Anda di halaman 1dari 8

1.

JAMU

Jamu merupakan bahan obat alam yang sediannya masih berupa simplisia sederhana, seperti irisan
rimpang, daun atau akar kering. Sedang khasiatnya dan keamanannya baru terbukti setelah secara
empiris berdasarkan pengalaman turun-temurun. Sebuah ramuan disebut jamu jika telah digunakan
masyarakat melewati 3 generasi. Artinya bila umur satu generasi rata-rata 60 tahun, sebuah ramuan
disebut jamu jika bertahan minimal 180 tahun.

Sebagai contoh, masyarakat telah menggunakan rimpang temulawak untuk mengatasi hepatitis selama
ratusan tahun. Pembuktian khasiat tersebut baru sebatas pengalaman, selama belum ada penelitian
ilmiah yang membuktikan bahwa temulawak sebagai antihepatitis. Jadi Curcuma xanthorriza itu tetaplah
jamu. Artinya ketika dikemas dan dipasarkan, produsen dilarang mengklaim temulawak sebagai obat.
Selain tertulis "jamu", dikemasan produk tertera logo berupa ranting daun berwarna hijau dalam
lingkaran.

Jamu disajikan secara tradisional dalam bentuk seduhan, pil, atau cairan. Jamu tidak memerlukan
pembuktian ilmiah secara uji klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Selain adanya klaim khasiat yang
dibuktikan secara empiris, jamu juga harus memenuhi persyaratan higienis, keamanan dan standar
mutu.

2. OBAT HERBAL TERSTANDAR

Jamu dapat dinaikkan kelasnya menjadi herbal terstandar dengan syarat bentuk sediaannya berupa
ekstrak dengan bahan dan proses pembuatan yang terstandarisasi. Disamping itu herbal terstandar
harus melewati uji praklinis seperti uji toksisitas (keamanan), kisaran dosis, farmakodinamik
(kemanfaatan) dan teratogenik (keamanan terhadap janin).

Uji praklinis meliputi in vivo dan in vitro. Riset in vivo dilakukan terhadap hewan uji seperti mencit, tikus
ratus-ratus galur, kelinci atau hewan uji lain. Sedangkan in vitro dilakukan pada sebagian organ yang
terisolasi, kultur sel atau mikroba. Riset in vitro bersifat parsial, artinya baru diuji pada sebagian organ
atau pada cawan petri. Tujuannya untuk membuktikan klaim sebuah obat. Setelah terbukti aman dan
berkhasiat, bahan herbal tersebut berstatus herbal terstandar. Meski telah teruji secara praklinis, herbal
terstandar tersebut belum dapat diklaim sebagai obat. Namun konsumen dapat mengkonsumsinya
karena telah terbukti aman dan berkhasiat. Hingga saat ini, di Indonesia baru 17 produk herbal
terstandar yang beredar di pasaran.

3. FITOFARMAKA
itofarmaka merupakan status tertinggi dari bahan alami sebagai "obat ".Sebuah herbal terstandar dapat
dinaikkan kelasnya menjadi fitofarmaka setelah melalui uji klinis pada manusia. Dosis dari hewan coba
dikonversi ke dosis aman bagi manusia. Dari uji itulah dapat diketahui kesamaan efek pada hewan coba
dan manusia. Bisa jadi terbukti ampuh ketika diuji pada hewan coba, belum tentu ampuh juga ketika
dicobakan pada manusia.

Uji klinis terdiri atas single center yang dilakukan di laboratorium penelitian dan multicenter di berbagai
lokasi agar lebih obyektif. Setelah lolos uji fitofarmaka, produsen dapat mengklaim produknya sebagai
obat. Namun demikian, klaim tidak boleh menyimpang dari materi uji klinis sebelumnya. Misalnya,
ketika uji klinis hanya sebagai antikanker, produsen dilarang mengklaim produknya sebagai anti kanker
dan juga anti diabetes.
MADU

Madu adalah salah satu produk alami paling dihargai dan dihargai yang diperkenalkan kepada manusia
sejak zaman kuno. Madu digunakan tidak hanya sebagai produk nutrisi tetapi juga dalam kesehatan
yang dijelaskan dalam pengobatan tradisional dan sebagai pengobatan alternatif untuk kondisi klinis
mulai dari penyembuhan luka hingga pengobatan kanker. Tujuan dari tinjauan ini adalah untuk
menekankan kemampuan madu dan keberagamannya dalam aspek pengobatan. Secara tradisional,
madu digunakan dalam pengobatan penyakit mata, asma bronkial, infeksi tenggorokan, TBC, haus,
cegukan, kelelahan, pusing, hepatitis, sembelit, infestasi cacingan, wasir, eksim, penyembuhan maag,
dan luka serta digunakan sebagai bahan berkhasiat. suplemen. Kandungan madu dilaporkan memiliki
efek antioksidan, antimikroba, antiradang, antiproliferatif, antikanker, dan antimetastatik. Banyak bukti
yang menunjukkan penggunaan madu dalam pengendalian dan pengobatan luka, diabetes melitus,
kanker, asma, serta penyakit kardiovaskular, neurologis, dan gastrointestinal. Madu memiliki peran
terapeutik yang potensial dalam pengobatan penyakit dengan sifat fitokimia, anti inflamasi, antimikroba,
dan antioksidan. Flavonoid dan polifenol, yang bertindak sebagai antioksidan, adalah dua molekul
bioaktif utama yang ada dalam madu. Menurut literatur ilmiah modern, madu dapat bermanfaat dan
memiliki efek perlindungan untuk pengobatan berbagai kondisi penyakit seperti diabetes melitus,
saluran pernafasan, saluran pencernaan, kardiovaskular, dan sistem saraf, bahkan bermanfaat dalam
pengobatan kanker karena banyak jenis antioksidan yang ada. dalam madu. Kesimpulannya, madu dapat
dianggap sebagai agen terapeutik alami untuk berbagai keperluan pengobatan. Terdapat cukup bukti
yang merekomendasikan penggunaan madu dalam pengelolaan kondisi penyakit. Berdasarkan fakta
tersebut maka penggunaan madu di bangsal klinik sangat dianjurkan.

madu mengandung senyawa utama, seperti protein, vitamin, asam amino,


mineral, dan asam organic
Madu murni juga terdiri dari flavonoid, polifenol, senyawa pereduksi, alkaloid,
glikosida, glikosida jantung, antrakuinon, dan senyawa volatile
Enzim (diastase, invertase, glukosa oksidase, katalase, dan asam fosfatase)
merupakan bahan protein utama madu. [34] Tingkat vitamin dalam madu
rendah dan tidak mendekati asupan harian yang direkomendasikan [Gambar
3]. Semua vitamin yang larut dalam air ada dalam madu, dengan Vitamin C
menjadi yang paling sering
Aktivitas antioksidan

Agen oksidan seperti oksigen terlibat dalam mencegah kerusakan berperan sebagai antioksidan yang
terdeteksi dalam makanan dan tubuh manusia. [45] Meskipun fungsi antioksidan alami dalam tubuh
manusia belum sepenuhnya dipahami, namun penelitian menggambarkan fungsi efek madu alami dalam
banyak proses penuaan dan proses penggerak bahan yang sangat reaktif dari oksigen yang dinamakan
radikal bebas dan spesies oksigen reaktif (ROS) adalah. dihasilkan selama metabolisme. Bahan-bahan ini
berinteraksi dengan lipid dan komponen protein di membran sel, enzim, serta DNA. Reaksi yang
merusak ini dapat menyebabkan berbagai penyakit. Untungnya, antioksidan mencegat radikal bebas
sebelum dapat merusak. Baik zat enzimatik dan nonenzimatik berlaku sebagai antioksidan pelindung.
[46] Kemampuan madu untuk sifat antioksidan terkait dengan kecerahan madu; Oleh karena itu, madu
yang lebih gelap memiliki nilai antioksidan yang lebih tinggi. Telah ditunjukkan bahwa senyawa fenolik
merupakan faktor utama yang bertanggung jawab atas aktivitas antioksidan madu, karena kadar fenolik
berhubungan dengan nilai aktivitas absorbansi radikal madu. [47] Investigasi lain menggambarkan
bahwa aktivitas antioksidan terkait dengan kombinasi berbagai senyawa aktif yang ada dalam madu.
Jadi, madu memiliki kemampuan untuk bertindak sebagai antioksidan makanan. Menurut literatur
ilmiah, madu yang dioleskan sendiri atau dalam kombinasi dengan terapi konvensional mungkin
merupakan antioksidan baru dalam pengendalian stres oksidatif yang umumnya terkait. [47] Ternyata
dari sebagian besar data tersebut diekstrak dari penelitian eksperimentalc

Madu dan luka

Madu adalah bahan penyembuhan luka tertua yang diketahui umat manusia ketika beberapa bahan
kimia modern gagal dalam hal ini. [53] Penelitian eksperimental menggambarkan lebih banyak dokumen
yang mendukung penggunaannya dalam penyembuhan luka karena bioaktivitasnya termasuk aktivitas
antibakteri, antivirus, anti-inflamasi, dan antioksidan. [78] Madu menginduksi leukosit untuk
melepaskan sitokin, yang memulai kaskade perbaikan jaringan. Selain itu, ia mengaktifkan tanggapan
kekebalan terhadap infeksi. [79] Stimulasi sifat lain dari respon imun oleh madu juga dilaporkan
(Proliferasi limfosit B dan T dan aktivitas fagosit). Madu menginduksi pembentukan antibodi. Banyak
bukti menunjukkan penggunaan madu dalam pengendalian dan pengobatan luka akut dan untuk luka
bakar ketebalan sebagian dan dangkal ringan sampai sedang. [80] Meskipun beberapa penelitian
menunjukkan khasiat madu dalam kaitannya dengan perawatan luka dan tukak kaki, diperlukan lebih
banyak penelitian untuk memperkuat bukti saat ini.

HBS
Nabi Muhammad SAW pernah menyatakan bahwa habbatus sauda (habbatussauda) dapat
menyembuhkan setiap penyakit kecuali kematian. Kandungan senyawa kimia yang terdapat di dalam
jintan hitam (Nigella sativa) antara lain yaitu thymoquinone, thymohydroquinone, dithymoquinone,
thymol, carvacrol, nigellicine, nigelliminex- oxide, nigellidine dan alpha-hedrin. Tymoquinone berfungsi
sebagai anti alergi dan antiinflamasi dan juga dapat meningkatkan sistem imun pada penderita asma.
Sedangkan thymohidroquinone memiliki efek antibakterial terhadap Staphylococcus aureus,
Pseudomonas aeruginosa dan Escherichia coli. Selain itu, dalam sebuah penelitian biji jintan hitam juga
dapat menghambat pertumbuhan Candida albicans dan Aspergillus (Marlinda, 2015). Selain bahan aktif
diatas minyak jinten hitam juga mengandung karoten yang diubah oleh lever menjadi vitamin A yang
berfungsi sebagai penghancur sel- sel rusak yang dapat menyebabkan kanker, asam amino, protein dan
linolenik serta minyak volatile, alkaloid, saponin dan serta tinggi yang memiliki zat antibakteri untuk
melawan infeksi parasit sehingga dapat dimanfaatkan untuk mengatasi diare,gangguan lambung, lever
dan penyakit lain yang disebabkan olah bakteri. Minyak jinten hitam juga mengandung berbagai mineral
kalsium, sodium, potassium, magnesium, selenium dan zat besi yang dibutuhkan dalam jumlah sedikit
tetapi memiliki peranan penting dalam membantu fungsi enzim- enzim lainnya dalam menciptakan
imunitas tubuh (Ningtyas, 2012). Asma merupakan penyakit inflamasi saluran nafas kronik yang ditandai
dengan batuk, sesak, dan mengi yang terjadi secara episodik dan berulang. Kematian yang disebabkan
oleh asma cukup rendah namun insidensinya cukup tinngi dan banyak ditemukan di masyarakat.
Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) 100-150 juta penduduk dunia menderita asma
dan akan terus meningkat sebesar 180.000 kasus tiap tahunnya (Menkes RI, 2008). Insidensi asma di
setiap Negara berbeda, asma merupakan penyebab angka kematian dan kesakitan no. 10 tertinggi di
Indonesia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga di berbagai provinsi di Indonesia (Ratnawati,
2011). Asma merupakan penyakit yang timbul akibat adanya hipereaktivitas dari bronkus dan reaksi
inflamasi di saluran pernafasan. Reaksi tersebut muncul ketika terdapat pencetus seperti zat alergen,
virus, dan lain sebaigainnya. Ketika zat pencetus masuk ke saluran pernafasan maka akan timbul respon
inflamasi akut yaitu reaksi asma dini dan reaksi asma lambat. Jika paparan pencetus berlanjut maka akan
timbul reaksi inflamasi sub akut atau kronik. Pada keadaan ini terjadi inflamasi pada bronkus dan
sekitarnya berupa infiltrasi sel monosit dan eosinofil ke dinding bronkus dan lumen sekitarnya (Menkes
RI, 2008). Penyempitan saluran nafas pada penderita asma terjadi karena adanya pelepasan mediator
inflamasi oleh sel mast dan makrofag sehingga epitel mukosa menjadi lebih permeabel dan memudah
zat allergen masuk ke dalam paru-paru dan memperburuk reaksi yang terjadi. Mediator inflamasi secara
langsung atau tidak langsung menyebabkan serangan asma, melalui sel efektor sekunder seperti
eosinofil, platelet, neutrofil dan limfosit (Menkes RI, 2008). Senyawa aktif jintan hitam (Nigella sativa)
yang berfungsi sebagai imunodulator dan anti inflamasi diharapkan dapat menekan reaksi inflamasi yang
timbul pada penderita asma.SAMBILOTO

Salah satu tanaman obat yang mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator adalah sambiloto
(Andrographis paniculata Ness). Sambiloto memiliki senyawa aktif bernama andrografolid, senyawa ini
dapat berperan sebagai immunomodulator khususnya imunostimulan yang mampu meningkatkan kerja
sistem imun (Sumaryono, 2002). Artikel ini akan mengulas tentang aktivitas immunomodulator dari
tanaman sambiloto (Andrographis paniculata Ness.) yang dapat dikembangkan sebagai terapi alternatif
dalam meningkatkan sistem imunitas tubuh.

. Sistem imun merupakan kumpulan mekanisme dalam suatu mahluk hidup yang melindunginya
terhadap infeksi dengan mengidentifikasi dan membunuh substansi patogen. Sel yang terlibat dalam
sistem imun dalam tubuh adalah sel T yang dihasilkan oleh timus dan sel B yang dihasilkan di sumsum
tulang belakang. Perkembangan dan aktivitas dari sel T dapat distimulasi dengan cara penambahan
suatu immunomodulator. Salah satu tanaman obat yang mempunyai aktivitas sebagai imunomodulator
adalah sambiloto (Andrographis paniculata Ness). sambiloto mengandung deoxyandrographolide,
andrographolide, 14-deoxy-11, neoandrographolide, 12-didehydroandrographolide,
homoandrographolide, diterpenoid dan flavonoid. Sambiloto memiliki senyawa aktif bernama
andrografolid, dimana senyawa ini dapat berperan sebagai immunomodulator khususnya
imunostimulan yang mampu meningkatkan kerja sistem imun. Kandungan andrografolid didalamnya
mampu meningkatkan fungsi sistem pertahanan tubuh seperti sel darah putih untuk menyerang bakteri
dan antigen lainnya (immunomodulator), flavonoid sebagai antiinflamasi, dan tanin sebagai antidiare.
Tanaman sambiloto juga bisa menjadi imunosupresor yang dapat menurunkan respon kekebalan tubuh
saat sistem kekebalan tubuh meningkat melebihi kondisi tubuh normal. Tetapi sampai saat ini jarang
ditemui efek samping yang tidak diinginkan saat sambiloto digunakan.

Sambiloto yang mengandung bahan aktif, andrographolides digunakan untuk meningkatkan kekebalan
tubuh. Sebagai imunomodulator, sambiloto dapat digunakan sebagai agen imunostimulator yang
meningkatkan respon imun ketika imunitas berkurang, dan juga dapat menjadi imunosupresor yaitu
menurunkan respon imun ketika sistem imun meningkat melebihi kondisi tubuh normal. Selain itu
sebagai imunomodulator, sambiloto mampu menormalkan kondisi tubuh meskipun terdapat infeksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan aktivitas imunomodulator sambiloto alkaloid
terhadap respon imun spesifik yaitu interferon γ (IFNγ) dan sel T-helper (CD4 +) setelah dan sebelum
terinfeksi Salmonella typhimurium.
Kementerian Kesehatan Thailand menyetujui penggunaan ekstrak tumbuhan herbal untuk mengobati
tahap awal Covid-19 sebagai program percontohan di tengah maraknya wabah virus korona di negara
Asia Tenggara itu.

Andrographis paniculata, umumnya dikenal sebagai chiretta hijau, akan berfungsi sebagai pengobatan
alternatif untuk mengurangi keparahan wabah dan memangkas biaya pengobatan, kata kementerian itu
dalam sebuah pernyataan, Rabu (30 Desember).

Anda mungkin juga menyukai