Berbeda dengan longsoran bidang, longsoran baji akan terjadi bila ada 2 bidang
lemah atau lebih berpotongan sedemikian rupa sehingga membentuk baji terhadap
lereng (gambar 4.1). persyaratan lain yang harus terpenuhi untuk terjadinya longsoran
baji adalah bila sudut lereng lebih besar dari pada sudut garis potong kedua bidang
lemah tersebut (Ψfi>Ψi), dan sudut garis potong kedua bidang lemah lebih besar daripada
sudut geser dalamnya.
Bila tahanan bidang gelincir (permukaan bidang lemah yang berpotongan) hanya
tergantung pada friksi saja (tanpa kohesi), maka penentuan factor keamanan dapat
menggunakan persamaaan berikut ini
( R A + RB ) tan
F= ……………………………………………(7-1)
W sin i
Dimana RA dan RB adalah reaksi ke arah normal bidang A dan B (gambar4.2) dengan
membuat penampang tegak lurus garis potong kedua bidang lemah tersebut, maka akan
diperoleh persamaan sebagai berikut
LONGSORAN BAJI| 69
W cos i sin
R A + RB = …………………………………….(7-4)
sin 12
Dengan mensubstitusikan persamaan (4-4) ke persamaan (4-1) maka akan diperoleh
persamaan sebagai berikut
sin tan
F= ……………………………………………..(7-5)
sin 12 tan i
Sudut β, ξ, Ψi ini akan sangat mudah ditentukan dengan bantuan stereonet.
LONGSORAN BAJI| 70
gambar 7.2
Gaya-gaya pada longsoran baji
(Hoek &Bray.1981)
Apabila ternyata ketahanan geser bidang gelincir juga dipengaruhi oleh kohesi dan
dijumpai pula adanya adanya rembesan air di bidang-bidang lemah tersebut , maka
penentuan factor keamanan harus mempertimbangkan kedua factor tersebut. Dengan
membuat asumsi untuk air bahwa air hanya masuk di sepanjang garis potong bidang
lemah dengan muka atas lereng (garis 3 dan 4 pada gambar 4.3) dan merembes keluar di
sepanjang garis potong bidang lemah dengan muka lereng (garis 1 dan 2 pada gambar
LONGSORAN BAJI| 71
7.3) serta baji bersifat impermeable, maka persamaan yang digunakan untuk
menentukan factor keamanan adalah sebagai berikut
3
F= (c A X + c B Y ) + ( A − W X ) tan A + ( B − W Y ) tan B …(7-6)
H 2 2
Dimana
CA dan CB = kohesi bidang lemah A dan B
øA dan øB = sudut geser dalam bidang lemah A dan B
γ = bobot isi batuan
γw = bobot isi air
H = tinggi keseluruhan dari baji yang terbentuk (gambar 4.3)
X = sin 24 /(sin 45 sin 2.na)
LONGSORAN BAJI| 72
gambar 7.3
Geometri Baji untuk analisis kemantapan dengan memperhitungkan kohesi air
(Hoek & Bray.1981)
Keterangan:
LONGSORAN BAJI| 73
4 = perpotongan antara bidang B dengan bagian atas permukaan lereng.
5 = perpotongan antara bidang A dan B.
gambar 7.4
Stereoplot geometri baji dari gambar 7.3 untuk keperluan analisis
(Hoek & Bray.1981)
LONGSORAN BAJI| 74