Anda di halaman 1dari 9

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

1.2. LATAR BELAKANG


1.3. RUMUS MASALAH

BAB II PEMBAHASAN
2.1. Pengertian pekerjaan
2.2. Pengertian Gender dan Agen gender
2.3. Pengertian Ketidakadilan Gender
2.4. Ketidakadilan Gender dalam Pekerjaan
2.5. Peran Hukum Sebagai Norma untuk Menyetarakan Gender dalam Pekerjaan

BAB III PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

3.2. DAFTAR PUSTAKA

1
BAB I
PENDAHULUAN

1.2. Latar Belakang

Pada era globalisasi saat ini kesempatan untuk menunjukkan potensi diri dalam pekerjaan
semakin terbuka. Akan tetapi hal tersebut masih belum lah maksimal bagi kaum perempuan
dalam dunia kerja. Menurut International Labour Organization (ILO) untuk Indonesia pernah
merilis data Tren Ketenagakerjaan dan Sosial di Indonesia 2015 yang menunjukkan tingkat
partisipasi perempuan dalam angkatan kerja adalah sangat rendah yakni berkisar antara 50
hingga 55 persen selama lima tahun terakhir. Selain itu, lebih dari 35 juta perempuan usia kerja
menyatakan, mereka tidak berpartisipasi dalam angkatan kerja karena tanggung jawab keluarga.
Selain faktor keluarga ketidak kesetaraan gender dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pada
perusahaan itu sendiri maupun anggapan sosial kepada perempuan sehingga menimbulkan
dampak negatif bagi kaum perempuan.

1.3. Rumusan Masalah


a. Apa Pengertian Gender dan Agen gender ?
b. Apa yang dimaksud dengan ketidakadilan gender ?
c. Bagaimana peran hukum sebagai Norma disini dapat menyetarakan gender dalam dunia
kerja ?

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pekerjaan


Pekerjaan merupakan suatu kegiatan yang wajib dilakukan oleh setiap orang demi
kelangsungan hidupnya atau untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan hidupnya. Setiap
orang malakukan pekerjaan salah satunya untuk memenuhi kebutuhan pokoknya, karena
kebutuhan pokok merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi dan tidak bisa di tunda-tunda.
Kebutuhan tersebut misalnya pokok seperti makan, minum, pakaian, pendidikan dan lain-lain.
Untuk mendapat memenuhi berbagai kebutuhannya makan manusia membutuhkan uang, dan
umumnya uang di dapatkan dari bekerja, saat ini banyak sekali pekerjaan yang dilakukan
manusia untuk menghasilkan uang.

Hal-hal Yang Dibutuhkan Dalam Pekerjaan

Beberapa kemampuan yang di butuhkan untuk mendapatkan keberhasilan dalam bekerja,


diantaranya seperti:

1. Skill

Skill adalah kemahiran yang di miliki setiap orang, skill umumnya bisa di peroleh
melalui pelatihan dan pendidikan. Contoh keterampilan atau skill misalnya seseorang yang
mampu menoprasikan komputer atau mesin produksi, seseorang yang mampu membuat program
komputer dan memperbaiki komputer jika terjadi masalah atau bahkan memiliki kemampuan
untuk memperbaiki mesin produksi jika terjadi masalah pada mesin tersebut.

2. Pengetahuan

Dapat di katakan pengetahuan merupakan pondasi dasar yang harus di miliki dalam
bekerja, karena pengetahuan dapat membangun skill seseorang dalam bekerja dan tentunya
pengetahuan juga dapat membantu menyelesaikan masalah yang sedang di hadapi.

3
3. Dapat bekerjasama
Bisa bekerjasama dengan orang lain merupakan kemampuan yang dibutuhkan dalam

bekerja, karena ada beberapa pekerjaan yang tidak dapat di selesaikan sendiri, jadi untuk
menyelesaikan pekerjaan tersebut harus dilakukan dengan bekerja sama. Kemampuan
bekerjasama juga harus di iringi dengan kemampuan berkomunikasi yang baik dan dapat
menghargai pendapat orang lain dalam suatu tim. Karena dengan bekerjasama umumnya
pekerjaan dapat di selesaikan dengan mudah dan lebih cepat. (Baca lebih lengkap: Pengertian
kerjasama dan manfaatnya lengkap umum).

4. Memiliki sikap jujur

Kejujuran sangat penting dalam bekerja, kenapa? karena dengan kejujuran kita dapat
dipercayai oleh banyak orang dan tentunya orang yang jujur sangat di butuhkan oleh setiap
perusahaan serta lebih di hormati dalam bekerja.

5. Sikap sopan santun

Sopan santun sangat perlu juga untuk mendapatkan keberhasilan kerja, karena dengan
sikap ini seseorang akan selalu di hargai dalam bekerja.

6. Sikap pantang menyerah dan berdaya juang

Sikap pantang menyerah atau sikap yang memiliki daya juang tinggi merupakan salah
satu sikap yang perlu dimiliki dalam bekerja, karena sikap ini sangat penting sekali untuk
mencapai keberhasilan kerja. Selalu ada permasalahan tidak hanya dapat di selesaikan
dengan skill dan pengetahuan saja, tapi dalam menyelesaikan masalah harus di dukung juga
dengan sikap pantang menyerah dan berdaya juang tinggi.

2.2 Pengertian Gender dan Agen gender


Gender ialah perbedaan laki-laki dan perempuan karena konstruksi sosial dalam suatu
negara yang dipengaruhi oleh kondisi sosial,politik,budaya,ekonomi,agama,maupun lingkungan
etnis. Menurut Ann Oakley (1972), mendefenisikan gender sebagai kontruksi sosial atau karakter
yang dipergunakan pada manusia untuk dibangun oleh kebudayaan manusia itu sendiri.

4
Pengertian Agen gender itu sendiri Menurut kelompok kami ialah tempat dimana suatu
gender dibentuk.Dalam hal ini tempat itu seperti keluarga , sekolah , perkerjaan dan lain
sebagainya.
2.3 Apa itu Ketidakadilan gender
Ketidakadilan gender merupakan bentuk perbedaan perlakuan berdasarkan alasan gender,
seperti pembatasan peran, penyingkiran atau pilih kasih yang mengakibatkan pelanggaran atas
pengakuan hak asasi, persamaan hak antara laki-laki dan perempuan maupun hak dasar dalam
bidang sosial, politik, ekonomi, budaya, dan lain-lain. Bentuk-bentuk dari ketidakadilan gender :
Marginalisasi perempuan sebagai salah satu bentuk ketidakadilan gender Proses marginalisasi
(peminggiran/pemiskinan) yang mengakibatkan kemiskinan, banyak terjadi dalam masyarakat di
Negara berkembang seperti penggusuran dari kampung halaman dan eksploitasi. Namun
pemiskinan atas perempuan maupun laki yang disebabkan jenis kelamin merupakan salah satu
bentuk ketidakadilan gender. Sebagai contoh, banyak pekerja perempuan tersingkir dan menjadi
miskin akibat dari program pembangunan seperti internsifikasi pertanian yang hanya
memfokuskan petani laki-laki. Perempuan dipinggirkan dari berbagai jenis kegiatan pertanian
dan industri yang lebih memerlukan keterampilan yang biasanya lebih banyak dimiliki laki-laki.
Selain itu perkembangan teknologi telah menyebabkan apa yang semula dikerjakan secara
manual oleh perempuan diambil alih oleh mesin yang ummunya dikerjakan oleh tenagalaki-laki.
Beberapa studi dilakukan untuk membahas bagaimana program pembangunan telah
meminggirkan sekaligus memiskinkan perempuan (Shiva, 1997; Mosse, 1996). Seperti Program
revolusi hijau yang memiskinkan perempuan dari pekerjaan di sawah yang menggunakan ani-
ani. Di Jawa misalnya revolusi hijau memperkenalkan jenis padi unggul yang panennya
menggunakan sabit.
1. Subordinasi
Subordinasi padadasarnya adalah keyakinan bahwa salah satu jenis kelamin dianggap
lebih penting atau lebih utama dibanding jenis kelamin lainnya. Sudah sejak dahulu ada
pandangan yang menempatkan kedudukan dan peran perempuan lebih rendah dari laki-laki.
Banyak kasus dalam tradisi, tafsiran ajaran agama maupun dalam aturan birokrasi yang
meletakan kaum perempuan sebagai subordinasi dari kaum laki-laki. Kenyataan memperlihatkan
bahwa masih ada nilai-nilai masyarakat yang membatasi ruang gerak terutama perempuan dalam
kehidupan. Sebagai contoh apabila seorang isteri yang hendak mengikuti tugas belajar, atau

5
hendak berpergian keluar negeri harus mendapat izin suami, tatapi kalau suami yang akan pergi
tidak perlu izin dari isteri.

2. Pandangan stereotipe
Setereotipe dimaksud adalah citra baku tentang individu atau kelompok yang tidak sesuai
dengan kenyataan empiris yang ada. Pelabelan negatif secara umum selalu melahirkan ketidak
adilan. Salah satu stereotipe yang berkembang berdasarkan pengertian gender, yakni terjadi
terhadap salah satu jenis kelamin (perempuan). Hal ini mengakibatkan terjadinya diskriminasi
dan berbagai ketidakadilan yang merugikan kaum perempuan. Misalnya pandangan terhadap
perempuan yang tugas dan fungsinya hanya melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan
pekerjaan domistik atau kerumahtanggaan. Hal ini tidak hanya terjadi dalam lingkup umah
tangga tetapi juga terjadi di tempat kerja dan masyaraklat, bahkan di tingkat pemerintah dan
negara. Apabila seorang laki-laki marah, ia dianggap tegas, tetapi bila perempuan marah atau
tersinggung dianggap emosional dan tidak dapat menahan diri. Standar nilai terhadap perilaku
perempuan dan laki-laki berbeda, namun standar nilai tersebut banyak menghakimi dan
merugikan perempuan. Label kaum perempuan sebagai “ibu rumah tangga” merugikan, jika
hendak aktif dalam “kegiatan laki-laki” seperti berpolitik, bisnis atau birokrat. Sementara label
laki-laki sebagai pencari nakah utama, (bread winner) mengakibatkan apasaja yang dihasilkan
oleh perempuan dianggap sebagai sambilan atau tambahan dan cenderung tidak diperhitungkan.
3. Kekerasan
Berbagai bentuk tindak kekerasan terhadap perempuan sebagai akibat perbedaan, muncul
dalam bebagai bentuk. Kata kekerasan merupakan terjemahkan dari violence, artinya suatu
serangan terhadap fisik maupun integritas mental psikologis seseorang. Oleh karena itu
kekerasan tidak hanya menyangkut serangan fisik saja seperti perkosaan, pemukulan dan
penyiksaan, tetapi juga yang bersifat non fisik, seperpti pelecehan seksual sehingga secara
emosional terusik. Pelaku kekerasan bermacam-macam, ada yang bersifat individu, baik di
dalam rumahtangga sendiri maupun di tempat umum, ada juga di dalam masyarakat itu sendiri.
Pelaku bisa saja suami/ayah, keponakan, sepupu, paman, mertua, anaklaki-laki, tetangga,
majikan.

6
4. Beban Ganda
Bentuk lain dari diskriminasi dan ketidakadilan gender adalah beban ganda yang harus
dilakukan oleh salah satu jenis kelamin tertentu secara berlebihan. Dalam suatu rumah tangga
pada umumnya beberapa jenis kegiatan dilakukan laki-laki, dan beberapa dilakukan oleh
perempuan. Berbagai observasi, menunjukkan perempuan mengerjakan hampir 90% dari
pekerjaan dalam rumah tangga. Sehingga bagi mereka yang bekerja, selain bekerja di tempat
kerja juga masih harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Dalam proses pembangunan,
kenyataannya perempuan sebagai sumber daya insani masih mendapat pembedaan perlakuan,
terutama bila bergerak dalam bidang publik. Dirasakan banyak ketimpangan, meskipun ada juga
ketimpangan yang dialami kaum laki-laki di satusisi.

2.4 Gender Khususnya dalam Pekerjaan


Pada saat sekarang ini apabila kita melihat sebuah dunia pekerjaan maka kita akan
melihat orang-orang yang bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Akan tetapi pada saat
ini didalam dunia pekerjaan kita juga melihat mengapa lebih banyak laki-laki yang bekerja dari
pada perempuan. Hal tersebut tidak lain karena faktor dari si perempuan itu sendiri maupun
faktor dari perusahaan tersebut (anggapan sosial). Kebanyakan perusahaan menilai bahwa tidak
semua pekerjaan dapat dikerjakan oleh seorang perempuan seperti kasus dibawah ini :
a. Di sebuah perusahaan ada membuka lowongan pekerjaan yang menawarkan sebagai
security (satpam) di formulir lowongan tersebut tidak ada persyaratan yang menyatakan
bahwa yang diterima hanyalah pegawai laki-laki dan tidak lama kemudian ada seorang
wanita yang melamar pekerjaan tersebut. Pada saat dia melampirkan lamaran kerjanya ,
dia pun ditolak karena perusahaan tersebut beranggapan bahwa ia seorang perempuan
dan tidak pantas bekerja di bidang tersebut.
Menurut analisa kami pada kasus diatas. Disinilah ada ketidak setaraan gender yaitu dalam
bentuk marginalisasi dan stereotip. Seharusnya perusahaan tersebut tidak menolak dengan
beranggapan bahwa perempuan tidak cocok dengan pekerjaan tersebut alasannya karena tidak
semua wanita wanita itu lemah dan hanya bekerja di rumah atau di jabatan yang terbilang cukup
mudah .

7
2.5 Peran Hukum sebagai Norma untuk Menyetarakan Gender dalam Dunia Kerja
Menurut Diskusi kelompok kami Peran Hukum disini sudah cukup baik karena
dikeluarkannya peraturan perundang-undangan tentang ketenagakerjaan yaitu UU No 13 Tahun
2003 tentang ketenagakerjaan dan peraturan-peraturan lainnya cukup baik dan tidak memihak
akan tetapi perlu adanya disini peningkatan sosialisasi di lapangan. Yang berguna untuk
menghilangkan anggapan masyarakat bahwa wanita itu lemah dan alasan-alasan lainnya yang
dapat memperburuk citra seorang perempuan dapat berkurang.

8
BAB III
PENUTUP

SARAN

Jadi, Menurut kelompok kami disini perlu adanya kerja sama antara negara dengan warga
negara untuk mensosialisasikan dan meningkatkan kesadaran diri masing-masing sehingga
anggapan seorang wanita ataupun laki-laki yang tidak pantas untuk bekerja suatu bidang tertentu
tidak ada lagi. Jangan ada lagi stratifikasi gender dalam pekerjaan dengan melihat gender, karena
semua orang berhak mendapatkan pekerjaan baik perempuan maupun laki-laki, dan semua orang
bisa dan berhak mendapatkan haknya dalam pekerjaan yang dia rasa mampu melakukannya.
Seharusnya juga pekerjaan melihat skill, kemampuan, dan kepribadian seseorang bukan melihat
dari gender dia perempuan atau laki-laki.

DAFTAR PUSTAKA

https://news.detik.com/dw/d-4349449/kesetaraan-gender-di-dunia-kerja-masih-perlu-waktu-200-tahun-
lebih
https://id.wikipedia.org/wiki/Pekerjaan
http://www.pengertianku.net/2017/02/pengertian-pekerjaan-dan-contohnya.html
https://tipsserbaserbi.com/2016/10/pengertian-gender-kesetaraan-gender-dan-istilah-terkait.html

Anda mungkin juga menyukai