= 945000 N
= 945 kN
Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui nilai Agfc’/10 memiliki nilai
sebesar 945 kN dan jika dibandingkan dengan gaya aksial (Pu, hasil analisis
software) yaitu sebesar 4,9816 kN, maka dimensi balok telah memenuhi syarat.
2. Bentang bersih ( ) komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi
efektif balok (d).
Tinggi efektif balok (d)
d (heff) = hbalok - (selimut beton + tulangan geser + tulangan lentur +
setengah dari jarak tulangan lentur ke tulangan geser)
Dimana :
hbalok = 700 mm
selimut = 40 mm
tulangan geser = 10 mm
tulangan lentur = 19 mm
tul. geser – tul. lentur = 40 mm
maka, dapat diketahui nilai tinggi efektif balok sebagai berikut.
d (heff) = ( ) = 611 mm
= panjang bentang –( )
= 8000 mm – ( ) = 7550 mm
Sehingga,
= 7550 mm ≥ 4d = 4 × 611 = 2444 mm
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa bentang bersih dari balok telah
memenuhi syarat yaitu, lebih besar dari empat kali dari tinggi efektif balok yang
digunakan.
3. Lebar dari dimensi balok (bbalok), tidak lebih kecil dari 0,3h dan 250 mm
b = 450 mm
h = 700 mm
Sehingga,
= = 0,64
Rasio perbandingan antara nilai b dan h memiliki nilai sebesar 0,64 atau nilai
tersebut lebih besar dari 0,3 yang berarti lebar dimensi balok tidak lebih kecil dari
0,3h dan lebar dari bbalok yang digunakan pun memiliki nilai sebesar 450 mm atau
lebih besar dari 250 mm. Dengan kata lain dimensi balok yang digunakan telah
memenuhi syarat.
4. Lebar dari dimensi balok yang digunakan tidak melebihi lebar kolom yang
digunakan.
Konsep strong coloumn weak beam mensyaratkan bahwa lebar dari dimensi balok
yang digunakan tidak boleh melebihi lebar dari dimensi kolom yang digunakan.
bbalok = 450 mm
bkolom = 925 mm
bbalok = 450 mm ≥ bkolom = 925 mm
Berdasarkan perbandingan di atas, maka dapat diketahui dimensi dari balok yang
digunakan pada perancangan kali ini memiliki lebar yang tidak melebihi lebar
pada kolom, sehingga telah memenuhi syarat.
Gambar dari diagram momen yang terjadi pun dapat dilihat pada Gambar 5.1, dimana gambar
tersebut telah disesuaikan dengan hasil analisis dari software yang digunakan.
667,33 kNm 653.39 kNm
AS = (5.1)
Sehingga,
AS =
= 3494,7 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 3494,7 mm 2, sehingga
tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Tulangan lentur yang digunakan
Jenis Dimensi Jumlah AS Jumlah
Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
2
(mm) (mm )
22 22 380.1327 3 1140.398
3595
25 25 490.8739 5 2454.369
Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 5D25 dan 3D22, maka
tinggi efektif (d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.
d (heff) = ( ) = 605 mm
a = (5.2)
sehingga,
a =
= 125,31 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.3
berikut.
Mn = ( ) (5.3)
Mn = ( )
= 701,86 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 701,86 kNm > Mu = 653,39 kNm)
a. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.
√
AS-min = (5.4)
= 931,984 mm2
AS-min =
= 952,875 mm2
b. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.
ρ = (5.6)
ρb = ( ) (5.7)
ρ =
= 0,013204
ρb = ( )
= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
c. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.8 harus lebih kecil daripada Rumus 5.9.
dt = (5.8)
dt = ( ) = 637,5
= 0,375β1 (5.9)
= = 0,1966
AS = (5.10)
Sehingga,
AS =
= 3569,274 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 3569,274 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.3.
Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 5D25 dan 3D22, maka
tinggi efektif (d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.
d (heff) = ( ) = 605 mm
a = (5.11)
sehingga,
a =
= 125,31 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.12
berikut.
Mn = ( ) (5.12)
Mn = ( )
= 701,86 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 701,86 kNm > Mu = 667,33 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.
√
AS-min = (5.13)
= 931,984 mm2
AS-min =
= 952,875 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.
ρ = (5.15)
ρb = ( ) (5.16)
Dimana nilai dapat diperoleh dengan menggunakan grafik yang terdapat
dalam Gambar 5.3.
= 0,85 – = 0,84
ρ =
= 0,013204
ρb = ( )
= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.17 harus lebih kecil daripada Rumus 5.18.
dt = (5.17)
dt = ( ) = 637,5
= 0,375β1 (5.18)
= = 0,1966
AS = (5.19)
Sehingga,
AS =
= 1790,52 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 1790,52 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.4.
Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 4D25, maka tinggi efektif
(d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.
d (heff) = ( ) = 637,5 mm
a = (5.20)
sehingga,
a =
= 68,444 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.21
berikut.
Mn = ( ) (5.21)
Maka, didapat nilai momen nominal aktual seperti berikut.
Mn = ( )
= 426,432 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 426,432 kNm > Mu = 350,93 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.
√
AS-min = (5.22)
AS-min = (5.23)
= 982,049 mm2
AS-min =
= 1004,063 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.
ρ = (5.24)
ρb = ( ) (5.25)
= 0,85 – = 0,84
ρ =
= 0,006844
ρb = ( )
= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.8 harus lebih kecil daripada Rumus 5.9.
(5.26)
dt = ( ) = 637,5 mm
= 0,375β1 (5.27)
= = 0,1074
Sehingga,
AS =
= 1790,52 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 1790,52 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.5.
Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
2
(mm) (mm )
19 19 283.5287 0 0
1963
25 25 490.8739 4 1963.495
Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 4D25, maka tinggi efektif
(d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.
d (heff) = ( ) = 637,5 mm
a = (5.29)
sehingga,
a =
= 68,444 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.30
berikut.
Mn = ( ) (5.30)
= 426,432 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 426,432 kNm > Mu = 350,93 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.
√
AS-min = (5.31)
= 982,049 mm2
AS-min =
= 1004,063 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.
ρ = (5.33)
ρb = ( ) (5.34)
Gambar 5.5. Grafik penentuan nilai
Sumber : SNI 2847-2013
= 0,85 – = 0,84
ρ =
= 0,006844
ρb = ( )
= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.34 harus lebih kecil daripada Rumus 5.35.
dt = (5.34)
dt = ( ) = 637,5 mm
= 0,375β1 (5.35)
= = 0,1074
AS = (5.28)
Sehingga,
AS =
= 1478,703 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 1790,52 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.6.
Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 4D25, maka tinggi efektif
(d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.
d (heff) = ( ) = 639 mm
a = (5.29)
sehingga,
a =
= 53,003 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.30
berikut.
Mn = ( ) (5.30)
Mn = ( )
= 335,276 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 335,276 kNm > Mu = 289,82 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.
√
AS-min = (5.31)
= 984,360 mm2
AS-min =
= 1006,425 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.
ρ = (5.33)
ρb = ( ) (5.34)
= 0,85 – = 0,84
ρ =
= 0,005288
ρb = ( )
= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.34 harus lebih kecil daripada Rumus 5.35.
dt = (5.34)
dt = ( ) = 639 mm
= 0,375β1 (5.35)
= = 0,082947
a = = = 34,221 mm
= ( ) = 219,264 kNm
Sesuai dengan perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa tulangan yang
digunakan telah memenuhi syarat dikarenakan nilai Mn dari tulangan telah
melebihi nilai Mu yang terjadi pada balok.
4. Cek luas tulangan (As) minimum
√
AS-min =
√
=
= 982,049 mm2
Yang mana nilai AS-min tidak boleh kurang dari,
AS-min =
= 1004,063 mm2
5. Cek rasio tulangan (𝜌)
𝜌 balance (𝜌b) akan sama dengan hasil perhitungan untuk kondisi 1 yaitu, 𝜌b =
0.03213
𝜌 =
7. Reinforcement
Tulangan yang digunakan sebagai tulangan menerus pada merupakan baja
tulangan dengan jumlah dan diameter 2D25. Tulangan ini akan memberikan
kapasitas disepanjang balok. Tulangan ini memberikan kapasitas momen negatif
di tengah bentang 219,264 kNm > 1/4 Mn interior = 175,46 kNm.
apr_1 = = = 156,635 mm
Mpr_1 = ( ( ))
=( ( )) = 946,651 kNm
apr_3 = = = 85,555 mm
Mpr_3 = ( ( ))
=( ( )) = 583,867 kNm
apr_2 = = = 156,635 mm
Mpr_2 = ( ( ))
=( ( )) = 946,651 kNm
Terjadi di muka kolom dengan arah momen berlawanan dengan jarum jam.
4. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kiri (Kondisi 4)
apr_4 = = = 85,555 mm
Mpr_4 = ( ( ))
=( ( )) = 583,867 kNm
Terjadi di muka kolom dengan arah momen berlawanan dengan jarum jam.
5. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kanan dan ke kiri (Kondisi 5)
apr_5 = = = 66,254 mm
Mpr_5 =( ( ))
=( ( )) = 460,624 kNm
Dari semua perhitungan di atas, maka dapat dilihat rekapitulasi konfigurasi penulangan dan
kapasitas momen penampang dari balok yang dianalisis dalam Tabel 5.8.
Tabel 5.8. Konfigurasi penulangan dan kapasitas momen penampang dari balok
Momen As ØMn Mpr
Reinforce
Kondisi Lokasi Arah Gempa
Mu ment
(mm2) (KNm) (KNm)
(KNm)
Vg = (5.36)
Keterangan :
Wu = 32,432 kN/m
ln = panjang bersih dari bentang balok
Vg = = 114,728 kN
Wu = 1.2 D + 1.0 L
8m
114,728 kN 114,728 kN
V sway_ka = = = 216,328 kN
V sway_ki = = = 216,328 kN
331,056 kN 331,056 kN
-101,600 kN -101,600 kN
Untuk gerakan gempa ke arah kanan, gaya geser akibat momen gempa dan gravitasi adalah -
101,600 kN di muka kolom kiri dan 331,056 kN di muka kolom kanan. Vsway_ka = 216,328 kN
pada dasarnya sudah melebihi 1/2 dari nilai gaya geser perlu maksimum di ujung kanan
balok. Begitu pun halnya ketika struktur bergerak ke kiri, reaksi total di masing-masing ujung
kiri dan kanan adalah 331,056 kN serta 101,600 kN. Vsway_ki = 104,38 kN melebihi setengah
gaya geser perlu maksimum di muka kolom kiri. Untuk hasil analisis gaya geser dapat dilihat
pada Tabel 5.9.
Arah gerakan Perletakan Kiri joint (H) Perletakan Kanan J0int (I)
V sway
Vu 1/2 Vu Vu 1/2 Vu
Gempa
(KN) (KN) (KN) (KN) (KN)
Kanan 216,328 101,600 50.7998 331,056 165.5278
Berdasarkan hasil analisis struktur, gaya aksial tekan terfaktor akibat gaya gempa dan
gravitasi adalah 4,9816 kN. Sedangkan Agfc’ / 20 = (450 mm x 700 mm x 30 N/mm2) / 20) x
10-3 = 472,5 kN > 0 kN. Maka, dari itu dapat diketahui sebagai berikut.
1. Vsway > ½ Vu untuk kedua perletakan akibat goyangan ke arah kiri atau pun ke arah
kanan, sehingga telah memenuhi syarat.
2. Gaya aksial tekan terfaktor akibat gempa dan gravitasi < Agfc’ / 20 , sehingga
perencanaan tulangan geser dilakukan dengan memperhitungkan kontribusi beton
Vc = 0 di sepanjang zona sendi plastis di masing-masing muka kolom.
Sehingga, dari pernyataan di atas bisa langsung dilakukan perhitungan untuk menentukan
sengkang yang berguna dalam menahan gaya geser
1. Muka Perletakan Kiri
a. Gaya geser maksimum dari hasil analisis momen nominal penampang V u =
331,056 KN
Vs = - Vc = – 0 = 441,408 kN
∅
b. Maksimum Vs
√ √
Vs_max = bwd = x 450 x 605 = 994,116 kN
= (5.37)
Vs = = = 447,215 kN
Karena nilai VS tulanagan= 447,215 kN telah melebihi nilai VS struktur = 441,408 kN,
maka tulangan yang akan dipasang telah memenuhi syarat oleh karena itu dapat
digunakan sengkang 4 kaki D10 dengan spasi 170 mm.
2. Muka Perletakan Kanan
a. Gaya geser maksimum dari hasil analisis momen nominal penampang V u =
331,056 KN
Vs = - Vc = – 0 = 441,408 kN
∅
b. Maksimum Vs
√ √
Vs_max = bwd = x 450 x 605 = 994,116 kN
= (5.38)
Vs = = = 447,215 kN
Karena nilai VS tulanagan= 447,215 kN telah melebihi nilai VS struktur = 441,408 kN,
maka tulangan yang akan dipasang telah memenuhi syarat oleh karena itu dapat
digunakan sengkang 4 kaki D10 dengan spasi 170 mm.
3. Ujung Zona Sendi Plastis
Gaya geser maksimum, Vu di ujung zona sendi plastis, 1400 mm dari muka kolom,
adalah 331,056 kN – (1.4 m x 32,432 kN/m) = 285,651 kN. Di zona ini, kontribusi
Vc dapat diperhitungkan, yaitu :
√ √
Vc = bwd = = 248,529 kN
Maka :
Vs = - Vc = – 248,529 = 132,339 kN
Vs = = = 135,693 kN
Karena nilai VS tulanagan = 135,693 kN telah melebihi nilai VS struktur = 132,339 kN,
maka tulangan yang akan dipasang telah memenuhi syarat oleh karena itu dapat
digunakan sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 280 mm.
Berdasarkan peraturan SNI pasal 21.5.3.1: diperlukan hoops (sengkang tertutup) di sepanjang
jarak 2h dari sisi (muka) kolom terdekat.
2h = 2 x 600 = 1200 mm
SNI pasal 21.5.3.2. hoops pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan
yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil di antara,
1. d/4 = 605/4 = 151,250 mm
2. 8 x diameter tulangan longitudinal terkecil = 8 x 22 = 176 mm
3. 24 x diameter tul hoop = 24 x 10 = 240
4. 300 mm
Tapi, tidak perlu kurang dari 100 mm. dengan demikian, tulangan sengkang di daerah sendi
plastis (yaitu daerah sepanjang 2h = 1,4 m dari muka kolom) menggunakan sengkang tertutup
2 kaki D10 yang dipasang dengan spasi 280 mm. SNI pasal 21.5.3.2. spasi maksimum
tulangan geser sepanjang balok SRPMK adalah d/2.
Smax = = = 302,5 mm
Dari hasil perhitungan diatas, untuk bentang di luar zona sendi plastis, menggunakan
sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 280 mm telah memenuhi syarat.
Berdasarkan SNI beton Pasal 21.7.5.2, nilai panjang penyaluran ini tidak boleh kurang dari
3,25 kali panjang tulangan terkait yang dihitung berdasarkan Rumus 5.39 berikut.
ldh = (5.39)
√
Sesuai dengan rumus di atas, maka dapat diketahui nilai l dh dalam perhitungan berikut.
ldh = = = 13,524db
√ √
Dalam contoh ini, baja tulangan terbesar yang harus disalurkan adalah baja tulangan D25.
Jadi, ld = 48db = 48 x 25 = 1200 mm = 1,2 m. Nilai spasi dari hoops yang dipasang pun tidak
boleh melebihi nilai spasi maksimum, yaitu yang terkecil di antara d/4 dan 100 mm.
smax = = = = 159,375 mm
dari pernyataan di atas, maka nilai spasi antar hoops (sengkang) diambil sebesar 100 mm.
= = 1 ≥ 0.4
Dimensi Diameter
Jenis (D) Luas Jumlah As (mm2)
(mm)
25 25 490.9 20 9817,477
Rasio tulangan, ⍴g dibatasi tidak kurang dari 0.01 dan tidak lebih dari 0.06.
⍴g = = 0.01147
Pada hasil diatas dapat diketahui ⍴g yang diperoleh tidak kurang dari 0,01 dan tidak lebih dari
0,06. Sehingga penulangan yang direncanakan dapat digunakan.
Dalam hitungan ini, karena tulangan pelat tidak didesain, diambil pendekatan konservatif
dengan momen -momen yang diperhitungkan adalah momen desain (∅ Mn), akibat goyangan
ke kanan ∅ Mn ujung balok 9EI-2 Seperti terlihat pada Gambar 5.11 dan konfigurasi
penulangan dan kapasitas momen penampang dari balok yang ditampilkan pada Tabel 5.15.
2 Ujung kiri (H) negatif Kiri 667.33 3D22 + 5D26 3595 701.859 946.651
3 Ujung kiri (H) positif Kanan 263.15 4D25 1963 426.432 583.867
4 Ujung kanan (I) positif Kiri 267.37 4D25 1963 426.432 583.867
5 Tengah Bentang Positif Kanan dan Kiri 289.82 4D22 1521 335.276 460.624
Kolom
Lantai 4
Balok Kiri
9DE-3 Balok Kanan
9EI-3
ØMn
701,859 kN-m
ØMn
426,432 kN-m
Kolom
Lantai 2
Catatan: Gambar hanya memperlihat konfigurasi arah dan besaran momen nominal, jumlah tulangan diabaikan.
Ash = 0.3 ( )( )
Dan:
Ash =
= = 5,596 mm2/m
so ≤ 100 +
Namun sx tidak melebihi 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.
Coba gunakan spasi 100 mm
Ash-1 = 3,699 mm2/m x 100 mm = 369,9 mm2
Ash-2 = 5,596 mm2/m x 100 mm = 559,6 mm2
Jadi gunakan 4 kaki baja D16 dengan luas = 804,248 mm2 > 559,6 mm2
Dari hasil diatas, maka kebutuhan Ash-min terpenuhi.
Pada SNI Pasal 21.6.4.1 untuk tulangan hoop tersebut diperlukan sepanjang I0 dari
ujung-ujung kolom I0 dipilih tersebar diantara
1) Tinggi elemen kolom h, di join = 925 mm
2) 1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 x 3300 = 550 mm
3) 450 mm
Dengan demikian diambil I0 = 925 mm
Pada SNI Pasal 21.6.4.5 untuk sepanjang sisa tinggi kolom bersih (tinggi kolom
total dikurangi I0 di masing- masing ujung kolom) diberi hoops dengan spasi
minimum 150 mm, atau 6 kali diameter tulangan longitudinal, yaitu 6 x 25 mm =
150 mm.
Vsway =
Dengan :
DF = faktor distrubusi momen dengan di bagian atas dan bawah kolom
didesain. Karena kolom di lantai atas dan bawah mempunyai
kekakuan yang sama, maka
DFtop = 0,5
DFbtm = 0,5
Mpr–top dan Mpr–btm adalah penjumlahan untuk masing-masing balok di lantai
atas dan bawah di muka kolom interior.
Vsway =
Vsway =
= 463,793 kN
Tapi Ve tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis yaitu 16,073
kN
Dari hasil diatas, maka menurut persyaratan yang ada Ve-min terpenuhi.
Jadi, ambil Ve = 146,405 KN
Vc dapat diambil = 0 jika Ve akibat gempa lebih besar dari ½ Vu dan gaya aksial
terfaktor pada kolom tidak melampaui 0.05 Agfc’.
Selain itu, Vc dapat diperhitungkan. Kenyataannya, pada kolom yang didesain,
gaya aksial terfaktor mealampaui 0,05 Agfc’. Jadi Vc boleh diperhitungkan.
Vc = √
> Vc
∅
Vc + √ . bw.d = 3616,167 KN
Vc + √ . bw.d = 2169,700 KN
Sementara itu,
Ash untuk 3 kaki D19 = 850,586 mm2 > Av-min = 77,083 mm2
Dari perhitungan diatas, maka tulangan yang didesain dapat digunakan.
4. Untuk bentang diluar Io
Pada SNI memberikan harga Vc bila ada gaya aksial yang bekerja:
Vc = 0.17 ( )λ √ bwd
Dengan:
Nu = gaya tekan aksial terkecil dari kombinasi
λ = 1, untuk beton normal, dan dinyatakan dalam MPa.
Gaya aksial tekan terkecil dalam contoh ini adalah gaya aksial tekan hasil
kombinasi pembebanan SNI beton Pasal 9.2.1, yaitu
Nu = 0,72 DL + 0,72 SDL – 1,3 EQX + 1,3 EQY = 1849,735 kN
Vc = 0.17 ( )λ √ bwd
Karena Vc melebihi untuk bentang kolom di luar Io, maka tulangan sengkang
∅
tidak dibutuhkan untuk geser pada bentang tersebut, tetapi hanya untuk
confinement.
Join 9E-2
Sesuai yeng tertera pada tabel di atas, maka dengan menggunakan diameter tulangan D13
dengan 4 kaki nilainya telah memenuhi syarat AS-butuh < AS-desain.
5.3.2. Pengecekan Gaya Geser pada Join
Balok yang memasuki join memiliki probable moment (ujung kanan 9DE-2) = 946.65 kN-m
(goyang kanan) dan probable moment (ujung kiri 9EI-2) = 583.87 kN-m. pada join, kekakuan
kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama, sehingga DFtop = DFbottom = 0,5 untuk kolom,
sesuai dengan pernyataan tersebut maka,
Me = = 765,26 kNm
Vsway =
= = 463,794 kN
Di bagian lapis atas balok, tulangan yang dipakai adalah 3D22 + 5D25, AS = 3595 mm2. Gaya
tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan dapat dilihat sebagai berikut.
T1 = 1,25AS × fy = (1,25 × 3595 × 400) × 10-3 = 1797,384 kN
Sehingga, nilai gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan memiliki nilai yang sama
besar dengan T1, yaitu 1797,384 kN. Untuk nilai gaya tarik kiri T 2 dapat dilihat sebagai
berikut (tulangan yang digunakan 3D22 + 5D25, AS = 3595 mm2).
T2 = 1,25AS × fy = (1,25 × 3595 × 400) × 10-3 = 1797,384 kN
Sehingga, nilai gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan memiliki nilai yang sama
besar dengan T2, yaitu 1797,384 kN. Dan dari perhitungan-perhitungan di atas, maka gaya
geser yang terjadi pada join tersebuut dapat dilihat sesuai perhitungan berikut.
Vu = VJ = Vsway – T1 – C2
= 463,794 kN – 1797,384 kN – 1797,384 kN
= 3130,973 kN
Adapun free-body dari perhitungan di atas dapat dilihat dalam Gambar 5.14.
Me Vsway
765,26 kNm
463,794 kN
Vsway T2
463,794 kN 1797,384 kN
AJ
T1 C2
1797,384 kN 1797,384 kN
Me
765,26 kNm Balok 9EI
Vu
C1 3130,973 kN
1797,384 kN
Mpr_2
Balok 9DE 583,87 kNm
Mpr_1 Me
946,65 kNm
765,26 kNm
Dari perhitungan di atas karena momen yang terjadi arah x dan y pelat memiliki nilai yang
sama, sehingga kebutuhuan tulangan yang dipasang arah x dan y pelat sama yaitu D16-90
As =( )
=( ) = 3619,115 mm2
a =( )
=( ) = 31,539 mm
c. Tinggi efektif
∅
d = h – sb – ( )
= 120 – 40 – ( ) = 79,6 mm
d. Momen nominal
ØMn = Ø AS fy ( )
S =( )
=( ) = 614,501 mm
Dari perhitungan diatas, maka diambil spasi tulangan yang terkecil yaitu
sebesar 450 mm.
d. Perhitungan luas tulangan
As =( )
=( ) = 530,929 mm2
As =( )
=( ) = 1809,557 mm2
a =( )
=( ) = 31,539 mm
c. Tinggi efektif
∅
d = h – sb – ( ) = 120 – 40 – ( ) = 79,6 mm
d. Momen nominal
ØMn = Ø AS fy ( )
Dari perhitungan diatas, diperoleh hasil ØMn sebesar 36,962 kNm lebih besar
dari MUmax dengan hasil sebesar 15,58 kNm. Maka momen nominal dapat
digunakan.
2. Pehitungan tulangan bagi
a. Luas tulangan minimum
Asb = 0,0018 x b xh
= 0,0018 x 900 x 120 = 194,4 mm2
b. Perhitungan spasi tulangan maksimum
Smax =5xh
= 5 x 120 = 600 mm
Smax ≥ 450 mm, sehingga Smax = 450 mm
c. Perhitungan spasi tulangan
S =( )
=( ) = 614,501 mm
Dari perhitungan diatas, maka diambil spasi tulangan yang terkecil yaitu
sebesar 450 mm.
d. Perhitungan luas tulangan
Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai As sebesar 265,465 mm 2 dimana nilai tersebut lebih
besar dari nilai Asb sebesar 194,4 mm2. Maka dari itu, luas tulangan pada bordes tangga
dapat digunakan.