengan cara mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari hal
terkecil sampai hal yang bernilai asazi, dan ketika semua masyarakat telah mampu mengamalkan
nilai tersebut, bukan menjadi hal yang mustahil jika bangsa ini akan menjadi bangsa yang
makmur sejahtera. Jika mencermati keberadaan pancasila dalam kehidupan politik yang banyak
mengalami perubahan konstitusional dan rezim kekuasaan, pancasila selalu dipertahankan.
Dengan demikian dapat memperlihatkan bahwa pancasila mengandung kenyataan yang
hidup dan tumbuh dalam sanubari orang per orang dalam masyarakat, sehingga pancasila selalu
dipertahankan oleh rakyat Indonesia yang mendukung tiap-tiap negara nasional yang lahir di atas
bumi tumpah darah Indonesia.Dengan pancasila rakyat Indonesia telah bersatu dalam revolusi
dan dalam perjuangan sejak hari proklamasi.Pancasila merupakan kristalisasi daripada intisari
perjuangan kemerdekaan nasional di abad ke-20.Namun pancasila diakhir-akhir ini sudah mulai
tenggelam. Maksudnya sekarang banyak orang yang tidak tahu apa itu pancasila dan untuk apa
pancasila. Pancasila itu merupakan dasar negara republik Indonesia.Maksud dari dasar negaraini,
misalnya, untuk membuat UUD kita harus mengambil dasarnya dari Pancasila, untuk membuat
peraturan perundang-undangan kita harus mengambil dasarnya dari Pancasila, dll.Makanya
Pancasila disebut Dasar Negara.Di era reformasi ini, Pancasila seakan tidak memiliki kekuatan
mempengaruhi dan menuntun masyarakat.Pancasila tidak lagi populer seperti padamasa lalu.Elit
politik dan masyarakat terkesan masa bodoh dalam melakukan implementasi nilai-nilai pancasila
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. 
Menurut Panitia Lima (Bung Hatta, Subardjo, Maramis, Sunarjo, Pringgodigdo)
Pancasila dapat dipahami bukan hanya dengan membaca teksnya, melainkan dengan
mempelajari terjadinya teksitu. Fleksibilitas Pancasila yang akan mampu membingkai
nasionalisme menjadi aset penting bagi kehidupan era ini, sebab aneka ragam sosial dan
kemajemukan budaya (agama, suku,geografis, pengalaman sejarah) dan kehidupan paradoks
butuh ''kesadaran bersama yang baru secara rohaniah'' sebagai bangsa. Pancasila pada era
Presiden Sukarno tidak terkontaminasi kepentingan kaum elit. Hak menafsirkan tidak
dimonopoli oleh perorangan.Pancasila milik bersama, karena digali dari nilai-nilai budaya
leluhur yang melekat dalam aktivitas masyarakat sebagai pedoman sosial untuk mewujudkan
kepentingan bersama.
Menurut Sartono Kartodirdjo, Pancasila akan menjadi penentu dalam orientasi tujuan
sistemsosial - politik, kelembagaan dan kaidah-kaidah pola kehidupan, yang bukan hanya
menjadifaktor determinan, juga sebagai payung ideologis bagi berbagai unsur dalam masyarakat
yang bersifat majemuk.

C. Eksistensi Pancasila Sekarang


Pancasila lahir sebelum Negara Kesatuan Republik Indonesia berdiri.Artinya adalah
bahwa mendirikan sebuah negara hanya semata-mata untuk mewujudkan sebuah tatanan
masyarakat yang sejahtera, makmur dan sentosa. Pancasila sebagai landasan ideal bagi bangsa
Indonesia dan ditempatkannya teks Pancasila dalam pembukaan UUD 1945, menimbulkan
dampak besar dalam seluruh segi kehidupan bangsa Indonesia.Dari sudut pandang yuridis hal ini
bisa kita wujudkan dengan sinkronisasi segala bentuk peraturan perundang-undangan di bawah
UUD agar maksud dan tujuan Pancasila dapat tercapai melalui bentuk penjabaran norma-norma
hukum.Namun, sinkronisasi jiwa Pancasila yang dijabarkan dalam norma-norma hukum itu
masih menyimpan banyak persoalan tentang eksistensi Pancasila dalam kehidupan nyata bangsa
Indonesia. Sebagai suatu norma kita akui Pancasila haruslah menjadi pedoman bagi segala
bentuk penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara di Bumi Pertiwi ini. Persoalan-
persoalan bangsa yang tak pernah kunjung selesai adalah bentuk lunturnya Pancasila dari jiwa
bangsa Indonesia.Karena semua persoalan itu sejatinya adalah persoalan yang hanya
membutuhkan satu solusi saja, yaitu sebuah karakater sebagai identitas bangsa Indonesia. Sebuah
karakater yang mampu menghantarkan bangsa ini ke depan gerbang kesejahteraan, dan karakater
itu bernama pancasilais.
Eksistensi Pancasila sebagai pandangan hidup yang bernilai filosofis dan sosiologis kini
menjadi hal perlu untuk menjadi kajian generasi bangsa.Penumbuhan kembali Pancasila sebagai
pandangan hidup yang tersemayam dalam jiwa manusia Indonesia adalah hal yang mendesak dan
persoalan utama kita sebagai bangsa Indonesia. Jika kita tidak ingin ia hanya bernilai semantik
belaka, dan hanya menjadi slogan-slogan di setiap upacara. Yang pada akhirnya kita hanya akan
menjadi bangsa yang pengekor bukan pelopor di tengah globalisasi yang terus mewarnai
dunia. Negara yang mengamalkan Pancasila dengan baik dan benar adalah negara yang
mengeluarkan kebijakan bukan berdasarkan kepentingan partai, bangsa asing, pemilik modal
atau kelompoknya. Negara pancasilais adalah Negara yang tidak akan mendukung kolonialisme
di belahan dunia manapun dan dalam bentuk apapun, Negara yang pancasilais pastilah
membangun perekonomian rakyatnya, Negara yang pancasilais adalah Negara yang menjunjung
tinggi keadilan dan kebenaran, Negara yang pancasilais pastilah memberikan kesempatan kepada
semua rakyatnya yang berpotensi untuk menjadi pemimpin, Negara yang pancasilais pastilah
mempersiapkan generasi penerus bangsa menjadi generasi yang mandiri dan bermoral baik,
Negara yang pancasilais pastilah mempertahankan budaya masyarakatnya, Negara yang
pancasilais pastilah mewujudkan masyarakat yang pancasilais. Ketika Negara sudah dapat
berjalan dengan berpijak diatas pancasila secara baik dan benar, maka efek dominonya adalah
terwujudnya sebuah tatanan orang-orang yang pancasilais di negeri ini. Bahwa seorang
pancasilais adalah orang yang bisa menghargai antara pemeluk keyakinan, seorang pancasilais
adalah orang yang bersaing tanpa harus membuat duka orang lain, seorang pancasilais adalah
orang yang tidak mengagung-agungkan kejahatan dan kebejatan, seorang pancasilais adalah
orang yang turut merasakan kepedihan ketika saudara sebangsanya merasakan kepedihan,
seorang pancasilais adalah orang yang menjunjung tinggi kebenaran dan keadilan, seorang
pancasilais adalah orang yang bekerja dengan gigih mengembangkan seluruh potensinya,
seorang pancasilais adalah orang yang kritis terhadap kebijakan Negara yang tidak berpihak
kepadanya. Pancasila adalah Pedoman Negara ini, dimana pedoman untuk mengarahkan negara
ini menuju masyarakat yang sejahtera. Di era sekarang ini, keeksistensian pancasila sangatlah
memburuk, Pancasila hanyalah terlihat sebagai symbol Negara saja, mereka (baik masyarakat
ataupun pemerintah) hanyalah mengerti bahwa Pancasila sebagai dasar Negara, tetapi pada
kenyataannya, ternyata banyak sekali masyarakat yang tidak menghargai Pancasila itu
sendiri,mereka tidak memerhatikan akan pentingnya Pancasila dalam hidup berbangsa dan
bernegara.
Contoh kecil dari bentuk masyarakat yang tidak menghargai pancasila adalah seperti
keadaan di salah satu Sekolah Dasar di Serang, di sana ada bahkan semua kelas yang poster
Pancasilanya sudah tidak terurus lagi, ada yang poster Pancasilanya miring, dan bahkan ada juga
di salah satu kelas yang tidak memiliki poster pancasila tersebut. Dari contoh itu, dapat
disimpulkan bahwa Pancasila sudah tidak ada harganya lagi. Bahkan pada masyarakat umum ada
juga yang tidak tahu apa itu Pancasila, banyak juga masyarakat dan bahkan pemerintah yang
tidak hafal akan isi dari sila-sila pancasila itu sendiri. Kondisi ini sangatlah  memprihatikan, jika
saja masyarakat kita mau menghargai dan melaksanakan isi kandungan yang terdapat dalam
pancasila, niscaya negara ini akan menjadi negara yang kokoh yang tak akan mudah untuk
dibecah belah.
Berbagai kasus-kasus besar dalam masyarakat banyak bermunculan, seperti;
1. Pertama, banyaknya aliran-aliran sesat yang kemunculannya secara terang-terangan.
Banyaknya aliran-aliran sesat diberbagai penjuru Indonesia seperti Inkar Sunnah, Teguh
Esha, HMA Bijak Bestari, Jam,iyyatul Islamiyah, Lia Aminuddin (LIA EDEN), “Rasul”
Ahmad Moshaddeq, Rasul Sabda Kusuma dari Kudus, Agus Imam Solihin atau Satrio
Paningit, Surga Eden Di Cirebon dan Tuhannya Ahmad Tantowi, Aliran Hidup Di Balik
Hidup (HDH), Ahmadiyah, Jaringan Islam Liberal (JIL), hingga NII di Sumatera,
menjadikan kekawatiran besar di masyarakat akan agama yang disampaikan oleh orang
per orang kepada mereka baik yang nmereka ketahui orangnya ataupun tanpa mengetahui
orangnya, yang mengakibatkan banyak terjadi kemarahan massa ditempat-tempat
diadakannya ajaran sesat karena kelambatan pemerintah dalam menangani kegiatan dari
ajaran-ajaran sesat yang sudah mendeklarasikan diri dii dalam masyarakat. Meskipun
sekarang ini telah ada LPPI tetapi lembaga ini tidak menjamin akan berhentinya
penyebaran aliran-aliran sesat di Indonesia, dikarenakan lembaga ini hanya bersifat
memberantas. Sedangkan untuk pencegahan kemunculan-kemunculan aliran sesat
kembali tergantung pada kesadaran masyarakat terhadap agamanya masing-masing
dengan menanamkan kesadaran pada pancasia sila pertama.
2. Kedua, Pada era sekarang ini, rakyat dijadikan subjek untuk melaksanakan keputusan
pemerintah, setiap kali kenaikan BBM rakyat antri untuk mendapatkan BBM, Pemerintah
ragu bahwa pemerintah daerah, dusun/rt bisa melakukan pelayanan kepada rakyatnya.
Pembagian BLT rakyat kembali menjadi subjek diminta antri, dengan korban jiwa yang
tidak sedikit atau lebih dari 2.Rakyat yang sudah antri dan meninggal dalam antrian tidak
diberikan hak-haknya sebagai orang yang menjadi subjek kebijakan pemerintah. Subjek
dalam kebijakan pemerintah adalah pelaku kebijakan, yang tanpa adanya subjek tersebut
kebijakan tidak akan berjalan. Tanpa rakyat penerima BLT ikhlas mengantri, kebijakan
pemberian BLT menurut cara SBY-JK tidak akan berjalan. Sehingga hak-haknya sebagai
subjek kebijakan pemerintah harus dipenuhi oleh Pemerintah, entah dalam bentuk
santunan atau jaminan hidup bagi keluarga yang ditinggal.Konsekuensi-konsekuensi
kebijakan pemerintah dalam era SBY-JK tidak berjalan, “target tercapai
selesai”.Sehingga setiap kali kebijakan sudah berjalan dan selesai masih menyisakan
permasalahan-permasalahan. Dengan adanya keraguan akan pemerintah pada pemerintah
daerah, dusun/rt nampaklah bahwa pemerintahpun menilai adanya suatu keganjalan pada
pemerintah daerah, dusun/rt akan tugas-tugas yang diampunya apakah benar-benar
tersampaikan pada masyarakat atau hanya berhenti ditengah jalan. Disinilah perlu
dibenahinya lagi kesadaran pemerintah akan pancasila pada berbagai kinerjanya agar
tertanam pemerintah yang pancasialis.
3. Ketiga, Banyaknya masalah bencana yang tidak terselesaikan. Bencana-bencana yang
tidak sepenuhnya terselesaikan ini menjadi masalah penting dalam kehidupan
masyarakat, Baik berupa bencana alam seperti tsunami di Aceh, letusan gunung berapi di
Yogyakarta dan daerah lain, angin puting beliung yang menghancurkan rumah warga di
berbagai wilayah dan masih banyak bencana alam lainnya yang belum terselesaikan.
Ditambah lagi dengan adanya bencana lumpur lapindo di Sidoarjo, Jawa Timur yang
salah satu versi menyatakan bahwa luapan lumpur panas ini disebabkan karena wilayah
ini digunakannya oleh salah satu perusahaan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS)
yang ditunjuk BP-MIGAS untuk melakukan proses pengeboran minyak dan gas bumi
tanpa adanya suatu pemikiran terhadap dampaknya, melainkan hanyalah mencari
keuntungan bisnis semata. Hal ini sangatlah memprihatinkan, kerugian yang dialami
bangsapun teramat banyak akibat meluapnya lumpur lapindo.
4. Keempat adalah Reshuffle Kabinet Indonesia Bersatu 2. Adanya berbagai kontrofersi
yang muncul baik sebelum maupun sesudah diresmikannya reshuffle kabinet ini
merupakan respon yang baik dari pakar-pakar politik maupun masyarakat yang turut
berpendapat dengan diadakannya reshuffle ini. Tidaklah ada yang salah dari pendapat
mereka baik pro maupun kontra yang didasarkan pada kenyataan yang logis. Sayangnya,
keributan setelah peresmian reshuffle ini sangatlah tidak diduga, beberapa mantan
menteri ketika ditanya soal keputusan reshuffle ini meluapkan kekecewaanya dimedia
umum kepada Presiden RI karena jabatannya yang dialihkan kepada orang lain dengan
alasan bahwa mereka telah menyelesaikan kinerjanya dengan baik. Padahal, diadakanya
reshuffle kabinet ini dikarenakan baik pemerintah maupun masyarakat merasakan
ketidakpuasan terhadap kinerja pemerintah sebelumnya.Penggantian susunan kabinetpun
dipilih menurut kemampuan dan kesanggupan seseorang untuk mengatur Negara di
masing-masing bidangnya.
Disinilah nampak keeksistensian pancasila dalam kepemerintahan Indonesia bahwasanya
pancasila tidak hanya dijadikan sebagai ideologi yang bersifat statis, namun seiring
perkembangan zaman pancasila tetap dapat dijadikan landasan dalam menjalankan kebijakan
pemerintahan.
Karena itulah Pancasila tidak dapat muncul dalam wujud perilaku nyata dari warga
negara.Pancasila hanyalah sebatas tema dan semboyan semata-mata. Penulis memiliki dan
mengusulkan paradigma baru yaitu semangat dan ideologi kebangsaan itu akan lahir dan
berkembang jika Jatidiri Bangsa telah ber-semayam di hati seluruh bangsa Indonesia. Semangat
dan ideologi kebangsaan tidak dapat dilahirkan dan dikembangkan dengan cara-cara kekerasan,
melainkan harus dengan membangkitkan ”kesadaran yang dalam”.
Dalam kajian kita selama ini warga masyarakat Indonesia kurang percaya dan meyakini
akan kedudukan semangat dan ideologi kebangsaan dalam hidup berbangsa dan bernegara.
Akhirnya semangat mencintai dan setia kepada bangsa dan negara sendiri menjadi
lemah.Berbagai tindak kejahatan yang merusak telah berkembang untuk menghancurkan
bangsa.dan negara dari dalam seperti berkembangnya tindakan korupsi yang sangat luas.
Semangat dan ideologi kebangsaan sebenarnya dapat menjadi kekuatan bangsa dan negara untuk
melawan ”intervensi kekuatan asing” serta menjadi kekuatan untuk membangun semangat
kemandirian yang kokoh. China, India dan Brazil telah berhasil mengembangkan semangat dan
ideologi kebangsaan untuk mem-bangun kemandirian bangsa.
D. Alternatif Peraturan atau Kebijakan public

Istilah kebijakan lazim digunakan terkait dengan tindakan atau kegiatan pemerintah serta
perilaku negara pada umumnya. Kebijakan biasanya dituangkan dalam berbagai bentuk
peraturan. Kebijakan publik erat hubungannya dengan administrasi pemerintahan. Dalam Kamus
Besar Bahasa Indonesia, kebijakan adalah rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis dan
dasar rencana dalam pelaksanaan pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang
perintah, organisasi, dan sebagainya).

Menurut Kamus Cambridge, kebijakan publik adalah kebijakan pemerintah yang memengaruhi
setiap orang di suatu negara atau negara bagian atau kebijakan secara umum. David Easton
dalam A Systems Analysis of Political Life (1965) mendefinisikan kebijakan publik sebagai
pengalokasian nilai-nilai secara paksa kepada seluruh anggota masyarakat. Dalam Encyclopedia
of Policy Studies (1950), Lasswell dan Kaplan menyatakan, kebijakan publik adalah suatu
program pencapaian tujuan, nilai-nilai dalam praktek yang terarah. Menurut Anderson dalam
Public Policy Making (1984), kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan
oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Thomas R Dye dalam Understanding Public
Policy (1978) menyatakan, kebijakan publik adalah apa yang dipilih oleh pemerintah untuk
dikerjakan atau tidak dikerjakan.

E. Tujuan dan Ciri-ciri


Tujuan kebijakan publik Tujuan kebijakan publik adalah dapat dicapainya kesejahteraan
masyarakat melalui peraturan yang dibuat oleh pemerintah. Tujuan kebijakan publik adalah
dapat diperolehnya nilai-nilai oleh publik baik yang bertalian dengan barang publik (public
goods) maupun jasa publik (public service). Nilai-nilai tersebut sangat dibutuhkan oleh publik
untuk meningkatkan kualitas hidup baik fisik maupun non-fisik.
Ciri-ciri kebijakan
 Terdapat beberapa ciri penting kebijakan:
 Kebijakan adalah suatu tindakan pemerintah yang bertujuan menciptakan kesejahteraan
masyarakat.
 Kebijakan dibuat melalui tahap-tahap yang sistematis sehingga semua variabel pokok
dari semua permasalahan yang akan dipecahkan tercakup.
 Kebijakan harus dapat dilaksanakan oleh unit organisasi pelaksana
 Kebijakan perlu dievaluasi sehingga diketahui berhasil atau tidaknya dalam
menyelesaikan masalah
.
F. Kebijakan pemerintah apa saja yang sesuai dengan pancasila
A.    Sila pertama, “Ketuhanan Yang Maha Esa”
Sila Ketuhanan yang maha Esa mencerminkan bahwa bangsa Indonesia adalah
bangsa yang beragama dan adanya kebebasan dalam memeluk agama masing-masing
dan menjalankan ibadah menurut agam dan
kepercayaannya itu. Artinya tidak ada pemaksakaan suatu agama dan kepercayaan
terhadap Tuhan Yang Maha Esa kepada orang lain, yaitu tidak boleh memaksakan
orang lain memeluk agama kita atau memaksa seseorang untuk berpindah ke agama
lain. Negara memberikan jaminan kebebasan kepada warga negara untuk memeluk
agama yang sesuai dengan keyakinan dan kepercayaan masing-masing.
Dibuatnya kebijakan-kebijakan yang mencakup sila Ketuhanan Yang Maha Esa yaitu
dengan mempertimbangkan moral serta sifat-sifat sitem moral Indonesia supaya
bisa melandasi atau menjadi pedoman perilaku perorangan, kelompok-kelompok
dalam masyarakat.

Adapun kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila pertama antara lain:
1.    Pendidikan agama
Pendidikan agama di Indonesia telah diadakan sejak tahun 1950, dengan dibentuknya
panitia bersama yang dipimpin Prof. Mahmud yunus dari Departemen Agama, Mr. Hadi dari
Departemen P dan K, hasil dari panitia itu adalah SKB yang dikeluarkan pada bulan Januari.
Isinya ialah:
a. Pendidikan agama yang diberikan mulai kelas IV Sekolah Rakyat.
b. Di daerah-daerah yang masyarakat agamanya kuat, maka pendidikan agama diberikan mulai
kelas I SR dengan catatan bahwa pengetahuan umumnya tidak boleh berkurang dibandingkan
dengan sekolah lain yang pendidikan agamanya diberikan mulai kelas IV.
c. Di sekolah Lanjutan Pertama dan Tingkat Atas (umum dan kejuruan) diberikan pendidikan
agama sebanyak 2 jam seminggu.
d. Pendidikan agama diberikan kepada murid-murid sedikitnya 10 orang dalam satu kelas dan
mendapat izin dari orang tua / walinya.
e. Pengangkatan guru agama, biaya pendidikan agama, dan materi pendidikan agama ditanggung
oleh Departemen Agama.
Kebijakan ini sesuai dengan sila pertama pancasila yang menjamin penduduk untuk memeluk
agama masing-masing dan beribadah menurut agamanya, Menjamin berkembang dan tumbuh
suburnya kehidupan beragama, Negara memberi fasilitator bagi tumbuh kembangnya agama dan
iman warga negara dan mediator ketika terjadi konflik agama. Faktor pendukung lainnya adalah
dalam sidang pleno MPRS, pada bulan Desember 1960 diputuskan sebagai berikut:
“Melaksanakan Manipol Usdek dibidang mental/agama/kebudayaan dengan syarat spiritual dan
material agar setiap warga Negara dapat mengembangkan kepribadiannya dan kebangsaan
Indonesia serta menolak pengaruh-pengaruh buruk kebudayaan asing (Bab II Pasal 2 ayat 1)”.
Dalam ayat 3 dari pasal tersebut dinyatakan bahwa: “Pendidikan agama menjadi mata pelajaran
di sekolah-sekolah umum, mulai sekolah dasar sampai Universitas,”

2. Adanya kementrian agama Republik Indonesia.


Keberadaan Departemen Agama dalam struktur pemerintah Republik Indonesia
melalui proses panjang. Sebagai bagian dari pemerintah negara Republik
Indonesia; Kementerian Agama didirikan pada 3 Januari 1946. Dasar hukum
pendirian ini adalah Penetapan Pemerintah tahun 1946 Nomor I/SD tertanggal 3
Januari 1946.
Mohammad Yamin adalah orang yang mula-mula mengusulkan dalam salah satu
sidang BPUPKI agar pemerintah Republik Indonesia, di samping mempunyai
kementerian pada umumnya, seperti luar negeri, dalam negeri, keuangan, dan
sebagainya, membentuk juga beberapa kementerian negara yang khusus. Salah satu
kementerian yang diusulkannya ialah Kementerian Islamiyah, yang katanya,
memberi jaminan kepada umat Islam (masjid, langgar, surau, wakaf) yang di
tanah Indonesia dapat dilihat dan dirasakan artinya dengan kesungguhan hati.
Tetapi meskipun beberapa usulnya tentang susunan negara bisa diterima
dan menjadi bagian dan UUD 1945, usulnya tentang ini tidak begitu mendapat
sambutan.
Ketika Kabinet Presidential dibentuk di awal bulan September 1945,
jabatan Menteri Agama belum diadakan. Demikian halnya, di bulan Nopember,
ketika kabinet Presidential digantikan oleh kabinet parlementer, di bawah.
Perdana Menteri Sjahrir. Usulan pembentukan Kementerian Agama pertama kali
diajukan kepada BP-KNIP (Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat) pada
11 Nopember 1946 oleh K.H. Abudardiri, K.H. Saleh Suaidy, dan M. Sukoso
Wirjosaputro, yang semuanya merupakan anggota KNIP dari Karesidenan Banyumas.
Usulan ini mendapat dukungan dari Mohammad Natsir, Muwardi, Marzuki Mahdi, dan
Kartosudarmo yang semuanya juga merupakan anggota KNIP untuk kemudian
memperoleh persetujuan BP-KNIP.
Sebagai realisasi, pada 3 Januari 1946 pemerintah mengeluarkan ketetapan
yang antara lain berbunyi: Presiden Republik Indonesia, Mengingat: Usul
Perdana Menteri dan Badan Pekerja Komite Nasional Pusat, memutuskan:
Mengadakan Departemen Agama. Keputusan dan penetapan pemerintah ini
dikumandangkan di udara oleh RRI ke seluruh dunia, dan disiarkan oleh pers
dalam, dan luar negeri, dengan H. Rasjidi BA sebagai Menteri Agama yang
pertama.

3. Diakuinya enam Agama resmi di Indonesia


Ketetapan Presiden No 1 Tahun 1965 Tentang Pencegahan Penyalahgunaan dan/atau
Penodaan Agama pasal 1 menyatakan bahwa, "Agama-agama yang dipeluk oleh
penduduk di Indonesia ialah Islam, Kristen (Protestan), Katolik, Hindu, Budha
dan Khong Hu Cu (Confusius)"
Pada tahun 1969, UU No. 5/1969 dikeluarkan, menggantikan keputusan presiden
mengenai enam agama resmi. Namun, hal ini berbeda dalam praktiknya. Pada 1978,
Menteri Dalam Negeri mengeluarkan keputusan bahwa hanya ada lima agama resmi,
tidak termasuk Konghucu.
Pada tanggal 27 Januari 1979, dalam suatu pertemuan kabinet, dengan kuat
memutuskan bahwa Konghucu bukanlah suatu agama. Keputusan Menteri Dalam Negeri
telah dikeluarkan pada tahun 1990 yang menegaskan bahwa hanya ada lima agama
resmi di Indonesia.
Namun, setelah reformasi Indonesia tahun 1998, ketika kejatuhan Soeharto,
Abdurrahman Wahid dipilih menjadi presiden yang keempat. Wahid mencabut
instruksi presiden No. 14/1967 dan keputusan Menteri Dalam Negeri tahun 1978.
Agama Konghucu kini secara resmi dianggap sebagai agama di Indonesia. Kultur
Tionghoa dan semua yang terkait dengan aktivitas Tionghoa kini diizinkan untuk
dipraktikkan. Warga Tionghoa Indonesia dan pemeluk Konghucu kini dibebaskan
untuk melaksanakan ajaran dan tradisi mereka. Seperti agama lainnya di
Indonesia yang secara resmi diakui oleh negara.

4. Menjadikan hari besar keagamaan sebagai hari libur nasional.


Hari libur nasional telah ditetapkan oleh negara melalui Keppres No. 251 Tahun
1967 tentang Hari-Hari Libur, Keppres No. 10 Tahun 1971 tentang Hari Wafat Isa
Al-masih Dinyatakan Sebagai Raya/Hari Libur , Keppres No. 3 Tahun 1983 yang
menambahkan hari raya Waisak dan Nyepi sebagai Hari Libur Nasional, dan
Keppres Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hari Tahun Baru Imlek.
Adapun hari besar agama di Indonesia yang ditetapkan menjadi hari libur nasional keagamaan
antara lain:

1. Untuk Agama Budha:

o    Hari Raya Waisak : Waisak dirayakan pada bulan Mei saat terang bulan untuk memperingati
peristiwa lahirnya Siddharta (623 SM), Siddharta menjadi Budha (588 SM), dan wafatnya Budha
Gautama (543 SM)

2. Untuk Agama Hindu:

o    Hari Raya Nyepi : Merupakan perayaan tahun baru Hindu. Perayaan tahun baru ini dimulai
dengan kegiatan menyepi yang bertujuan untuk untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia)
dan Bhuana Agung (alam semesta).

3. Untuk Agama Islam:

o    Tahun Baru Hijriyah : Merupakan perayaan tahun baru islam yang diperingati setiap tanggal 1
Muharam dalam sistem penanggalan Hijriyah.
o    Maulid Nabi Muhammad : Merupakan peringatan peristiwa lahirnya Nabi Muhammad SAW yang
diperingati setiap tanggal 12 Rabiul Awal sistem penanggalang Hijriyah.
o    Isra Mikraj : Merupakan peringatan peristiwa isra mikraj Nabi Muhammad yang diperingati pada
tanggal 27 Rajab (Hijriyah). Isra merupakan peristiwa diberangkatkannya Nabi Muhammad oleh
Allah dari Masjidil Haram (Mekkah) menuju Masjidil Aqsa (Palestina) yang dilanjutkan dengan
Mikraj yaitu Nabi dinaikkan dari bumi ke Sidratul Munthoha untuk menerima perintah
kewajiban sholat. Peristiwa ini terjadi dalam waktu semalam.
o    Hari Idul Fitri : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 1 Syawal dalam
penanggalan Hijriyah sebagai akhir dari pelaksanaan ibadah puasa.
o    Hari Raya Idul Adha : Merupakan hari raya Islam yang diperingati pada tanggal 10 Dzulhijah.
Idul Adha menjadi puncak pelaksanaan ibadah haji dan pelaksanaan ibadah qurban.

4. Untuk Agama Khong Hu Chu:

o    Tahun Baru Imlek : Merupakan perayaan tahun baru dalam sistem penanggalan Tionghoa.
5. Untuk Agama Katolik dan Kristen:

o    Wafat Isa Almasih : Merupakan peringatan wafatnya Isa Almasih yang dikenal juga sebagai
Jumat Agung. Jumat Agung diperingati pada hari Jumat sebelum Paskah.
o    Kenaikan Isa Almasih : Merupakan hari raya Kristen untuk memperingati peristiwa naiknya
Yesus ke surga yang diperingati pada hari ke-40 setelah Paskah.
o    Hari Natal : Merupakan hari raya Kristen yang diperingati pada tanggal 25 Desember untuk
memperingati hari kelahiran Yesus Kristus.
B.    Sila Kedua, “Kemanusiaan yang Adil dan Beradab”
Makna yang terkandung dalam sila Kemanusiaan yang Adil dan Beradab
adalah mengandung nilai suatu kesadaran sikap moral dan tingkah laku manusia
yang didasarkan pada potensi budi nurani manusia dalam hubungan dengan norma-
norma dan kebudayaan pada umumnya baik terhadap diri sendiri, terhadap sesama
manusia maupun terhadap lingkungannya. Nilai kemanusiaan yang adil mengandung
suatu makna bahwa hakikat manusia sebagai makhluk yang berbudaya dan beradab
harus berkodrat adil. Hal ini mengandung suatu pengertian bahwa hakikat
manusia harus adil dalam hubungan dengan diri sendiri, adil terhadap manusia
lain, adil terhadap masyarakat bangsa dan negara, adil terhadap lingkungannya
serta adil terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Nilai kemanusiaan yang beradab
mengandung makna bahwa beradab erat kaitannya dengan aturan-aturan hidup, budi
pekerti, tata krama, sopan santu, adat istiadat, kebudayaan, kemajuan ilmu
pengetahuan, dsb. Semua aturan diatas bertujuan untuk menjaga agar manusia
tetap beradab, tetap menghargai harkat dan derajat dirinya sebagai manusia.
Adab diperlukan agar manusia bisa meletakkan diri pada tempat yang sesuai.
Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila kedua contohnya yaitu:
a.      Menegakkan HAM
Pemerintah berusaha semaksilmal mungkin menegakkan Hak Asasi Manusia dengan
membuat peraturan-peraturan HAM . Peraturan HAM dalam Konstitusi Negara
diantaranya sebagai berikut:

 Undang-Undang Dasar Tahun 1945

Jaminan perlindungan tentang hak asasi manusia yang terdapat dalam Undang-Undang Dasar
Tahun 1945, diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Hak atas persamaan kedudukan dalam hukum dan pemerintahan, pasal 27 Ayat (1)
2. Hak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak, pasal 27 Ayat (2)
3. Hak berserikat dan berkumpul, mengeluarkan pikiran dan lisan dan tulisan, pasal 28
4. Hak memeluk dan beribadah sesuai dengan ajaran agama, pasal 29 Ayat (2)
5. Hak dalam usaha pembelaan negara, pasal 30
6. Hak mendapat pengajaran, pasal 31
7. Hak menikmati dan mengembangkan kebudayaan nasional dan daerah, pasal 23
8. Hak dibidang perekonomian, pasal 33.
9. Hak fakir miskin dan anak terlantar dipeiharaan oleh negara, pasal 34.
 Undang-Undang

Peraturan HAM juga dapat dilihat dalam Undang-Undang Yang pernah dikeluarkan oleh
pemerintah Indonesia. Antara lain sebagai berikut:

1. UU Nomor 5 Tahun 1998 tentang Ratifikasi Konvensi Anti penyiksaan, Perlakuan atau
penghukuman yang kejam, tidak manusiawi dan merendahkan martabat.
2. UU Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kebebasan Menyampaikan Pendapat.
3. UU Nomor 11 Tahun 1998 tentang Amandemen terhadap UU Nomor 25 Tahun 1997
tentang Hubungan Perubahan.
4. UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.
5. UU Nomor 19 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 105 tentang
Penghapusan Pekerja Secara Paksa
6. UU Nomor 20 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 138 tentang Usia
Minimum Bagi Pekerja
7. UU Nomor 21 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi ILO Nomor 11 tentang
Diskriminasi dalam Pekerjaan
8. UU Nomor 26 Tahun 1999 tentang Pencabutan UU Nomor 11 Tahun 1963 tentang tindak
Pidana Subversi
9. UU Nomor 29 Tahun 1999 tentang Rativikasi Konvensi Penghapusan Segala Bentuk
Diskriminasi
10. UU Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
11. UU Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers
12. UU Nomor 26 Tahun 2000 tentang Pengadilan HAM
13. UU Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara.

 Peraturan Pemerintah dan Keputusan Presiden

Pengaturan HAM dalam peraturan pemerintah dan keputusan Presiden, di antaranya


adalah sebagai berikut.

1. Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang (Perpu) Nomor 1 Tahun 1999


tentang Pengadilan HAM
2. Keputusan Presiden (Kepres) Nomor 181 Tahun 1998 tentang Pendirian
Komisi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Wanita
3. Keputusan Presiden Nomor 129 Tahun 1998 tentang Rencana Aksi Nasional
Hak Asasi Manusia tahun 1998-2003, yang memuat rencana ratifikasi
berbagai instrumen hak asasi manusia Perserkatan Bangsa-Bangsa serta
tindak lanjutnya
4. Keputusan presiden Nomor 31 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan
Hak Asasi Manusia pada
5. Pengadilan Negri Jakarta Pusat, Prngadilan Negri Surabaya, dan
Pengadilan Negri Makassar
6. Keputusan Presiden Nomor 5 Tahun 2001 tentang Pembentukan Pengadilan Hak
Asasi Manusia Ad Hoc Pada
7. Pengadilan Negri Jakarta Pusat, yang diubah dengan keputusan Presiden
Nomor 96 tahun 2001
8. Keputusan Presiden Nomor 181 Tahun 1998 tentang Komosi Nasional Anti
Kekerasan terhadap Perempuan
9. Keputusan Presiden Nomor 50 Tahun 1993 tentang Komnas HAM

Keseluruhan ketentuan perundang-undangan di atas merupakan pintu pembuka bagi


strategi selanjutnya, yaitu tahap penataan aturan secara konsisten. Pada tahap
ini diupayakan mulai tumbuh kesadaran terhadap penghormatan dan penegakan HAM,
baik dikalangan aparat pemerintah maupun masyarakat karna HAM merupakan
kebutuhan dasar manusia yang perlu diperjuangkan, dihormati, dan dilindungi
oleh setiap manusia.
Penataan aturan secara konsisten memerlukan persyaratan yang harus dipenuhi,
persyaratan pertama adalah demokrasi dan supermasi hukum, kedua, HAM sebagai
tatanan sosial.
b.      Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran (PBI)
Pemerintah telah menerbitkan Peraturan No 101 Tahun 2012 tentang Penerima Bantuan Iuran
(PBI) pada penghujung tahun 2012 lalu. Peraturan itu pada intinya mengatur tentang siapa saja
yang berhak menerima bantuan pembayaran iuran jaminan kesehatan dari pemerintah yang
diambil dari APBN. Jaminan Kesehatan ini akan mulai berlaku pada 1 Januari 2014.
Dalam peraturan itu, PBI Jaminan Kesehatan ditujukan untuk fakir miskin dan orang tidak
mampu. Fakir miskin didefinisikan sebagai orang yang sama sekali tidak mempunyai mata
pencaharian atau mempunyai mata pencaharian tapi tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan
dasar yang layak bagi dirinya dan keluarganya.
Sedangkan golongan orang tidak mampu adalah orang yang mempunyai sumber mata
pencaharian, gaji atau upah, yang hanya mampu memenuhi kebutuhan dasar yang layak namun
tidak mampu membayar iuran bagi dirinya dan keluarganya.
Pihak yang berwenang untuk menetapkan kriteria fakir miskin dan orang tidak mampu adalah
Kementerian Sosial setelah melakukan koordinasi dengan Menteri dan/atau pimpinan lembaga
terkait. Antara lain Kementerian Kesehatan, Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi serta
Kementerian Dalam Negeri.
c.       Kebijakan Hukum
Kebijakan yang sesuai dengan nilai-nilai pancasila yaitu kebijakan terkait pemberian hukuman,
pemberian remisi, asimilasi dan grasi. Semua kebijakan tersebut diatur dalam undang-undang.
C.     Sila Ketiga, “Persatuan Indonesia”
Sila ke -3 ini mempunyai maksud mengutamakan persatuan atau kerukunan bagi seluruh
rakyat Indonesia yang mempunyai perbedaan agama, suku, bahasa, dan budaya. Sehingga dapat
disatukan melalui sila ini berbeda-beda tetapi tetap satu atau disebut dengan Bhineka Tunggal
Ika. Persatuan Indonesia mengutamakan kepentingan dan keselamatan negara ketimbang
kepentingan golongan pribadi atau kelompok seperti partai. Hal yang dimaksudkan adalah sangat
mencintai tanah air Indonesia dan bangga mengharumkan nama Indonesia. Sila ini menanamkan
sifat persatuan untuk menciptakan kerukunan kepada rakyat Indonesia.
Sila yang mempunyai lambang pohon beringin ini bermaksud memelihara ketertiban yang
berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam nilai Persatuan Indonesia terkandung nilai bahwa negara adalah sebagai penjelmaan
sifat kodrat manusia monodualis yaitu sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Negara
merupakan suatu persekutuan hidup bersama diantara elemen-elemen yang membentuk negara
yang berupa suku, ras, kelompok, golongan, maupun kelompok agama. Oleh karena itu
perbedaan adalah merupakan bawaan kodrat manusia dan juga merupakan ciri khas elemen-
elemen yang membentuk Negara. Konsekuensinya negara adalah beraneka ragam tetapi satu,
mengikatkan diri dalam suatu persatuan yang dilukiskan dalam suatu seloka Bhineka Tunggal
Ika. Perbedaan bukannya untuk diruncingkan menjadi konflik dan permusuhan melainkan
diarahkan pada suatu sintesa yang saling menguntungkan yaitu persatuan dalam kehidupan
bersama untuk mewujudkan tujuan bersama.
Negara mengatasi segala paham golongan, etnis, suku, ras, individu, maupun golongan
agama. Mengatasi dalam arti memberikan wahana atas tercapainya harkat dan martabat seluruh
warganya. Negara memberikan kebebasan atas individu, golongan, suku, ras, maupun golongan
agama untuk merealisasikan seluruh potensinya dalam kehidupan bersama yang bersifat integral.
Oleh karena itu tujuan negara dirumuskan untuk melindungi segenap warganya dan seluruh
tumpah darahnya, memajukan kesejahteraan umum (kesejahteraan seluruh warganya)
mencerdaskan kehidupan warganya, serta kaitannya dengan pergaulan dengan bangsa-bangsa
lain di dunia untuk mewujudkan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan
keadilan sosial.
Nilai persatuan Indonesia didasari dan dijiwai oleh sila Ketuhanan Yang Maha Esa dan
Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Hal itu terkandung nilai bahwa bahwa nasionalisme
Indonesia adalah nasionalisme religious yaitu nasionalisme yang bermoral Ketuhanan Yang
Maha Esa. Nasionalisme yang humanitik yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia
sebagai makhluk Tuhan. Oleh karena itu nilai-nilai nasionalisme ini harus tercermin dalam
segala aspek penyelenggaraan Negara.
      Butir-butir dari Sila ke-3 Pancasila :
1)      Mampu menempatkan persatuan, kesatuan, serta kepentingan dan keselamatan bangsa dan
negara sebagai kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi dan golongan.
2)      Sanggup dan rela berkorban untuk kepentingan negara dan bangsa apabila diperlukan.
3)      Mengembangkan rasa cinta kepada tanah air dan bangsa.
4)      Mengembangkan rasa kebanggaan berkebangsaan dan bertanah air Indonesia.
5)      Memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan
sosial.
6)      Mengembangkan persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal Ika.
7)      Memajukan pergaulan demi persatuan dan kesatuan bangsa.
Kebijakan Pemerintah yang sesuai dengan sila ‘Persatuan Indonesia’ antara
lain :
a.      Mewajibkan pelaksanaan Upacara Bendera
Terkait Kewajiban pelaksanaan upacara bendera diatur dalam:
1. UUD RI Tahun 1945
2. UU no. 09 Tahun 2010 tentang Keprotokolan
3. UU no. 24 tahun 2009 tentang Bendera, Bahasa, dan Lambang Negera, serta
Lagu Kebangsaan
4. PP no. 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil
5. PP 62 tahun 1990 tentang Ketentuan Protokol tentang Tata Tempat, Tata
Upacara dan Tata Penghormatan
6. PP no. 40 Tahun 1958 tentang Bendera Kebangsaan RI
7. Keppes  49 tahun 1970  tentang penyerahan duplikat bendera merah putih ke
setiap daerah tingkat II
8. Permendikbud no. 16 Tahun 2012 tentang Kode Etik Pegawai
9. Permendiknas no. 39 Tahun 2008 tentang Pembinaan kesiswaan
Kebijakan terkait Upacara bendera tersebut sesuai sila ketiga “Persatuan
Indonesia”. Karena dengan melaksanakan upaca bendera dapat memperkuat
persatuan dan kesatuan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
b.      Kementrian Pertahanan
Adanya kementrian pertahanan ini merupakan penerapan Nilai Keutuhan Kesatuan
dan Persatuan bangsa indonesia. Fungsi utamanya yaitu untuk mempertahankan
keutuhan NKRI. Mencegah serangan-serangan dari dalam maupun dari luar yang
mengancam persatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
c.       Pendidikan Pancasila
Dengan adanya pendidikan pancasila, diharapkan generasi penerus bangsa bisa
memahami Ideologi bangsa Indonesia. Dengan begitu bangsa indonesia tidak mudah
terpengaruh dengan ideologi-ideologi asing yang tidak sesuai dengan kebudayaan
bangsa Indonesia.
Pendidikan Pancasila mengarahkan perhatian pada moral yang diharapkan
diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari, yaitu perilaku yang memancarkan iman
dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa dalam masyarakat yang terdiri atas
berbagai golongan agama, perilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan
beradab, perilaku kebudayaan, dan beraneka ragam kepentingan perilaku yang
mendukung kerakyatan yang mengutamakan kepentingan bersama di atas kepentingan
perorangan dan golongan. Dengan demikian, perbedaan pemikiran, pendapat, atau
kepentingan diatasi melalui keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
D.    Sila ke Empat, ”Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam Permusyawaratan dan Perwakilan “
Sila ke-4 yang mana berbunyi “kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan”. Sebuah kalimat yang secara
bahasa membahasakan bahwa Pancasila pada sila ke 4 adalah penjelasan Negara
demokrasi.
Sebuah keputusan pada intinya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak
lain. Sebelum diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu
diadakan musyawarah. Keputusan  dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk mencapai
mufakat ini, diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas Bangsa Indonesia.
Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat,
dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga
perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi.
Kebijakan pemerintah yang sesuai dengan sila ke-4 antara lain:
1.      Tidak melarang adanya unjuk rasa
Kebebasan menyampaikan pendapat melalui unjuk rasa atau demonstrasi
merupakan bagian dari implementasi prinsip sila keempat pancasila.
Pemerintah tidak melarang adanya unjuk rasa atau berpendapat di muka umum.
kebebasan berpendapat di muka umum dijamin oleh:
  Landasan Idiil
Yaitu Pancasila terdapat dalam sila ke IV "Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan atau perwakilan".

   Landasan Konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945 :


a)       Pasal 28 menyatakan Kemerdekaan berserikat dan berkumpul, mengeluarkan
pikiran dengan lis an dan tulisan dan sebagainya ditetapkan dengan undang-
undang .
b)      Pasal  28E Ayat (3) menyatakan Setiap orang berhak atas kebebasan
berserikat, berkumpul dan mengeluarkan pendapat

   Landasan Operasional


a)       Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1998 tentang Kemerdekaan Menyampaikan
Pendapat di Muka Umum.
 Pasal 2
a.   Ayat (1) “Setiap warga Negara, secara perorangan atau kelompok, bebas
menyampaikan pendapat sebagai perwujudan hak dan tanggung jawab
berdemokrasi dalam kehidupan bermasyarakat, berkumpul, dan bernegara”
b.  Ayat (2) “penyampaian pendapat di muka umum dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan undang-undang ini”
 Pasal 8 menyatakan “Masyarakat berhak berperan serta secara bertanggung
jawab untuk berupaya agar penyampaian pendapat di muka umum berlangsung
secara umum, tertib, dan damai”
b)      UU No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
 Pasal 23
a.   Ayat (2) “Setiap orang berhak untuk mempunyai, mengeluarkan dan
menyebarluaskan pendapat sesuai hati nuraninya, secara lisan dan atau tulisan
melalui media cetak maupun elektronik dengan memperhatikan nilai-nilai agama,
kesusilaan, ketertiban, kepentingan umum dan keutuhan bangsa”.

 Pasal 25 menyatakan “Setiap orang berhak untuk menyampaikan pendapat di


muka umum, termasuk hak untuk mogok sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan”
 Pasal 32 menyatakan “Kemerdekaan dan rahasia dalam hubungan surat-
menyurat termasuk hubungan komunikasi melalui sarana elektronik tidan boleh
diganggu, kecuali atas perintah hakim atau kekuasaan lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan”
 Pasal 60
a.   Ayat (2) “Setiap anak berhak mencari, menerima, dan memberikan informasi
sesuai dengan tingkat intelektualitas dan usianya demi pengembangan dirinya
sesuai dengan nilai-nilai kesusilaan dan kepatutan”
c)     UU No. 40 Tahun 1999 Tentang pers
d)    UU No. 32 Tahun 2002 Tentang penyiaran

2.      Sidang pleno MPR


MPR bersidang sedikitnya dua kali dalam lima tahun di ibukota negara. Sidang MPR yang
dilaksanakan biasanya membahas rancangan undang-undang, rancangan anggara, ataupun
membahas permasalahan yang ada .
Sidang MPR sah apabila dihadiri:

 sekurang-kurangnya 3/4 dari jumlah Anggota MPR untuk memutus usul DPR untuk
memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
 sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR untuk mengubah dan menetapkan
UUD
 sekurang-kurangnya 50%+1 dari jumlah Anggota MPR sidang-sidang lainnya

Putusan MPR sah apabila disetujui:

 sekurang-kurangnya 2/3 dari jumlah Anggota MPR yang hadir untuk memutus usul DPR
untuk memberhentikan Presiden/Wakil Presiden
 sekurang-kurangnya 50%+1 dari seluruh jumlah Anggota MPR untuk memutus perkara
lainnya.

Sebelum mengambil putusan dengan suara yang terbanyak, terlebih dahulu diupayakan
pengambilan putusan dengan musyawarah untuk mencapai hasil yang mufakat.
3.      Pemilihan Umum
Pemilihan umum sesuai dengan prinsip demokrasi yang terkandung dalam sila keempat
pancasila. Pemilu merupakan salah satu penerapan prinsip kerakyatan. factor yang
menyebabkannya sesuai dengan pancasila adalah asas LUBER, yaitu: langsung. Berarti pemilih
diharuskan memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan, umum berarti
pemilu dapat diikuti seluruh warga Negara yang sudah memiliki hak menggunakan suara, bebas
berarti pemilih diharuskan memberikan suaranya tanpa ada paksaan dari pihak manapun, dan
rahasia berarti suara yang diberikan pemilih bersifat rahasia hanya diketahui oleh si pemilih itu
sendiri.
E.     Kebijakan Pemerintah yang Sesuai dengan Nilai keadilan sosial bagi seluruh
rakyat Indonesia
  Pemberian Bantuan untuk warga miskin
Kemiskinan merupakan masalah sosial yang bersifat global, artinya kemiskinan adalah masalah
yang dihadapi dan menjadi perhatian banyak orang di dunia. Kemiskinan berhubungan dengan
kekurangan materi, rendahnya penghasilan, dan adanya kebutuhan sosial. Sehingga pemerintah
memberikan bantuan BLT berupa uang tunai dan sembako kepada masyarakat miskin. Di
Indonesia terdapat kecenderungan bahwa seakan-akan kemiskinan hanya diberantas oleh
program-program pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan seolah mencakup pemberian modal
usaha untuk membuka warung kecil di sudut kampung, pemberian sapi atau kambing untuk
peternakan dan pelatihan keterampilan perbengkelan atau kerajinan tangan. Asumsinya
sederhana, jika orang miskin diberi modal dan dilatih, maka mereka akan memiliki pekerjaan
dan pendapatan, sehingga kehidupan mereka bisa menjadi lebih baik.

  Asuransi Kesejahteraan Sosial


Penelitian evaluasi Program Jaminan Kesejahteraan Sosial: Asuransi
Kesejahteraan Sosial ini bertujuan memahami proses dan hasil pelaksanaan
program. Instrument utama dalam menganalisis data lapangan menggunakan konsep
asuransi sosial, yaitu suatu mekanisme pengumpulan dana yang bersifat wajib
yang berasal dari iuran guna memberikan perlindungan atas resiko sosial
ekonomi yang menimpa peserta dan/atau anggota keluarganya.

  Pemberian Dana Pensiun


Kementerian Keuangan memastikan 4,7 juta PNS akan mendapatkan gaji ke-13 bulan
ini. Kepastian tersebut menyusul terbitnya Peraturan Pemerintah No 33 Tahun
2011 tanggal 30 Juni 2011 tentang pemberian gaji atau pensiun tunjangan bulan
ketiga belas dalam tahun anggaran 2011 kepada pegawai negeri, pejabat negara,
dan penerima pensiun tunjangan.
Dirjen Perbendaharaan Negara Kemenkeu Agus Suprijanto dalam keterangan
tertulis yang mengatakan bahwa pengajuan surat perintah membayar oleh masing-
masing satuan kerja akan segera dilakukan. Untuk PNS pusat, gaji ke-13 akan
dibayarkan langsung ke rekening masing-masing, sementara untuk PNS daerah akan
dibayarkan melalui APBD masing-masing daerah. Sebagai tindak lanjut dari
peraturan tersebut, telah terbit peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan
mengenai petunjuk teknis pemberian gaji 13 tersebut yaitu Peraturan Direktur
Jenderal Perbendaharaan No 38/PB/2011. Sementara, gaji ke-13 untuk penerima
pensiun atau tunjangan akan dibayarkan melalui PT Taspen (Persero) atau PT
Asabri (Persero).

       Mendirikan Pustu/Puskesmas Pembantu di Setiap Daerah


Untuk mensejahterakan rahyat, tidak hanya dengan serangkaian materi tetapi
kesehatan itu lebih penting, karena itu pemerintah mengeluarkan kebijakan
berupa pendirian puskesmas-puskesmas di setiap daerah, dengan tujuan agar
semua rakyatnya bisa hidup sehat, tanpa mengidap penyakit yang parah dengan
biaya yang murah bahkan pengobatan gratis.
G. Kebijakan pemerintah apa saja yang tidak sesuai dengan pancasila

Seperti yang dikatakan Syamsul Hilal, anggota DPRD Sumatera Utara , dalam acara Dialok Publik di
Universitas Darma Agung , tanggal 5 Juli 2011 , mengungkapakan bahwa problem utamanya ada pada
perilaku demokrasi kita, perilaku demokrasi kita saat ini merupakan bentuk yang menyimpang dari
demokrasi sebagaimana yang digariskan oleh para pendiri bangsa kita. One man eno voot adalah
semangat demokrasi liberal yang tentu dapat merusak sistem demokrasi kita dengan semangat dasarnya
adalah musyawarah mufakat. Penerapan demokrasi liberal disusul pula dengan penerapan demokrasi
ekonomi. Sektor-sektor ekonomi makro kini sudah dikuasai asing sehingga kita tidak memiliki
kedaulatan untuk mengelola sumberdaya alam, yang sangat vital bagi pertumbuhan dan pembangunan
ekonomi kita

Sebagai salah satu contoh yang secara nyata adalah bahwa Undang-undang pokok agraria merupakan
bentuk kedaulatan atas tanah untuk rakyat banyak. Setelah adanya undang-undang pokok agraria
semua perkebunan eks masa belanda semestinya sudah dikembalikan kepada rakyat setelah 20 tahun
berlakunya UU PA, namun hingga saat ini Undang-undang Pokok Agraria ini samasekali tidak pernah
diterapkan.

Contoh lain adalah bahwa asing dapat menguasai pertambangan kita sampai 80%, belum lagi perbankan
juga sudah dikuasai asing 80%, lalu dalam konteks kekinian jelaslah bahwa Negara telah melakukan
penghianatan besar-besar terhadap Pancasila. Pancasila tidak lagi menjadi semangat yang mendasari
perilaku Negara dalam mengambil kebijakan publik dalam penyusunan peraturan dan perundangan.
BAB II
PENUTUP
A. Kesimpulan

Dari pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:Pancasila adalah dasar
Negara Republik Indonesia, ideologi Negara Indonesia, sekaligus menjadi
pandangan hidup bangsa Indonesia. Oleh karena itu, pengamalannya harus
dilakukan oleh setiap elemen bangsa Indonesia, baik dari masyarakat pada
umumnya hingga disetiap penyelenggara negara. Karena Pancasila merupakan pedoman
bagi bangsa Indonesia, maka sudah seharusnya kebijaka-kebijakan yang dibuat pemerintah harus
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila.

B. Saran

Sebagai warga negara indonesia, sudah seharusnya kita mengamalkan nilai-nilai


pancasila.Jadi, marilah kita mengamalkan nilai-nilai pancasila itu salah satunya dengan cara
menjalankan aturan-aturan yang telah dibuat sesuai dengan pancasila.Makalah yang kami susun
semoga bisa membantu kita lebih memahami tentangpenerapan pancasila dalam kehidupan.
Mohon permakluman dari semuanya jika dalam makalah kami ini masih terdapat banyak
kekeliruan baik bahasa maupun pemahaman. Karena tiadalah sesuatu yang sempurna yang bisa
manusia ciptakan
DAFTAR PUSTAKA

o Chainur Arrsjid, 2000, dasar-dasar ilmu hukum, Cet. Pertama, Sinar Grafika,
Jakarta.

o Darmoharjo, D & Shidarta, 1996. Penjabaran Nilai-nilai Pancasila dalam Sistem


-Hukum Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada (Rajawali Pers)

o Darmoharjo, D. & Shidarta, Pokok-pokok Filsafat Hukum, Jakarta : Gramedia


Pustaka Utama

o Notohamidjoyo, O., 1975. Soal-soal Pokok Filsafat Hukum, Jakarta : BPK Gunung
Mulia.

o Wignodipoero Soerojo,1969, Pengantar Ilmu Hukum, Jakarta, Gunung Agung


www.kompas.com
o Kompas.com,06/02/2020,21:00WIB Kebijakan Publik: Pengertian, Tujuan dan Ciri-ciri di
https://www.kompas.com/skola/read/2020/02/06/210000269/kebijakan-publik--pengertian-
tujuan-dan-ciri-ciri?page=all.
o Kompas.com ,5 Juli 2011  , Dialog Publik: Pancasila Dalam Pembuatan Kebijakan Publik ,
di
https://www.kompasiana.com/jonedimanalu/5500f0ada333111d725122d3/dialog-publik-
pancasila-dalam-pembuatan-kebijakan-publik

Anda mungkin juga menyukai