Anda di halaman 1dari 10

BERPIKIR KRITIS

“WACANA”

Disusun Oleh:
Nadya Arya Wirawan
Pinky Cindi Cindora

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTRIAN KESEHATAN


BENGKULU JURUSAN KEBIDANAN PRODI
PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
TAHUN 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul
“WACANA”Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua dan untuk kepentingan
proses belajar.Bersama ini kami juga menyampaikan terima kasih kepada dosen saya yang
telah membimbing kami untuk menyelesaikan makalah ini. Melalui kata pengantar ini penulis
lebih dahulu meminta maaf dan memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada
kekurangan dan ada tulisan yang kami buat kurang tepat.Dalam penyusunan makalah ini
tentu jauh dari sempurna, oleh karena itu segala kritik dan saran sangat kami harapkan demi
perbaikan dan penyempurnaan makalah ini dan untuk pelajaran bagi kita semua dalam
pembuatan di masa mendatang. Semoga dengan adanya tugas ini kita dapat belajar bersama
demi kemajuan kita dan kemajuan ilmu pengetahuan.

Bengkulu, 12 September 2020

 Penyusun
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

Latar Belakang i

Tujuan ii

BAB II PEMBAHASAN

Pengertian Wacana 1
Jenis wacana menurut realitas 2
Media komunikasi Wacana 3
Cara Penuturan Wacana 4
Cara Pembeberan wacana 5
BAB III PENUTUP

Kesimpulan 8

BAB IV DAFTAR PUSTAKA


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kali mendengar kata-kata wacana. Apa yang
kita ucapakan mungkin saja semuanya adalah wacana, asalkan dapat dipahami apa
maksud ucapan itu. Istilah wacana itu sendiri berasal dari kata sansekerta yang
bermakna ucapan atau tuturan. Tarigan (2009:27) mengemukakan bahwa wacana adalah
satuan bahasa yang paling lengkap, lebih tinggi dari klausa dan kalimat, memiliki kohesi
dan koherensi yang baik, mempunyai awal dan akhir yang jelas, berkesinambungan, dan
dapat disampaikan secara lisan atau tertulis
Wacana dikatakan satuan bahasa yang paling lengkap dan lebih tinggi dari klausa dan
kalimat, maka dapat dikatakan wacana itu berkaitan erat dengan keterampilan berbahasa
yang bersifat produkrif, yaitu berbicara dan menulis. Kita sering melakukan kegiatan
berbahasa itu, dimana kegiatan brbahasa itu dilakukan secara lisan dan tertulis.
Oleh karena itu, untuk membedakan wacana, baik lisan maupun tulis, maka penulis
akan menuliskan jenis-jenis wacana dalam beberapa bagian dan menurut para ahli.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian wacana?
2. Apa jenis wacana menurut realitasnya?
3. Apa media komunikasi wacana?
4. Bagaimana cara penuturannya?
5. Bagaimana cara pembeberannya?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa itu wacana
2. Untuk mengetahui apa jenis wacana berdasarkan realitas
3. Untuk mengetahui media komunikasi wacana
4. Untuk mengetahui cara penuturaannya
5. Untuk mengetahui cara pembeberannya
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Wacana
Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap dan terbesar/ tertinggi diatas kalimat atau
klausa  dengan koherensi dan kohesi yang berkesinambungan , yang mempunyai awal
dan akhir yang nyata disampaikan secara lisan atau tertulis. 
Menurut Alwi, dkk (2003:42) Wacana adalah rentetan kalimat yang berkaitan sehingga
membentuk makna yang serasi di antara kalimat-kalimat itu.
Menurut Tarigan (dalam Djajasudarma, 1994:5)Wacana adalah satuan bahasa terlengkap
dan tertinggi atau terbesar di atas kalimat  atau klausa dengan koherensi dan kohesi
tinggi yang berkesinambungan, yang mampu mempunyai awal dan akhir yang nyata.
Menurut Syamsuddin (1992:5) menjelaskan pengertian wacana sebagai rangkaian ujar
atau rangkaian tindak tutur yang mengungkapkan suatu hal (subjek) yang disajikan
secara teratur, sistematis, dalam satu kesatuan yang koheren, dibentuk dari unsur
segmental maupun nonsegmental bahasa.
Wacana merupakan satuan bahasa di atas tataran kalimat yang digunakan untuk
berkomunikasi dalam konteks sosial.Satuan bahasa itu dapat berupa rangkaian kalimat
atau ujaran.Wacana dapat berbentuk lisan atau tulis . Dalam peristiwa komunikasi secara
lisan, dapat dilihat bahwa wacana sebagai proses komunikasi antarpenyapa dan pesapa,
sedangkan dalam komunikasi secara tulis, wacana terlihat sebagai hasil dari
pengungkapan ide/gagasan penyapa. Disiplin ilmu yang mempelajari wacana disebut
dengan analisis wacana.Analisis wacana merupakan suatu kajian yang meneliti atau
menganalisis bahasa yang digunakan secara alamiah, baik dalam bentuk tulis maupun
lisan. Istilah wacana berasal dari kata sansekerta yang bermakna ucapan atau tuturan.
Menurut Tarigan (2009:51) wacana dapat diklasifikasikan dengan berbagai cara,
tergantung dari sudut pandang kita antara lain:
1. Berdasarkan tertulis atau tidaknya wacana
2. Berdasarkan langsung atau tidaknya pengungkapan wacana
3. Berdasarkan cara penuturan wacana
Berdasarkan apakah wacana itu disampaikan dengan media tulis atau media lisan, maka
wacana dapat diklasifikasikan atas;
1. Wacana tulis
2. Wacana lisan
Berdasarkan cara atau cara menuturkannya, maka wacana dapat diklasifikasikan atas:
1. Wacana prosa
2. Wacana puisi
3. Wacana drama
B. Jenis Wacana Berdasarkan Realitas
Wacana tulis atau written discourse adalah wacana yang di sampaikan secara tertulis,
melalui media tulis. Untuk menerima, memahami, atau menikmati maka para penerima
harus membacanya. Sedangkan wacana lisan adalah jenis wacana yang disampaikan
secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal.
Menurut Djajasudarma (2006:6), jenis wacana dapat dikaji dari segi eksistensinya
(realitasnya):
1. Realitas Wacana
Realitas wacana dalam hal ini adalah eksistensi wacana yang berupa verbal dan
nonverbal. Rangkaian kebahasaan verbal atau language exist (kehadiran
kebahasaan) dengan kelengkapan struktur bahasa, mengacu pada struktur apa
adanya; nonverbal atau language likes mengacu pada wacana sebagai rangkaian
nonbahasa (rangkaian isyarat atau tanda-tanda yang bermakna)
2. Media Komunikasi Wacana
Wujud wacana sebagai media komunikasi berupa rangkaian ujaran lisan dan tulis.
Sebagai media komunikasi wacana lisan, wujudnya dapat berupa sebuah percakapan
atau dialog lengkap dan penggalan percakapan. Wacana dengan media komunikasi
tulis dapat berwujud sebuah teks, sebuah alinea, dan sebuah wacana.
3. Pemaparan Wacana
Pemaparan wacana sama dengan tinjauan isi, cara penyusunan, dan sifatnya.
Berdasarkan pemaparan, wacana meliputi naratif, prosedural, hortatori, ekspositori,
dan deskriptif.
4. Jenis Pemakaian Wacana
Jenis pemakaian wacana berwujud monolog, dialog, dan polilog. Wacana monolog
merupakan wacana yang tidak melibatkan bentuk tutur percakapan atau pembicaraan
antara dua pihak yang berkepentingan. Wacana yang berwujud dialog berupa
percakapan atau pembicaraan antara dua pihak. Wacana polilog melibatkan
partisipan pembicaraan di dalam konservasi.
C. Media Wacana
Berawal dari arti Media menurut KBBI adalah Alat atau sarana komunikasi diantara dua
pihak, yang biasa disebut perantara. Kemudian menurut para ahli media adalah segala
betuk dan saluran yang digunakan untuk meyampaikan informasi atau pesan. Yaitu
bentuk jamak dari “medium” yang memiliki arti perantara. Dari kedua penjelasan berikut
menandakan bahwa media adalah alat atau sarana perantara diantara dua orang untuk
melakukan komunikasi perpindahan pesan.
Sementara itu Wacana menurut KBBI yaitu Komunikasi Verbal, percakapan. Kemudian
bagi salah satu ahli mengatakan bahwa Wacana berarti komunikasi pikiran dengan kata-
kata, ekspresi ide-ide atau gagasan-gagasan, dan konversasi atau percakapan dapat juga
diartikan Risalat tulis, disertasi formal, ceramah dan khotbah (Webster, 1983: 522).
Maka, melalui arti dari media dan wacana berarti pemaknaan isi media berupa kata-kata,
ekspresi ide yang tersampaikan oleh media sebagai alat komunikasi massa terhadap
masyarakat. Jadi, bentuk fisik dari adanya wacana adalah konteks-konteks yang
ditonjolkan dan dibahas di dalam teks dari media. Semisal, pada media televisi terdapat
berita yang berisi tentang pembahasan mengenai Penodaan Agama, disini para pelaku
media menyusun bagaimana cara untuk mempengaruhi pendapat masyarakat mengenai
kasus tersebut melalui teks-teks dan simbol-simbol yang terdapat didalamnya. Tujuannya
adalah untuk memberikan informasi kepada orang lain
Contoh seseorang meng-update hanya bergambar kopi dan rumah beserta emoji awan
mendung di akun media sosialnya (Instagram, line, Path, atau Whatsapp), tentu bagi
orang awam akan kesulitan untuk memahaminya. Namun, bagi pelaku komunikasi tentu
akan memiliki dua makna. Pertama, memiliki makna bahwa si dia sedang minum kopi di
rumah saat awan mendung. Kedua, memiliki makna kalau si dia ingin minum kopi di
tempat mengopi setelah hujan datang. Nah, disinilah pemaknaan dari teks yang
disampaikan oleh si dia kepada orang lain melalui new media dalam bentuk simbol-
simbol. Karena memang bagiannya yang berusaha memberikan penjelasan terhadap
makna yang tersembunyi didalam teks media, dalam hal ini adalah new media.
D. Wacana Cara Pembeberannya
Wacana pembeberan atau eksplository discours
Wacana yang tidak mementingkan waktu dan penutur , berorientasi pada waktu
pembicaraan , dan bagian lainnya diikat secara logis. 
contoh :
karangan itu memang bagus dan menarik temanya sesuai dengan tuntutan zaman , sesuai
dengan kemajuan bangsa .cara memaparkan isinya sangat sistimatis . hubungan paragraf
dengan paragraf sangat logis. bahasanya sangat baik .singkat , padat menuju sasaran ,
ejaanya rapi , sesuai dengan EYD .pendek bentuk dan isi karangan itus erasi benar
.pantas saja karangan itu mendapat hadiah pertama
E. wacana penuturan (Narattive discourse)
wacana yang mementingkan urutan waktu , dituturkan oleh pesona pertama atau ketiga
dalam waktu tertentu , berorientasi pada pelaku dan seluruh bagiannya diikat oleh
kronologi.
Contoh :
“ Pada pukul 05.00 WIB , Widya bangun tidur , dengan meninggalkan sholat shubuh ia
segera smsan dengan pacarnya, setelah satu jam sibuk berpacaran melalui sms , ia pun
segera mandi dan sarapanm. Pukul 06.30 ia siap ber make-up, ssetelah usai bermake up
ia siap berangkat ke kampus . Ia sampai kampus pukul 07.30. Sesampai di Kampus ia
ternyata tak ada satui pun orang yang kuliah , tenyata hari itu merupakan tanggal merah ,
akhirnya Widya pun pergi ke rumah pacarnya untuk berpacaran
BAB III
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa wacana itu dibagi atas beberapa jenis.
Banyak para ahli yang membagi wacana tersebut, namun tidak semua pendapat para ahli
tersebut sama. Akan tetapi, walaupun tidak sama jenis wacana yang mereka bagi itu tetap
mengarah pada wana lisan dan tulisan. Wacana lisan adalah jenis wacana yang
disampaikan secara lisan atau langsung dalam bahasa verbal, sedangkan wacana tulis
adalah wacana yang di sampaikan secara tertulis, melalui media tulis.
B. Saran
Dari makalah yang telah penulis buat, semoga kita dapat mempelajari dan memahami
jenis-jenis wacana itu. Penulis juga menyadari masih banyak kekurangan dalam
penulisan makalah ini dan penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang
membangun dari para pembaca demi perbaikan makalah selanjutnya.
DAFTAR PUSTAKA

Anton M. Moeliono (ed). 1988. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Douglas, Mc. 1976. Sanskrit Dictionary. New York: Columbia University.
Keraf, Gorys. 1995. Eksposisi: Komposisi Lanjutan II. Jakarta: Grasindo.
Kridaklaksana, Harimurti. 1978. “Keutuhan Wacana” dalam Bahasa dan Sastra th. IV No.1.
Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.
——-. 1984. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia.
——-. 1985. Tata Bahasa Deskriptif Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.
Mulyana. 2005. Kajian Wacana: Teori, Metode dan Aplikasi Prinsip-Prinsip Analisis
Wacana. Yogyakarta: Tiara Wacana.
Oetomo, Dede. 1993. “Pelahiran dan Perkembangan Analisis Wacana”, dalam PELLBA
6.  Yogyakarta: Kanisius.

Anda mungkin juga menyukai