Dosen Pengampu:
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi., Psikolog
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PSIKOLOGI
SALATIGA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Proses menua ini ditandai dengan
perubahan pada fisik maupun mental lansia. Hurlock (2001, h.87) juga mengemukakan
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Hurlock,
lanjut usia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia, masa di mana semua orang
berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama
anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Namun tidak sedikit dari mereka yang
mengalami hal sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan sehingga
menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Lanjut usia cenderung sering diwarnai dengan kondisi
hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Tingginya stressor dan peristiwa-peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan kemungkinan lanjut usia
mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada tahap depresi (Wirasto, 2007, h.7).
Survey Kesehatan RI tahun 2001 menyatakan bahwa gangguan mental pada usia 55 –
64 tahun mencapai 7,9% sedangkan yang berusia di atas 65 tahun mencapai 12,3%.
Menurut Soejono dan Setiadji, 2000, Pada tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat
teratas penyakit yang dialami lanjut usia di negara berkembang termasuk Indonesia.
Gangguan depresi pada lanjut usia kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada
lanjut usia yang tidak dikenali (underdiagnosed) dan tidak diobati (undertreated). Menurut
Beck, depresi didefinisikan dalam hal atribut, sebagai berikut depresi adalah sebuah
perubahan tertentu dari suasana hati meliputi kesedihan, kesepian, apatis. Kemudian depresi
adalah sebuah konsep diri yang negatif terkait dengan mencela diri dan menyalahkan diri
sendiri serta Regresif dan Keinginan untuk menghukum diri sendiri: keinginan untuk
melarikan diri, bersembunyi, atau mati.Selain itu depresi adalah perubahan vegetatif:
anoreksia, insomnia, kehilangan libido dan perubahan tingkat aktivitas: retardasi atau agitasi
(Beck,2008). Beck memandang gangguan depresi sebagai kontinuitas, jadi lebih dipandang
secara kuantitatif (ada perbedaan tingkat dan derajat simtomnya) daripada kualitatif (ada
tidaknya simtom). Perbedaan antara orang yang menderita depresi dengan yang tidak hanya
pada rentang dan derajat ada tidaknya simtom yang muncul.
Beberapa ciri tersebut juga senada dengan gejala-gejala depresi yang diungkapkan
oleh Lumongga (2009, h.22), diantaranya adalah gangguan pola tidur, menurunnya tingkat
aktivitas, mudah lelah, perasaan bersalah, sering menangis, suka menyendiri, menurunnya
nafsu makan dan hilangnya emosi kasih sayang. Dampak gangguan depresi pada lanjut usia
berasal dari faktor fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi secara merugikan dan
memperburuk kualitas hidup dan produktifitas kerja pada lanjut usia. Faktor fisik yang
dimaksud adalah penyakit fisik yang diderita lanjut usia. Faktor psikologis meliputi kondisi
sosial ekonomi dan kepribadian premorbid, sedangkan faktor sosial yang berpengaruh adalah
berkurangnya interaksi sosial atau dukungan sosial dan kesepian yang dialami lanjut usia
(Kaplan, 1998). Oleh karena itu para lansia perlu mendapat perhatian dan dukungan dari
lingkungan dan keluarga agar dapat mengatasi perubahan yang terjadi, selain perubahan
keadaan fisik dan keadaan mental yang makin rentan.
Depresi didefinisikan dalam hal atribut dimana terdapat perubahan tertentu dari
suasana hati, adanya sebuah konsep diri yang negatif terkait dengan mencela diri dan
menyalahkan diri sendiri , regresif dan keinginan untuk menghukum diri sendiri, serta
perubahan vegetatif dan tingkat aktivitas (Beck,2008). Depresi adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan suatu kondisi adanya perubahan pada aspek emosi, motivasi, kognitif
dan fisiologis. Melihat fenomena yang telah peneliti jelaskan, peneliti memiliki keinginan
untuk mengukur tingkat depresi lanjut usia di Salatiga.
BAB II
METODE
menarik diri
Keinginan bunuh diri 5,7 - 2
Meningkatnya kebergantungan dengan orang lain 8 12 2
2 Kognitif Rendahnya penilaian terhadap diri sendiri 9,10 11 3
Tidak mempunyai harapan / pesimis - 17 1
Ragu dalam mengambil keputusan 13,18 - 2
Menyalahkan dan mengkritik/mengomentari diri sendiri 14,19 18,20 3
Distorsi Citra Tubuh 15,16 - 2
3 Fisiologis Tidak ada nafsu makan 21 - 1
Tidak ada nafsu sexual 22 23 2
Sulit tidur 24,25 - 2
Kehilangan energy 26,27 28 3
4 Emosi Menangis - 30 1
Suasana hati sedih 29 - 1
Mudah tersinggung / marah 31 34,32 3
Kehilangan kesenangan 33 - 1
Kehilangan kelekatan emosional 35 36 2
Kehilangan selera humor 37 6 2
TOTAL 24 13 37
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
Untuk menentukan bahwa suatu item dapat dikatakan valid dalam penelitian ini, dapat
dilihat dari Corrected item total correlation. Penentuan item yang valid menggunakan
ketentuan dari Guilford, dimana item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila
mempunyai koefesien korelasi item total rhit > 0,2. Pada penelitian ini, pengujian validitas
dilakukan sebanyak 3 kali putaran pengujian sampai tidak ditemukan adanya item yang
gugur. Pada putaran pertama ditemukan 5 item yang gugur. Kemudian pada putaran
selanjutnya ditemukan 1 item yang gugur. Sehingga, secara keseluruhan ditemukan 6 item
yang gugur dari 37 item. Dari keenam item yang gagal tersebut, diketahui bahwa 1 item
berasal aspek motivasi, 1 item dari aspek kognitif, 1 item dari aspek fisiologis dan 3 item dari
aspek emosi.
Berdasarkan, perhitungan uji validitas yang telah dilakukan. Diketahui bahwa secara
keseluruhan, skala ini memiliki content validity yang baik, akan tetapi tidak sempurna. Hal
ini, dikarenakan ada satu indikator yang pada akhirnya tidak memiliki item yang mewakili.
Dimana item yang mewakili tersebut berasal dari indikator menangis pada aspek emosi.
s 2t −∑ ( s 21 )
¿( )(
n
n−1 s 2t )
Keterangan :
= Koefisien Alpha
Sehingga skala tingkat depresi ini adalah reliabel atau ajeg dengan kategori reliabilitas
yang baik. Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran tingkat depresi digunakan
3 kategori yaitu berat, sedang, ringan. Pembagian 3 kategori tersebut berdasarkan teori Aaron
Beck yang membagi 3 tingkatan depresi yaitu mild, moderate, severe. Untuk menentukan
norma yang peneliti gunakan, peneliti menggunakan standar deviasi dengan menggunakan
rumus yang ada di dalam program Microsoft Excel.
Tabel 3. Norma
Kategori Norma Standar deviasi
Berat X > 83,96
Sedang
Ringan
74,71 < X < 83,96
X < 74,71
9,25
Ditinjau dari segi face validity, pada awalnya peneliti melakukan uji coba alat ukur ini
kepada 5 orang lansia. Peneliti mendapatkan hasil bahwa lansia merasa kesulitan dalam
membaca item-item yang tersedia. Hal ini terjadi dikarenakan tulisan yang tertera pada tabel
terlalu kecil. Selain itu, lansia tersebut mempunyai penurunan fungsi pengliatan. Oleh karena
itu peneliti melakukan beberapa perubahan pada skala awal yang telah dibuat yaitu
pemberasan ukuran tulisan dan penyederhanaan kalimat. Setelah dilakukan perubahan, tidak
ada hambatan yang ditemukan ketika lansia mengisi skala yang telah diberikan oleh peneliti,
sehingga face validity untuk skala ini dapat dikatakan baik.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa tingkat depresi Lansia di Salatiga, Jawa Tengah tergolong sedang. sebanyak 22
partisipan (41,51%), depresi ringan sebanyak 21 partisipan (39,62%), dan depresi berat
sebanyak 10 partisipan (18,87%). Ditinjau dari segi realibilitas dan validitas, skala tergolong
skala yang baik. Hal ini didukung dari hasil pengukuran nilai realibilitas dan validitas yang
tinggi. Maka dari itu, skala ini dapat dikatakan reliabel atau ajeg dan mengukur apa yang
seharusnya diukur, yaitu deresi pada lansia di kota Salatiga. Selain itu face validity dari skala
ini tergolong baik, karena tidak ada kendala yang berarti yang ditemukan pada saat lansia
mengisi skala ini. Berdasarkan contect validity, skala ini juga sudah tergolong baik akan
tetapi belum sempurna.
Kekurangan dari alat ukur ini, peneliti masih menggunakan kriteria yang rendah
dalam analisis item yaitu kreteria Guilford dimana rhit > 0.2. Selain itu, jumlah sample
subjek yang digunakan untuk penelitian ini kurang merepresentasikan jumlah populasi lansia
yang ada di Salatiga.
Melihat dari hasil perhitungan dan analisis data, tignkat depresi lansia di Salatiga
tergolong sedang. Oleh karena itu perlu adanya tindakan interfensi agar tingkat depresi
tersebut tidak bertambah tinggi melainkan adanya penurunan tingkat depresi. Beberapa
kegiatan yang dapat kami sarankan antara lain
Beck ,Aaron T dan Alford, Brad. (2009). Depression Causes and Treatment. Philadelphia,
Pennsylvania; ISBN 978-0-8122-1964-7.
Irawan,H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. Tapin; Vol. 40 no. 11, th. 2013.
Inri F.M, Anita E.D & Herdy M. (2015). Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Depresi
pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha ‘Agape’ Tondano. Manado:
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015.
1. Lampiran Blueprint
Sebelum uji coba
Menyalahkan dan 1. Saya suka mengkritik diri atas 1. Saya merasa menyalahkan diri hanya
mengkritik/mengomentari diri kekurangan diri saya. (14) membuang-buang waktu saja (20)
sendiri 2. Saya menyalahkan diri saya atas segala
kejadian buruk yang terjadi (19)
Distorsi Citra Tubuh 1. Saya merasa bahwa saya sudah tidak
menarik lagi (15)
2. Saya merasa malu jika orang lain
memperhatikan bentuk tubuh saya (16)
3 Fisiologis Tidak ada nafsu makan 1. Menurut saya, makanan yang saya
rasakan akhir akhir ini menjadi kurang
enak (21)
Tidak ada nafsu sexual 1. Menurut saya, pasagan saya menjadi 1. Saya senang menarik perhatian lawan
kurang menarik bagi saya (22) jenis saya(23)
Kehilangan enery 1. Saya lebih mudah letih daripada 1. Setiap bangun pagi badan saya merasa
biasanya (26) segar. (28)
2. Saya hanya ingin menghabiskan waktu
saya untuk bermalas-malasan (27)
4 Emosi Menangis 1. Saya merasa menangis tidak ada
gunanya. (30)
Mudah tersinggung / marah 1. Saya merasa mudah terpancing amarah 1. Saya tidak peduli dengan apa yang
jika ada yang berbicara tidak sesuai orang lain katakan mengenai saya. (34)
pemikiran saya (31)
2. Saya dapat mengkontrol emosi saya
(32)
Kehilangan selera humor 1. Lelucon tidak lagi tampak lucu bagi 1. Saya senang menonton acara-acara
saya. (37) komedi. (6)
3 Fisiologis Tidak ada nafsu makan 2. Menurut saya, makanan yang saya rasakan
akhir akhir ini menjadi kurang enak (21)
Sulit tidur 3. akhir akhir ini saya sering tidur lebih larut
malam daripada biasanya (24)
4. setiap malam saya merasa gelisah ketika
akan tidur (25)
Kehilangan enery 3. Saya lebih mudah letih daripada biasanya 2. Setiap bangun pagi badan saya merasa
(26) segar. (28)
4. Saya hanya ingin menghabiskan waktu
saya untuk bermalas-malasan (27)
4 Emosi Menangis
Suasana hati sedih 2. Ahkir-akhir ini saya sering merasa murung
terus menerus (29)