Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN AKHIR

TINGKAT DEPRESI PADA LANJUT USIA DI SALATIGA


“Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas akhir Penyusunan Skala Psikologi”

Dosen Pengampu:
Rudangta Arianti Sembiring, M.Psi., Psikolog

DISUSUN OLEH :

Triana Octaviani Pita 802014048

Rheza Josua Angelo Rivero Duduong 802014082

Daniel Pinutro Harining Kristanto 802014120

Naftalia Fristiani Zefanya Hutapea 802014208

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA

SALATIGA

2016
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang

Menurut World Health Organisation (WHO) lansia adalah seseorang yang telah
memasuki usia 60 tahun ke atas. Lansia merupakan kelompok umur pada manusia yang telah
memasuki tahapan akhir dari fase kehidupannya. Pada kelompok yang dikategorikan lansia
ini akan terjadi suatu proses yang disebut Aging Process. Proses menua ini ditandai dengan
perubahan pada fisik maupun mental lansia. Hurlock (2001, h.87) juga mengemukakan
bahwa yang disebut lanjut usia adalah orang yang berusia 60 tahun ke atas. Menurut Hurlock,
lanjut usia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia, masa di mana semua orang
berharap akan menjalani hidup dengan tenang, damai, serta menikmati masa pensiun bersama
anak dan cucu tercinta dengan penuh kasih sayang. Namun tidak sedikit dari mereka yang
mengalami hal sebaliknya, masa tua dijalani dengan rasa ketidakbahagiaan sehingga
menimbulkan rasa ketidaknyamanan. Lanjut usia cenderung sering diwarnai dengan kondisi
hidup yang tidak sesuai dengan harapan. Tingginya stressor dan peristiwa-peristiwa
kehidupan yang tidak menyenangkan dapat menimbulkan kemungkinan lanjut usia
mengalami kecemasan, kesepian, sampai pada tahap depresi (Wirasto, 2007, h.7).
Survey Kesehatan RI tahun 2001 menyatakan bahwa gangguan mental pada usia 55 –
64 tahun mencapai 7,9% sedangkan yang berusia di atas 65 tahun mencapai 12,3%.
Menurut Soejono dan Setiadji, 2000, Pada tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat
teratas penyakit yang dialami lanjut usia di negara berkembang termasuk Indonesia.
Gangguan depresi pada lanjut usia kurang dipahami sehingga banyak kasus depresi pada
lanjut usia yang tidak dikenali (underdiagnosed) dan tidak diobati (undertreated). Menurut
Beck, depresi didefinisikan dalam hal atribut, sebagai berikut depresi adalah sebuah
perubahan tertentu dari suasana hati meliputi kesedihan, kesepian, apatis. Kemudian depresi
adalah sebuah konsep diri yang negatif terkait dengan mencela diri dan menyalahkan diri
sendiri serta Regresif dan Keinginan untuk menghukum diri sendiri: keinginan untuk
melarikan diri, bersembunyi, atau mati.Selain itu depresi adalah perubahan vegetatif:
anoreksia, insomnia, kehilangan libido dan perubahan tingkat aktivitas: retardasi atau agitasi
(Beck,2008). Beck memandang gangguan depresi sebagai kontinuitas, jadi lebih dipandang
secara kuantitatif (ada perbedaan tingkat dan derajat simtomnya) daripada kualitatif (ada
tidaknya simtom). Perbedaan antara orang yang menderita depresi dengan yang tidak hanya
pada rentang dan derajat ada tidaknya simtom yang muncul.
Beberapa ciri tersebut juga senada dengan gejala-gejala depresi yang diungkapkan
oleh Lumongga (2009, h.22), diantaranya adalah gangguan pola tidur, menurunnya tingkat
aktivitas, mudah lelah, perasaan bersalah, sering menangis, suka menyendiri, menurunnya
nafsu makan dan hilangnya emosi kasih sayang. Dampak gangguan depresi pada lanjut usia
berasal dari faktor fisik, psikologis dan sosial yang saling berinteraksi secara merugikan dan
memperburuk kualitas hidup dan produktifitas kerja pada lanjut usia. Faktor fisik yang
dimaksud adalah penyakit fisik yang diderita lanjut usia. Faktor psikologis meliputi kondisi
sosial ekonomi dan kepribadian premorbid, sedangkan faktor sosial yang berpengaruh adalah
berkurangnya interaksi sosial atau dukungan sosial dan kesepian yang dialami lanjut usia
(Kaplan, 1998). Oleh karena itu para lansia perlu mendapat perhatian dan dukungan dari
lingkungan dan keluarga agar dapat mengatasi perubahan yang terjadi, selain perubahan
keadaan fisik dan keadaan mental yang makin rentan.
Depresi didefinisikan dalam hal atribut dimana terdapat perubahan tertentu dari
suasana hati, adanya sebuah konsep diri yang negatif terkait dengan mencela diri dan
menyalahkan diri sendiri , regresif dan keinginan untuk menghukum diri sendiri, serta
perubahan vegetatif dan tingkat aktivitas (Beck,2008). Depresi adalah istilah yang digunakan
untuk menggambarkan suatu kondisi adanya perubahan pada aspek emosi, motivasi, kognitif
dan fisiologis. Melihat fenomena yang telah peneliti jelaskan, peneliti memiliki keinginan
untuk mengukur tingkat depresi lanjut usia di Salatiga.
BAB II
METODE

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Analisis item yang digunakan


adalah Kriteria Guilford dengan r > 0,2. Subjek dalam penelitian ini adalah golongan Lanjut
Usia (Lansia) di Salatiga, Jawa Tengah yang berjumlah 53 partisipan. Bedasarkan dari
konsep operasional di atas, maka dibuatlah alat ukur penelitian mengenai tingkat depresi pada
Lansia, oleh karena itu skala yang digunakan adalah skala ordinal. Alat ukur ini dibuat
berdasarkan Skala Likert dengan 4 pilihan yaitu SS (sangat setuju), S (setuju), TS (tidak
setuju), STS (sangat tidak setuju). Nilai skor bergerak dari angka 1 sampai 4 untuk
pernyataan yang favorable, sedang nilai skor bergerak dari angka 4 sampai 1 untuk
pernyataan yang unfavorable. Untuk alat ukur ini dapat dilihat pada lampiran penelitian ini.

Tabel 1. Penyebaran Item Pada Skala

No Aspek Indikator No Item


Favorable Unfavorable
Total Item
1 Motivasi Kehilangan Ketertarikan (Paralysis of the will) 3 2 2
Keinginan untuk menhindari, lari dari kenyataan dan 1 4 2

menarik diri
Keinginan bunuh diri 5,7 - 2
Meningkatnya kebergantungan dengan orang lain 8 12 2
2 Kognitif Rendahnya penilaian terhadap diri sendiri 9,10 11 3
Tidak mempunyai harapan / pesimis - 17 1
Ragu dalam mengambil keputusan 13,18 - 2
Menyalahkan dan mengkritik/mengomentari diri sendiri 14,19 18,20 3
Distorsi Citra Tubuh 15,16 - 2
3 Fisiologis Tidak ada nafsu makan 21 - 1
Tidak ada nafsu sexual 22 23 2
Sulit tidur 24,25 - 2
Kehilangan energy 26,27 28 3
4 Emosi Menangis - 30 1
Suasana hati sedih 29 - 1
Mudah tersinggung / marah 31 34,32 3
Kehilangan kesenangan 33 - 1
Kehilangan kelekatan emosional 35 36 2
Kehilangan selera humor 37 6 2
TOTAL 24 13 37

BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN

Untuk menentukan bahwa suatu item dapat dikatakan valid dalam penelitian ini, dapat
dilihat dari Corrected item total correlation. Penentuan item yang valid menggunakan
ketentuan dari Guilford, dimana item pada skala pengukuran dapat dikatakan valid apabila
mempunyai koefesien korelasi item total rhit > 0,2. Pada penelitian ini, pengujian validitas
dilakukan sebanyak 3 kali putaran pengujian sampai tidak ditemukan adanya item yang
gugur. Pada putaran pertama ditemukan 5 item yang gugur. Kemudian pada putaran
selanjutnya ditemukan 1 item yang gugur. Sehingga, secara keseluruhan ditemukan 6 item
yang gugur dari 37 item. Dari keenam item yang gagal tersebut, diketahui bahwa 1 item
berasal aspek motivasi, 1 item dari aspek kognitif, 1 item dari aspek fisiologis dan 3 item dari
aspek emosi.

Tabel 2. Item gugur

No Aspek Indikator No Item


Favorable Unfavorable
Total
Item
1 Motivasi Kehilangan Ketertarikan 3 2 2
(Paralysis of the will)
Keinginan untuk menhindari, 1 4* 2
lari dari kenyataan dan
menarik diri
Keinginan bunuh diri 5,7 - 2
Meningkatnya kebergantungan 8 12 2
dengan orang lain
2 Kognitif Rendahnya penilaian terhadap 9,10 11 3
diri sendiri
Tidak mempunyai harapan / - 17 1
pesimis
Ragu dalam mengambil 13,18 - 2
keputusan
Menyalahkan dan 14,19 18,20* 3
mengkritik/mengomentari diri
sendiri
Distorsi Citra Tubuh 15,16 - 2
3 Fisiologi Tidak ada nafsu makan 21 - 1
Tidak ada nafsu sexual 22 23* 2
s
Sulit tidur 24,25 - 2
Kehilangan energy 26,27 28 3
4 Emosi Menangis - 30* 1
Suasana hati sedih 29 - 1
Mudah tersinggung / marah 31 34*,32* 3
Kehilangan kesenangan 33 - 1
Kehilangan kelekatan 35 36 2
emosional
Kehilangan selera humor 37 6 2
TOTAL 24 13 37

Berdasarkan, perhitungan uji validitas yang telah dilakukan. Diketahui bahwa secara
keseluruhan, skala ini memiliki content validity yang baik, akan tetapi tidak sempurna. Hal
ini, dikarenakan ada satu indikator yang pada akhirnya tidak memiliki item yang mewakili.
Dimana item yang mewakili tersebut berasal dari indikator menangis pada aspek emosi.

Perhitungan reliabilitas menggunakan alpha cronbach, alpha = 0,87, dengan menggunakan


perhitungan berikut:

s 2t −∑ ( s 21 )
¿( )(
n
n−1 s 2t )
Keterangan :

 = Koefisien Alpha

n = Jumlah item yang ada dalam kuisioner

s2t = Varian dari total skor (Varian total)

∑ ( s 21 ) = Total dari variasi item (Total Varian)

Sehingga skala tingkat depresi ini adalah reliabel atau ajeg dengan kategori reliabilitas
yang baik. Dalam menentukan tinggi rendahnya hasil pengukuran tingkat depresi digunakan
3 kategori yaitu berat, sedang, ringan. Pembagian 3 kategori tersebut berdasarkan teori Aaron
Beck yang membagi 3 tingkatan depresi yaitu mild, moderate, severe. Untuk menentukan
norma yang peneliti gunakan, peneliti menggunakan standar deviasi dengan menggunakan
rumus yang ada di dalam program Microsoft Excel.

Berdasarkan hasil perhitungan, dapat ditentukan kategori sebagai berikut :

Tabel 3. Norma
Kategori Norma Standar deviasi
Berat X > 83,96
Sedang
Ringan
74,71 < X < 83,96
X < 74,71
9,25

Ditinjau dari segi face validity, pada awalnya peneliti melakukan uji coba alat ukur ini
kepada 5 orang lansia. Peneliti mendapatkan hasil bahwa lansia merasa kesulitan dalam
membaca item-item yang tersedia. Hal ini terjadi dikarenakan tulisan yang tertera pada tabel
terlalu kecil. Selain itu, lansia tersebut mempunyai penurunan fungsi pengliatan. Oleh karena
itu peneliti melakukan beberapa perubahan pada skala awal yang telah dibuat yaitu
pemberasan ukuran tulisan dan penyederhanaan kalimat. Setelah dilakukan perubahan, tidak
ada hambatan yang ditemukan ketika lansia mengisi skala yang telah diberikan oleh peneliti,
sehingga face validity untuk skala ini dapat dikatakan baik.

BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan, dapat disimpulkan
bahwa tingkat depresi Lansia di Salatiga, Jawa Tengah tergolong sedang. sebanyak 22
partisipan (41,51%), depresi ringan sebanyak 21 partisipan (39,62%), dan depresi berat
sebanyak 10 partisipan (18,87%). Ditinjau dari segi realibilitas dan validitas, skala tergolong
skala yang baik. Hal ini didukung dari hasil pengukuran nilai realibilitas dan validitas yang
tinggi. Maka dari itu, skala ini dapat dikatakan reliabel atau ajeg dan mengukur apa yang
seharusnya diukur, yaitu deresi pada lansia di kota Salatiga. Selain itu face validity dari skala
ini tergolong baik, karena tidak ada kendala yang berarti yang ditemukan pada saat lansia
mengisi skala ini. Berdasarkan contect validity, skala ini juga sudah tergolong baik akan
tetapi belum sempurna.
Kekurangan dari alat ukur ini, peneliti masih menggunakan kriteria yang rendah
dalam analisis item yaitu kreteria Guilford dimana rhit > 0.2. Selain itu, jumlah sample
subjek yang digunakan untuk penelitian ini kurang merepresentasikan jumlah populasi lansia
yang ada di Salatiga.

Oleh karena itu, penelitian menyarankan beberapa saran sebagai berikut :

1. Bagi penelitian selanjutnya


Untuk peneliti selanjutnya, peneliti sebaiknya lebih memerhatikan jumlah sampel
yang diambil dan akan lebih baik jika menentukan kriteria sampel (contoh : tempat tinggal,
status marital, tingkat pendidikan, dll). Kemudian, peneliti selanjutnya diharapkan dapat
menggunakan standar yang lebih tinggi dalam menganalisis item agar kualitas dari alat tes ini
menjadi lebih baik. Serta memperbaiki pernyataan item pada setiap indikator dengan
memperhatikan kata-kata agar subjek tidak mudah menebak hal apa yang akan diukur.
2. Bagi lansia di Salatiga

Melihat dari hasil perhitungan dan analisis data, tignkat depresi lansia di Salatiga
tergolong sedang. Oleh karena itu perlu adanya tindakan interfensi agar tingkat depresi
tersebut tidak bertambah tinggi melainkan adanya penurunan tingkat depresi. Beberapa
kegiatan yang dapat kami sarankan antara lain

- Lansia dapat mengikuti kegiatan-kegiatan bimbingan kerajinan tangan. lansia


seperti menjahit, kerajinan tangan, dll.
- Berkegiatan fisik ringan seperti berolahraga ringan, berkebun, senam, dll. Hal ini
dapat meningkatkan kebugaran fisik dari lansia.
- Bersosialisasi atau berorganisasi. Ketika sesorang bersosialisasi, mereka tidak
akan merasa sepi dan sendiri. Selain itu, dapat menambah motivasi lansia ketika
akan mengikuti dan melakukan suatu kegiatan.
- Selain memperhatian dari segi jasmani, lansia juga perlu memperhatikan diri dari
segi rohani, misalnya dengan mengikuti bimbingan agama seperti persekutuan
doa, pengajian, dll yang berkaitan dengan kegiatan rohani. Hal ini dapat menjadi
intervensi kepada lansia agar mereka tidak cepat putus asa dan memiliki semangat
untuk tetap menjalani hidup.
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Beck ,Aaron T dan Alford, Brad. (2009). Depression Causes and Treatment. Philadelphia,
Pennsylvania; ISBN 978-0-8122-1964-7.

Irawan,H. (2013). Gangguan Depresi pada Lanjut Usia. Tapin; Vol. 40 no. 11, th. 2013.

Inri F.M, Anita E.D & Herdy M. (2015). Hubungan Lama Tinggal dengan Tingkat Depresi
pada Lanjut Usia di Panti Sosial Tresna Werdha ‘Agape’ Tondano. Manado:
Jurnal e-Clinic (eCl), Volume 3, Nomor 1, Januari-April 2015.
1. Lampiran Blueprint
Sebelum uji coba

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable


1 Motivasi Kehilangan Ketertarikan (Paralysis 1. Saya tidak memiliki keinginan 1. Saya sering memberikan bantuan pada
of the will) berinteraksi dengan orang lain. (3) orang lain. (2)
Keinginan untuk menghindari, lari 1. Saya memilih untuk menghabiskan 1. Saya tidak pernah menunda-nunda
dari kenyataan dan menarik diri waktu saya di rumah daripada pergi ke waktu dalam mengerjakan tugas
luar. (1) ataupun pekerjaan saya. (4)
Keinginan bunuh diri 1. Saya merasa hidup saya penuh akan
penderitaan. (5)
2. Penderitaan yang saya alami akan
hilang jika saya mengakhiri hidup saya.
(7)
Meningkatnya kebergantungan 1. Saya tidak mampu menyelesaikan 1. Jika saya benar-benar tidak mampu
dengan orang lain masalah saya sendiri. (8) menyelesaikan masalah saya, saya
baru akan mencari orang lain. (12)
2 Kognitif Rendahnya penilaian terhadap diri 1. Saya merasa orang lain lebih baik 1. Saya merasa masih memiliki
sendiri daripada saya. (9) kemampuan untuk melakukan banyak
aktivitas (11)
2. Saya memilih untuk menghabiskan
waktu saya di rumah daripada pergi ke
luar. (1)
Tidak mempunyai harapan / 1. Saya percaya bahwa apa yang saya
pesimis lakukan dapat bermanfaat bagi diri saya
dan orang disekitar saya (17)
Ragu dalam mengambil keputusan 1. Saya selalu mengandalkan anggota
keluarga dalam mengambil keputusan.
(13)

Menyalahkan dan 1. Saya suka mengkritik diri atas 1. Saya merasa menyalahkan diri hanya
mengkritik/mengomentari diri kekurangan diri saya. (14) membuang-buang waktu saja (20)
sendiri 2. Saya menyalahkan diri saya atas segala
kejadian buruk yang terjadi (19)
Distorsi Citra Tubuh 1. Saya merasa bahwa saya sudah tidak
menarik lagi (15)
2. Saya merasa malu jika orang lain
memperhatikan bentuk tubuh saya (16)

3 Fisiologis Tidak ada nafsu makan 1. Menurut saya, makanan yang saya
rasakan akhir akhir ini menjadi kurang
enak (21)

Tidak ada nafsu sexual 1. Menurut saya, pasagan saya menjadi 1. Saya senang menarik perhatian lawan
kurang menarik bagi saya (22) jenis saya(23)

Sulit tidur 1. akhir akhir ini saya sering tidur lebih


larut malam daripada biasanya (24)
2. setiap malam saya merasa gelisah
ketika akan tidur (25)

Kehilangan enery 1. Saya lebih mudah letih daripada 1. Setiap bangun pagi badan saya merasa
biasanya (26) segar. (28)
2. Saya hanya ingin menghabiskan waktu
saya untuk bermalas-malasan (27)
4 Emosi Menangis 1. Saya merasa menangis tidak ada
gunanya. (30)

Suasana hati sedih 1. Ahkir-akhir ini saya sering merasa


murung terus menerus (29)

Mudah tersinggung / marah 1. Saya merasa mudah terpancing amarah 1. Saya tidak peduli dengan apa yang
jika ada yang berbicara tidak sesuai orang lain katakan mengenai saya. (34)
pemikiran saya (31)
2. Saya dapat mengkontrol emosi saya
(32)

Kehilangan kesenangan 1. Saya tidak menikmati hal-hal yang


biasa saya lakukan. (33)
Kehilangan kelekatan emosi 1. Saya merasa hubungan emosional 2. Saya memiliki hubungan yang dekat
dengan keluarga saya berkurang. (35) dengan orang lain. (36)

Kehilangan selera humor 1. Lelucon tidak lagi tampak lucu bagi 1. Saya senang menonton acara-acara
saya. (37) komedi. (6)

Setelah Uji coba

No Aspek Indikator Favorable Unfavorable


1 Motivasi Kehilangan Ketertarikan (Paralysis of 2. Saya tidak memiliki keinginan berinteraksi 2. Saya sering memberikan bantuan pada
the will) dengan orang lain. (3) orang lain. (2)
Keinginan untuk menghindari, lari dari 2. Saya memilih untuk menghabiskan waktu
kenyataan dan menarik diri saya di rumah daripada pergi ke luar. (1)
Keinginan bunuh diri 3. Saya merasa hidup saya penuh akan
penderitaan. (5)
4. Penderitaan yang saya alami akan hilang
jika saya mengakhiri hidup saya. (7)
Meningkatnya kebergantungan dengan 2. Saya tidak mampu menyelesaikan masalah 2. Jika saya benar-benar tidak mampu
orang lain saya sendiri. (8) menyelesaikan masalah saya, saya baru
akan mencari orang lain. (12)
2 Kognitif Rendahnya penilaian terhadap diri 3. Saya merasa orang lain lebih baik daripada 2. Saya merasa masih memiliki kemampuan
sendiri saya. (9) untuk melakukan banyak aktivitas (11)

4. Saya memilih untuk menghabiskan waktu


saya di rumah daripada pergi ke luar. (1)
Tidak mempunyai harapan / pesimis 2. Saya percaya bahwa apa yang saya lakukan
dapat bermanfaat bagi diri saya dan orang
disekitar saya (17)
Ragu dalam mengambil keputusan 2. Saya selalu mengandalkan anggota
keluarga dalam mengambil keputusan. (13)

Menyalahkan dan 3. Saya suka mengkritik diri atas kekurangan


mengkritik/mengomentari diri sendiri diri saya. (14)
4. Saya menyalahkan diri saya atas segala
kejadian buruk yang terjadi (19)
Distorsi Citra Tubuh 3. Saya merasa bahwa saya sudah tidak
menarik lagi (15)
4. Saya merasa malu jika orang lain
memperhatikan bentuk tubuh saya (16)

3 Fisiologis Tidak ada nafsu makan 2. Menurut saya, makanan yang saya rasakan
akhir akhir ini menjadi kurang enak (21)

Tidak ada nafsu sexual 2. Menurut saya, pasagan saya menjadi


kurang menarik bagi saya (22)

Sulit tidur 3. akhir akhir ini saya sering tidur lebih larut
malam daripada biasanya (24)
4. setiap malam saya merasa gelisah ketika
akan tidur (25)

Kehilangan enery 3. Saya lebih mudah letih daripada biasanya 2. Setiap bangun pagi badan saya merasa
(26) segar. (28)
4. Saya hanya ingin menghabiskan waktu
saya untuk bermalas-malasan (27)
4 Emosi Menangis
Suasana hati sedih 2. Ahkir-akhir ini saya sering merasa murung
terus menerus (29)

Mudah tersinggung / marah 2. Saya merasa mudah terpancing amarah


jika ada yang berbicara tidak sesuai
pemikiran saya (31)

Kehilangan kesenangan 2. Saya tidak menikmati hal-hal yang biasa


saya lakukan. (33)
Kehilangan kelekatan emosi 3. Saya merasa hubungan emosional dengan 4. Saya memiliki hubungan yang dekat
keluarga saya berkurang. (35) dengan orang lain. (36)
Kehilangan selera humor 1. Lelucon tidak lagi tampak lucu bagi saya. 1. Saya senang menonton acara-acara komedi.
(37) (6)
2. Lampiran Skala
Putaran I
Putaran II
Putaran III

Anda mungkin juga menyukai