Anda di halaman 1dari 10

LONGSORAN BUSUR (CIRCULAR FAILURE)

9.4. Kondisi Umum


Longsoran jenis ini banyak terjadi pada lereng batuan lapuk atau sangat terkekarkan
dan di lereng-lereng timbunan. Seperti ditunjukkan pada bab sebelumnya, bentuk
bidang gelincir pada longsoran jenis ini akan menyerupai busur bila digambarkan
pada penampang melintang.

9.5. Analisis Longsoran Busur


Metoda yang paling banyak untuk menganalisa longsran jenis ini adalah metoda
Fellenius atau Swedia dan metoda Bishop. Namun untuk keperluan praktis, Hoek dan
Bray, 1983, telah menuangkan dalam bentuk diagram. Cara ini merupakan cara yang
sangat mudah, cepat, dan hasilnya masih dapat dipertanggungn jawabkan. Cara ini
terutama tergantung pada :
1. jenis tanah/batuan, dalam hal ini tanah/batuan dianggap homogen dan
kontinyu
2. longsoran yang terjadi menghasilkan bidang luncur berupa busur lingkaran
3. tinggi permukaan air tanah pada lereng

Hoek dan Bray membuat 5 buah diagram untuk tiap-tiap kondisi air tanah tertentu
mulai dari sangat kering hingga jenuh.

Cara perhitungannya adalah sebagi berikut (untuk lebih jelasnya lihat gambar 6.1):
- langkah 1 : tentukan kondisi air tanah yang ada dan sesuaikan dengan gambar 6.2.
pilih yang paling tepat atau paling mendekati
- langkah 2 : hitung angka c/γHtanø, kemudian cocokkan angka tersebut pada
lingkaran terluar dair diagram (chart) yang dipilih
- langkah 3 : ikuti jari-jari mulai dari angka yang diperoleh pada langkah 2 sampai
memotong kurva yang menunjukkan kemiringan
- langkah 4 : dari titik pada langkah 3, kemudian ditarik ke kiri dan kebawah untuk
mencari angka-angka tanø/F dan c/(γHF)

LONGSORAN BUSUR | 81
- langkah 5 : hitung faktor keamanan (F) dari kedua angka yang diperoleh dari
langkah 4 dan pilih yang paling tepat

Gambar 9.1
Langkah perhitungan faktor keamanan untuk longsoran busur dengan menggunakan
diagram Hoek dan Bray
(Hoek & Bray.1981)

LONGSORAN BUSUR | 82
Gambar 9.2
Keadaan atau pola aliran air tanah utuk diagram 1 sampai 5
(Hoek & Bray.1981)

LONGSORAN BUSUR | 83
Gambar 9.3
Circular filure chart no.1
(Hoek & Bray.1981)

LONGSORAN BUSUR | 84
Gambar 9.4
Circular filure chart no.2
(Hoek & Bray.1981)

LONGSORAN BUSUR | 85
Gambar 9.5
Circular filure chart no.3
(Hoek & Bray.1981)

LONGSORAN BUSUR | 86
Gambar 9.6
Circular filure chart no.4
(Hoek & Bray.1981)

LONGSORAN BUSUR | 87
Gambar 9.7
Circular filure chart no.5
(Hoek & Bray.1981)

METODA BISHOP
Metode Bishop ini menggunakan kesetimbangan gaya dalam arah vertikal dan
kesetimbangan momen pada pusat lingkaran bidang gelincir. Dalam metode ini gaya
geser antar irisan diasumsikan nol. Faktor keamanan untuk metode ini dirumuskan
sebagai berikut:
( X /(1 + Y / F ))
F=
( Z + Q )
Dimana
X = (c'+(h −  w hw ) tan  ' )x / cos

LONGSORAN BUSUR | 88
Y = tan  tan  '
Z = hx sin 

Q= 1
2  w Z 2 / R

Gambar 9.8
Metoda Bishop
(Hoek & Bray.1981)

9.3. Soal Latihan


Hitunglah factor keamanan suatu lereng timbunan dengan tinggi 40m dan sudut
kemiringan lerengnya 300, bila γbatuan = 1.8 t/m3 dan ø=26o

9.4. Longsoran Non-Sirkular Cara Janbu


Analisis kelongsoran untuk model non-sirkular yang banyak digunakan adalah
analisis cara Janbu. Agar pengaruh adanya beban dinamis (getaran) ikut
diperhitungkan dalam analisis, maka dilakukan sedikit modifikasi terhadap rumus
faktor kemanan (FK) Janbu, yaitu dengan menambahkan faktor gempa (Fg) (lihat
Gambar 8 dan 9) yang didefinisikan sebagai :
a
Fg = ................................................................................... (27)
g

LONGSORAN BUSUR | 89
dimana :
a = percepatan yang timbul sehubungan dengan adanya beban
dinamis/gempa, dapat berupa ah yang arah kerjanya mendatar atau
av yang arah kerjanya vertikal.
g = percepatan gravitasi.
Rumus faktor keamanan (FK) Janbu tetap berbentuk :
x

[1 + (y / FK)]
FK = fo x ..................................................... (28)
 (z) + Q
dengan y, Q dan fo seperti semula, sebesar :
y = tan (a) tan (f’) ................................................................................. (29)
Q = (1/2) gw zw2 ...................................................................................... (30)
 d  d  
2
Faktor koreksi fo = 1 + K  - 1.4    ...................................... (31)
 L  L 

Jika c’ = 0 ; K = 0,31
c’ > 0 dan f’ > 0 ; K = 0,50
adapun x dan z berubah dari :
x = {c’ + (g h – gwhw) tan f’} (1 + tan2 a) Dx .......................... (32)
z = g h (tan a) Dx ................................................................... (33)

LONGSORAN BUSUR | 90

Anda mungkin juga menyukai