2. Dalam kaitannya dengan peranan wanita dalam pekerjaan, jelaskan pendapat anda
mengenai;
a) Keseimbangan peran antara seorang istri, seorang ibu, dan seorang wanita karir
Perkembangan zaman dari waktu ke waktu telah mendukung kemajuan bangsa
dan masyarakat dunia. Pergeseran nilai-nilai di masyarakat mengenai perempuan yang
bekerja dicatat mengalami kemajuan yang terus meningkat dari dekade sebelumnya.
Hal tersebut terlihat dari data Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) yang dicatat
oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Di tahun 1990 TPAK wanita berada di angka 38,79%,
di tahun 2014 angka tersebut mengalami kenaikan hingga 11,43% menjadi 50,22% dan
angka terus bertambah di tahun 2020 menjadi 67,77%. Kenaikan angka tersebut
menunjukkan perubahan yang cukup besar dalam perkembangan angkatan kerja
wanita.
Terlepas dari pekerjaannya, wanita memang memiliki peran lain dalam
kehidupannya yang disebut dengan peran ganda. Selain menjadi wanita karir, wanita
juga berperan sebagai seorang istri dan ibu. Secara praktis, banyak kondisi-kondisi
yang dihadapi oleh wanita ketika dihadapkan pada permasalahan dualism peran ganda
tersebut, Oleh karena itu, terdapat banyak tuntutan dan tantangan bagi wanita dalam
mencapai keseimbangan antara pekerjaan dan rumah tangga. Salah satu tantangan
terbesar yang dihadapi oleh wanita karir adalah pembagian waktu antara pekerjaan dan
tanggung jawab rumah tangga, sehingga untuk mencapai keseimbangan di antara
keduanya dibutuhkan manajemen waktu yang baik.
Menurut penulis, wanita memang dapat menjalankan peran ganda yaitu sebagai
seorang wanita karir, seorang istri, dan seorang ibu. Akan tetapi, pada praktiknya tidak
dapat dipungkiri bahwa sangat sulit untuk mendapatkan keseimbangan dalam
menjalani peran-peran tersebut karena adanya permasalahan seperti banyaknya
deadline pekerjaan dan tanggung jawab rumah tangga. Hal tersebut membuat wanita
karir menjadi tidak optimal dalam menjalankan salah satu perannya, contohnya ketika
ia sibuk bekerja di kantor dari pagi hingga malam, maka akan sulit baginya untuk
menyeimbangkan peran sebagai seorang istri dan ibu sehingga perhatian yang ia
berikan untuk suami dan anaknya menjadi tidak optimal, begitupun sebaliknya.
Meskipun begitu, bukan berarti peran ganda seorang wanita sebagai seorang
wanita karir, istri, dan ibu rumah tangga tidak dapat berjalan dengan baik. Wanita karir
dapat menerapkan beberapa strategi untuk tetap menjaga keseimbangan perannya
sebagai istri dan ibu, seperti menjaga komunikasi dengan suami dan anak,
menghabiskan waktu liburan dan quality time bersama suami dan anak, serta
menyiapkan kebutuhan suami dan anak sebelum terlibat aktif pada pekerjaan di luar
rumah.
Referensi:
Miller, Katherine. 1994. Organizational Communication Approaches and Processes.
Stamford: Cengage Learning.
Nurlaila. Mohunggo, Yolanda. Persepsi Wanita Karier Terhadap Konflik Pekerjaan
dan Keluarga. Ternate Selatan: Universitas Khairun
Mayangsari, Marina Dwi. Amalia, Dhea. Keseimbangan Kerja-Kehidupan Pada
Wanita Karir. Banjarbaru: Universitas Lambung Mangkurat.
3. Pandemi menuntut karyawan untuk melakukan WFH (Work From Home). Jelaskan
bagaimana;
a) WFH mempengaruhi emosi dan mental karyawan
Di dalam kondisi darurat pandemi Covid-19 yang jumlah kasusnya terus
bertambah ini terdapat berbagai macam peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan
pemerintah untuk menekan laju kasus Covid-19. Salah satunya adalah kegiatan bekerja
yang harus dilakukan di rumah, yang dikenal dengan istilah Work From Home (WFH).
Perubahan ini kemudian memberikan pengaruh yang besar terhadap emosi dan mental
karyawan. Mengutip (Dessler, 2019), dalam dunia kerja emosi terbagi menjadi dua
kategori yaitu emosi positif dan emosi negatif. Emosi positif adalah suatu ekspresi yang
menunjukkan perasaan atau interpretasi yang baik atau positif terhadap suatu peristiwa.
Sedangkan emosi negatif adalah kebalikannya. Karena WFH menyebabakan
berkurangnya interaksi sosial, maka kebanyakan karyawan yang bekerja dari rumah
lebih banyak merasakan emosi negatif.
Terdapat berbagai faktor dari WFH yang mempengaruhi emosi dan mental
karyawan seperti berkurangnya interaksi sosial, rasa lelah dan jenuh saat bekerja di
rumah, dan waktu kerja yang tidak menentu. Ketika bekerja di kantor, karyawan dapat
meredakan rasa stress akibat pekerjaan dengan cara berinteraksi dengan pegawai
lainnya, sementara WFH menyebabkan keterbatasan komunikasi sehingga interaksi
dengan pegawai lainnya menjadi sulit dan jarang dilakukan. Bekerja di lingkungan
yang sama dalam jangka waktu yang lama pun dapat menimbulkan rasa jenuh,
ditambah dengan banyaknya gangguan di rumah yang dapat membuat karyawan
merasa kesulitan dalam berkonsentrasi dengan pekerjaannya. Selain itu, minimnya
supervisi atau pengawasan dari atasan ketika WFH dapat memberikan tekanan bagi
karyawan karena untuk menunjukkan komitmen dengan pekerjaan, karyawan harus
bekerja lebih keras. Hal tersebut dapat menimbulkan rasa lelah yang membuat
karyawan menjadi stress. Waktu kerja yang tidak menentu juga menjadi salah satu
faktor yang mempengaruhi emosi karyawan saat WFH. WFH membuat sebagian besar
karyawan merasa kesulitan dalam menentukan batasan waktu untuk bekerja, contohnya
adalah bekerja pada waktu istirahat karena adanya tekanan untuk mengejar deadline.
Selain faktor-faktor tersebut, faktor teknis juga dapat mempengaruhi emosi karyawan
seperti jaringan internet yang tidak stabil yang dapat memicu amarah karyawan.
Keadaan-keadaan yang dialami selama WFH tersebut akan mempengaruhi
emosi dan kemudian akan muncul rasa cemas, rasa bersalah, rasa putus asa, rasa takut,
dan rasa marah. Padahal, emosi-emosi negatif tersebut berbahaya bagi kesehatan
mental karyawan. Rasa cemas yang berlebihan misalnya, dapat menyebabkan penyakit
mental seperti depresi dan anxiety disorder.
Referensi:
Wijaya, Muhamad Fadh Dzaki. et al. 2021. Analisis Emosi dan Suasana Hati Akibat
Ancaman Pandemi Covid-19 Pada Pengambilan Keputusan Manajer. Bekasi:
President University.