Anda di halaman 1dari 32

PERBEDAAN FEAR OF SUCCESS DITINJAU DARI STATUS

PERNIKAHAN PADA WANITA KARIER

OLEH
TRIANA OCTAVIANI PITA
802014048

TUGAS AKHIR

Diajukan Kepada Fakultas Psikologi Guna Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018
PERBEDAAN FEAR OF SUCCESS DITINJAU DARI STATUS
PERNIKAHAN PADA WANITA KARIER

Triana Octaviani Pita

Berta Esti A. Prasetya

Program Studi Psikologi

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2018
Abstrak

Wanita karier dapat mengalami fear of success yang cenderung disebabkan oleh

beberapa faktor, salah satu faktornya adalah status pernikahan yakni menikah dan belum

menikah. Penelitian ini bertujuan untuk menguji adanya perbedaan fear of success.

Subjek dalam penelitian ini adalah karyawati bank-bank 11 bank yang berada di daerah

Salatiga sebanyak 76 orang (38 menikah dan 38 belum menikah), dipilih dengan teknik

accidental sampling. Data dikumpulkan dengan Skala fear of success yang dibuat oleh

peneliti berdasarkan aspek-aspek fear of success oleh Horner (dalam Berkowitz, 1980).

Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan t-test yang menunjukkan angka t sebesar

5,862 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hasil penelitian ini diterima yakni ada

perbedaan signifikan fear of success ditinjau dari status pernikahan pada wanita karier

Kata kunci : Fear of success, status pernikahan, wanita karier.

i
Abstract

A career woman may experience fear of success that tends to be caused by

several factors, one of which is marital status that is married and single woman. This

study aims to examine the difference of fear of success. Subjects in this study are career

women of 11 banks in the area of Salatiga as many as 76 people (38 married and 38

single), selected by accidental sampling technique. Data were collected with a scale of

fear of success made by researchers based on aspects of fear of success by Horner (in

Berkowitz, 1980). Hypothesis test is done by using t-test which shows t number of 5,862

with significance 0,000 (p <0,05). The results of this study is accepted that there is a

difference significant of fear of success in terms of marital status of career women.

Keywords : Fear of success, marital status, career woman

ii
iii
PENDAHULUAN

Kondisi wanita saat ini bila melihat pergeseran budaya dari masyarakat

tradisional ke masyarakat modern berdampak pada terbukanya kesempatan bagi

para wanita untuk bekerja dan mengejar kariernya. Seiring berjalannya waktu

dapat dilihat semakin banyak wanita yang menduduki posisi tertentu di berbagai

instansi maupun perusahaan. Pada sebuah survei yang dilakukan oleh Thornton

(2017) menunjukkan bahwa wanita Indonesia termasuk yang tertinggi di dunia

untuk mengisi posisi diperusahaan, hal tersebut menunjukkan model karier yang

semakin berkembang sejalan dengan perkembangan waktu. Berdasarkan data

dari Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga tahun 2011,

jumlah wanita di kota Salatiga yang notabennya lebih banyak dari laki-laki

diharapkan dapat berkontribusi dalam pekerjaan untuk meningkatkan kualitas

sumber daya di Indonesia.

Secara umum, bekerja merupakan hal yang dibutuhkan manusia (Anoraga,

2009). Sebagai wanita yang bekerja dan berkarier, mereka diharapkan tidak

hanya sekedar bekerja tetapi memiliki kedudukan yang berarti ditempat

kerjanya, berprestasi dan berani menerima tantangan dalam bekerja. Mereka

juga diharapkan memiliki dedikasi penuh pada profesi yang ditekuninya,

sehingga dapat mengembangkan kemampuannya untuk memimpin, serta terlibat

aktif dalam penyampaian ide-ide, pemikiran maupun pengambilan keputusan

(Horner, 1978). Hal tersebut merupakan kesempatan untuk mengaktualisasikan

diri yang memungkinkan individu mengekspresikan dirinya sendiri dengan cara

yang kreatif dan produktif untuk menghasilkan sesuatu yang mendatangkan

kebanggan terhadap diri sendiri dan orang lain, terutama jika prestasinya

1
mendapatkan penghargaan dan umpan balik yang positif. Berbagai tuntutan

mendorong wanita untuk berkarier, terutama bagi wanita yang telah menginjak

usia dewasa dini. Sesuai dengan usia perkembangaanya, wanita memiliki tugas

yang harus diselesaikan yaitu bekerja dan menikah.

Seiring dengan pengaruh arus globalisasi, modernisasi, maupun edukasi,

keadaan tersebut mulai berubah. Kini wanita dapat bersosialisasi di luar rumah,

mengaktualisasikan diri serta dapat melakukan berbagai macam aktivitas seperti

didunia kerja. Para wanita mulai mengembangkan pendidikan maupun potensi

yang dimilikinya. Pandangan mengenai keberhasilan wanita mulai bergeser

dimana wanita dianggap berhasil adalah ketika mampu mengaktualisasikan

dirinya. Sejalan dengan keberhasilan dalam berkarier, wanita sering diliputi

perasaan ketakutan akan keberhasilan yang lebih dikenal dengan istilah fear of

success, yang diartikan sebagai ketakutan seorang wanita untuk berprestasi atau

meraih sukses, karena kemungkinan akan diterimanya konsekuensi negatif dari

masyarakat akibat sukses yang diraihnya (Horner, 1968). Konsekuensi negatif

ini dapat berupa keraguan masyarakat akan kefeminimannya, sebab keberhasilan

dianggap sebagai sifat-sifat maskulin, sehingga bila wanita berhasil, maka

wanita akan merasa khawatir kehilangan feminitasnya.

Penelitian yang dilakukan oleh Horner (1995) menemukan bahwa wanita

merasa takut kehilangan cinta dan dianggap tidak feminim menjadi alasan kuat

munculnya ketakutan akan sukses (fear of success). Canavan-Gunpert (2007)

menyatakan bahwa individu yang mengalami fear of success mempunyai konflik

berlebihan terhadap kesuksesan dan cenderung menghindarinya. Fear of success

adalah ketakutan bahwa semua hal yang diatur oleh lingkungan luar akan

2
terpenuhi, akan tetapi kebahagiaan, kesenangan dan kepuasan pribadi tidak akan

ada bahkan setelah berhasil mencapai tujuan. Wanita yang memiliki fear of

success merasa bahwa kebutuhan dalam hidupnya sudah dapat terpenuhi namun

disisi lain, terdapat hal yang harus ditinggalkan demi mencapai kesuksesannya.

Wanita yang mengalami fear of success cenderung tidak memiliki niat

untuk meningkatkan keterampilan pendukung. Biasanya wanita yang mengalami

fear of success ini merasa takut atau cemas jika dirinya ditolak oleh lingkungan

sosialnya. Wanita cenderung memiliki motivasi berprestasi yang cukup rendah

serta menarik diri dari kompetisi yang mungkin menimbulkan konflik. Hal ini

diperkuat dengan adanya simptom fear of succcess yang diungkapkan oleh

Nanik, dkk (1995) yaitu sulit melakukan kegiatan yang bersifat kompetitif,

merasa rendah diri, menghindari tantangan, menghindari situasi baru, serta tidak

berani mengambil resiko. Menurut penelitian yang dilakukan oleh Illfelder

(1980) dari The Ohio State University diperoleh hasil bahwa wanita memiliki

fear of success yang lebih tinggi daripada pria. Wanita cenderung kurang

mementingkan karier. Hal ini menunjukkan bahwa di negeri dengan budaya

individualis seperti Amerika, fenomena fear of success ini dialami oleh wanita.

Adapun di Indonesia yang merupakan negera yang menjunjung tinggi budaya

patriaki, memungkinkan fenomena fear of success yang dialami oleh wanita di

Indonesia lebih besar daripada di Amerika.

Horner (dalam Berkowitz, 1980) mengemukakan tiga aspek gambaran

tentang fear of success, yaitu 1. Loss of Social Self-Esteem (Ketakutan akan

penolakkan sosial) merupakan rekasi negatif berhubungan dengan afiliasi

ketakutan bahwa kesuksesan yang didapat akan menyebabkan kehilangan teman

3
dan ketakutan akan kehilangan pasangan. Individu wanita dapat dengan sengaja

menurunkan prestasi atau mundur dari persaingan. 2. Loss of Feminity

(Berhubungan dengan femininitas atau normalitas), kesuksesan yang dicapai

kemudian dihubungkan dengan stabilitas psikologis dan identitas seksual.

Wanita dianggap tidak pantas untuk mencapai kesuksesan karena kesuksesan

dianggap tidak feminim. Kesuksesan yang dicapai menimbulkan ketakutan

internal atau perasaan negatif seperti rasa bersalah, ragu-ragu, dan tidak bahagia.

Kesuksesan dipandang sebagai suatu yang tidak normal sehingga individu

menurunkan usahanya untuk berprestasi. Kesuksesan juga dipandang sebagai

suatu keadaan yang menyenangkan sekaligus memunculkan rasa bersalah karena

telah berhasil. 3. Social Rejection (Pengingkaran), adanya pengingkaran yang

dicapai yakni kesuksesan dianggap sebagi faktor keberuntungan. Kecenderungan

lain adalah individu berusaha menghindar dari tanggung jawab yang ada atau

berusahaa menghindar dari situasi yang kompetitif.

Fear of success diduga sering dialami oleh wanita karir, hal ini

disebabkan pada wanita karir terdapat tingkat pekerjaan serta jabatan. Semakin

tinggi prestasi seseorang, maka kian meningkat jabatannya, dan dapat

diramalkan semakin sukses pula orang tersebut. Dari dalam diri wanita akan

timbul konflik antara keinginan berprestasi mencapai sukses, dan ketakutan

sukses itu sendiri, sebab adanya konsekuensi dari sekeliling. Terlepas dari

konsekuensi yang dihadapi wanita, terutama yang berperan ganda, tidak dapat

diingkari bahwa setiap tahun jumlah wanita yang bekerja selalu meningkat.

Badan Pusat Statistik tahun 2017 memberikan data bahwa pekerja wanita di

Indonesia mengalami peningkatan setiap tahun. Presentase jumlah pekerja

4
wanita mencapai angka 50 persen lebih dibandingkan jumlah pekerja laki-laki.

Pada kenyataanya, walaupun dengan bekerja, para wanita yang telah menikah

mengalami lebih banyak kesulitan, tetapi karena bekerja mempunyai sejumlah

kelebihan, sehingga sebagian wanita bersedia untuk tetap mempertahannya.

Dewasa kini kehidupan wanita semakin berkembang sehingga bukan

merupakan suatu hal yang baru bila wanita berperan sebagai ibu rumah tangga

dan bekerja. Semakin berkembangnya era globalisasi maka semakin besar pula

kesempatan bekerja bagi para wanita didorong dengan pendidikan yang dimiliki

untuk bekerja di berbagai bidang pekerjaan. Wanita sudah mulai mampu

menduduki posisi-posisi penting dalam sebuah perusahaan maupun bidang

pendidikan.

Hal ini membawa berbagai macam dampak dalam kehidupan. Dampak

positif dari adanya hal tersebut yakni pekerja tidak hanya didominasi oleh pria.

Dampak negatifnya adalah semakin banyak tuntutan pekerja wanita sehingga tak

jarang pekerja wanita memilih untuk keluar dari pekerjaan dan harus mencari

pekerjaan lainnya, dengan kata lain beberapa wanita belum melakukan

pekerjaannya secara maksimal. Akibatnya wanita cenderung merasa tidak

nyaman merasakan kekuasaan dan kesuksesannya, sehingga pada akhirnya

wanita cenderung mencoba menurunkan prestasi atau bahkan mematikan

kemampuan untuk berhasil itu sendiri (Krueger, 1994). Kebanyakkan kaum

wanita sudah puas hanya sekedar bekerja memperoleh penghasilan tanpa

prestasi atau keberhasilan. Apabila terjadi suatu keberhasilan, wanita jarang

menganggapnya sebagai hasil kemampuannya sendiri melainkan hanya

disebabkan oleh keberuntungan (Dowling, 1992). Dengan hal ini, tidak saja

5
merugikan karier wanita tersebut, karena kurang dapat mengembangkan

potensinya seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuannya, namun juga

kerugian dipihak perusahaan yang telah memiliki karyawan yang dirasa cukup

potensial, tetapi pada kenyataannya mereka bekerja apa adanya.

Pernyataan tersebut diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Berk

(2012), perencanaan karier pada wanita seringkali sifatnya jangka pendek dan

berubah-rubah, banyak dari wanita tersebut masuk dan keluar pasar kerja

beberapa kali karena berbagai alasan pribadi. Wanita cenderung takut akan

keberhasilan atau menduduki jabatan tinggi dalam pekerjaanya. Para wanita

tidak ingin gagal namun juga tidak mau mencapai prestasi di dalam dunia kerja

dengan maksimal. Para wanita mempunyai banyak kesempatan mengeyam

pendidikan yang tinggi kemudian dapat bekerja di berbagai bidang pendidikan.

Masih sering terdengar adanya wanita yang mengundurkan diri dari pekerjaanya

dengan berbagai alasan pribadi baik dari pasangan, keluarga, lingkungan dan

finansial namun wanita yang menikah akan bertindak sebagai ibu rumah tangga

memiliki beban tugas yang lebih banyak dibandingkan wanita yang belum

menikah.

Sebagaimana yang telah dijelaskan diatas, status pernikahan

memengaruhi ketakutan sukses pada wanita. Terdapat beberapa faktor yang

dapat memberikan pengaruh terhadap munculnya fear of success menurut

Dowling (1992) antara lain: jenis kelamin, latar belakang budaya, orientasi peran

seks, dukungan pria, konflik peran ganda. Salah satu faktor yang memengaruhi

munculnya fear of success adalah status pernikahan (Motaghi, 2004). Status

perkawinan memengaruhi terkait dengan munculnya fear of success pada wanita

6
(Illfelder, 1978). Dapat disimpulkan fear of success dipengaruhi faktor status

pernikahan yakni menikah dan belum menikah.

Wanita yang menikah dihadapkan dengan berbagai macam tantangan

dalam membagi antara pekerjaan dan rumah tangga serta anaknya, hal tersebut

menjadi hambatan tersendiri bagi wanita pekerja yang sudah menikah, dimana

akan mengalami dilema serta rasa bersalah jika menempatkan karir pada pilihan

pertama. Bagi wanita yang sudah menikah dan juga berkarir permasalahan akan

lebih kompleks karena adanya konflik atau dilema antara menjadi istri atau

menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk mencapai puncak karirnya.

Sebagaian besar wanita yang sudah menikah pada saat menghadapi

kesuksesannya cenderung mengalami kecemasan berhubungan dengan suaminya

bila ia meraih sukses melebihi dari karir suaminya (Hoffman, 1977). Selain itu,

gaji atau penghasilan yang ia terima jika lebih tinggi dari suami juga dapat

menjadi pemicu ketakutan wanita karir tersebut (Unger, 1979).

Sedangkan wanita yang belum menikah (single) belum memiliki

kewajiban dan tanggung jawab sebanyak wanita yang telah menikah. Wanita

yang belum menikah memiliki lebih banyak waktu serta energi yang dituntut

oleh pekerjaan dan lebih berpeluang untuk mencapai kemajuan karier yang lebih

besar daripada wanita yang sudah menikah. Untuk memetakan data, peneliti

melakukan wawancara singkat pada 13 Januari 2017 kepada enam wanita yang

bekerja, tiga wanita yang sudah menikah dan tiga lagi belum menikah. Wanita

bekerja yang belum menikah rata-rata mengungkapkan berani berkarir

diperusahaan dan bersaing dengan rekan kerjanya, ada pula yang bekerja diluar

kota hanya untuk meniti karier. Sedangkan pada tiga wanita pekerja yang sudah

7
menikah membatasi pekerjaanya bahkan ada yang mengungkapkan menolak

promosi kerja karena alasan kurang didukung oleh suami. Ada pula yang

enggan dipindahkan ke cabang kantor lain karena alasan takut urusan keluarga

dan rumah tangga menjadi terbengkalai serta takut menelantarkan anak karena

jarak kantor lain sangat jauh dari rumah.

Dapat disimpulkan bahwa wanita yang belum menikah masih ingin

memaksimalkan kemampuan yang dimilikinya, sedangkan wanita pekerja yang

sudah menikah memilih bekerja namun kurang memaksimalkan kemampuan

yang dimilikinya dikarenakan rasa takut dan cemas dalam berkarir dengan

berbagai pertimbangan dan konsekuensi negatif dari suami maupun keluarga.

Hal tersebut meggambarkan jika wanita karir yang belum menikah memiliki

kesempatan dan keinginan untuk memaksimalkan kemampuannya dalam

berkarir dibanding wanita yang sudah menikah karena memiliki kecemasan

berhubungan dengan suami mauapun anak dalam perjalanan karirnya.

Sebelumnya, penelitian mengenai fear of success sudah pernah dilakukan

di Indonesia seperti yang dilakukan oleh Kurniarin (1994) dengan hasil ada

hubungan positif antara kecemasan dengan motif menolak sukses pada pegawai

wanita kantor Pemda TK II Jateng. Sijuwade (2000) dalam penelitiannya

membuktikan bahwa peran jenis mempengaruhi fear of success. Dewasa ini,

penelitian mengenai fear of success semakin sering dilakukan. Widyastuti

(2008) melakukan penelitian yang menunjukkan adanya hubungan positif dan

signifikan antara konflik peran ganda dan fear of success pada ibu bekerja.

Sedangkan Ayugrahani (2007) melakukan penelitian mengenai fear of success

dengan hasil ada hubungan yang signifikan antara orientasi peran jenis

8
tradisonal dengan fear of success dan ada hubungan positif antara situasi

kompetisi kerja dengan fear of success. Penelitian terbaru yang dilakukan oleh

Rosiana (2010) tentang fear of success mendapatkan hasil bahwa ada hubungan

yang signifikan antara derajat feminitas dengan fear of success. Penelitian dari

Lestari (2017) menemukan terdapat hubungan positif antara konflik peran ganda

dengan fear of success, artinya semakin tinggi konflik peran ganda yang dialami

maka semakin tinggi pula fear of successnya.

Berdasarkan beberapa penelitian mengenai fear of success terlihat masih

jarang yang meneliti perbandingan fear of success pada wanita pekerja yang

belum menikah dan sudah menikah. Seperti yang dilakukan Prihandhany (2015)

mendapat hasil ada perbedaan fear of success pada wanita pekerja yang belum

menikah dan sudah menikah, dimana wanita yang sudah menikah dan belum

menikah memiliki tingkat fear of succes yang tinggi. Penelitian Kamilatus

(2013) mendapat hasil bahwa terdapat perbedaan fear of success signifikan yang

dialami wisudawan yang belum menikah dengan yang sudah menikah, dimana

fear of success yang sudah menikah lebih tinggi dari pada tingkat fear of success

yang belum menikah.

Kemudian penelitian dari Pusparini (2009) mendapat hasil tidak adanya

perbedaan fear of success antara wanita karir usia dewasa awal ditinjau dari

status pernikahannya, salah satu faktor yang memengaruhi tidak adanya

perbedaan adalah skala yang bersifat social desirebility. Sejalan dengan

penelitian Sukainah (2003), yang menunjukkan tidak ada perbedaan fear of

succes wanita karir yang sudah menikah dan belum menikah, hal tersebut

diungkap peneliti karena kemungkinan pengisian data yang tidak diobersevasi

9
dan tidak sepenuh hati serta kemungkinan ada hubungannya dengan kondisi

kariernya saat itu.

Sehingga diharapkan pada penelitian ini dapat ditemukan pengetahuan

lain mengenai fear of success. Maka peneliti hendak melaksanakan penelitian

secara mendalam mengenai “Perbedaan fear of success ditinjau dari status

pernikahan pada wanita karier”

Hipotesis

Berdasarkan teori yang ada, maka hipotesis yang penulis ajukan adalah :

“Ada perbedaan fear of success ditinjau dari status pernikahan pada wanita

karier”.

10
METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian komparatif, dilakukan

untuk membandingkan persamaan dan perbedaan dua atau lebih fakta-fakta dan sifat-

sifat objek yang di teliti berdasarkan kerangka pemikiran tertentu. (Sugiyono, 2011).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah wanita karier yang bekerja di 11 bank di

daerah Salatiga. Selanjutnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 76

karyawati bank dengan karakteristik : wanita karier yang sudah menikah dan belum

menikah, usia 18-40 tahun, pendidikan minimal D-3. Teknik pengambilan sampel yang

digunakan adalah accidental sampling yaitu pengambilan sampel pada siapa saja yang

kebetulan bertemu dengan peneliti, dapat digunakan sebagai sampel bila orang yang

ditemui cocok sebagai sumber data (Sugiyono. 2004).

Teknik Pengumpulan Data

Skala yang digunakan yaitu skala fear of success yang dibuat oleh peneliti

berdasarkan aspek-aspek fear of success yang kemukakan oleh Horner (dalam

Berkowitz, 1980) yakni 1. Loss of Social Self-Esteem (Ketakutan akan penolakkan

sosial), 2. Loss of Feminity (Berhubungan dengan femininitas atau normalitas), 3.

Social Rejection (Pengingkaran), dengan model Skala Likert yang terdiri dari

pernyataan favorable dan unfavorable teridiri dari empat pilihan jawaban yaitu SS

11
(Sangat Setuju), S (Setuju), TS (Tidak Setuju), STS (Sangat Tidak Setuju). Jumlah item

yang digunakan dalam penelitian ini 55 item, namun setelah melewati uji reabilitas

kedua mendapati hasil sebesar 0,942 dengan tersisa 43 item baik.

Analisis Data

Metode statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik statistik ‘Uji-

t’ dengan menggunakan program SPSS for windows versi 16.0. Penggunaan teknik

statistik ini bertujuan untuk mencari perbedaan satu variabel tergantung (Fear of

success) antara dua kelompok (Status Pernikahan yakni menikah dan belum menikah).

12
HASIL PENELITIAN

REABILITAS DAN SELEKSI ITEM

Berdasarkan hasil pengujian realibilitas dan uji daya diskriminasi pada skala

fear of success dilakukan sebanyak dua kali putaran dengan standar koefisien korelasi >

0,30 (Azwar, 2012). Pada putaran pertama, hasil seleksi item dari 55 item diperoleh 12

item yang gugur dengan koefisien reliabilitas 0,923. Selanjutnya dilakukan uji kedua

dengan 43 item yang baik, tidak didapati item yang gugur dengan koefisien reliabilitas

0,942 yang berarti sangat reliabel.

ANALISIS DESKRIPTIF

Untuk menentukan tinggi rendahnya variabel fear of success pada wanita karier

yang sudah menikah dan belum, maka digunakan 5 kategori pengelompokkan sebagai

berikut :

Tabel 1. Kriteria skor Fear of success pada Wanita Karier Menikah dan Belum

Menikah

Belum
Menikah
Menikah
KATEGORI INTERVAL f % MEAN SD f % MEAN SD
0 0%
Sangat Tinggi 146,2 ≤ x< 172 0 0%
0 0%
Tinggi 120,4 ≤ x< 146,2 0 0%
0 0%
94,6 ≤ x < 120,4 12 32% 92,89 10,942 77,03 12,599
Sedang
30 79%
Rendah 68,8 ≤ x< 94,6 25 66%
Sangat 8 21%
43≤ x<68,8 1 3%
Rendah

13
UJI ASUMSI

1. Uji Normalitas

Uji normalitas pada penelitian ini menggunakanKolmogorov-Smirnov Test untuk

mengetahui normal atau tidaknya distribusi data pada masing-masing kelompok.

Berdasarkan hasil uji normalitas data menunjukkan dari kelompok wanita karier sudah

menikah menujukkan nilai K-S-Z sebesar 0,888 dengan nilai sign. = 0,410 (p > 0,05),

dan kelompok wanita karier belum menikah memiliki nilai K-S-Z sebesar 0,631 dengan

nilai sign. = 0,820 (p > 0,05) dengan demikian kedua kelompok tersebut berdistribusi

normal.

2. Uji Homogenitas

Selanjutnya dilakukan pengujian homogenitas, menunjukkan bahwa nilai

koefesien Levene Test sebesar 1,515 dengan signifikansi sebesar 0,222. Oleh karena

nilai signifikansi lebih dari 0,05, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut homogen.

3. Uji Hipotesis

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan fear of success ditinjau dari status

pernikahan pada wanita karier, maka digunakanlah rumus Independent Sampel Test

dengan menggunakan SPSS 16.0 for windows.

Data yang diperoleh dalam penelitian ini diolah menggunakan uji-t. Uji ini

digunakan untuk melihat apakah rata-rata satu sampel berbeda dengan sampel lainnya.

Jika p < 0,05 maka dapat dikatakan ada perbedaan fear of success ditinjau dari status

pernikahan pada wanita karier, namun jika p > 0,05 maka tidak ada perbedaan fear of

success ditinjau dari status pernikahan pada wanita karier. Setelah dilakukan analisis

data didapati hasil sebagai berikut :

14
Tabel 2. Hasil Perhitungan Mean Pada Kedua Kelompok Menikah dan Belum Menikah

Status N Mean Std. Deviation Std. Error Mean


FOS 1 38 92.8947 10.94159 1.77496
2 38 77.0263 12.59877 2.04379

Tabel 3. Hasil Uji Komparatif Independent Samples Test

Independent Samples Test


Levene's Test
for Equality of
Variances t-test for Equality of Means
95% Confidence
Interval of the
Sig. (2- Mean Std. Error Difference
F Sig. t Df tailed) Difference Difference Lower Upper
FOS Equal
variances 1.515 .222 5.862 74 .000 15.86842 2.70695 10.47471 21.26213
assumed
Equal
variances 5.862 72.575 .000 15.86842 2.70695 10.47295 21.26389
not assumed

Hasil perhitungan Independent Sampel Test pada tabel diatas menunjukkan

bahwa nilai signifikansi untuk perbedaan fear of success ditinjau dari status pernikahan

pada wanita karier (equal variance assumed) memiliki nilai t-test sebesar 5,862 dengan

signifiknasi 0,000 atau p < 0,05 yang berarti terdapat perbedaan fear of success ditinjau

dari status pernikahan pada wanita karier, dimana wanita yang sudah menikah memiliki

fear of success lebih tinggi.

15
PEMBAHASAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang perbedaan fear of success ditinjau dari

status pernikahan pada wanita karier di Salatiga, didapati hasil perhitungan Independent

Sampel Test sebesar 5,862 dengan signifikansi 0,000 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan

bahwa hipotesis diterima, artinya ada perbedaan signifikan fear of success ditinjau dari

status pernikahan pada wanita karier di Salatiga.

Namun pada perhitungan uji komparatif Uji-t dengan bantuan SPSS 16.0

didapatkan mean dari kelompok wanita karier yang sudah menikah sebesar 92,89

dengan sig. = 0,000 (p < 0,05). Kemudian mean kelompok wanita karier yang belum

menikah sebesar 77,03 dengan sig. = 0,000 (p < 0,05). Hasil tersebut menunjukkan

bahwa terdapat perbedaan fear of success antara wanita karier menikah dan belum

menikah dengan hasil rata-rata fear of success wanita karier menikah lebih tinggi

daripada wanita karier yang belum menikah.

Penulis mencoba menjelaskan penyebab terjadinya hipotesis penelitian yang

terbukti ada perbedaan yang signifikan serta rata-rata fear of success wanita karier

menikah lebih tinggi daripada menikah, artinya kedua kelompok memiliki fear of

success dengan taraf rata-rata yang berbeda. Penulis beramsumsi bahwa hal tersebut

terjadi karena wanita yang berkarier cenderung akan mengalami gejala fear of success

meski berbeda-beda. Dowling (1992) menyebutkan alasan-alasan kultural dan

psikologis, sistem masyarakat yang sungguh-sungguh menuntut banyak dan

berkombinasi dengan ketakutan pribadi pada wanita mengakibatkan para wanita

cenderung menarik diri dan merasa tidak aman terhadap keberhasilan di dalam karier

dan profesi mereka.

16
Selain itu hasil penelitian ini cenderung dipengaruhi oleh beberapa faktor-faktor

yang memengaruhi fear of success pada wanita karier. Salah satu faktor yang

memengaruhi munculnya fear of success adalah status pernikahan (Motaghi, 2004).

Status perkawinan memengaruhi terkait dengan munculnya fear of success pada wanita

(Illfelder, 1978).

Status pernikahan dimana seseorang memiliki status sudah menikah yang

merupakan peranan dan tanggung jawab dalam rumah tangganya serta pasangan atau

suami dan anak-anaknya. Namun berbeda dari status yang belum menikah, dimana

belum adanya peranan dan tanggung jawab pada suami dan anak pada saat akan

berkarier didunia kerja. Pada status pernikahan didalamnya ada latar belakang budaya,

dimana seorang wanita yang sudah menikah dianggap menyalahi kodrat bila

mengalahkan atau sejajar dengan pria atau pasangannya dan tidak dapat melakukan

tugas utamanya sebagai istri. Menurut Partner (dalam Kerpicke, 1980) wanita ingin

mencapai karier, namun juga masih diharapkan untuk tidak meninggalkan keluarga,

sehingga secara potensial sangat berpengaruh terhadap pilihan karier. Menurut Sujono

(1986) salah satu penyebab wanita Indonesia belum leluasa dalam menempuh karirnya

terletak pada belenggu tradisi. Nilai-nilai tradisional yang ada dalam masyarakat

tersebut dapat menjadi tekanan sosial, sehingga muncul fear of success.

Horner (1992) mengatakan alasan utama bagi wanita untuk menghindari

kesuksesan adalah kesuksesan secara profesional akan membahyakan hubungan mereka

dengan pria. Bagi wanita yang sudah menikah dan berkarir permasalahannya menjadi

kompleks karena adanya konflik atau dilema antara menjadi istri atau menjadi ibu

rumah tangga yang baik untuk mencapai puncak karirnya. Sebagian besar wanita yang

sudah menikah pada saat menghadapi kesuksesannya cenderung mengalami kecemesan

17
berhubungan dengan suaminya bila ia meraih sukses melebihi dari karir suaminya

(Horffman, 1977). Selain itu, gaji atau penghasilan yang ia terima lebih tinggi dari

suami juga dapat menjadi pemicu ketakutan wanita karir tersebut (Unger, 1979). Pada

akhirnya ia sekedar bekerja saja tidak perlu berambisi meraih atau menjadi sukses dan

menduduki jabatan tinggi, hal tersebut ia lakukan karena sudah merasa puas dapat

menerapkan ilmu yang telah dipelajari dalam studinya. Selain itu ia menyadari bahwa

yang terpenting baginya adalah menjaga perasaan suami atau mengutamakan keluarga.

Pada hasil penelitian jika dilihat dari penggolongan kategori fear of success pada

wanita karier sudah menikah dan belum menikah, kelompok wanita karier sudah

menikah didapati 32 % fear of success pada kategori sedang, 66 % untuk kategori

rendah dan 3 % untuk kategori fear of success sangat rendah. Sedangkan pada

kelompok wanita karier belum menikah mendapat 79 % pada kategori fear of success

rendah, sisanya 21 % pada kategori fear of success sangat rendah. Jika dilihat dari rata-

rata keseluruhan pada tiap kategori maka kelompok menikah dan belum menikah berada

pada kategori fear of success rendah.

Pada wanita karier yang belum menikah, penulis mencoba menjelaskan bahwa

kemungkinan rentan mengalami fear of success, walaupun sebenarnya wanita karier

yang masih single belum memiliki tuntutan dalam rumah tangga sehingga dapat mampu

fokus bekerja. Namun, wanita juga memiliki tuntutan lain yang menyebabkan

terganggunya pekerjaan. Wanita yang belum menikah memiliki keterikatan dengan

keluarga seperti orang tua. Di indonesia, wanita walaupun sudah dewasa tetap dianggap

masih dibawah pengawasan orang tua karena belum menikah. Pengawasan orang tua ini

membuat wanita karier yang belum menikah masih terikat dengan orang tua sehingga

memunculkan fear of success. Wanita yang belum menikah juga memiliki rencana

18
untuk menikah untuk memenuhi tugas perkembangnya (Santrock, 2002). Ada anggapan

bahwa wanita yang masih lajang memiliki prestasi tinggi akan cenderung sulit

menemukan pasangan hidup, maka wanita karier yang belum menikah menurunkan

prestasinya (Nanik, 2007). Untuk saat ini wanita yang belum menikah cenderung

memenuhi kebutuhan ekonomi untuk kehidupannya sendiri, serta adanya prioritas-

prioritas kehidupan lainnnya yang perlu dicukupi oleh dirinya sendiri, tak jarang ada

beberapa wanita yang belum menikah melakukan pekerjaannya dan berkarier karena

membantu keluarga dan orang tuanya (Wulandari, Nursalam & Ibrahim, 2016). Hal

tersebut yang melatar belakangi mengapa wanita belum menikah memikirkan karier dan

pekerjaanya.

Kategori fear of success sedang pada wanita karier yang sudah menikah dapat

terjadi karena adanya tuntutan dan tanggung jawab terhadap keluarga, suami dan anak.

Sedangkan kategori fear of success rendah pada wanita karier yang belum menikah, hal

tersebut dapat terjadi karena bagi kaum wanita yang memiliki kebutuhan berprestasi

tinggi dan didukung oleh budaya masyrakat modern yang banyak memberikan kepada

mereka untuk berprestasi, maka fear of successnya cenderung rendah. Penulis

mengasumsikan bahwa hal ini lebih cenderung dialami oleh kaum wanita Indonesia

generasi muda masa kini karena budaya masyarakat Indonesia mengarah ke masyarakat

modern. Fenomena tersebut didukung dengan adanya arah modernisasi dan sikap

toleransi masyarakat yang lebih baik terhadap kaum wanita yang mandiri. Kaum wanita

yang memiliki kebutuhan berkuasa atau berorientasi manajemen tinggi cenderung

memiliki fear of success rendah. Kondisi ini karena mereka mempunyai keinginan

untuk menguasai dan memperoleh dari orang lain, keberanian mengambil resiko,

19
menentukan tujuan dan memimpin yang semuanya bertentangan dengan gejala-gejala

fear of success (Nanik, 2007).

Berdasarkan pembahasan ini, dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan fear of

success yang signifikan ditinjau dari status pernikahan pada wanita karier di Salatiga

dengan rata-rata kategori fear of success pada kategori rendah.

20
KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian yang telah disampaikan, maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat perbedaan fear of success yang signifikan ditinjau dari status

pernikahan pada wanita karier di Salatiga dengan nilai t sebesar 5,862 dengan

signifikansi 0,000 (p < 0,05).

2. Berdasarkan penggolongan kategori fear of success pada wanita karier sudah

menikah pada kategori rendah sebesar 66 %, sedangkan yang belum menikah

pada kategori rendah dengan presentase sebesar 79%. Kategori fear of success

keseluruhan yang terbanyak berada pada kategori rendah.

3. Berdasarkan Mean skor yang diperoleh, fear of success yang dimiliki oleh

wanita karier yang sudah menikah termasuk kedalam kriteria yang rendah

dengan dengan mean 92,89 sedangkan fear of success untuk wanita karier yang

belum menikah mean yang diperoleh adalah 77,03 sehingga tergolong ke dalam

kriteria yang rendah.

21
SARAN

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dicapai, serta mengingat masih banyaknya

keterbatasan dalam penelitian ini, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai

berikut:

1. Saran bagi Wanita Karier

Berdasarkan hasil peneitian menunjukkan ada perbedaan fear of success

antara wanita karier yang sudah menikah dan belum menikah. Secara

keseluruhan tingkat fear of success yang dialami wanita karier di Salatiga

rendah, sehingga diharapkan wanita karier tetap mencapai prestasi lebih tinggi

dalam pekerjaanya, memaksimalkan kemampuan dalam pekerjaan serta

menekan ketakutan yang muncul dalam diri dan membuka peluang dalam

mencapai kesuksesan.

2. Saran Peneliti Selanjutnya

Penelitian ini masih terbatas, sehingga bagi peneliti selanjutnya yang ingin

meneliti lebih lanjut mengenai fear of success dapat mempertimbangkan faktor-

faktor yang memengaruhi timbulnya fear of success, seperti faktor internal

ataupun eksternal. Peneliti selanjutnya dapat melakukan kontrol subjek baik

dalam kelas sosial atau faktor lainnya yang memengaruhi fear of success, serta

penambahan pertanyaan didalam skala mengenai alasan utama mengapa wanita

berkarier dan ketakutan apa yang kerap muncul sehingga dapat diketahui

penyebab wanita karier cenderung mengalami fear of success dan sebaliknya.

Perlunya penambahan sampel penelitian agar penelitian dapat digenerelasikan.

22
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. A (2006). Prosedur Penelitian. Suatu Pendekatan Praktik. (ed. Ke 6).


Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Ayugrahani, N. (2007). Ketakutan Akan Sukses Pada Ibu Bekerja Ditinjau Dari
Orientasi Peran Jenis Tradisional dan Kompetisi Situasi Kerja. Skripsi. Universitas
Khatolik Soegijapranata.
Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Dahesihsari, R., & Seniati, A. (2002). Hubungan Antara Peran Jenis Kelamin Fear of
Success dan Kesukubangsaan dengan Komitmen Dosen Perempuan terhadap
Organisasi. Anima, Indonesian Psychological Journal, 17, 332-345.
Femina. Vol. 4 (2005). Ketika Hasrat Meraih Kesuksesan Lenyap.
Handayani, A. (2009). Dukungan Suami Kebutuhan Wanita Karir. Psikologi Plus, 2
Hurlock, E.,B., (1991). Psikologi Perkembangan. Suatu Pendekatan Sepanjang
Rentang Kehidupan (ed. Ke-5). Jakarta: Erlangga.
Homer, M.S., & Fleming, J. (1977). Revised Scoring Manual for An Empirically
Derived Scoring System for the Motive to Avoid Success. Cambridge, MA:
Radcliffe College.
Horner, M. S. (1972). Toward an Understanding of Achievement Related Conflict in
Woman. Journal Social Issues, 28, 157-175.
Horner, M.S. (1970). Femininity and Successful Achievement: A Basic Inconsistency. In
J.M. Bardwick, E. Douvan, M.S
Horner, & D. Gutmann (Eds.), Feminine Personality and Conflict. Belmont, CA:
Brooks/ Cole Publishing Company.
Ilfedler, Joyce K. (1978). Fear of Success, Sex Role Attitudes, and Career Salience and
Anxiety Levels of Collage Woman. Journal of Vocational Behavior, 26, 7-17.
Lestari, Y. I. (2017). Fear of Success Pada Perempuan Bekerja Ditinjau Dari Konflik
Peran Ganda Dan Hardiness. Jurnal Psikologi. 13, 55-63.
Kamilatus, S. S. (2013).Fear Of Success Pada Sarjana Perempuan Psikologi Iain Sunan
Ampel Surabaya Ditinjau Dari Demografi. Undergraduate thesis, UIN Sunan
Ampel Surabaya.
Kurniarin, H. (1994). Hubungan Antara Kecemasan dengan Motif Menolak Sukses
Pada Wanita Karir. Skripsi. Semarang: Universitas Khatolik Soegijapranata.
Miniatrix, Y. I. (2003). Studi Kasus Fear of Success (Ketakutan akan Kesuksesan) pada
Ibu Rumah Tangga di Sunter Jaya, Jakarta Utara. Skripsi. Fakultas Psikologi.
Yogyakarta: USD.

1
2

Nanik. (2007). Hubungan Kebutuhan Memperoleh Pasangan Hidup Afiliasi, Berprestasi


dan Berkuasa Serta Orientasi Manajemen dengan Fear of Success. Sosial &
Humaniora, 2, 155-183.
Prihandhany, E. A. (2015). Fear of Success Ditinjau Dari Status Pernikahan (Studi
Komparasi Pada Wanita Pekerja). Skripsi.
Primastuti, E. (2000). Peran Ganda Wanita dalam Keluarga. Seri Kajian Ilmiah, 10, 54-
63.
Pusparani, V. S. (2009). Perbedaan Fear of Success Pada Wanita Karier Usia Dewasa
Awal Ditinjau Dari Status Pernikahan. Fakultas Psikologi Sanata Darma.
Yogyakarta: USD.
Data Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga. (Januari 2011). Salatiga
Tentang Penduduk.
Rosiana, D. (2010). Hubungan Antara Derajat Femininitas dan Fear of Success Pada
Perwira Pertama Polisi Wanita di Kantor Polda Jabar dan Polwiltabes Bandung.
Prosiding SnaPP 2010 Edisi Sosial, 35-47.
Santrock, J. W. (2002). Life Span Developmetn. Jilid II, (ed. Ke-5) ahli bahasa:
Chusairi, S.Psi., Jakarta: Erlangga.
Sari, R. M. (2012). Pengaruh Situasi Kompetisi Kerja Terhadap Fear of Success Pada
Pegawai Wanita. Journal of Social and Industrial Psychology. Universitas Negeri
Semarang.
Seniati, L. (2003). Wanita Indonesia Takut Sukses? Kompas.
Setiadi, T. (2007). Hubungan antara Ketakutan akan Kesuksesan (Fear of Success)
dengan Komitmen Kerja Karyawan pada Wanita Karir yang Telah Menikah.
Skripsi. Fakultas Psikologi. Yogyakarta: USD.
Stefani, P., & Prihanto, F. X. (2000). Hubungan antara Peran Gender dan Persepsi
Terhadap Dukungan Suami dengan Fear of Success pada Wanita Karir. Anima,
Indonesian Psychological Journal, 16, 51-73.
Sukainah, D. (1993). Studi Perbedaan Fear Of Success Pada Wanita Karir Yang Sudah
Menikah Dengan Wanita Karir Yang Belum Menikah Di PT. Bank X
Surabaya. Undergraduate thesis.
Sugiyono. (2011). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Thornton, G. (2017). Woman in Business. International Business Report.
Widyastuti. (2008). Ketakutakan Sukses Pada Wanita Karir Ditinjau Dari Konflik Peran
Ganda. Jurnal Ilmiah Psikologi Psikohumanika. 1, 34-40.
Wulandari, I., Nursalam., Ibrahim, M. (2016). Fenomena Sosial Pilihan Hidup Tidak
Menikah Wanita Karier. Jurnal Equilibrium, 2, 67-76.

Anda mungkin juga menyukai