PERNIKAHAN
Dosen Pembimbing :
DISUSUN OLEH :
FAKULTAS PSIKOLOGI
SALATIGA
2017
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
terbukanya kesempatan bagi wanita untuk bekerja di luar rumah. Seiring berjalannya
waktu dapat dilihat semakin banyak wanita yang menduduki posisi-posisi tertentu di
sebuah instansi maupun perusahaan. Bila mengingat di era R.A Kartini perempuan
diidentikkan dengan tanggung jawab urusan dapur dan mengurus anak, kini nampaknya
perjuangan pahlawan emansipasi tersebut terlihat. Sebuah survei yang dilakukan oleh
untuk posisi di perusahaan. Hal tersebut menunjukkan model karir yang semakin
berkembang sejalan dengan berkembangnya waktu. Tak jarang wanita yang berkarir
berhenti dari dunia kerja karena berbagai alasan yang terkadang mengarahkan wanita
pada fenomena fear of success. Wanita yang berhenti mengejar karir kerena berbagai
alasan seperti cuti hamil, mengurus keluarga ataupun melanjutkan pendidikan semakin
banyak bermunculan, dan bahkan sesuatu yang dianggap cukup lumrah. Menurut laporan
Returning To Work (2017) dari spesialis perusahaan perekrutan tenaga kerja profesional
Robert Walters, 66% wanita yang disurvei di Indonesia menyatakan bahwa suatu saat
mereka akan berhenti bekerja. Di sisi lain, data menunjukkan 44% manajer perekrutan di
Indonesia memilih tidak mempekerjakan wanita yang kembali bekerja beberapa tahun
kemungkinan tidak memiliki pengetahuan tentang tren industri terbaru atau tidak akan
fenomena yang ada, survey dilakukan berdasarkan observasi dan interviu singkat salah
satu Bank di Salatiga yang dilakukan pada Selasa (19 Juni 2017), dimana sebagian besar
pegawainya adalah wanita usia produktif yakni berkisar _______ dengan 60 % posisi
teller diisi oleh wanita. Kemudian posisi Customer Service (CS) 70 % juga diisi oleh
wanita. Para pegawai Bank di Salatiga khususnya pegawai wanita rata-rata hampir
bekerja selama _____ tahun. Dari hasil interviu singkat didapati bahwa pegawai wanita di
Bank tersebut sudah bekerja cukup lama, namun tidak membuat pegawai wanita tertarik
untuk melakukan promosi jabatan atau tidak melanjutkan ke jabatan yang lebih tinggi
bahkan beberapa pegawai wanita ada yang mengakhiri pekerjaannya masih di jabatan
yang sama. Menurut teori yang dikemukakan Horner (1970), bahwa wanita merasa
prestasi seringkali diasosiasikan sebagai sesuatu yang sifatnya maskulin, apabila wanita
mencapai prestasi tinggi maka sifat feminimitasnya akan dipandang kurang sebagai
seorang yang maskulin. Disamping itu orientasi tugas yang sifatnya kompetitif dan
agresif, membuat wanita merasa tidak nyaman untuk melakukan perilaku yang
berhubungan dengan pencapaian prestasi, yang tampak tidak feminin dan menyebabkan
penolakan sosial, karena kebanyakan masyarakat menganggap wanita lebih pantas untuk
menampilkan motif afiliasi dalam bentuk lebih dekat dan memperhatikan orang lain
Berdasarkan interviu yang peneliti lakukan pada tanggal 19 Juni 2017 kepada kepala
success. Ketujuh pegawai wanita tersebut memiliki karakteristik yang sesuai dengan ciri-
ciri fear of success yang dimaksudkan dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut: 3 dari 7
pegawai wanita mengakui menghindar dari situasi yang menyebabkan terjadinya konflik.
Ketiga wanita tersebut justru cenderung menolak akan adanya tawaran promosi jabatan
yang ditawarkan oleh pimpinan, karena menghindari konflik dengan rekan kerjanya.
Mereka khawatir, tawaran promosi tersebut akan menjadi bumerang dan merusak
hubungan baik antar rekan kerja, keadaan tersebut menunjukkan bahwa mereka takut
mengaku enggan terlihat ambisius dalam mengejar karir. Menurut mereka mengiyakan
promosi jabatan dan kenaikan pangkat yang ditawarkan oleh pimpinan, akan
Bekerja merupakan hal mendasar yang harus dipenuhi oleh seseorang, baik pria
maupun wanita. Hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan serta
aktualisasi diri seseorang. Dengan bekerja, seseorang dapat menuangkan ide kreatif dan
produktivitas yang dapat membuat seseorang dan orang lain menjadi bangga akan hasil
kerja tersebut. Ketika hasil kerjanya mendapat penghargaan atau reward membuat
seseorang tersebut menjadi lebih ingin berkarir. Pada kalangan wanita di era milenia saat
ini, semakin banyak wanita yang ingin berkarir, terutama pada wanita usia dewasa dini
yang sesuai dengan masa perkembangannya wanita memiliki tugas perkembangan yang
menjadi ibu rumah tangga dirumah dengan mendedikasikan hidupnya untuk melayani
seorang wanita yang menjadi ibu rumah tangga dapat dilihat dari bagaimana ia mendidik
anak, membesarkan serta mengurus keperluan anak dan suami dengan baik. Dewasa ini
semakin banyak wanita yang memilih untuk ikut bekerja. Wanita semakin mampu
wanita karir, dengan demikian wanita cenderung mengembangkan potensi diri yang
keberhasilan seorang wanita pun mulai bergeser, ketika ia mampu bekerja serta mulai
mengaktulisasikan dirinya dalam dunia kerja bukan hanya mengabdi untuk mengurus
Di era milinea saat ini semakin terbukanya lapangan pekerjaan untuk wanita, hal
tersebut membuat semakin bertambahnya pula pekerja wanita baik disektor industri
maupun pendidikan, meski begitu tetap wanita dapat menjalankan peran gandanya
sebagai ibu rumah tangga serta ibu bagi anak-anaknya. Namun tak jarang ada beberapa
wanita yang sudah bekerja harus merelakan pekerjaanya karena mendapat tanggapan
kurang mengenakkan dari pasangan ataupun ada hal lain yang mendesak, wanita yang
tidak dapat menjalankan peran gandanya hingga harus merelakkan karir atau mencari
pekerjaan yang waktunya lebih sedikit. Ada pula yang dapat melakukan pekerjaan dan
urusan rumah dengan baik yang membuat kaum wanita merasa puas dengan bekerja dan
diperkuat dengan teori yang dikemukakan oleh Berk (2012) mengenai perencaan karir
pada wanita seringkali sifatnya jangka pendek dan berubah-rubah. Ada beberapa hal yang
membuat wanita perencaan karir berubah, karena melahirkan dan mengasuh anak ataupun
berbagai pertimbangan dari keluarga ketika memutuskan untuk berkarir. Wanita
cenderung takut akan keberhasilan atau menduduki jabatan yang tinggi dalam dunia kerja.
untuk kemudian dapat bekerja di berbagai bidang pekerjaan. Masih sering terdengar
adanya wanita yang mengundurkan diri dari pekerjaannya dan memilih untuk menjadi ibu
rumah tangga biasa setelah menikah. Menurut Santrock (2002) yang paling umum untuk
perempuan adalah bekerja sebentar setelah menyelesaikan sekolah atau bahkan kuliah,
menikah, dan mempunyai anak, kemudian ketika anak-anak bertambah besar kembali
bekerja paruh waktu untuk membantu pendapatan suami. Jadi berdasarkan pernyataan
tersebut wanita berkerja hanya untuk membantu perekonomian keluarga saja, bukan
Wanita yang menikah dan bertindak sebagai ibu rumah tangga memiliki beban tugas
yang lebih banyak dibandingkan dengan wanita yang belum berstatus menikah. Peran
wanita karir yang sudah menikah cenderung akan mengalami berbagai pertimbangan dari
sudut pandangan keluarga baik dari sang anak, suami hingga urusan rumah tangga, yang
terkadang membuat wanita karir yang sudah menikah harus memikirkan peran gandanya
sebagi wanita karir dan ibu rumah tangga. Hal tersebut yang terkadang menjadi
penghambat dan menjadi tantangan wanita karir yang sudah menikah. Dilema yang
dirasakan terkadang membuat wanita karir yang sudah menikah merasa bingung akan
tuntutan pekerjaan, peran ganda, pemenuhan kebutuhan anak, konflik dengan pasangan
hingga persaingan dalam hal kerja dengan pasangan. Hal tersebut terkadang membuat
wanita menjadi stress dan menjadi beban pikiran tersendiri. Hal tersebut diperkuat oleh
Papalia, dkk (2008) yang menyatakan pasangan yang bekerja menhadapi tuntutan ekstra
dalam hal waktu, energi, konflik pekerjaan dan keluarga. Hurlock (1980) menyatakan
bahwa banyak pekerja wanita yang setelah lama bekerja di kantor merasa pasrah dan tak
sanggup lagi apabila diharapkan untuk berperan sebagai ibu rumah tangga dan ibu dari
anak-anaknya. Tujuan wanita yang sudah menikah untuk bekerja biasanya adalah untuk
Pada dasarnya, wanita yang belum menikah (single) cenderung belum memiliki
kewajiban dan tanggung jawab sebanyak wanita yang telah menikah. Wanita yang belum
menikah memiliki lebih banyak waktu serta energi yang dituntut oleh pekerjaan dan lebih
berpeluang untuk mencapai kemajuan karir yang lebih besar daripada wanita yang sudah
menikah. Namun wanita Indonesia yang belum menikah terutama usia 25 tahun ke atas
juga sering dihadapkan pada pertanyaan kapan akan menikah, padahal masih ingin
bekerja secara maksimal. Wanita dengan usia matang akan mendapatkan tuntutan untuk
cepat menikah dari keluarga dan masyarakat. Sedangkan seorang wanita yang lebih sibuk
Dalam penelitian Horner (1972) menemukan bahwa wanita merasa takut kehilangan
cinta dan dianggap dan dianggap tidak feminine menjadi alasan kuat munculnya fear of
success. Dowling (1995) menjelaskan bahwa ketakutan untuk sukses sebagai suatu
kemampuan dan kreativitasnya secara penuh. Seperti halnya Cinderella, wanita selalu
menggangap seorang pria mampu menolong dirinya dan mengubah kehidupannya serta
menjadikannya sebagai tempat bergantung. Wanita yang memiliki bakat akan cenderung
B. Rumusan Masalah
1. Apakah ada perbedaan fear of success pada wanita karir ditinjau dari status
pernikahan?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbedaan fear of success pada wanita karir ditinjau dari status
pernikahan.
D. Manfaat Penelitian