Anda di halaman 1dari 8

Tugas Personal ke-1

(Minggu 2 / Sesi 3)

CROSS-CULTURAL REALITIES AT WORK

Latar Belakang:

Tugas wawancara dilakukan oleh mahasiswa yang sedang mempelajari komunikasi


lintas budaya dengan menggunakan metode etnografi. Wawancara ini juga dapat
dilakukan oleh para professional untuk mengetahui tentang perkembangan
organisasinya dan perhatian kepada keberagaman di lingkungan kerja.

Instruksi:

Wawancara tiga orang di lingkungan Anda tentang isu kebudayaan yang sering
mereka temui di tempat kerja. Rekam video wawancara Anda dengan orang-orang
tersebut serta lengkapi dengan foto-foto lingkungan kerja mereka. Lampirkan video
dan foto-foto wawancara Anda dalam file .zip/.rar pada saat Anda mengumpulkan
tugas. Anda bisa mengirimkan video dan foto ke email dosen Anda setelah selesai
upload paper tugas ke dalam LMS.

Isi Wawancara

Temukan subjek wawancara Anda dengan kriteria sebagai berikut:

 Berusia sedikitnya 7 tahun lebih tua atau 7 tahun lebih muda dari Anda.
 Memiliki profesi atau pekerjaan yang berbeda dengan Anda. (Boleh teman
satu perusahaan tapi berbeda divisi)
 Memiliki latar belakang budaya yang sama sekali berbeda dengan Anda.

Mulai wawancara dengan menjelaskan siapa Anda dan alasan Anda mewawancarai
mereka. Berikut adalah contoh-contoh daftar pertanyaan perkenalan yang bisa Anda
ajukan:

 Pekerjaan apa yang Anda lakukan?


 Sudah berapa lama Anda bekerja?
 Jika Anda bisa mengobservasi pekerjaan subjek: Bisakah Anda menunjukkan
pada saya, bagaimana lingkungan kerja Anda sehari-hari?
Jika Anda Anda tidak bisa mengobservasi pekerjaan subjek: Bisakah Anda
menjelaskan kepada saya kegiatan Anda sehari-hari?

Setelah itu beralih ke pertanyaan-pertanyaan yang membutuhkan pemikiran dan


kepercayaan dari subjek, seperti berikut:

COMM6263 - Business Communication


 Mengapa Anda memilih pekerjaan seperti ini? Menurut Anda, orang-orang
yang seperti apa yang melakukan pekerjaan yang sama seperti Anda? (Dan
apakah subjek mengganggap dirinya seperti orang-orang tersebut?)
 Apa yang Anda suka dari pekerjaan Anda?
 Seberapa sulit dan berisiko pekerjaan Anda?
 Bagaimana perusahaan/costumer/klien memperlakukan Anda? Apa yang
mereka pikirkan tentang Anda dan pekerjaan Anda?
 Bagaimana perasaan Anda sebagai …. (isi titik kosong dengan kategori
budaya yang terlihat jelas, misalnya seorang laki-laki, seorang senior, kulit
hitam Amerika, berumur 20an, dll) di lingkungan kerja Anda?
 Apakah pekerjaan ini mengubah pola pikir Anda tentang diri Anda, dan
tentang dunia di sekitar Anda?
 Anda sebagai pewawancara bisa mengembangkan pertanyaan sesuai
kebutuhan.

Analisis

Refleksikan hasil wawancara tersebut dengan lingkungan tempat Anda sendiri


bekerja. Anda dapat menuliskan jawaban Anda untuk pertanyaan-pertanyaan yang
sama untuk subjek, dan kemudian bandingkan dengan jawaban subjek. Mulailah
analisis Anda dengan pertanyaan-pertanyaan kritis, seperti berikut:

1. Aspek apa dari pekerjaan subjek yang menentukan atau mengindikasikan


status mereka di antara orang lain?
2. Apa saja hubungan antara pengalaman kerja subjek dengan gender, ras,
usia, dan/atau suku etnisnya?
3. Bagaimana sikap, nilai, perilaku yang mendorong budaya kerja di tempat
subjek bekerja?
4. Apa saja bentuk komunikasi antar budaya yang terjadi dalam lingkungan kerja
subjek atau dalam interaksi antara subjek dengan koleganya?

COMM6263 - Business Communication


Jawaban

Narasumber ke 1 :

Nama : Aria Purna Lauwu


Perusahaan : Anak Indomdediaa
Dibidang : Jasa Dan Penjualan
Lama Bekerja : 5 Tahun

Narasumber Ke 2 :

Nama : Lani Setiawati


Perusahaan : Eka Tunas Anugrah
Dibidang : Perhotelan
Lama Bekerja : 3 tahun

Narasumber ke 3 : Thio Tong Kiang


Perusahaan : Bengkel
Dibidang : Mesin Potong Plastik
Lama Bekerja : 20 Tahun

Foto :

COMM6263 - Business Communication


Analisis

1.Dari wawancara yang saya telah lakukan saya dapat memberi kesimpulan bahwa
aspek aspek – aspek dari pekerjaan tersebut sebagai berikut :

.A.Aspek biologis Meliputi :


i. Umur
Umur berpengaruh terhadap bagaimana perilku individu, termasuk bagaimana
kemampuannya untuk bekerja, dan merepon stimulus yang diberikan individu
lainnya.
ii. Jenis kelamin
Wanita lebih patuh terhadap aturan dan otoritas, sedangkan pria lebih agresif
sehingga lebih besar mencapai kesuksesan walaupun perbedaan itu terbukti
sangat kecil
iii. Status perkawinan
Penilitian membuktikan, bahwa orang yang telah berumah tangga relative lebih
baik dibandingkan dengan yang masih single.
iv. Jumlah atau banyaknya tanggungan
Penelitian menunjukkan, bahwa lebih banyak tanggungan dalam keluarga
berpengaruh terhadap produktivitas karyawan.
v. Masa kerja
Revelensi masa kerja adalah berkaitan dengan senioritas dalam pekerjaan.
a. Aspek Kepribadian

COMM6263 - Business Communication


Kepribadian sebagai cara dengan mana individu bereaksi dan berinteraksi dengan
orang lain. Bentuk – bentuk kepribadian pada akhirnya akan mempengaruhi
budaya perilaku organisasi.
b. Aspek Kemampuan
Yang dimaksud dengan kemampuan disini adalah kapasitas seseorang untuk
melaksanakan berbagai kegiatan dala satu pekerjaan. Untuk mencapai tujuan
organisasi diperlukan kemampuan yang terstruktur untuk mengeksploitasi kinerja
– kinerja yang menghasilkan produktivitas.

c. Aspek Pembelajaran
Belajar adalah proses peruabahan yang relative konstan dalam tingkah laku yang
terjadi karena adanya penagalaman atau latihan. Belajar tidak hanya mengubah
sikap dan pikiran tetapi yang lebih penting lagi balajar harus mengubah perilaku
subjek ajar.

d. Aspek Sikap
Sikap merupakan faktor yang harus dipahami agar dpat memahami individu lain.
Dengan saling memahami sikap individu maka organisai dapat berjalan dengan
baik.

e. Aspek Persepsi
Persepsi merupakan suatu proses memperhatikan dan menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menafsirkan stimulus lingkungan.
f. Aspek Kepuasan Kerja

Kepuasan kerja mempengaruhi produktivitas atau kinerja karyawan, semakin


puas individu tersebut dalam bekerja maka ia akan betam berada dalam suatu
organisasi. Dan bila individu tersebut tidak puas, maka akan mempengaruhi
kinerjanya, seperti misalnya berhenti berkerja atau datang terlambat

COMM6263 - Business Communication


2. Sebagaimana yang telah kita ketahui bersama, bahwa masyarakat yang
mendiami wilayah Indonesia sangat majemuk, dalam pengertian bahwa terdiri atas
berbai suku bangsa dan agama yang masing – masing memiliki adat istiadat yang
satu dengan yang lainnya. Berdasarkan wawancara yang telah penulis lakukan,
hubungan antara pengalaman kerja subjek dengan gender, ras, usia, dan/atau suku
etnisnya terlihat dari sisi stereotip dan juga sisi solidaritasnya. Dilihat dari sisi
etnisitas kemajemukan biasanya ditandai oleh adanya stereotip. Salah satu definisi
"stereotip" (Ho, 1990) adalah deskripsi umum dari sekelompok orang yang biasanya
dikembangkan dari waktu ke waktu berdasarkan pada interaksi lintas budaya.
Seseorang yang belum pernah bertemu orang lain dari latar belakang etnis tertentu
mungkin memiliki stereotip, yaitu terbatas atau pandangan konitif yang fleksibel
(Abreu, 2001) terhadap budaya yang didasarkan pada apa yang mereka telah
mendengar, melihat, atau membaca, (dalam hal ini seperti gender, ras, usia, suku
etnis dan lain – lain),namun tidak didasarkan pada interaksi pribadi yang nyata
dengan orang lain dari etnis itu.
Meunrut saya , Stereotip dapat berguna secara psikologis. Mereka dapat membantu
memori dengan menyediakan perangkat untuk beberapa potongan informasi
bersama-sama di bawah satu label. Hal ini bisa membantu seseorang karena
membuat dunia tidak rumit, lebih dapat diprediksi, dan sebagai hasilnya, lebih
nyaman.
Ketika kita melihat usia, jenis kelamin, atau latar belakang etnis orang lain pada
bentuk intake, mereka mungkin merasa lebih nyaman bertemu teman baru mereka
karena mereka menggunakan informasi tersebut sebagai stereotip dalam mengingat
semua pengalaman mereka sebelumnya dengan orang-orang dari usia yang sama,
jenis kelamin, atau etnis. Namun, ada juga kekurangan dari stereotip. Jika kita
menempatkan terlalu banyak penekanan pada stereotip orang baru, konselor
mungkin menganggap bahwa ia sudah tahu banyak tentang orang tersebut dan
dapat mengabaikan untuk mempertimbangkan cara-cara di mana orang tidak sesuai
dengan stereotip. Hal ini dapat menghasilkan penilaian dan rencana tindakan yang
salah.
Ada juga efek negatif dari stereotip itu sendiri. Stereotip tersebut dapat berkontribusi
untuk meningkatkan ketidakpercayaan dan keengganan untuk mengungkapkan diri
yang berbeda kepada dirinya sendiri. Jika seseorang telah memasukkan stereotip

COMM6263 - Business Communication


negatif dalam dirinya atau selfimage sendiri, ini dapat berkontribusi terhadap rasa
rendah diri dan optimisme yang terbatas untuk berubah. Proses ini telah disebut
"penindasan diinternalisasi" atau "diinternalisasi rasisme”.
Selain itu, hubungan antara pengalaman kerja subjek dengan gender, ras, usia,
dan/atau suku etnisnya yaitu timbulnya rasa solidaritas. Solidaritas berasal dari kata
solidarity yang berarti kesetiakawan atau kekompakan. Sedangkan solid artinya
kokoh dan kuat. Solidaritas menunjuk pada suatu keadaan hubungan antara individu
dan atau kelompok yang di dasarkan pada perasaan moral dan kepercayaan yang
dianut bersama serta diperkuat oleh pengalaman emosional bersama (Johnson,
1988:181). Koentjaraningrat (1990:164), menyatakan bahwa solidaritas adalah
suatu bentuk kerjasama pada masyarakat yang meliputi aktivitas gotong royong,
tolong menolong dan musyawarah. Selain rasa kepatuhan yang didasarkan kepada
perasaan moral, masyarakat juga mengenal seperangkat nilai yang intinya
memupuk rasa solidaritas atau disebut nilai yang mempersatukan (assosiatif) yang
mempunyai butir-butir positif yaitu persaudaraan, kekeluargaan, kerukunan dan
kegotong-royongan.
solidaritas merupakan bentuk kekuatan persatuan internal suatu kelompok, kekuatan
internal tersebut berupa suatu kepatuhan bersama yang didasari oleh ikatan tali
persaudaraan dan ikatan daerah.

3.Menurut saya, suatu keberhasilan kerja, berakar pada nilai-nilai yang dimiliki dan
perilaku yang menjadi kebiasaannya. Nilai-nilai tersebut bermula dari adat
kebiasaan, agama, norma dan kaidah yang menjadi keyakinannya menjadi
kebiasaan dalam perilaku kerja atau organisasi. Nilai-nilai yang telah menjadi
kebiasaan tersebut dinamakan budaya. Oleh karena budaya dikaitkan dengan mutu
atau kualitas kerja, maka dinamakan budaya kerja.

Budaya Kerja disini adalah kebiasaan yang dilakukan berulang-ulang oleh pegawai
dalam suatu organisasi, pelanggaraan terhadap kebiasaan ini memang tidak ada
sangsi tegas, namun dari pelaku organisasi secara moral telah menyepakati
bahwa kebiasaan tersebut merupakan kebiasaan yang harus ditaati dalam rangka
pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.

COMM6263 - Business Communication


komunikasi horizontal dan vertikal, membina hubungan personal baik formal
maupun informal diantara jajaran manajemen, sehingga tumbuh sikap saling
menghargai.

Pada gilirannya setelah interaksi lintas sektoral dan antar karyawan semakin baik
akan menyuburkan semangat kerjasama dalam wujud saling koordinasi
manajemen atau karyawan lintas sektoral, menjaga kekompakkan manajemen,
mendukung dan mengamankan setiap keputusan manajemen, serta saling mengisi
dan melengkapi.

4.Menurut sumber yang telah dibaca oleh penulis, Komunikasi Antarbudaya


diartikan sebagai komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh mereka yang
berbeda latar belakang  kebudayaan. Definisi lain mengatakan bahwa yang
menandai komunikasi antarbudaya adalah bahwa sumber dan penerimanya berasal
dari budaya yang berbeda. Fred E. Jandt mengartikan komunikasi antarbudaya
sebagai interaksi tatap muka di antara orang-orang yang berbeda budayanya
(intercultural communication generally refers to face-to face interaction among
people of divers culture). Sedangkan Collier dan Thomas, mendefinisikan
komunikasi antarbudaya “as communication between persons ‘who identity
themselves as distict from’ other in a cultural sense” (Purwasito, 2003:122).

Komunikasi antarbudaya terjadi bila produsen pesan adalah anggota suatu


budaya dan penerima pesannya adalah anggota suatu budaya yang lainnya.
Dalam keadaan demikian, kita segera dihadapkan  kepada masalah-masalah
penyandian pesan, di mana dalam situasi komunikasi suatu pesan disandi
dalam suatu budaya dan harus disandi balik dalam budaya lain.
Komunikasi antarbudaya (intercultural communication) adalah proses
pertukaran pikiran dan makna antara orang-orang berbeda budaya. Ketika
komunikasi terjadi antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras, atau
komunitas bahasa, komunikasi tersebut disebut komunikasi antarbudaya.
Komunikasi antarbudaya pada dasarnya mengkaji bagaimana budaya
berpengaruh terhadap aktivitas komunikasi: apa makna pesan verbal dan
nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan, apa yang layak
dikomunikasikan, bagaimana cara mengkomunikasikannya (verbal
nonverbal), kapan mengkomunikasikannya (Mulyana, 2004:xi)

COMM6263 - Business Communication

Anda mungkin juga menyukai