Anda di halaman 1dari 6

LONGSORAN BAJI (WEDGE FAILURE)

8.3. Persyaratan Umum Terjadinya Longsoran Baji

Berbeda dengan longsoran bidang, longsoran baji akan terjadi bila ada 2 bidang
lemah atau lebih berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap
lereng (gambar 4.1). persyaratan lain yang harus terpenuhi untuk terjadinya longsoran
baji adalah bila sudut lereng lebih besar dari pada sudut garis potong kedua bidang
lemah tersebut (Ψfi>Ψi), dan sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada
sudut geser dalamnya.

8.4. Analisis Longsoran Baji

Bila tahanan bidang gelincir (permukaan bidang lemah yang berpotongan) hanya
tergantung pada friksi saja (tanpa kohesi), maka penentuan factor keamanan dapat
menggunakan persamaaan berikut ini

( R A + RB ) tan 
F= ……………………………………………(7-1)
W sin  i

Dimana RA dan RB adalah reaksi ke arah normal bidang A dan B (gambar4.2) dengan
membuat penampang tegak lurus garis potong kedua bidang lemah tersebut, maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut

RA sin(  − 12  ) = RB sin(  + 12  ) …………………………….(7-2)

R A cos( − 1 2  ) − RB cos( + 1 2  ) = W cos i …………….(7-3)

Bila kedua persamaan di atas diselesaikan, maka akan diperoleh:

LONGSORAN BAJI| 69
W cos i sin 
R A + RB = …………………………………….(7-4)
sin 12 
Dengan mensubstitusikan persamaan (4-4) ke persamaan (4-1) maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut
sin  tan 
F= ……………………………………………..(7-5)
sin 12  tan  i
Sudut β, ξ, Ψi ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.

Gambar 7.1 Geometri longsoran baji (Hoek &Bray .1981)

LONGSORAN BAJI| 70
gambar 7.2
Gaya-gaya pada longsoran baji
(Hoek &Bray.1981)

Apabila ternyata ketahanan geser bidang gelincir juga dipengaruhi oleh kohesi dan
dijumpai pula adanya adanya rembesan air di bidang-bidang lemah tersebut , maka
penentuan factor keamanan harus mempertimbangkan kedua factor tersebut. Dengan
membuat asumsi untuk air bahwa air hanya masuk di sepanjang garis potong bidang
lemah dengan muka atas lereng (garis 3 dan 4 pada gambar 4.3) dan merembes keluar di
sepanjang garis potong bidang lemah dengan muka lereng (garis 1 dan 2 pada gambar

LONGSORAN BAJI| 71
7.3) serta baji bersifat impermeable, maka persamaan yang digunakan untuk
menentukan factor keamanan adalah sebagai berikut

3  
F= (c A X + c B Y ) + ( A − W X ) tan  A + ( B − W Y ) tan  B …(7-6)
H 2 2
Dimana
CA dan CB = kohesi bidang lemah A dan B
øA dan øB = sudut geser dalam bidang lemah A dan B
γ = bobot isi batuan
γw = bobot isi air
H = tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (gambar 4.3)
X = sin  24 /(sin  45 sin 2.na)

Y = sin 13 /(sin  35 sin 1.nb)

A = (cos a− cos b cos na.nb ) /(sin  5 cos2  na.nb )

B = (cos b− cos a cos na.nb ) /(sin  5 cos2  na.nb )


Ψa dan Ψb = dip bidang lemah A dan B

Ψ5 = plunge dari garis potong kedua bidang lemah (garis no 5)


Θ24, dll= sudut-sudut yang diperoleh dengan menggunakan stereonet seperti terlihat pada
gambar 7.4

8.5. Soal Latihan


Bidang C pada soal latihan sub-bab 2.3 adalah muka lereng dimana lereng tersebut
mempunyai tinggi 70m. Baji yang terbentuk dari perpotongan bidang A dan B serta
muka lereng memiliki 50m. Hitung faktor keamanan lereng tersebut bila γ batuan = 2.6
t/m3, γw = 1 t/m3 cjoint = 11 t/m2 dan øjoint = 300 .

LONGSORAN BAJI| 72
gambar 7.3
Geometri Baji untuk analisis kemantapan dengan memperhitungkan kohesi air
(Hoek & Bray.1981)

Keterangan:

 1 = perpotongan antara bidang A dengan muka lereng.


 2 = perpotongan antara bidang B dengan muka lereng.
 3 = perpotongan antara bidang A dengan bagian atas permukaan lereng.

LONGSORAN BAJI| 73
 4 = perpotongan antara bidang B dengan bagian atas permukaan lereng.
 5 = perpotongan antara bidang A dan B.

gambar 7.4
Stereoplot geometri baji dari gambar 7.3 untuk keperluan analisis
(Hoek & Bray.1981)

LONGSORAN BAJI| 74

Anda mungkin juga menyukai