Anda di halaman 1dari 10

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/334535390

DAMPAK APLIKASI PESTISIDA SIPERMETRIN, DELTAMETRIN, KLORPIRIFOS


DAN λ-SIHALOTRIN TERHADAP KANDUNGAN RESIDU PESTISIDA PADA BIJI
KAKAO

Article · June 2019


DOI: 10.24853/jat.4.1.10-18

CITATIONS READS

0 507

2 authors, including:

Bayu Refindra Fitriadi


Ministry of Agriculture
2 PUBLICATIONS   1 CITATION   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Bayu Refindra Fitriadi on 18 July 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Vol. 4 No. 1 Juni 2019
p-ISSN 2528-0201
e-ISSN 2528-3278
website : jurnal.umj.ac.id/index.php/ftan/index
e-mail : jurnal@pertanian-umj.ac.id

DAMPAK APLIKASI PESTISIDA SIPERMETRIN, DELTAMETRIN,


KLORPIRIFOS DAN λ-SIHALOTRIN TERHADAP KANDUNGAN
RESIDU PESTISIDA PADA BIJI KAKAO

Bayu Refindra Fitriadi* dan Ayutia Ciptaningyas Putri


Balai Besar Perbenihan dan Proteksi Tanaman Perkebunan Surabaya
Jalan Raya Mojoagung No. 52 Jombang Jawa Timur 61482

*E-mail: bayurefindra@pertanian.go.id

Diterima: 5/11/2018 Direvisi: 21/12/2018 Disetujui: 21/12/2018

ABSTRAK

Penggunaan berbagai jenis bahan aktif pestisida dengan intensitas tinggi dalam mengatasi
gangguan hama seringkali menjadikan petani kurang memperhatikan dampak negatif
yang ditimbulkan. Deltametrin, sipermetrin, λ-sihalotrin dan klorpirifos merupakan bahan
aktif pestisida yang sering digunakan oleh petani kakao untuk mengendalikan hama
Helopeltis sp. spp. yang merupakan salah satu hama utama pada tanaman kakao. Uji
lapang aplikasi pestisida dilakukan terhadap tanaman kakao dengan tingkat serangan
hama Helopeltis sp. spp. Tinggi. Uji ini dilaksanakan terhadap 4 blok perlakuan yang
diaplikasi dengan bahan aktif yang berbeda. Pengujian residu pestisida dilakukan
terhadap biji kakao, sebelum dan sesudah aplikasi pestisida menggunakan metode
QuEChERS pada GC-ECD. Hasil uji residu pestisida menunjukkan penggunaan pestisida
λ-sihalotrin tidak meninggalkan residu pestisida sedangkan pestisida sipermetrin
meninggalkan residu pestisida yang jauh lebih sedikit dibanding dengan pestisida
deltametrin dan klorpirifos. Hasil residu pestisida ini dibandingkan dengan Batas
Maksimal Residu (BMR) Pestisida sesuai European Commission Part A of Annex I to
Reg. 396/2005, menunjukkan hasil uji residu pestisida λ-sihalotrin dan sipermetrin di
bawah BMR pestisida, sedangkan hasil uji residu pestisida deltametrin dan klorpirifos
berada di atas BMR pestisida yang ditetapkan.

Kata kunci: BMR, kakao, QuEChERS, residu pestisida

ABSTRACT

The use of various types of active ingredients with high intensity pesticides in dealing
with pest disturbances often makes farmers pay less attention to the negative impacts.
Deltamethrin, sipermetrin, λ-cyhalothrin and chlorpyrifos are active ingredients of
pesticides that are often used by cocoa farmers to control pests Helopeltis sp. spp. which
is one of the main pests in cocoa plants. Field tests on pesticide application were carried
out on cocoa plants with Helopeltis sp. spp. High. This test was carried out on 4
treatment blocks applied with different active ingredients. Pesticide residue testing was
carried out on cocoa beans, before and after pesticide application using the QuEChERS
method on GC-ECD. The results of pesticide residue testing showed that the use of λ-
cyhalothrin pesticides did not leave pesticide residues, while sipermetrin pesticides left
far fewer pesticide residues compared to deltamethrin and chlorpyrifos pesticides. The
results of these pesticide residues are compared to the Pesticide Maximum Residual Limit
(MRL) according to the European Commission Part A of Annex I to Reg. 396/2005,
shows the results of λ-cyhalothrin and cipermethrin pesticide residues test under pesticide

Artikel dipublikasi oleh Jurnal Agrosains dan Teknologi © 2019. Artikel ini berlisensi di bawah naungan
Creative Commons Attribution-NonCommercial 4.0 International License.
Fitriadi dan Putri. 2019. Dampak Aplikasi Pestisida Sipermetrin, Deltametrin, Klorpirifos dan λ-Sihalotrin
Terhadap Kandungan Residu Pestisida pada Biji Kakao. Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 3 (2) h. 10-18

MRL, while the results of deltamethrin and chlorpyrifos pesticide residue test are above
the specified pesticide MRL.

Keywords: cocoa, MRL, QuEChERS, pesticide residues

PENDAHULUAN spp.). Serangan pada buah muda


menyebabkan matinya buah tersebut,
Kakao merupakan salah satu produk sedangkan serangan pada buah berumur
pertanian yang memiliki peranan yang sedang mengakibatkan terbentuknya buah
cukup nyata dan dapat diandalkan dalam abnormal (Atmadja, 2003). Serangan
mewujudkan program pembangunan hama ini bisa menurunkan produksi buah
pertanian, khususnya dalam hal sebesar 50-60%. Oleh karena itu, setiap
penyediaan lapangan kerja, pendorong tahunnya dapat menimbulkan kerugian
pengembangan wilayah, peningkatan yang sangat besar karena tanaman tidak
kesejahteraan petani dan peningkatan sempat tumbuh normal (Sulistyowati,
pendapatan atau devisa negara. 2009).
Pengusahaan kakao di Indonesia sebagian
besar merupakan perkebunan rakyat. Di sisi lain, pemerintah berupaya
Dalam dua dasawarsa terakhir ini areal melakukan percepatan peningkatan
kakao nasional terus menjalani produktivitas dan mutu hasil kakao
pertumbuhan yang nyata sehingga nasional guna mewujudkan Indonesia
produksi kakao nasional juga meningkat sebagai produsen kakao terbesar di dunia.
seiring dengan peningkatan luas arealnya, Untuk mendukung program ini maka
namun demikian produktivitasnya stabil perlu dilakukan usaha yang maksimal
bahkan menurun (Karmawati et al., dari seluruh pihak, salah satunya dari sisi
2010). pengendalian OPT kakao. Dalam upaya
pengendalian OPT kakao, petani sebagai
Tahun 2010 Indonesia menduduki pelaku utama dalam sistem budidaya
posisi sebagai pengekspor biji kakao tanaman kakao seringkali masih
terbesar ketiga dunia dengan produksi biji menggunakan pestisida sebagai alternatif
kering 550.000 ton (Rubiyo dan Siswanto, utama dalam upaya mengendalikan OPT
2012). Namun, jika dilihat dari kakao. Penggunaan berbagai jenis bahan
produktivitas tanaman kakao kita masih aktif pestisida dengan intensitas tinggi ini
berada di bawah 900 kg/ha/tahun dari seringkali menjadikan petani kurang
rata-rata potensi sebesar 2.000 memperhatikan jenis yang digunakan,
kg/ha/tahun (Wahyudi dan Misnawi, dengan harapan segera dapat membunuh
2007). Organisme Pengganggu OPT sasaran. Deltametrin, sipermetrin, λ-
Tumbuhan (OPT) merupakan salah satu sihalotrin dan klorpirifos merupakan
faktor penting yang menghambat bahan aktif pestisida yang sering
pencapaian sasaran produksi dan mutu digunakan dalam pengendalian OPT
hasil kakao. Diperkirakan rata-rata 30% kakao. Pestisida ini digunakan petani
pengurangan hasil disebabkan serangan kakao untuk mengendalikan Helopeltis
OPT, bahkan ada penyakit penting yang sp. spp. yang merupakan salah satu hama
menyebabkan kematian apabila tidak utama kakao. Akan tetapi penggunaan
dikendalikan dengan cepat (Karmawati et pestisida ini kurang memperhatikan
al., 2010). dampak residu pestisida yang
ditimbulkan. Pestisida deltametrin,
Menurut Sulistyowati (2009), tanaman sipermetrin, λ-sihalotrin dan klorpirifos
kakao merupakan tanaman yang disukai pada kakao memiliki Batas Maksimal
berbagai jenis organisme. Salah satu Residu (BMR) yang ditetapkan oleh
hama utama pada tanaman kakao adalah European Commission Part A of Annex I
kepik penghisap buah (Helopeltis sp. to Reg. 396/2005 yaitu 0,1 ppm untuk

11
Jurnal Agrosains dan Teknologi Volume 4 Nomor 1 Juni 2019 p-ISSN 2528-0201
website : jurnal.umj.ac.id/index.php/ftan e-ISSN 2528-3278

klorpirifos dan sipermetrin dan 0,05 ppm P1 : disemprot deltametrin


untuk deltametrin dan λ-sihalotrin. P2 : disemprot sipermetrin
Diharapkan dalam penelitian ini diperoleh P3 : disemprot λ-sihalotrin
informasi mengenai bahan aktif pestisida P4 : disemprot klorpirifos
yang meninggalkan residu pestisida di
bawah BMR pestisida. Setiap petak perlakuan terdiri dari 25
pohon kakao (5x5) yang diperlakukan
Pendahuluan menjelaskan tentang dan diambil pohon sampel sebanyak 16
latar belakang, landasan teori berupa pohon (4x4) sebagai tanaman sampel.
karya ilmiah dan hasil penelitian oleh Jarak antar petak perlakuan adalah 5
penulis dan peneliti sebelumnya, (lima) larik pohon.
permasalahan, tujuan penelitian, serta
kontribusi dari penelitian yang dilakukan.

METODE

Penelitian ini mengambil lokasi uji


lapang di Kecamatan Gemarang
Kabupaten Madiun, sedangkan untuk
pengujian residu pestisida dilakukan di
Gambar 1. Denah petak perlakuan (O :
Laboratorium Analisis Pestisida BBPPTP
pohon sampel, V : pohon non
Surabaya.
sampel)
Bahan yang digunakan dalam
Pada setiap petak perlakuan tanaman
penelitian ini diantaranya formulasi
sampel dipilih 4 (empat) buah kakao
insektisida klorpirifos, deltametrin,
berukuran diameter 3-6 cm dan panjang
sipermetrin dan λ-sihalotrin yang
sekitar 10-15 cm. Buah terpilih tersebut
diperoleh dari toko pertanian, air,
diberi label. Sebelum aplikasi pestisda,
asetonitrile (JT Baker, Germany),
diambil buah kakao dari masing-masing
aquadest, asam asetat (Merck, Germany),
tanaman sampel pada tiap petak untuk
QuEChERS kit (Waters, USA), standar
diuji residu pestisida. Selanjutnya buah
deltametrin (ChemService, USA), standar
berlabel lainnya disemprot sesuai
klorpirifos (ChemService, USA),
perlakuan dengan insektisida dan
sipermetrin (ChemService, USA), dan λ-
ditambah perekat perata sampai meliputi
sihalotrin (ChemService, USA). Alat
seluruh buah. Aplikasi insektisida
yang digunakan dalam penelitian ini
dilakukan dengan menggunakan alat
adalah blender, vortex (Biosan, Latvia),
semprot knapsack sprayer bertekanan 4
freezer -20ºC (Samsung, Korea Selatan),
atm. Setiap penyemprotan dilakukan
microcentrifuge (Tomy, Japan),
dengan cara mengarahkan nozzle ke
micropipettes (Eppendorf, USA),
buah-buah kakao dengan volume larutan
kromatografi gas (GC 2010 plus,
yang digunakan adalah 250 ml/pohon
Shimadzu, Japan) dengan detektor
atau 250 l/ha. Penyemprotan dilakukan
Electron Capture Detector (ECD) dan
sebanyak lima kali dengan interval tujuh
kolom Rtx-5 (5% diphenyl 95% dimethyl
hari sekali.
polysiloxane, Restek, USA).
Pengujian Residu Pestisida
Aplikasi Lapang
Sampel buah kakao pada masing-
Penelitian ini menggunakan rancangan
masing blok perlakuan diambil untuk
acak kelompok yang terdiri dari 4 (empat)
sebelum dan sesudah perlakuan untuk
perlakuan dengan 5 (kali) ulangan.
selanjutnya diambil biji kakao dan
Adapun perlakuan dalam penelitian ini
dikeringkan. Sampel biji kakao kering
adalah sebagai berikut :

12
Fitriadi dan Putri. 2019. Dampak Aplikasi Pestisida Sipermetrin, Deltametrin, Klorpirifos dan λ-Sihalotrin
Terhadap Kandungan Residu Pestisida pada Biji Kakao. Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 3 (2) h. 10-18

selanjutnya dihaluskan menggunakan dari hubungan antara konsentrasi standar


blender. dengan luas area puncak. Dari hubungan
ini juga dapat ditentukan koefisien
Timbang 5 gram sampel dan determinasi (r2) dan slope. Sedangkan
tambahkan 10 mL air kemudian diaduk kadar dalam sampel ditentukan dengan
rata. Kemudian campuran tersebut menggunakan luas area sampel pada
dimasukkan ke dalam tabung QuEChERS persamaan standar.
50 mL yang berisi (4 g MgSO4 dan 1 g
NaCl). Kemudian tambahkan 10 mL HASIL DAN PEMBAHASAN
larutan asetonitril dan ceramic
homogenizer, lalu dilakukan kocok Aplikasi Lapang
dengan kencang dan divortex sampai
homogen selama 1 menit. Campuran Aplikasi pestisida lapang dilaksanakan
tersebut selanjutnya dicentrifuge selama 5 di perkebunan kakao yang terdapat di
menit pada kecepatan 3000 G. Pipet 1 mL Desa Batok Kecamatan Gemarang
aliquot hasil centrifuge ke dalam tabung Kabupaten Madiun. Lokasi ini dipilih
yang berisi 150 mg MgSO4; 25 mg PSA; karena di lokasi ini terdapat hamparan
25 mg C18 dan dikocok selama 30 detik, perkebunan kakao yang cukup luas untuk
kemudian dicentrifuge selama 5 menit dibagi menjadi lima blok perlakuan.
pada kecepatan 3000 G. Pindahkan eluat Selain itu, buah kakao yang akan diamati
sebanyak 500 µL kedalam vial. juga masih berukuran panjang sekitar 10-
15 cm.
Masing-masing standar diencerkan
dengan konsentrasi yang berbeda yaitu Dalam uji lapang ini, perkebunan
0,05 ppm; 0,1 ppm; 0,5 ppm; 1 ppm dan 2 kakao dibagi menjadi 5 blok perlakuan
ppm untuk membuat kurva standar. yaitu blok 1 (P1) sebagai control, blok 2
Pengenceran menggunakan pelarut (P2) perlakuan menggunakan deltametrin,
asetonitril. Dari masing-masing blok 3 (P3) perlakuan menggunakan
konsentrasi tersebut kemudian sipermetrin, blok 4 (P4) perlakuan
dimasukkan dalam vial, siap untuk menggunakan λ-sihalotrin dan blok 5
diinjek ke alat. (P5) perlakuan menggunakan klorpirifos.

Sebelum digunakan, alat GC Dosis penggunaan masing-masing


dikondisikan dengan penggunaan formulasi pestisida pada tabel diatas,
detektor ECD dan kolom Rtx-5 dan disesuaikan dengan dosis yang tertera
pengaturan kondisi alat sebagai berikut: pada masing-masing label kemasan
Suhu injektor sebesar 2500C, Suhu kolom formulasi pestisida dalam mengendalikan
sebesar 800C selama 1 menit, kemudian Helopeltis sp. sp pada kakao.
dilakukan kenaikan suhu 250C/menit
sampai 2500C, 2500C selama 30 menit, Uji Residu Pestisida
dinaikkan 150C/menit sampai 2700C dan
ditahan selama 2 menit Suhu detektor Untuk mengetahui residu pestisida
sebesar 3000C, Gas pembawa yang yang diaplikasi pada kegiatan uji lapang,
digunakan adalah Nitrogen (N2). Setelah perlu dilakukan uji residu pestisida pada
alat GC dalam kondisi ”ready”, sampel sampel kakao sebelum perlakuan dan
segera diinjeksikan menggunakan sesudah perlakuan pada masing-masing
autoinjektor. blok sehingga dapat diketahui kenaikan
residu pestisida pada sampel kakao
Penyuntikan sebanyak 1 µL larutan sebagai akibat aplikasi pestisida.
sampel dan larutan standar ke dalam alat
GC untuk diperoleh luas area puncak dan
waktu retensi. Kurva standar diperoleh

13
Jurnal Agrosains dan Teknologi Volume 4 Nomor 1 Juni 2019 p-ISSN 2528-0201
website : jurnal.umj.ac.id/index.php/ftan e-ISSN 2528-3278

Tabel 1. Perlakuan formulasi pestisida terhadap hama Helopeltis sp. pada tanaman kakao
No Kode Pestisida Dosis Aplikasi
1 P1 Kontrol - -
2 P2 Deltametrin 1 mL.L-1 6 kali, interval 1 minggu
3 P3 Sipermetrin 1 mL.L-1 6 kali, interval 1 minggu
4 P4 λ-Sihalotrin 0,5 mL.L -1
6 kali, interval 1 minggu
5 P5 Klorpirifos 1 mL.L-1 6 kali, interval 1 minggu

Uji Residu Pestisida Perlakuan dSPE atau dispersive solid


phase extraction dimaksudkan untuk
Untuk mengetahui residu pestisida memisahkan senyawa organik lain yang
yang diaplikasi pada kegiatan uji lapang, masih terbawa pada pelarut asetonitril.
perlu dilakukan uji residu pestisida pada PSA (Primary Secondary Amine)
sampel kakao sebelum perlakuan dan digunakan untuk menghilangkan asam
sesudah perlakuan pada masing-masing organik polar, asam-asam lemak, dan
blok sehingga dapat diketahui kenaikan gula. Sedangkan C18 digunakan untuk
residu pestisida pada sampel kakao menghilangkan senyawa non polar
sebagai akibat aplikasi pestisida. seperti lemak yang mungkin masih
terbawa pada pelarut asetonitril. Dengan
Masing-masing sampel sebelum demikian diharapkan aliquot (larutan
perlakuan dan sesudah perlakuan dari lapisan atas) sudah terbebas dari
tiap blok perlakuan yang telah halus, pengotor senyawa lain dan tinggal residu
ditimbang sebanyak 5 gram dan pestisida yang tertinggal pada pelarut.
dicampur dengan 10 mL aquades. Aliquot kemudian diambil dengan hati-
Selanjutnya campuran contoh hati menggunakan syringe untuk
dimasukkan ke dalam tabung ekstraksi selanjutnya disaring dan ditempatkan
QuEChERS 50 mL yang berisi 4 g pada vial GC dan siap untuk
MgSO4 dan 1 g NaCl, ceramic diinjeksikan ke GC-ECD.
homoginezer dan 10 mL larutan
asetonitril. Selanjutnya campuran Setelah memperoleh kondisi
dikocok kuat-kuat selama 2 menit untuk optimum pada setiap bagian instrumen
mengekstrak senyawa pestisida yang GC-ECD, selanjutnya dilakukan
kemungkinan terkandung dalam contoh penyuntikan standar dan sampel pada
agar terpisah dari senyawa lain seperti alat GC-ECD. Dari hasil kromatogram
protein dan lemak. Penggunaan pelarut yang keluar dari GC-ECD, perlu dibuat
asetonitril dikarenakan hampir semua grafik kurva standar untuk masing-
pestisida dapat larut dalam pelarut masing pestisida (deltametrin,
asetonitril sehingga diharapkan klorpirifos, λ-sihalotrin dan sipermetrin).
penggunaan pelarut ini dapat Grafik ini berguna untuk menentukan
memisahkan senyawa pestisida yang ada kandungan residu pestisida deltametrin,
didalam contoh. Tabung selanjutnya di klorpirifos, λ-sihalotrin dan sipermetrin
centrifuge pada kecepatan 3000 G pada sampel. Grafik kurva standar
selama 5 menit hingga menghasilkan dibuat dengan membuat deret
aliquot. Aliquot (larutan bening) yang konsentrasi larutan campuran standar
berada dilapisan atas kemudian diambil deltametrin, klorpirifos, λ-sihalotrin dan
1 mL dan dipindahkan ke tabung dSPE sipermetrin yaitu 0,05; 0,1; 0,5; 1; dan 2
QuEChERS 2 mL yang berisi 150 mg ppm dan diinjeksikan ke dalam alat GC-
MgSO4; 25 mg PSA; 25 mg C18 dan ECD. Dari data luas area puncak,
dikocok selama 30 detik dan diperoleh persamaan garis linier standar
dicentrifuge selama 5 menit pada pestisida seperti yang tersaji pada Tabel
kecepatan 3000 G. 2.

14
Fitriadi dan Putri. 2019. Dampak Aplikasi Pestisida Sipermetrin, Deltametrin, Klorpirifos dan λ-Sihalotrin
Terhadap Kandungan Residu Pestisida pada Biji Kakao. Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 3 (2) h. 10-18

Tabel 2. Persamaan Linear dan Koefisien Determinasi


No Pestisida Persamaan Linier r2
1 Deltametrin y = 579.331x + 107.194 0,9950
2 Sipermetrin y = 683.715x – 683.715 0,9870
3 λ-sihalotrin y = 627.888x – 7.495 0,9983
4 Klopirifos y = 25.946x – 1.354 0,9996

Uji linearitas diperlukan untuk


Kurva Standar λ-Sihalotrin
mengetahui kemampuan standar, 1400000
sehingga dapat membuktikan adanya 1200000 y = 62788x - 7494. 1263356
1000000 R² = 0.998
hubungan linier antara konsentrasi analit

Luas Area
800000
dengan respon detektor. Dari tabel 600000 589633
400000
persamaan linier dan koefisien 200000
306063

determinasi diperoleh data semua nilai 0 39971


0 0.5 1 1.5 2 2.5
koefisien determinasi dari keempat jenis
Konsentrasi (mg/mL)
pestisida memiliki nilai R2 > 0,9900,
kecuali sipermetrin sehingga dapat Gambar 4. Kurva Standar λ-sihalotrin
dikatakan metode ini memiliki metode
analisis yang baik.
Kurva Standar Klorpirifos
Kurva Standar Deltametrin 60000
50000
1400000
40000 y = 25946x - 1354.
Luas Area

1200000 R² = 0.999
y = 57933x + 10719 30000
1000000
Luas Area

800000 R² = 0.995 20000


600000 10000
400000 0
200000 0 0.5 1 1.5 2 2.5
0
Konsentrasi (mg/mL)
0 0.5 1 1.5 2 2.5

Konsentrasi (mg/mL) Gambar 5. Kurva Standar Klorpirifos


Gambar 2. Kurva Standar Deltametrin
Setelah diperoleh kurva standar,
contoh yang sudah dipreparasi
Kurva Standar Sipermetrin selanjutnya dapat diinjeksikan ke dalam
1600000 alat untuk dianalisa kandungan residu
1400000
1200000 y = 68371x - 25307
pestisidanya. Dari analisa standar dan
1000000
R² = 0.986
sampel menggunakan GC-ECD
Luas Area

800000
600000
diperoleh kromatogram dari campuran
400000 standar pestisida deltametrin,
200000
0
sipermetrin, klorpirifos dan λ-Sihalotrin
0 0.5 1 1.5 2 2.5 sebagai berikut:
Konsentrasi (mg/mL)

Gambar 3. Kurva Standar Sipermetrin

15
Jurnal Agrosains dan Teknologi Volume 4 Nomor 1 Juni 2019 p-ISSN 2528-0201
website : jurnal.umj.ac.id/index.php/ftan e-ISSN 2528-3278

λ-Sihalotrin
Deltametri
n

Sipermetrin

Klorpirifos

Gambar 6. Kromatogram standar pestisida uji residu pestisida

Tabel 3. Hasil uji residu pestisida pada sampel biji kakao


Residu Pestisida
Kenaikan
Bahan Aktif (μg/g) BMR**
No Sampel Residu
Pestisida Sebelum Sesudah (μg/g)
(μg/g)
Perlakuan Perlakuan
1. P2 Deltametrin ttd* 2,839 2,839 0,050
2. P3 Sipermetrin 0,180 0,194 0,014 0,100
3. P4 λ-Sihalotrin ttd* ttd* ttd* 0,050
4. P5 Klorpirifos ttd* 1,079 1,079 0,100
* ttd : tidak terdeteksi
** BMR: Batas Maksimal Residu sesuai European Commission Part A of Annex I
to Reg. 396/2005

Dari tabel di atas diperoleh informasi maksimal residu pestisida deltametrin


bahwa sebelum dilakukan perlakuan pada biji kakao yaitu 0,050 μg/g. Sampel
aplikasi pestisida, hanya pada blok P3 blok P3 mengandung 0,194 μg/g residu
yang sudah terkandung residu pestisida, pestisida sipermetrin, yang artinya ada
sedangkan pada blok lain tidak terdeteksi kenaikan kadar residu pestisida
residu pestisida sesuai perlakuan. sipermetrin pada sampel blok P3
Keberadaan residu pestisida sipermetrin sebanyak 0,014 μg/g. Hasil ini masih
pada blok P3 dimungkinkan berasal dari dibawah nilai BMR sipermetrin pada biji
lingkungan sekitar tanaman, atau kakao yang sebesar 0,100 μg/g.
pestisida yang tertinggal di dalam tanah Sedangkan sampel blok P4 setelah
sebagai akibat dari aplikasi pestisida perlakuan tetap tidak mengandung residu
sebelumnya. pestisida λ-Sihalotrin. Hal ini dikarenakan
pestisida λ-Sihalotrin lebih mudah terurai
Kemudian setelah perlakuan yaitu 6 / terdegradasi oleh cahaya sehingga tidak
kali penyemprotan dengan interval 1 bersifat persisten yang menempel pada
minggu sekali, biji kakao diuji kandungan buah kakao. Lamda Sihalotrin memiliki
residu pestisidanya. Hasilnya sampel blok waktu paruh 4,8 hari (Mohapatra adan
P2 mengandung deltametrin sebanyak Ahuja, 2010). Sampel perlakuan P5
2,839 μg/g, naik 2,839 μg/g dari mengandung residu pestisida klorpirifos
sebelumnya tidak terdeteksi mengandung sebanyak 1,079 μg/g sedangkan BMR
residu pestisida deltametrin. Kandungan klorpirifos pada biji kakao sebesar 0,1
residu ini sangat jauh di atas batas μg/g, yang artinya sampel setelah

16
Fitriadi dan Putri. 2019. Dampak Aplikasi Pestisida Sipermetrin, Deltametrin, Klorpirifos dan λ-Sihalotrin
Terhadap Kandungan Residu Pestisida pada Biji Kakao. Jurnal Agrosains dan Teknologi, Vol. 3 (2) h. 10-18

perlakuan memiliki residu pestisida diatas http://pustaka.litbang.pertanian.go.id/p


BMR. ublikasi/p3222033.pdf
CABI. (2007). Crop protection
Berdasarkan hasil uji residu pestisida
compendium. Wallingford (GB):
pada sampel biji kakao, sebelum dan
Centre for Agriculture and
sesudah perlakuan, dapat disimpulkan
Biosciences International.
untuk pestisida λ-sihalotrin tidak
meninggalkan residu pestisida sedangkan Djoyosumarto, P., 2008, Pestisida dan
pestisida sipermetrin meninggalkan residu Aplikasinya, Jakarta: PT. Argomedia
pestisida yang jauh lebih sedikit Perkasa
dibanding dengan pestisida deltametrin
Fishel, F.M., 2017, Pesticide Toxicity
dan klorpirifos.
Profile: Synthetic Pyrethroid
Pesticides, IFAS Extention University
SIMPULAN
of Florida
Pengujian kandungan residu pestisida https://edis.ifas.ufl.edu/pdffiles/PI/PI0
pada sampel perlakuan menunjukkan 9100.pdf
residu pestisida berbahan aktif λ- Karmawati, E., Z. Mahmud, M. Syakir, J.
sihalotrin dan sipermetrin pada biji kakao Munarso, K. Ardana dan Rubiyo.
berada di bawah Batas Maksimal Residu 2010. Budidaya dan Pasca Panen
yang ditetapkan European Commission Kakao. Pusat Penelitian dan
Part A of Annex I to Reg. 396/2005 Pengembangan Perkebunan: Bogor.
sehingga dapat digunakan untuk http://sidolitkaji.litbang.pertanian.go.i
mengendalikan serangan hama Helopeltis d/i/files/BudidayadanPascapanenKaka
sp. pada tanaman kakao. o.pdf
Keane, P.J., and Putter, C.A.J. 1992.
DAFTAR PUSTAKA
Cocoa Pest and Disease Management
Afriyanto, 2008, Kajian Keracunan in Southeast Asia and Australasia.
Pestisida pada Petani Penyemprot Roma Italia: FAO
Cabe di Desa Candi Kecamatan Kementerian Pertanian, 2015, Peraturan
Bandungan Kabupaten Semarang, Menteri Pertanian Republik Indonesia
Thesis, Universitas Diponegoro Nomor 39/Permentan/SR.330/7/2015
Semarang. Tentang Pendaftaran Pestisida.
http://eprints.undip.ac.id/16405/1/AFR
IYANTO.pdf Kristianingrum, S., 2009, Kajian Berbagai
Metode Analisis Residu Pestisida
Anastassiades, M., Lehotay, S.J., dalam Bahan Pangan, Makalah dalam
Stajnbaher , D., and Schenck, F .J . Seminar Nasional Kimia Jurusan
2003. Fast and Easy Multiresidue Pendidikan FMIPA UNY pada 17
Method Employing asetonitrile Oktober 2009 di UNY Yogyakarta.
Extraction / Partitioning and http://staffnew.uny.ac.id/upload/13187
“Dispersive Solid-Phase Extraction” 2520/penelitian/B+27.pdf
for The Determination of Pesticide
Residues in Produce. Journal of Latifah, A.M., Musa, R.D., and Latiff,
AOAC International, 86: 412-431. P.A., 2011, Gas Chromatography
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed Mono Spectrometry of Malathion
/12723926 Residues in Centella asiatica, Iran. J.
Environ. Health. Sci. Eng., Vol. 8, No.
Atmadja, WR. 2003. Status Helopeltis sp. 1, pp. 57-64.
antonii sebaga Hama pada Beberapa http://applications.emro.who.int/imem
Tanaman Perkebunan dan rf/Iran_J_Environ_Health_Sci_Eng/Ira
Pengendaliannya. Jurnal Litbang n_J_Environ_Health_Sci_Eng_2011_
Pertanian, 22(2), hal. 57-63. 8_1_57_64.pdf

17
Jurnal Agrosains dan Teknologi Volume 4 Nomor 1 Juni 2019 p-ISSN 2528-0201
website : jurnal.umj.ac.id/index.php/ftan e-ISSN 2528-3278

Martono, B., 2009, Karakteristik Peningkatan Produksi dan


Morfologi dan Kegiatan Plasma Pengembangan Kakao (Theobroma
Nutfah Tanaman Kakao, Bunga cacao L.) di Indonesia. Buletin RISTRI,
Rampai: Inovasi Teknologi Bioindustri Vol. 3 (1), 33-48.
Kakao: 15-28. http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/in
http://balittri.litbang.pertanian.go.id/in dex.php/bultri/article/view/1065/912
dex.php/publikasi/category/94-bunga-
Sastroutomo, S., 1992, Pestisida Dasar-
rampai-bioindustri-
Dasar dan Dampak Penggunannya,
kakao?download=332%3A02a.-
Jakarta: Gramedia
karakteristik-morfologi-dan-kegiatan-
plasma-nutfah-tanaman-kakao_edit- Sulistyowati, E. 2009 Panduan Lengkap
lila-ok-18-sept Budidaya Kakao. Penebar Swadaya:
Jakarta
Meilin dan Praptana, 2014, Dampak
Insektisida Deltametrin Konsentrasi Wahyudi dan Misnawi, 2007, Fasilitasi
Subletal pada Perilaku dan Biologi Perbaikan Mutu dan Produktivitas
Parasitoid, Jurnal Iptek Tanaman Kakao Indonesia, Warta Pusat
Pangan Vol. 9 No. 2. Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia,
http://ejurnal.litbang.pertanian.go.id/in 23(1), 32.
dex.php/ippan/article/view/2538/2178 https://iccri.net/download/warta_puslit
_koka/Warta PuslitKoka Vol 23 No 1
Mohapatra, S., and Ahuja, A.K., 2010,
Februari 2007/Fasilitas perbaikan
Persistence and dissipation of lambda
mutu dan produktivitas kakao
cyhalothrin in/on mango (Mangifera
Indonesia.pdf
indica), Indian Journal of
Agricultural Sciences Vol. 80 No.4 pp. Weir, D., dan Schapiro, M., 1998,
306-308 Lingkaran Racun Pestisida, Sinar
Harapan, Jakarta
Prasetia, T., 2012, Metode Preparasi
Quechers Dalam Analisis Residu
Pestisida, Foodreview Indonesia, Vol.
VII/No. 12 / Desember 2012
Rubiyo dan Siswanto, 2012, Peningkatan
Produksi dan Pengembangan Kakao
(Theobroma cacao L.) di Indonesia,

18

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai