Anda di halaman 1dari 32

BAB III.

Perencanaan Komponen Struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Khusus


(SRPMK)
1.1. Persyaratan Detaling Hubungan Balok-Kolom
Hubungan balok-kolom (joint) merupakan elemen struktur yang paling penting dalam suatu
sistem struktur rangka pemikul momen. Akibat gaya lateral yang bekerja pada struktur, momen
lentur ujung pada balok-balok yang merangka pada join yang sama akan memutar join pada arah
yang sama. Hal ini akan menimbulkan gaya geser yang besar pada hubungan balok-kolom
(Gambar 2.6). Ada beberapa tipe hubungan balok-kolom yang dapat dijumpai pada suatu sistem
struktur rangka pemikul momen (ACI-ASCE 352, 2002) dan tipenya tergantung pada lokasi
tempat join tersebut berada (Gambar 2.7).
Persyaratan Gaya dan Geometri
Pada perencanaan hubungan balok-kolom, gaya pada tulangan lentur di muka hubungan
balok-kolom, dapat ditentukan berdasarkan tegangan 1,25 fy. Faktor reduksi untuk perencanaan
join dapat diambil sebesar 0,8. Beberapa persyaratan geometri harus dipenuhi untuk join
SRPMK , diantaranya:
1. Untuk beton normal, dimensi kolom pada hubungan balok kolom dalam arah paralel
tulangan longitudinal balok minimal harus 20 kali diameter tulangan longitudinal
terbesar pada balok.
2. Untuk beton ringan, dimensi minimumnya adalah 26 kali diameter.
Persyaratan Tulangan Transversal
Tulangan transversal seperti sengkang tertutup yang dipasang pada daerah sendi plastis
kolom harus dipasang juga di daerah hubungan balok-kolom (HBK), kecuali bila hubungan
tersebut dikekang oleh komponen-komponen struktur balok yang merangka padanya. Bila ada
balok-balok dengan lebar setidak-tidaknya tiga per empat (3/4) lebar kolom merangka pada
keempat sisi HBK maka tulangan transversal yang harus dipasang di daerah join hanyalah
setengah (1/2) dari yang dipasang di daerah sendi plastis kolom. Tulangan transversal ini harus
dipasang mulai dari sisi terbawah balok yang merangka ke hubungan tersebut. Spasi tulangan
transversal pada kondisi ini dapat diperbesar menjadi 150 mm.
Pada HBK dengan lebar balok lebih besar daripada lebar kolom, tulangan transversal seperti
pada daerah sendi plastis kolom harus dipasang juga pada hubungan tersebut untuk memberikan
kekangan terhadap tulangan longitudinal balok yang berada diluar daerah inti kolom.
Istropik = seragam
Gambar 2.6 . Gaya Geser yang Signifikan pada Join

Gambar 2.7. Jenis Hubungan Balok-Kolom


Gaya geser horizontal pada daerah HBK dapat dihitung dengan mengasumsikan bahwa elemen
lentur yang merangka pada HBK tersebut telah mencapai kapasitasnya, dengan menetapkan gaya
Tarik tulangan lentur balok sebesar As (1,25fy) (Lihat Gambar 2.8 dan 2.9).

Gambar 2.8. Diagram Badan Bebas pada Hubungan Balok-Kolom

Gambar 2.9. Perhitungan Vu pada Hubungan Balok-Kolom


Berdasarkan Gambar 2.9, gaya geser horizontal di HBK dapat dihitung sebagai berikut.
Vu = Tb1 + Ts1 + Ts2 + Cb2 – Vcol1 (2.1)
Tb1 + Ts1 + Ts2 = α f y (As1 + As_s1 + As_s2) (2.2)
Cb2 = Tb2 = A s2 α f y (2.3)
α = 1,25 (2.4)
Kuat geser yang dapat diberikan oleh HBK tergantung pada kondisi kekangan yang bekerja pada
HBK (ACI 318, 2008; ACI-ASCE 352, 2002).
Berdasarkan SNI Beton (BSN, 2002b), persamaan kuat geser HBK dapat dihitung:

Vjn = c√ f c ' Aj (2.5)

Dengan nilai c dibatasi sama dengan 1,7 untuk hubungan balok-kolom yang terkekang pada
keempat sisinya, 1,25 untuk hubungan yang terkekang pada ketiga sisinya atau dua sisi yang
berlawanan, dan 1,0 untuk hubungan lainnya. Suatu balok yang merangka pada suatu hubungan
balok-kolom dianggap memberikan kekangan bila setidaknya-tidaknya tiga per empat (3/4)
bidang muka HBK tersebut tertutupi oleh balok yang merangka tersebut (Gambar 2.10). HBK
dapat dianggap terkekang penuh bila ada empat balok yang merangka pada masing-masing
keempat sisi HBK tersebut.
Luas efektif join (Aj) pada pers. (2.5) dapat dihitung sebagai hasil perkalian antara lebar efektif
join dan tinggi h (lihat bidang yang diarsir pada Gambar 2.11).
Pengangkuran tulangan lentur balok di daerah join dapat dilakukan dengan tulangan berkait atau
tanpa kait, tergantung pada ketersediaan space di daerah join. Bila digunakan tulangan berkait
maka Panjang penyalurannya ditetapkan sebagai berikut:
 Untuk tulangan diameter 10 mm hingga 36 mm, Panjang penyaluran l dh untuk tulangan tarik
dengan kait standar 90° dalam beton normal (Gambar 2.12) tidak boleh diambil lebih kecil
dari 8db, 150 mm, dan nilai yang ditentukan oleh Pers. (2.6) berikut ini.
f y db
l dh ¿ (2.6)
5,4√ f c '
(a) x dan y efektif mengekang joint (b) hanya x efektif mengekang join
Gambar 2.10. Persyaratan ukuran Balok Pengekang

Gambar 2.11.Luas Efektif Hubungan Balok Kolom

Gambar 2.12. Standar Kait 90


Bila digunakan tulangan tanpa kait, untuk diameter 10 mm hingga 36 mm, Panjang penyaluran
tulangan tarik tidak boleh diambil lebih kecil dari:
(a) dua setengah (2,5) kali panjang penyaluran dengan kait bila ketebalan pengecoran beton di
bawah tulangan tersebut kurang dari 300 mm, dan
(b) tiga setengah (3,5) kali Panjang penyaluran dengan kait bila ketebalan pengecoran beton di
bawah tulangan tersebut melibihi 300 mm.
Gambar 2.13a memperlihatkan contoh kegagalan pada hubungan balok-kolom akibat kurang
memadainya tulangan pengekangan. Sedangkan Gambar 2.13b memperlihatkan contoh detailing
penulangan yang benar di daerah join.

(a) (b)
Gambar 2.13. Hubungan Balok-Kolom a) Kerusakan akibat Gempa
(Imran dkk., 2006; b) Detailing Tulangan pada HBK

6
1.2. Contoh Desain Hubungan Balok-Kolom SPRMK
Pada bagian berikut in disampaikan contoh perhitungan dedain dan detail tempat pertemuan
komponen struktur balok dan kolom yang telah didesain sebelumnya.

Gambar 2.14. Sketsa Penampang Desain Kolom 2B-1


Tampak atas potongan melintang kolom
1. Dimensi Join
SNI Pasal 23.5.3.1
Luas efektif hubungan balok-kolom, dinyatakan dalam Aj, adalah
Aj = 750 mmx 750 mm = 562.500 mm2
Luas efektif HBK.
Panjang join yang diukur parallel terhadap tulangan lentur balok yang menyebabkan geser di join
sedikitnya 20 kali db longitudinal ( tulangan pokok lentur pada balok )terbesar.
Panjang join = 20x29 mm = 580 mm (OK)….Dia.29mm ( tul.pokok terbesar yg digunkan pada
balok.(telah dihitung sebelumnya).
2. Penulangan Transversal ( tulangan geser/Sengkang tertutup/closed hoop ) untuk
Confinement ( mengekang). Poisson rasio.
SNI Pasal 23.5.2.1
Harus ada pada tulangan confinement dalam join.

7
SNI Pasal 23.5.2.2.
Untuk join interior, jumlah tulangan confinement yang dibutuhkan setidaknya setengah tulangan
confinement yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom.
Dari langkah 4 dalam desain kolom, diperoleh bahwa:

0,5Ash/s = 0,5 x 4,2 mm2/mm = 2,1 mm2/mm.Ash = luas penmpang hoops/ Transversal
( tulangan geser
Spasi( jarak ) vertikal hoop diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm.
Jarak vertikal antara tulang tekan dan tulang Tarik balok adalah 450 mm=( 600-2(40)-2(10)-
2(25)). coba pasang tiga hoops. Yang pertama dipasang pada jarak 70 mm dibawah tulangan
atas.
Area tulangan hoop yang dibutuhkan = 150 mm x 2,1 mm2/mm= 315 mm2( yg dibutuhkan)
Coba gunakan baja tulangan diameter 13 mm 3 kaki.( 2 kaki)….3 kaki ( 3 luasan dari tulangan
geser yg menahan gaya geser)

Jenis Dimensi Ash

D Diameter(mm) Luas/bar (mm2) Jumlah (mm2)

13 13 =1/4 .3.14.13^2(132,7) 3 398

Jadi Ash = 398 mm2.( yg terpasang) Ok, pakai 3 kaki D13.

8
Perhitungan Geser di Join, dan Cek Kuat Geser
Tinjau Free-body diagram seperti terlihat pada Gambar 2.15.
Balok yang memasuki join memiliki probable moment = -574 kN-m dan 428 kN-m. Pada join,
kekakuan kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama, sehingga DF = 0,5 untuk setiap kolom.
Sehingga,
Kekakuan = EI.
Me = 0,5 x (574 + 428) kN-m = 501 kN-m.
Geser pada kolom atas:
Vsway = (501+ 501)/3,1 = 323 kN.
Di bagian lapis
atas balok, baja tulangan yang dipakai adalah 7D25 + 1D29(As = 4.096 mm2)……..tulangan
Tarik bagian atas…momen negative.
Gaya Tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kiri adalah
T1 = 1,25 Asfy = 1,25 x 4.096 x 420 = 2150400 N =2.150,4 kN.
Gaya Tekan yang bekerja pada balok ke arah kiri adalah
C1 = T1 = 2.150,4 kN
Gaya Tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan adalah(balok):
4D19 + 2D22+2D25=2.876mm2
T1 = 1,25 Asfy = 1,25 x 2.876 x 420 = 1.509,9 kN.

Gaya Tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan adalah


C1 = T1 = 1.509,9 kN
Vu =Vj = Vsway – T1 – C2= 323 – 2.150,4 – 1.509,9 = 3.337 kN.(yang terjadi)
SNI Pasal 23.5.3.1
Kuat geser nominal join yang dikekang di keempat sisinya adalah:

Vn = 1,7 x√ f 'c Aj

Vn = 1,7 x√ 30 x 562,500 = 5.238 kN.( gaya geser yang dimiliki oleh struktur)
∅ Vn = 0,8 x 5.238 kN = 4.190 kN > 3.337 kN

9
Ok, kuat geser join memadai.
Arah sesuai dengan T1, yaitu ke kiri.

Gambar 2.15. Free-Body diagram Join (Goyangan Arah Ke Luar Bidang Gambar
Sengaja Tidak Ditinjau)
Untuk memenuhi persyaratan SNI beton pasal 9.10.5, pada penampang kolom juga dipasang
crosslie ( sengkang pengikat dengan diameter dan spasi yang sama dengan sengkang persegi
terpasang.
BAB IV. Perencanaan Komponen Struktur Sistem Rangka Pemikul Momen Menengah
(SRPMM)
4.1. Ketentuan Umum Pemikul Momen Menengah(SRPMM)
Ketentuan -ketentuan umum SRPMM
Penulangan komponen SRPMM harus memenuhi ketentuan detailing balok SRPMM bila
beban aksial tekan berfaktor pada komponen struktur tidak melebihi Ag.f’c/10. Bila
beban aksial tekan berfaktor pada komponen struktur melebihi Ag.f’c/10, maka ketentuan
kolom SRPMM harus dipenuhi kecuali komponen struktur kolom diberi tulangan spiral.

Kuat Geser Rencana Untuk Komponen Struktur SRPMM


Kuat geser rencana balok, kolom, dan konstruksi pelat dua arah pada struktur SRPMM
diambil sebagai nilai terbesar dari dua kondisi :
 Jumlah gaya lintang akibat termobilisasinya kuat lentur nominal komponen
struktur pada setiap ujung bentang bersihnya dan gaya lintang akibat beban
gravitasi terfaktor( Gambar 4.1)
 Gaya lintang maksimum yang diperoleh dari kombinasi beban rencana termasuk
beban gempa ,E, dengan nilai E diambil sebesar dua kali nilai yang ditentukan
dalam SNI gempa (BSN,2002a).

10
Gambar 4.1. Gaya geser Rencana pada SRPMM

4.2. Persyaratan Detailing Komponen Kolom dan Join SPRMM


Sama halnya pada komponen struktur SRPMK, pada komponen struktur SRPMM juga
berlaku beberapa persyaratan untuk penulangan lentur :

 Kuat lentur positif balok pada muka kolom harus lebih besar dari 1/3 kuat lentur
negatifnya.
 Kuat lentur negatif dan positif pada setiap irisan penampang disepanjang bentang
harus lebih besar dari 1/5 kuat lentur yang terbesar yang harus disediakan pada kedua
ujung balok tersebut.

11
Ketentuan Untuk tulangan transversal:
 Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang sepanjang jarak 2x tinggi komponen
struktur dari muka perletakan. Sengkang pertama harus dipasang pada jarak tidak lebih
dari 50mm dari muka perletakan. Spasi maksimum Sengkang di daerah ini tidak boleh
melebihi :
1. d/4
2. 8 kali diameter longitudional terkecil
3. 24 kali diameter Sengkang dan
4. 300mm
 Sengkang di luar daerah ujung balok harus dipasang dengan spasi maksimum d/2

4.3. Persyaratan Detailing Komponen Kolom dan Joint SRPMM


Ketentuan detailing komponen struktur kolom dan join SRPMM :
 Spasi maksimum, so, tulangan sengkang yang dipasang di sepanjang lo dari muka
hubungan balok – kolom tidak boleh melebihi :
1. 8 kali diameter tulangan longitudional terkecil
2. 24 kali diameter Sengkang ikat
3. Setengah dimensi penampang terkecil kolom
4. 300mm
 Sengkang ikat pertama harus dipasang pada jarak ≤ 0,5 so dari muka HBK
 Tulangan Sengkang pada HBK harus memenuhi syarat tulangan geser minimum
berdasarkan SNI 03-2847-02 pasal 13.
 Spasi Sengkang ikat pada sebarang penampang kolom tidak boleh melebihi 2 so
 Panjang lo harus diambil sebagai nilai terbesar dari :
1. 1/6 tinggi bersih kolom
2. Dimensi terbesar penampang kolom
3. 500mm
4.4. Desain Hubungan Balok-Kolom SRPMM
Perhitungan perencanaan hubungan balok kolom yang merupakan tempat pertemuan
komponen balok dan kolom yang telah didesain . Analisis gaya-gaya yang bekerja pada
hubungan balok kolom (HBK) tersebut sebagai berikut:
1. Momen-momen nominal terbesar pada masing-masing penampang balok 12B-3 yang
memasuki join adalah -349 kN-m dan 286 kN-m. Karena kekakuan kolom atas dan
kolom bawah sama, maka Me = 0.5 x (349+286) kN-m.=317,5kNm
Geser pada kolom atas :
Vsway = (317,5 + 317,5 )/3,1 = 204,8 kN…3,1m=( 3,7m-2(0,3m)..tinggi balok -600mm
2. Dibagian lapis atas balok (di kanan HBK), baja tulangan yang dipasang adalah 6D19 +
2D22. Luas penampang tulangan, As = 2.461 mm².

12
Gaya yang bekerja pada baja tulangan atas balok adalah
T1 = 1,0 Asfy = 2.461 mm2x 400(N/mm2) = 984,4 kN.
Gaya yang bekerja pada join disebelah kanan adalah (Gambar 2.16)
C1 = T1 = 984,4 kN.
3. Dibagian lapis bawah balok (di kiri HBK), baja tulangan yang dipasang adalah 4D16 +
4D19. Luas penampang tulangan, As = 1.938 mm².
Gaya yang bekerja pada baja tulangan balok bawah adalah
T2 = 1,0 Asfy =1.938 x 400 = 775,2 kN.
Gaya yang bekerja pada join di sebelah kiri adalah ( Gambar 2.16)
C2 = T2 = 775,2 kN.
4. Vu =Vj=Vsway – T1– C2= 204,8 – 984,4 - 775,2 =1.555 kN (Berlawanan arah Vsway)

13
Gambar 2.16. sketsa Free- body Diagram pada join ( Goyangan Arak ke Luar Bidang
Gambar Sengaja Tidak Ditinjau)
Kuat geser nominal joint yang dikekang dikeempat sisinya adalah :

Vn = 1,7√ f c ' Aj

Luas efektif hubungan balok kolom Aj = 600 mm x 600 mm = 360.000 mm².

Vn = 1,7 x √ 30 x360.000 x 10− 3 = 3.352 kN. fc (Mpa = N/mm2)….10-3(1/1000)

ØVn = 0,8 x 3.352 kN = 2.681,7 kN.


Dengan demikian, join mempunyai kuat geser yang memadai. 1.555 kN(yg terjadi)
SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5(3) menyatakan bahwa tulangan hubungan balok-kolom
SRPMM harus memenuhi ketentuan dalam pasal 13.11.2, yaitu pada join-join elemen portal ke
kolom setidaknya harus disediakan tulangan lateral yang tidak kurang dari

75 √ fc ' bwS
Av =
1.200 fy
Asumsi digunakan spasi sengkang 300 mm, maka

Av=
75 √ fc ' bwS
1.200 fy (
=
75 √ 30
1.200 )( 400 )
( 600 −65 ) x 300
= 137 mm².

Bila digunakan sengkang 2 kaki berdiameter D10 seperti halnya sengkang pada kolom,
maka luas tulangan yang tersedia adalah 157 mm². Tulangan ini cukup untuk memenuhi
kebutuhan tulangan sengkang pada join dan lebih besar dari tulangan geser minimum
(1/3)(bwS/fy) = 1/3(600-65)300/400 = 134 mm². Jadi digunakan sengkang 2 kaki D10
dengan spasi 300 mm pada join…..D10-300 mm

14
BAB V. Sistem Dinding Struktural Khusus
3.1 Sistem Dinding Struktural Khusus(Dinding Geser)
Bangunan tinggi tahan gempa umumnya menggunakan elemen – elemen struktur kaku
berupa dinding geser untuk menahan kombinasi gaya geser, momen, dan gaya aksial yang timbul
akibat beban gempa. Dengan adanya dinding geser yang kaku pada bangunan, sebagian besar
beban gempa akan terserap oleh dinding geser tersebut.
Dinding geser biasanya dikategorikan berdasarkan geometrinya, yaitu:
1. Flexural wall (dinding langsing), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≥ 2 dan
desainnya dikontrol oleh perilaku lentur.
2. Squat wall (dinding pendek), yaitu dinding geser yang memiliki rasio hw/lw ≤ 2 dan desainnya
di control oleh perilaku geser.
3. Coupled shear wall (dinding berangkai), di mana momen guling yang terjadi akibat beban
gempa ditahan oleh sepasang dinding, yang dihubungkan oleh balok – balok perangkai,
sebagai gaya – gaya tarik yang bekerja pada setiap dasar pada pasangan dinding tersebut.
Dalam praktiknya, dinding geser selalu dihubungkan dengan sistem rangka pemikul momen
pada Gedung. Dinding struktural yang umum digunakan pada gedung tinggi adalah dinding
geser kantilever dan dinding geser berangkai. Berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 (BSN, 2002a),
dinding geser beton bertulang kantilever adalah suatu subsistem struktur gedung yang fungsi
utamanya untuk memikul beban geser akibat pengaruh gempa rencana. Kerusakan pada dinding
ini hanya boleh terjadi akibat momen lentur (bukan akibat gaya geser), melalui pembentukan
sendi plastis di dasar dinding. Nilai momen leleh pada dasar dinding tersebut dapat mengalami
pembesaran akibat factor kuat lebih bahan. Jadi berdasarkan SNI 03 – 1726 – 2002 (BSN,
2002a), dinding geser harus direncanakan dengan metode desai kapasitas. Dinding geser
kantilever termasuk kelompok flexural wall, dimana rasio antara tinggi dan panjang dinding
geser tidak boleh kurang dari 2 meter dan dimensi panjangnya tidak boleh kurang dari 1,5 m.
Kerja sama antara sistem rangka penahan momen dan dinding geser merupakan suatu
keadaan khusus dengan dua struktur yang berbeda sifatnya tersebut digabungkan. Dari gabungan
keduanya diperoleh suatu struktur lebih kuat dan ekonomis. Kerja sama ini dapat dibedakan
menjadi beberapa jenis, seperti (BSN, 2002a):
a. Sistem rangka gedung, yaitu sistem struktur yang pada dasarnya memiliki rangka ruang
pemikul beban gravitasi secara lengkap. Pada sistem ini, beban lateral dipikul dinding geser
atau rangka bresing. Sistem rangka gedung dengan dinding geser beton bertulang yang
bersifat daktail penuh dapat direncanakan dengan menggunakan nilai faktor modifikasi
respon, R, sebesar 6,0.
b. Sistem ganda, yang merupakan gabungan dari sistem pemikul beban lateral berupa dinding
geser atau rangka bresing dengan sistem rangka pemikul momen. Rangka pemikul momen
harus direncanakan secara terpisah mampu memikul sekurang – kurangnya 25% dari seluruh
beban lateral yang bekerja. Kedua sistem harus direncanakan untuk memikul secara Bersama
– sama seluruh beban lateral gempa, dengan memperhatikan interaksi keduanya. Nilai R
yang direkomendasikan untuk sistem ganda yang terdiri atas sistem dinding geser dengan
rangka SPRMK adalah 8,5.

15
c. Sistem interaksi dinding geser dengan rangka. Sistem ini merupakan gabungan dari sistem
dinding beton bertulang biasa dan sistem rangka pemikul momen biasa . Nilai R yang
direkomendasikan untuk sistem ini adalah 5,5.
Pola deformasi sistem dinding struktural pada dasarnya pola deformasi elemen kantilever
(Gambar 1.7). Untuk mengakomodasi adanya bukaan yang terkadang difungsikan sebagai
koridor bangunan, sistem dinding struktural dapat dibuat dengan sistem dinding berangkai, yaitu
dua buah dinding struktural yang disatukan dengan balok perangkai (Gambar 1.8).

Gambar 1.7. Sistem Dinding Geser (Shearwall)


Sistem struktur penahan beban lateral dapat dibuat sebagai sistem ganda, yaitu kombinasi
dari sistem rangka ganda penahan momen dan sistem dinding struktural (Gambar. 1.9).
Berdasarkan SNI 03-1726-2002, sistem rangka penahan momen pada sistem ganda harus
mampu menahan minimum 25% beban lateral total yang bekerja pada struktur bangunan.

Gambar 1.8 . Denah Gedung dengan Sistem Dinding Berangkai

16
Gambar 1.9 . Sistem Ganda Dinding-Portal
Beban dorong(Push Over) : analisa nonlinier statik dimana pengaruh gempa rencana terhadap struktur
bangunan gedung dianggap sebagai beban statik yang menangkap pada pusat massa masing – masing
lantai, yang nilainya ditingkatkan secara berangsur – angsur hingga melampaui pembebanan ang
menyebabkan terjadinya pelelehan ( sendi plastis) pertama di dalam struktur bangunan gedung,
kemudian peningkatan beban lebih lanjut mengalami perubahan pasca- elastik yang besar sampai
mencapai target peralihan yang diharapkan atau mencapai kondisi plastik.Tujuan pushover :untuk
memperkirakan gaya maksimum dan deformasi yang terjadi serta memperoleh informasi bagian yang
kritis

Batas kuliah 13-6-2020.


Persyaratan Penulangan
Rasio penulangan vertikal dan horizontal minimum pada dinding structural ditetapkan sebesar
0,0025. Spasi tulangan dibatasi maksimum 450 mm. persyaratan lainnya untuk penulangan
dinding geser dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1. Persyaratan Penulangan Badan Dinding Beton Struktural

3.2. Perencanaan Geser


Perencanaan dinding geser sebagai elemen penahan beban gempa pada gedung bertingkat
bisa dilakukan dengan konsep gaya dalam (yaitu dengan hanya meninjau gaya – gaya dalam
17
yang terjadi akibat kombinasi beban gempa) atau dengan konsep desain kapasitas. Pada bagian
berikut ini, kedua konsep tersebut akan dijelaskan.
A. Konsep gaya dalam
Menurut konsep ini dinding geser didesain berdasarkan gaya dalam Vu dan Mu yang terjadi
akibat beban gempa. Konsep desain dinding geser berdasarkan gaya dalam ini pada dasarnya
mengacu pada SNI – 03-2847-2002 (Purwono dkk., 2007) dan ACI 318 (2008). Kuat geser perlu
dinding struktural, Vu, diperoleh dari analisis beban lateral dengan faktor beban yang sesuai,
sedangkan kuat geser nominal, Vn, dinding struktural harus memenuhi :
Vn = Acv (αc √ f ' c + ρn.fy) (3.1)

Keterangan : Acv = luas penampang total dinding struktural

αc = 1/4 untuk hw/lw ≤ 1.5;


= 1/6 untuk hw/lw ≥ 2
ρn = rasio penulangan arah horizontal (transversal)

Perlu dicatat bahwa pada persamaan diatas pengaruh tegangan aksial yang bekerja pada
dinding geser tidak diperhitungkan. Hal ini berarti bahwa persamaan tersebut diatas akan
menghasilkan nilai kuat geser yang bersifat konservatif. Selain itu, agar persamaan konsep
desain geser berdasarkan gaya dalam ini berhasil, maka kuat lebih (Overstrength) desain lentur
dinding struktural yang dirancang sebaiknya dirancang serendah mungkin. Dalam kaitan dengan
hal ini, SNI 03-2847-02 (BSN, 2002b) mensyaratkan agar beton dan tulangan longitudinal dalam
lebar efektif flens, komponen batas, dan badan dinding harus dianggap efektif menahan
lentur.Dinding juga harus mempunyai tulangan geser tersebar yang memberikan tahanan dalam
dua arah ortogonal pada bidang dinding. Apabila rasio hw/lw tidak melebihi 2, rasio penulangan ρv
(longitudinal) tidak boleh kurang daripada rasio penulangn ρn (lateral). Selain itu, berdasarkan
SNI 03-2847-02 (Purwono dkk., 2007), dinding struktural dengan rasio hw/lw tidak melebihi 2
(yaitu dinding struktural yang perilakunya didominasi oleh geser dan bersifat brittle) sebaiknya
didesain dengan metode desain kapasitas. Sebagai alternatif, bila geser nominalnya tetap
dipertahankan lebih kecil daripada gaya geser yang timbul sehubungan dengan pengembangan
kuat lentur nominalnya, maka dinding struktural tersebut dapat didesain dengan faktor reduksi
yang lebih rendah, yaitu 0.55 (lihat bab 2 dan SNI 03-2847-02, pasal 11.3.2.3a).
B. Konsep Desain Kapasitas
Pada konsep desain kapasitas, tidak semua elemen struktur dibuat sama kuat terhadap gaya
dalam yang direncanakan, tetapi ada elemen – elemen struktur atau titik pada struktur yang
dibuat lebih lemah dibandingkan dengan yang lain. Hal ini dibuat demikian agar di elemen atau
titik tersebutlah kegagalan struktur akan terjadi disaat beban maksimum bekerja pada stuktur.
Pada dinding geser kantilever, sendi plastis diharapkan terjadi pada bagian dasar dinding. Dalam
konsep desain kapasitas, kuat geser di dasar dinding harus didesain lebih kuat daripada geser
maksimum yang mungkin terjadi pada saat penampang di dasar dinding tersebut
mengembangkan momen plastisnya.

3.3. Perencanaan terhadap Beban Lentur dan Aksial


Dinding struktural yang memikul kombinas beban lentur dan aksial harus direncanakan
sesuai dengan SNI Beton Bab Lentur dan Aksial (BSN, 2002b). Beton dan tulangan longitudinal
18
dalam daerah lebar efektif sayap dinding (dinding T atau L atau I), komponen batas, dan badan
dinding harus dianggap efektif dalam menahan beban lentur yang bekerja. Berdasarkan SNI
Beton, lebar efektif sayap dinding dianggap efektif menahan beban lentur adalah setebal badan
dinding ditambah nilai terkecil dari setengah jarak bersih antara dinding – dinding yang
bersebelahan atau seperempat tinggi total dinding.

Komponen Batas Khusus


Komponen batas pada suatu dinding merupakan bagian pada tepi – tepi dinding yang
diperkuat secara khusus. Komponen batas pada dasarnya tidak harus diberi ketebalan melebihi
tebal dinding. Pada tepi – tepi dinding yang tegangan/regangan tekannya signifikan, penampang
betonnya harus diberi kekangan agar dapat dihasilkan perilaku dinding yang daktil. Daerah –
daerah yang harus dikekang tersebut mempresentasikan daerah komponen batas. Kebutuhan
komponen batas di tepi – tepi dinding struktural harus dievaluasi berdasarkan persyaratan (a)
atau (b) di bawah ini (SNI 03-2847-2002 Pasal 23.6.6.), yaitu:
a) Kombinasi momen & gaya aksial terfaktor yang bekerja pada dinding geser melebihi 0,2 f’c
Pu Mu y
+ > 0,2 f’c
Ag I
(3.2)
Tegangan = P/A

Cara ini disebut sebagai pendekatan tegangan. Batasan tegangan tekan 0,2 f’c pada dasarnya
dianggap sebagai batas tegangan tekan minimum di mana beton sudah harus dikekang.
b) Jarak c dari serat terluar zona kompresi lebih besar dari (Gambar 3.40):
lw
c>
( )
600
δu
ℎw
(3.3)

Besaran δu/hw daam persamaan di atas tidaak boleh kurang dari 0,007. Cara ini disebut sebagai
pendekatan perpindahan.
Pendekatan tegangan biasanya lebih konservatif daripada pendekatan perpindahan. secara
teoritis, pendekatan perpindahan pada dasarnya lebih realistis. Pada pendekatan ini, kebutuhan
daerah komponen batas ditentukan berdasarkan ada tidaknya daerah dengan nilai regangan tekan
melebihi 0.003 ( Gambar 3.2). Bagi beton yang tidak terkekang, regangan 0.003 merupakan
batas regangan ultimit yang masih mampu ditahan beton. hanya beton yang terkekang dengan
baik yang masih mampu menerima regangan tekan melebihi 0.003.( regangan tekan beton
mm/mm).
Bila komponen batas diperlukan, ketentuan berikut ini harus dipenuhi (Gambar 3.3).
 Komponen batas harus menerus secara horizontal dari sisi serat teka terluar sejarak tidak
kurang dari ( c - 0,1 lw) dan c/2.
 Pada daerah penampang berflens (bersayap), komponen batas harus mencakup lebar efektif
flens pada sisi tekan dan harus menerus setidak-tidaknya 300 mm ke dalam web.
 Tulangan transversal komponen batas khusus harus memenuhi persyaratan yang berlaku
untuk kolom, yaitu Pers. (3.7) dan (3.9) (Gambar 3.4).

19
Gambar 3.2. Panjang Komponen Batas

 Tulangan horizontal pada badan dinding harus diangkur didalam inti beton yang
terkekang pada komponen batas agar tulangan tersebut dapat mengembangkan kuat
lelehnya, fy.
 Rasio tulangan longitudinal di daerah komponen batas khusus tidak boleh kurang dari
0,5% ( UBC, 1997).

Pu

hw

20
Gambar 3.3. Komponen Batas Khususz
Bila komponen batas tidak diperlukan, ketentuan berikut ini ( SNI 03-2847-2002 Pasal
23.6.6.4) harus dipenuhi:
1. Bila rasio tulangan utama pada tepi dinding melebihi 2,8/fy , maka harus dipasang tulangan
tranversal pada daerah tepi dinding sesuai dengan ketentuan tulangan tranversal kolom
(Pers. (3.7) dan (3.9)). Spasi maksimum tulangan tranversal tidak boleh lebih dari 200 mm.
2. Kecuali bila Vu pada bidang dinding lebih kecil dari 0,083 Acv √ f ' c , maka tulangan
horizontal yang berhenti pada tepi dinding struktural tanpa komponen batas harus memiliki
kait standar yang mengait pada tulangan tepi atau tulangan tepi tersebut harus dilingkupi
oleh kekang jenis “U” yang memiliki ukuran dan spasi yang sama dengan tulangan
horizontal, dan disambung-lewatkan dengan tulangan horizontal.

Gambar 3.4. Penulangan untuk Komponen Batas

21
3.4 Perencanaan Sistem Dinding Struktural Khusus
Desain struktur dinding struktural khusus (shearwall)
Dalam bab ini akan diuraikan langkah-langkah perencanaan Dinding Geser Stuktural
Khusus (SDSK) berdasarkan SNI Beton (BSN, 2002b). Dinding direncanakan untuk menahan
geser bidang dan momen lentur akibat gempa dan memiliki ketinggian 37,8 m( Gambar 3.5).
Berdasarkan hasil analisis struktur ( rincian perhitungan tidak ditampilkan dalam buku ini), gaya
geser bidang teraktor pada penampang dasar dinding adalah Vu = 1.979 kN. Sedangkan momen
lentur teraktor akibat beban lateral gempa dan gaya aksial terfaktor akibat berat sendiri struktur
dan beban gravitasi lainnya masing-masing adalah Mu= 52.455 kN-m. dan Pu= 13.778 kN. Kuat
tekan beton dan kuat leleh baja yang digunakan untuk perencanaan dinding geser 2BC-0 adalah
f’c = 30 Mpa dan fy = 420 Mpa. Ketebalan dinding geser direncanakan 300 mm dan panjang
total 6.750 mm( panjang badan – 5.250 mm ).

Gambar 3.5 Sketsa Dinding Deser di Lantai Dasar Bangunan


Langkah – langkah perencanaan:
1. Tentukan jumlah kebutuhan baja tulangan vertikal dan horizontal minimum
 Periksa apakah dibutuhkan dua lapisan tulangan
Baja tulangan vertikal dan horizontal masing – masing harus dipasang dua lapisan apabila
gaya geser bidang terfaktor yang bekerja pada dinding melebihi:
1
Acv √ fc '
6
Acv = 5,25 m x 0,3 m = 1,575 m2.
1 1,575 x √ 30
Acv √ fc ' = x 103 = 1.438 kN.
6 6
Vu = 1.979 kN > 1.438 kN, sehingga diperlukan dua lapisan tulangan
 Perhitungan kebutuhan baja tulangan vertical(longitudional) dan horizontal.
(tranversal)
Untuk dinding struktural, rasio tulangan vertikal ρ v dan horizontal ρ n minimum adalah
0,0025 dan spasi minimum masing – masing tulangan adalah 450 mm.

22
Luas penampang vertikal dan horizontal dinding geser per meter panjang:
= 0,3 m x 1 m = 0,3 m2.
Luas minimum kebutuhan tulangan per meter panjang arah horizontal dan vertikal:
= 0,3 m2 x 0,0025 = 0,00075 m2 = 750 mm2
Bila digunakan baja tulangan D16, maka:
Jenis Dimensi
Jumlah As(mm2)
2
D Diameter (mm) Luas/bar (mm )

16 16 201 2 402

Karena digunakan dua lapisan tulangan, jumlah pasangan tulangan yang diperlukan per
meter panjang adalah:
750 mm ²
n= = 1,86 = 2 pasang
402 mm ²
1000 mm
s= = 500 mm
2
Not Ok. Tidak memenuhi syarat batas spasi
minimum, spasi harus diperkecil dan tidak boleh
melebihi 450 mm(pakai tulangan 2D16 – 300 mm).

2. Tentukan baja tulangan yang diperlukan untuk menahan geser


Gunakan konfigurasi tulangan dinding yang diperoleh sebelumnya, yaitu 2D16 – 300 mm.
bersasarkan SNI Beton (BSN, 2002b), kuat geser nominal dinding struktural dapat dihitung
dengan persamaan berikut (SNI Beton Pers. 127):

Vn = Acv (α c √ fc ' + ρ n fy)


Keterangan :
ℎw tinggi total dinding 37 , 8 m
= = = 7,20 > 3
lw panjang dinding 5 ,25 m

Karena hw/lw > 2, α c = 0,167 = 1/6


Pada dinding terdapat tulangan horizontal dengan konfigurasi 2D16 – 300 m. Rasio tulangan
terpasang adalah:
2 x 201 mm ² 402 mm ²
ρn = = = 0,0045
sxt 300 mm x 300 mm
Ok, ρ n > ρ n-min = 0,0025
Kuat geser nominal:
Vn = Acv (α c √ fc ' + ρ n fy)
= 300 x 5.250 x ((0,167 x √ 30) + (0,0045 x 420)) x 10-3 = 4.479,6 kN
10-3=N/mm2 =kN…..m2
Kuat geser perlu:
∅ Vn = 0,75 x 4.479,6 = 3.359,7 kN

23
Ok, Vn = 1.979 kN < ∅ Vn = 3.359,7 kN, dinding
cukup kuat menahan geser.
Kuat geser nominal maksimum:
5 5 x 1,575 x √ 30
Acv √ fc ' = x 103 = 7.190 kN.(konversi satuan mm2---m2(1/1000.000),N--kN
6 6
Ok, kuat geser nominal masih dibawah batas atas
kuat geser nominal
maksimum.4.479,6kN<7.190kN
Oleh karena itu, konfigurasi tulangan 2D16 – 300 mm (sebagaimana didapatkan pada
langkah 1) dapat digunakan. Rasio tulangan ρ v tidak boleh kurang dari ρ n apabila hw/lw karena
hw/lw = 7,20, maka dapat digunakan rasio tulangan minimum. Jadi digunakan 2D16 – 300
mm untuk tulangan vertikal.
3. Perencanaan dinding terhadap kombinasi gaya aksial dan lentur
Dengan hanya mengandalkan tulangan vertikal terpasang pada badan penampang, dinding
struktural tidak mampu menahan kombinasi gaya aksial dan lentur terfaktor yang bekerja. Dari
proses trial and error, diperoleh jumlah tulangan longitudinal tambahan yang harus dipasang di
masing – masing ujung penampang dinding, yaitu 21D25. Diagram interaksi aksial tekan vs
lentur yang dihasilkan (Gambar 3.6.), pada gambar tersebut dapat disimpulkan bahwa dinding
struktural (dengan konfigurasi penulangan yang direncanakan) memiliki kekuatan yang memadai
untuk menahan kombinasi gaya aksial dan lentur terfaktor yang bekerja (termasuk kombinasi
gaya dalam yang disebabkan oleh kombinasi – kombinasi beban lainnya yang ditinjau).

Gambar 3.6. Diagram Interaksi Dinding Geser 2BC – 0 (PCA COL, 1995)

4.Tentukan apakah special boundary element (Komponen batas khusus) diperlukan?


a. Berdasarkan pendekatan tegangan, special boundary element diperlukan apabila tegangan
tekan maksimum akibat kombinasi momen dan gaya aksial terfaktor yang bekerja pada
penampang dinding geser melebihi 0,2 f’c. Special boundary element diperlukan jika:
Pu M u y
+ >0,2f ' c
Ag I

24
25
26
Nilai yang dihasilkan persamaan di atas adalah:
0,2f’c = 0,2x.30=6.103 kN/m2======f’c= 30N/mm2=1Mpa…..kN/m2
P u M u y 13,778 kN 52,455 kN − m× 3,375 m 2
+ = 2
+ 4
=17.978 , 28 kN /m
Ag I 2,7m 13 , 75 m
Jadi, berdasarkan perhitungan tegangan(perlu komponen khusus pada dinding struktural).
b. Berdasarkan pendekatan perpindahan, special boundary element diperlukan jika jarak c
(sumbu netral) dari serat terluar sona tekan lebih besar dari nilai berikut:
Iw

( )
c> δM
( )
δ
600 M
ℎw
dimana
ℎw
> 0,007

0,35 m/37,8m=0,0092>0,007

Pada persamaan di atas, δ M adalah perpindahan maksimum dinding geser (di puncak
gedung) dalam arah pembebanan gempa yang ditinjau. Berdasarkan hasil analisis
menggunakan Response-2000 (Bentz, 2000) yang data inputnya seperti terlihat pada Gambar
3.7, jarak garis netral c adalah 1.620 mm = 1,62 m (Gambar 3.8).
Berdasarkan hasil analisis struktur yang telah dilakukan (tidak ditampilkan dalam buku ini),
akibat beban gempa rancana yang telah direduksi oleh faktor modifikasi respon struktur,
perpindahan maksimum di puncak gedung δ s adalah 58,8 mm. Oleh karena itu:
δ M =0 ,7 R δ s =350 mm

R=8,5.=======0,7x8,5x58,5mm=350mm
Jadi,
Iw 675
= =1 , 22m

( )
δM 35 cm
600 600 ×
ℎw 3.780 cm

121,5 cm = 1,215m=1,22 m

27
Gambar 3.7. Sketsa dan Properti Geometris Dinding Geser 2BC-0(Response-2000)

Gambar 3.8. Regangan Longitudinal untuk Menetukan Jarak Garis Netral dari Serat Terluar
Zona Tekan
Jadi, c pada penampang hasil analisis lebih besar dari nilai batas berdasarkan hasil
perhitungan di atas. Berdasarkan hitungan sebelumnya, c = 1.620 mm
Berdasarkan SNI Beton (BSN, 2002b), special boundary element setidaknya harus dibuat
sepanjang tidak kurang dari (c −0 , 1 l w ) atau (c /2) dari serat tekan terluar. Jadi :

c −0 , 1l w =1.620 mm − ( 0.1 ×6.750 mm )=945 mm ≈ 950 mm .

28
c
=1.620 mm/2=810 mm .
2
Gunakan yang terbesar, sehingga panjang special boundary element ditetapkan sebesar 950
mm dari serat tekan terluar.
5. Tentukan tulangan longitudinal dan transversal yang diperlukan di daerah special
boundary element
 Tulangan longitudinal
Sesuai perhitungan sebelumnya, pasang 21D25 di daerah komponen batas khusus. Rasio
tulangan longitudinal yang dihasilkan adalah
2
500 mm
ρ=21× =0,0187
( 750 mm ×750 mm )

Berdasarkan UBC (1997), rasio tulangan longitudinal minimum pada daerah komponen
batas khusus ditetapkan tidak kurang dari 0,005.
Jadi, tulangan longitudinal terpasang sudah memenuhi syarat minimum.
 Tulangan confinement pada boundary element
Gunakan hoops berbentuk perssegi dengan diameter tulangan D13.
Karakteristik inti penampang:
hc = dimensi inti (core), diukur dari sumbu ke sumbu hoops.
= 750 mm – (2 x 40 mm + (2 x 13 mm)/2) = 657 mm.
Spasi maksimum hoops ditentukan oleh yang terkecil di antara:
1. ¼ panjang sisi terpendek = ¼ x 750 mm = 187.5 mm.
2. 6 x diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 mm = 150 mm.
3. Atau
350 − ℎx
S x ≤ 100+
3

S x ≤ 100+
350 − ( 23 ℎc ) =100+ 350 − ( 438 ) =70 mm
3 3
hx=2/3(hc)

Namun Sx tidak perlu lebih kecil dari 100 mm


jadi, untuk tulangan untuk tulangan hoops, gunakan tulangan diameter 13 dengan 100 mm
Dengan menggunakan D13 spasi 100 mm, confienment yang dibutuhkan:
29
0 , 09 sℎc f ' c
As=
fyℎ
As =(0,09x100mmx657mmx30N/mm2)/420N/mm2=422mm2(yg dibutuhkan)
Untuk menghasilkan luas 422 mm2 kuadrat diperlukan 4 kaki hoops dan cross ties di
masing-masing sisi.
Jenis Dimensi
Jumlah Ash (mm²)
D
Diameter (mm ) Luas / bar (mm²)
13 13 132,7 4 531

Oke, 531 mm2 > 422 mm2, 4 hoops D13 dengan


spasi 10 cm dapat digunakan.
 Tulangan Confinement pada badan penampang dinding geser sebagai trial awal gunakan
D13.spasi maksimum yang diizinkan untuk D13 adalah :
¼ panjang panjang sisi terpendek = ¼ x (950 – 600) mm
6 x diameter tulangan longitudinal = 6 x 16 mm
Atau
350− ℎx
S x ≤ 100+
3

hc = 300 mm – (2 x 40 mm) – 13 mm = 207 mm

s x ≤ 100+
350− ( 23 ℎc ) =100+ 350 − ( 138) =¿70 mm
3 3
Namun Sx tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.(digunakan spasi 100 mm).
 Tulangan confinment pada arah sejajar dinding, gunakan tulangan D13 (spasi 100 mm).
hc = 300 mm – ( 2 x 40 mm) – 13 mm = 207 mm
0 , 09 sℎc f ’ c 0 , 09 x 100 x 207 x 30 MPa
Ash = = =133 mm2
fyℎ 420 MPa
Bila disediakan dua kaki tulangan D13,maka Ash :

Jenis Dimensi
Jumlah Ash (mm²)
D
Diameter (mm ) Luas / bar (mm²)
13 13 132,7 2 265
2 2
Ok, 265 mm > 133 mm . Jadi dua kaki D13 dengan spasi 100 mm dapat digunakan.

30
 Untuk tulangan confinement arah tegak lurus dinding,gunakan tulangan yang sama,yaitu
dua kaki D13 dengan spasi 100 mm.
hc = 950 mm- 600 mm – 2 x 40 mm – 13 mm = 257 mm
0 , 09 sℎc f ’ c 0 , 09 x 100 x 257 x 30 MPa
Ash = = =166 mm2
fyℎ 420 MPa
Dengan menggunakan dua kaki D13,maka Ash :

Jenis Dimensi
Jumlah Ash (mm²)
D
Diameter (mm ) Luas / bar (mm²)
13 13 132,7 2 265

Ok, 265 mm2 > 166 mm2 . Jadi dua kaki D13 dengan spasi 100 mm dapat digunakan.
Tulangan tranversal didaerah special boundry element harus dilebihi panjangnya
sepanjang lw = 6,75 m, atau Mu/4 Vu = 52,455 kNm / (4 x 1,979 kN) = 6,63 m. Ambil
yang terbesar, yaitu 6,75 m.

6. Sketsa Penulangan Dinding Geser


Sketsa penulangan dinding geser, khususnya pada komponen batas khusus, dapat
dilihat pada gambar 7.5

31
Gambar 4.5 Sketsa Penulangan Pada Dinding Geser 2BC-0

32

Anda mungkin juga menyukai