Anda di halaman 1dari 51

BAB 5 Desain Elemen Struktur

5.1 Desain Elemen Balok Induk


Analisis desain elemen balok induk yang akan direncanakan pada laporan ini merupakan
desain tulangan pada empat balok yang pada denah yang sebelumnya telah dimodelkan.
Perhitungannya pun akan dijelaskan sesuai dengan pemilihan balok yang akan dirancang,
dimana balok yang akan dipilih merupakan balok induk dengan spesifikasi dan tahapan
perhitunga-perhitungan yang dapat dilihat sebagai berikut.
1. Spesifikasi balok induk
a. Lebar balok (b) = 450 mm
b. Tinggi balok (h) = 700 mm
c. Kuat tekan beton (mutu, fc’) = 30 MPa
d. Kuat tekan leleh tulangan lentur (fy) = 400 MPa
e. Kuat leleh tulangan geser (fy) = 400 MPa
f. Selimut beton (dS) = 40 mm

5.2.1. Desain Penulangan Balok Induk


Desain penulangan untuk balok sendiri memiliki beberapa tahap yang dilakukan.
Perhitungannya pun meliputi beberapa parameter yang terdapat dalam spesifikasi di atas, dan
berikut ini adalah tahapan-tahapan melakukan desain penulangan pada balok induk.

5.1.1.1 Pengecekan Dimensi Komponen


Pengecekan ini dilakukan berdasarkan aturan yang dipakai pada perancangan struktur gedung
dengan material beton bertulang, yaitu SNI 03-2847-2013. Pengecekan tersebut didasarkan
pada pasal 21.5.1. dalam aturan yang dimaksud, yang mana mensyaratkan bahwa komponen
struktur lentur SRPMK harus memenuhi hal-hal sebagai berikut.
1. Gaya aksial (Pu) tekan terfaktor pada komponen struktur tidak boleh melebihi
Agfc’/10.
Pu = 4,9816 kN

= 945000 N
= 945 kN
Dari perhitungan di atas, maka dapat diketahui nilai Agfc’/10 memiliki nilai
sebesar 945 kN dan jika dibandingkan dengan gaya aksial (Pu, hasil analisis
software) yaitu sebesar 4,9816 kN, maka dimensi balok telah memenuhi syarat.
2. Bentang bersih ( ) komponen struktur tidak boleh kurang dari empat kali tinggi
efektif balok (d).
Tinggi efektif balok (d)
d (heff) = hbalok - (selimut beton + tulangan geser + tulangan lentur +
setengah dari jarak tulangan lentur ke tulangan geser)
Dimana :
hbalok = 700 mm
selimut = 40 mm
tulangan geser = 10 mm
tulangan lentur = 19 mm
tul. geser – tul. lentur = 40 mm
maka, dapat diketahui nilai tinggi efektif balok sebagai berikut.

d (heff) = ( ) = 611 mm

= panjang bentang –( )

= 8000 mm – ( ) = 7550 mm

Sehingga,
= 7550 mm ≥ 4d = 4 × 611 = 2444 mm
Dari perhitungan di atas dapat diketahui bahwa bentang bersih dari balok telah
memenuhi syarat yaitu, lebih besar dari empat kali dari tinggi efektif balok yang
digunakan.
3. Lebar dari dimensi balok (bbalok), tidak lebih kecil dari 0,3h dan 250 mm
b = 450 mm
h = 700 mm
Sehingga,

= = 0,64

Rasio perbandingan antara nilai b dan h memiliki nilai sebesar 0,64 atau nilai
tersebut lebih besar dari 0,3 yang berarti lebar dimensi balok tidak lebih kecil dari
0,3h dan lebar dari bbalok yang digunakan pun memiliki nilai sebesar 450 mm atau
lebih besar dari 250 mm. Dengan kata lain dimensi balok yang digunakan telah
memenuhi syarat.
4. Lebar dari dimensi balok yang digunakan tidak melebihi lebar kolom yang
digunakan.
Konsep strong coloumn weak beam mensyaratkan bahwa lebar dari dimensi balok
yang digunakan tidak boleh melebihi lebar dari dimensi kolom yang digunakan.
bbalok = 450 mm
bkolom = 925 mm
bbalok = 450 mm ≥ bkolom = 925 mm
Berdasarkan perbandingan di atas, maka dapat diketahui dimensi dari balok yang
digunakan pada perancangan kali ini memiliki lebar yang tidak melebihi lebar
pada kolom, sehingga telah memenuhi syarat.

5.1.1.2 Rekapitulasi Momen pada Balok


Momen yang berpengaruh dalam perencanaan penulangan pada balok merupakan momen
yang terjadi akibat kombinasi beban gravitasi dan beban gempa dengan faktor pengali gempa
terbesar dari kombinasi yang ada. Hasil rekapitulasi dari momen pada balok akibat kombinasi
beban gravitasi dan beban gempa sendiri dapat dilihat dalam Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rekapitulasi momen pada balok 9DE-3


Lokasi MU
Kondisi Lokasi Arah Goyangan
(m) (kN-m)
Ujung interior kanan
1 8 Kanan 653.39
Negatif (-)
Ujung interior kiri
2 0 Kiri 667.33
Negatif (-)
Ujung inetrior kiri (ke tengah)
3 2.492 Kanan 263.15
Positif (+)
Ujung interior kanan (ke tengah)
4 5.5318 Kiri 267.37
Positif (+)
Tengah bentang
5 4 Kanan dan kiri 289.82
Positif (+)

Gambar dari diagram momen yang terjadi pun dapat dilihat pada Gambar 5.1, dimana gambar
tersebut telah disesuaikan dengan hasil analisis dari software yang digunakan.
667,33 kNm 653.39 kNm

263,15 kNm 289,82 kNm 267,37 kNm

Gambar 5.1. Diagram momen pada balok 9DE-3

5.1.1.3 Kebutuhan Tulangan Lentur


Menentukan keperluan tulangan baja untuk menahan momen lentur dilakukan dengan
beberapa tahap perencanaan. Tahap-tahap tersebut meliputi beberapa kondisi berdasarkan
besaran momen yang telah direkap dalam Tabel 5.1 yang sebelumnya telah diperoleh dari
analisis spasial (software), dan berikut tahapan-tahapannya.
1. Kondisi 1
Kondisi 1 menunjukan bahwa momen yang terjadi pada balok 9DE-3 memiliki
nilai sebesar 653,39 kNm momen yang terjadi merupakan momen negatif dengan
arah goyangan ke kanan.
a. Menentukan jumlah tulangan yang dibutuhkan
Lapis tulangan yang terpasang dalam balok diasumsikan terlebih dahulu
sebagai trial awal, dimana pada laporan kali ini diasumsikan bahwa terdapat
dua lapis tulangan terpasang dengan diameter tulangan lentur sebesar D19.
Spasi antar lapis tulangan = 40 mm
Tinggi efektif balok (d) = 611 mm
Koefisien lengan balok (J) = 0,85
Faktor reduksi lentur (Ø) = 0,9
Dengan menggunakan Rumus 5.1, maka dapat diketahui luas dari tulangan
lentur yang diperlukan.

AS = (5.1)

Sehingga,

AS =

= 3494,7 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 3494,7 mm 2, sehingga
tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.2.
Tabel 5.2. Tulangan lentur yang digunakan
Jenis Dimensi Jumlah AS Jumlah
Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
2
(mm) (mm )

22 22 380.1327 3 1140.398
3595
25 25 490.8739 5 2454.369

Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 5D25 dan 3D22, maka
tinggi efektif (d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.

d (heff) = ( ) = 605 mm

Menentukan tinggi balok yang mengalami tegangan tekan ekivalen aktual,


yang penentuannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.2.

a = (5.2)

sehingga,

a =

= 125,31 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.3
berikut.

Mn = ( ) (5.3)

Maka, didapat nilai momen nominal aktual seperti berikut.

Mn = ( )

= 701,86 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 701,86 kNm > Mu = 653,39 kNm)
a. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.

AS-min = (5.4)

Yang mana nilai AS-min tidak boleh kurang dari,


AS-min = (5.5)

Sehingga, hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.



AS-min =

= 931,984 mm2
AS-min =

= 952,875 mm2
b. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.

ρ = (5.6)

ρb = ( ) (5.7)

Gambar 5.2. Grafik penentuan nilai


Sumber : SNI 2847-2013

Dimana nilai dapat diperoleh dengan menggunakan grafik yang terdapat


dalam Gambar 5.2. Selain menggunakan grafik di atas nilai dapat dicari
dengan menggunakan beberapa nilai berikut yang tentunya didasarkan pada
grafik tersebut.
= 0,85 untuk nilai 17 MPa ≤ fc’ ≤ 28 MPa

= 0,85 – untuk nilai 28 MPa < fc’ ≤ 56 MPa

= 0,65 untuk nilai fc’ > 56 MPa


Karena nilai fc’ yang didesain pada perancanaan kali ini sebesar 30 MPa, maka
nilai yang digunakan pada laporan kali ini memiliki nilai sesuai dengan
perhitungan berikut.
= 0,85 – = 0,84

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat diperoleh perhitungan


untuk pengecekan rasio tulangan sebagai berikut.

ρ =

= 0,013204

ρb = ( )

= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
c. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.8 harus lebih kecil daripada Rumus 5.9.

dt = (5.8)

Dimana nilai a dapat dilihat sesuai dengan perhitungan sebelumnya sedangkan


nilai dt dapat dilihat seusai dengan perhitungan beikut.

dt = ( ) = 637,5

= 0,375β1 (5.9)

Dimana nilai β1 diperoleh sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

= = 0,1966

= 0,375β1 = 0,375 × 0,84 = 0,315

Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai (a/d t) tidak melebihi


nilai (atcl/dt), sehingga kondisi keruntuhan yang akan terjadi adalah keruntuhan
under-reinforced.
2. Kondisi 2
Kondisi 2 menunjukan bahwa momen yang terjadi pada balok 9DE-3 memiliki
nilai sebesar 667,33 kNm momen yang terjadi merupakan momen negatif dengan
arah goyangan ke kiri dari momen tersebut, maka dapat dilihat perhitungan
sebagai berikut.
a. Menentukan jumlah tulangan yang dibutuhkan
Lapis tulangan yang terpasang dalam balok diasumsikan terlebih dahulu
sebagai trial awal, dimana pada laporan kali ini diasumsikan bahwa terdapat
dua lapis tulangan terpasang dengan diameter tulangan lentur sebesar D19.
Spasi antar lapis tulangan = 40 mm
Tinggi efektif balok (d) = 611 mm
Koefisien lengan balok (J) = 0,85
Faktor reduksi lentur (Ø) = 0,9
Dengan menggunakan Rumus 5.10, maka dapat diketahui luas dari tulangan
lentur yang diperlukan.

AS = (5.10)

Sehingga,

AS =

= 3569,274 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 3569,274 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Tulangan lentur yang digunakan


Jenis Dimensi Jumlah AS Jumlah
Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
(mm) (mm2)
22 22 380.1327 3 1140.398
3595
25 25 490.8739 5 2454.369

Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 5D25 dan 3D22, maka
tinggi efektif (d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.

d (heff) = ( ) = 605 mm

Menentukan tinggi balok yang mengalami tegangan tekan ekivalen aktual,


yang penentuannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.11.

a = (5.11)

sehingga,

a =
= 125,31 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.12
berikut.

Mn = ( ) (5.12)

Maka, didapat nilai momen nominal aktual seperti berikut.

Mn = ( )

= 701,86 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 701,86 kNm > Mu = 667,33 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.

AS-min = (5.13)

Yang mana nilai AS-min tidak boleh kurang dari,


AS-min = (5.14)

Sehingga, hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.



AS-min =

= 931,984 mm2
AS-min =

= 952,875 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.

ρ = (5.15)

ρb = ( ) (5.16)
Dimana nilai dapat diperoleh dengan menggunakan grafik yang terdapat
dalam Gambar 5.3.

Gambar 5.3. Grafik penentuan nilai


Sumber : SNI 2847-2013

Selain menggunakan grafik di atas nilai dapat dicari dengan menggunakan


beberapa nilai berikut yang tentunya didasarkan pada grafik tersebut.
= 0,85 untuk nilai 17 MPa ≤ fc’ ≤ 28 MPa

= 0,85 – untuk nilai 28 MPa < fc’ ≤ 56 MPa

= 0,65 untuk nilai fc’ > 56 MPa


Karena nilai fc’ yang didesain pada perancanaan kali ini sebesar 30 MPa, maka
nilai yang digunakan pada laporan kali ini memiliki nilai sesuai dengan
perhitungan berikut.

= 0,85 – = 0,84

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat diperoleh perhitungan


untuk pengecekan rasio tulangan sebagai berikut.

ρ =

= 0,013204

ρb = ( )

= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.17 harus lebih kecil daripada Rumus 5.18.
dt = (5.17)

Dimana nilai a dapat dilihat sesuai dengan perhitungan sebelumnya sedangkan


nilai dt dapat dilihat seusai dengan perhitungan beikut.

dt = ( ) = 637,5

= 0,375β1 (5.18)

Dimana nilai β1 diperoleh sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

= = 0,1966

= 0,375β1 = 0,375 × 0,84 = 0,315

Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai (a/d t) tidak melebihi


nilai (atcl/dt), sehingga kondisi keruntuhan yang akan terjadi adalah keruntuhan
under-reinforced.
3. Kondisi 3
Kondisi 3 menunjukan bahwa momen yang terjadi pada balok 9DE-3 memiliki
nilai sebesar 263,15 kNm, momen yang terjadi merupakan momen positif dengan
arah goyangan ke kanan. Namun, untuk tulangan positif pada kondisi 3, nilai
momen pada muka tidak boleh lebih kecil dari setengah kuat lentur negatifnya
pada muka kolom tersebut. Sehingga, Mu yang digunakan untuk menghitung
tulangan yang menahan momen positif pada kondisi ini memiliki nilai sesuai
dengan perhitungan berikut.

Mu = ΦMn = × 701,86 kNm = 350,93 kNm

= 350,93 kNm > 263,15 kNm


Sehingga, nilai Mu yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan tulangan pada
kondisi ini memiliki nilai sebesar 350,93 kNm.
a. Menentukan jumlah tulangan yang dibutuhkan
Lapis tulangan yang terpasang dalam balok diasumsikan terlebih dahulu
sebagai trial awal, dimana pada laporan kali ini diasumsikan bahwa terdapat
dua lapis tulangan terpasang dengan diameter tulangan lentur sebesar D19.
Spasi antar lapis tulangan = 40 mm
Tinggi efektif balok (d) = 611 mm
Koefisien lengan balok (J) = 0,85
Faktor reduksi lentur (Ø) = 0,9
Dengan menggunakan Rumus 5.19, maka dapat diketahui luas dari tulangan
lentur yang diperlukan.

AS = (5.19)

Sehingga,

AS =

= 1790,52 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 1790,52 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Tulangan lentur yang digunakan


Jenis Dimensi Jumlah AS Jumlah
Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
(mm) (mm2)
19 19 283.5287 0 0
1963
25 25 490.8739 4 1963.495

Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 4D25, maka tinggi efektif
(d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.

d (heff) = ( ) = 637,5 mm

Menentukan tinggi balok yang mengalami tegangan tekan ekivalen aktual,


yang penentuannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.20.

a = (5.20)

sehingga,

a =

= 68,444 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.21
berikut.

Mn = ( ) (5.21)
Maka, didapat nilai momen nominal aktual seperti berikut.

Mn = ( )

= 426,432 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 426,432 kNm > Mu = 350,93 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.

AS-min = (5.22)

Yang mana nilai AS-min tidak boleh kurang dari,

AS-min = (5.23)

Sehingga, hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.



AS-min =

= 982,049 mm2
AS-min =

= 1004,063 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.

Gambar 5.4. Grafik penentuan nilai


Sumber : SNI 2847-2013

ρ = (5.24)
ρb = ( ) (5.25)

Dimana nilai dapat diperoleh dengan menggunakan grafik yang terdapat


dalam Gambar 5.4. Selain menggunakan grafik di atas nilai dapat dicari
dengan menggunakan beberapa nilai berikut yang tentunya didasarkan pada
grafik tersebut.
= 0,85 untuk nilai 17 MPa ≤ fc’ ≤ 28 MPa

= 0,85 – untuk nilai 28 MPa < fc’ ≤ 56 MPa

= 0,65 untuk nilai fc’ > 56 MPa


Karena nilai fc’ yang didesain pada perancanaan kali ini sebesar 30 MPa, maka
nilai yang digunakan pada laporan kali ini memiliki nilai sesuai dengan
perhitungan berikut.

= 0,85 – = 0,84

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat diperoleh perhitungan


untuk pengecekan rasio tulangan sebagai berikut.

ρ =

= 0,006844

ρb = ( )

= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.8 harus lebih kecil daripada Rumus 5.9.

(5.26)

Dimana nilai a dapat dilihat sesuai dengan perhitungan sebelumnya sedangkan


nilai dt dapat dilihat seusai dengan perhitungan beikut.

dt = ( ) = 637,5 mm
= 0,375β1 (5.27)

Dimana nilai β1 diperoleh sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

= = 0,1074

= 0,375β1 = 0,375 × 0,84 = 0,315

Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai (a/d t) tidak melebihi


nilai (atcl/dt), sehingga kondisi keruntuhan yang akan terjadi adalah keruntuhan
under-reinforced.
4. Kondisi 4
Kondisi 4 menunjukan bahwa momen yang terjadi pada balok 9DE-3 memiliki
nilai sebesar 267,37 kNm, momen yang terjadi merupakan momen positif dengan
arah goyangan ke kanan. Namun, untuk tulangan positif pada kondisi 4, nilai
momen pada muka tidak boleh lebih kecil dari setengah kuat lentur negatifnya
pada muka kolom tersebut. Sehingga, Mu yang digunakan untuk menghitung
tulangan yang menahan momen positif pada kondisi ini memiliki nilai sesuai
dengan perhitungan berikut.

Mu = ΦMn = × 701,86 kNm = 350,93 kNm

= 350,93 kNm > 267,37 kNm


Sehingga, nilai Mu yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan tulangan pada
kondisi ini memiliki nilai sebesar 350,93 kNm.
a. Menentukan jumlah tulangan yang dibutuhkan
Lapis tulangan yang terpasang dalam balok diasumsikan terlebih dahulu
sebagai trial awal, dimana pada laporan kali ini diasumsikan bahwa terdapat
dua lapis tulangan terpasang dengan diameter tulangan lentur sebesar D19.
Spasi antar lapis tulangan = 40 mm
Tinggi efektif balok (d) = 611 mm
Koefisien lengan balok (J) = 0,85
Faktor reduksi lentur (Ø) = 0,9
Dengan menggunakan Rumus 5.28, maka dapat diketahui luas dari tulangan
lentur yang diperlukan.
AS = (5.28)

Sehingga,

AS =

= 1790,52 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 1790,52 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Tulangan lentur yang digunakan


Jenis Dimensi Jumlah AS Jumlah

Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
2
(mm) (mm )

19 19 283.5287 0 0
1963
25 25 490.8739 4 1963.495

Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 4D25, maka tinggi efektif
(d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.

d (heff) = ( ) = 637,5 mm

Menentukan tinggi balok yang mengalami tegangan tekan ekivalen aktual,


yang penentuannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.29.

a = (5.29)

sehingga,

a =

= 68,444 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.30
berikut.

Mn = ( ) (5.30)

Maka, didapat nilai momen nominal aktual seperti berikut.


Mn = ( )

= 426,432 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 426,432 kNm > Mu = 350,93 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.

AS-min = (5.31)

Yang mana nilai AS-min tidak boleh kurang dari,


AS-min = (5.32)

Sehingga, hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.



AS-min =

= 982,049 mm2

AS-min =

= 1004,063 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.

ρ = (5.33)

ρb = ( ) (5.34)
Gambar 5.5. Grafik penentuan nilai
Sumber : SNI 2847-2013

Dimana nilai dapat diperoleh dengan menggunakan grafik yang terdapat


dalam Gambar 5.5. Selain menggunakan grafik di atas nilai dapat dicari
dengan menggunakan beberapa nilai berikut yang tentunya didasarkan pada
grafik tersebut.
= 0,85 untuk nilai 17 MPa ≤ fc’ ≤ 28 MPa

= 0,85 – untuk nilai 28 MPa < fc’ ≤ 56 MPa

= 0,65 untuk nilai fc’ > 56 MPa


Karena nilai fc’ yang didesain pada perancanaan kali ini sebesar 30 MPa, maka
nilai yang digunakan pada laporan kali ini memiliki nilai sesuai dengan
perhitungan berikut.

= 0,85 – = 0,84

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat diperoleh perhitungan


untuk pengecekan rasio tulangan sebagai berikut.

ρ =

= 0,006844

ρb = ( )
= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.34 harus lebih kecil daripada Rumus 5.35.

dt = (5.34)

Dimana nilai a dapat dilihat sesuai dengan perhitungan sebelumnya sedangkan


nilai dt dapat dilihat seusai dengan perhitungan beikut.

dt = ( ) = 637,5 mm
= 0,375β1 (5.35)

Dimana nilai β1 diperoleh sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

= = 0,1074

= 0,375β1 = 0,375 × 0,84 = 0,315

Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai (a/d t) tidak melebihi


nilai (atcl/dt), sehingga kondisi keruntuhan yang akan terjadi adalah keruntuhan
under-reinforced.
5. Kondisi 5
Kondisi 5 menunjukan bahwa momen yang terjadi pada balok 9DE-3 memiliki
nilai sebesar 289,82 kNm, momen yang terjadi merupakan momen positif dengan
arah goyangan ke kanan dan ke kiri. Namun, untuk tulangan positif pada kondisi
5, nilai momen pada desain lentur negatif maupun positif di sepanjang bentang
tidak boleh kurang dari 1/4 (seperempat) kuat lentur terbesar yang disediakan
pada kedua muka kolom tersebut.

Mu = ΦMn (terbesar) = × 701,86 kNm = 175,47 kNm

= 175,47 kNm < 289,82 kNm


Sehingga, nilai Mu yang digunakan untuk perhitungan kebutuhan tulangan pada
kondisi ini memiliki nilai sebesar 289.82 kNm.
a. Menentukan jumlah tulangan yang dibutuhkan
Lapis tulangan yang terpasang dalam balok diasumsikan terlebih dahulu
sebagai trial awal, dimana pada laporan kali ini diasumsikan bahwa terdapat
dua lapis tulangan terpasang dengan diameter tulangan lentur sebesar D19.
Spasi antar lapis tulangan = 40 mm
Tinggi efektif balok (d) = 611 mm
Koefisien lengan balok (J) = 0,85
Faktor reduksi lentur (Ø) = 0,9
Dengan menggunakan Rumus 5.28, maka dapat diketahui luas dari tulangan
lentur yang diperlukan.

AS = (5.28)

Sehingga,
AS =

= 1478,703 mm2
Dari perhitungan tersebut dapat diketahui bahwa luas tulangan yang diperlukan
dalam perancangan balok kali ini memiliki nilai sebesar 1790,52 mm 2,
sehingga tulangan yang digunakan dapat dilihat dalam Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Tulangan lentur yang digunakan


Jenis Dimensi Jumlah AS Jumlah
Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
(mm) (mm2)
19 19 283.5287 0 0
1521
22 22 380.1327 4 1520.531

Karena diameter tulangan yang diperlukan adalah 4D25, maka tinggi efektif
(d) dari balok berubah sesuai dengan perhitungan berikut.

d (heff) = ( ) = 639 mm

Menentukan tinggi balok yang mengalami tegangan tekan ekivalen aktual,


yang penentuannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.29.

a = (5.29)

sehingga,

a =

= 53,003 mm
Setelah itu lakukan pengcekan momen nominal aktual yang terjadi pada balok,
yang perhitungannya dapat dilakukan dengan menggunakan Rumus 5.30
berikut.

Mn = ( ) (5.30)

Maka, didapat nilai momen nominal aktual seperti berikut.

Mn = ( )

= 335,276 kNm
Sehingga, nilai di atas dapat memenuhi keperluan untuk menahan momen yang
terjadi ( Mn = 335,276 kNm > Mu = 289,82 kNm)
b. Cek luas tulangan (AS) minimum
Berikut adalah tahapan-tahapan yang dilakukan dalam pengecekan luas
tulangan minimum yang harus digunakan.

AS-min = (5.31)

Yang mana nilai AS-min tidak boleh kurang dari,


AS-min = (5.32)

Sehingga, hasil perhitungannya dapat dilihat sebagai berikut.



AS-min =

= 984,360 mm2

AS-min =

= 1006,425 mm2
c. Cek rasio tulangan
Rasio tulangan (ρ) yang ada tidak boleh lebih besar dari 0,75ρb dan 0,025.
Peraturan tersebut didasarkan pada SNI 03-2847-2013 yang terdapat dalam
pasal 21.5.2.1. dimana tahapan-tahapan perhitungannya dapat dilakukan
dengan beberapa rumus sebagai berikut.

ρ = (5.33)

ρb = ( ) (5.34)

Gambar 5.6. Grafik penentuan nilai


Sumber : SNI 2847-2013

Dimana nilai dapat diperoleh dengan menggunakan grafik yang terdapat


dalam Gambar 5.6. Selain menggunakan grafik di atas nilai dapat dicari
dengan menggunakan beberapa nilai berikut yang tentunya didasarkan pada
grafik tersebut.
= 0,85 untuk nilai 17 MPa ≤ fc’ ≤ 28 MPa

= 0,85 – untuk nilai 28 MPa < fc’ ≤ 56 MPa

= 0,65 untuk nilai fc’ > 56 MPa


Karena nilai fc’ yang didesain pada perancanaan kali ini sebesar 30 MPa, maka
nilai yang digunakan pada laporan kali ini memiliki nilai sesuai dengan
perhitungan berikut.

= 0,85 – = 0,84

Dengan menggunakan rumus-rumus di atas, maka dapat diperoleh perhitungan


untuk pengecekan rasio tulangan sebagai berikut.

ρ =

= 0,005288

ρb = ( )
= 0,03213
Sehingga, nilai 0,75ρb diperoleh memiliki nilai sebesar 0,023776 dan dari
perhitungan tersebut dapat diperoleh bahwa nilai rasio tulangan (ρ) yang
digunakan telah memenuhi syarat.
d. Pengecekan kondisi keruntuhan
Kondisi keruntuhan dapat dilihat dengan membandingkan kedua rumus di
bawah ini yaitu, dimana Rumus 5.34 harus lebih kecil daripada Rumus 5.35.

dt = (5.34)

Dimana nilai a dapat dilihat sesuai dengan perhitungan sebelumnya sedangkan


nilai dt dapat dilihat seusai dengan perhitungan beikut.

dt = ( ) = 639 mm

= 0,375β1 (5.35)

Dimana nilai β1 diperoleh sesuai dengan perhitungan sebelumnya.

= = 0,082947

= 0,375β1 = 0,375 × 0,84 = 0,315


Berdasarkan perhitungan dapat diketahui bahwa nilai (a/d t) tidak melebihi
nilai (atcl/dt), sehingga kondisi keruntuhan yang akan terjadi adalah keruntuhan
under-reinforced.

5.1.1.4 Kapasitas Minimum Momen Positif dan Negatif


Kapasitas minimum momen positif dan momen negatif. SNI Beton Pasal 21.5.2.1 dan
21.5.2.2 mengharuskan sekurang–kurangnya ada dua bentang tulangan atas dan dua batang
tulangan bawah yang dipasang secara menerus, dan kapasitas momen positif dan momen
positif dan momen negatif minimum pada sembarang penampang di sepanjang bentang balok
SRPMK tidak boleh kurang dari 1/4 (seperempat) kali kapasitas momen maksimum yang
disediakan pada kedua muka kolom balok tersebut.
1. Menentukan 1/4 (seperempat) dari momen positif-negatif yang terbesar

Mu = Mn = × 701,86 kNm = 175,46 kNm

2. Penentuan luas tulangan yang dibutuhkan


Pada dasarnya kuat momen positif di sepanjang bentang (kondisi3, 4 dan 5 yang
disampaikan di atas) sudah memiliki nila yang lebih besar daripada 175,46 kNm.
Hanya kuat momen negatif di tengah bentang saja yang harus diperhatikan.
Konfigurasi penulangan atas untuk memikul momen negatif di muka D adalah
3D22 + 5D25, sementara di muka kolom E dipasang 3D22 + 5D25. Untuk
memenuhi ketentuan kapasitas momen negatif minimum tersebut, maka diambil
2D25 dari masing-masing kelompok tulangan negatif untuk dibuat menerus di
sepanjang bentang, sehingga AS-nya memiliki nilai sebesar 982 mm 2.
Berdasarkan data tersebut, maka kapasitas momen negatif yang disediakan oleh
penampang di tengah bentang dapat dilihat dalam Tabel 5.7.

Tabel 5.7. Tulangan momen negatif (-) menerus


Jenis Dimensi Jumlah AS Jumlah
Dimensi Luas/bar
D Buah (mm2) (mm2)
(mm) (mm2)
25 25 490.8739 2 981.7477 982

Diperpanjang 2D19, sehingga tinggi efektif (d) yang baru adalah :


d = 700 mm – (40 + 10 +(0.5 x 25) mm = 637,5 mm

a = = = 34,221 mm

3. Cek momen nominal aktual


Mn = ( )

= ( ) = 219,264 kNm

Sesuai dengan perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa tulangan yang
digunakan telah memenuhi syarat dikarenakan nilai Mn dari tulangan telah
melebihi nilai Mu yang terjadi pada balok.
4. Cek luas tulangan (As) minimum

AS-min =


=

= 982,049 mm2
Yang mana nilai AS-min tidak boleh kurang dari,
AS-min =

= 1004,063 mm2
5. Cek rasio tulangan (𝜌)
𝜌 balance (𝜌b) akan sama dengan hasil perhitungan untuk kondisi 1 yaitu, 𝜌b =
0.03213
𝜌 =

= 0.003422 < 0.75 𝜌b = 0.0238


Batas tulangan maksimum adalah 0.025, dan sesuai dengan perhitungan di atas
dapat diketahui bahwa telah memenuhi syarat karena nilai 𝜌 < 0.75 𝜌b dan 𝜌 <
0.025.
6. Cek apakah penampang tension – controlled ?
dt = h – (selimut beton + diameter tulangan sengkang + 0.5 x
diameter tulangan longitudinal)
= 700 – (40 + 10 + (0.5 x 25))
= 637,5 mm
= = 0.0537

= 0.375 β1 = 0.0375 x 0.84 = 0.315


karena < . desain tulangan under reinforced.

7. Reinforcement
Tulangan yang digunakan sebagai tulangan menerus pada merupakan baja
tulangan dengan jumlah dan diameter 2D25. Tulangan ini akan memberikan
kapasitas disepanjang balok. Tulangan ini memberikan kapasitas momen negatif
di tengah bentang 219,264 kNm > 1/4 Mn interior = 175,46 kNm.

5.1.1.5 Momen Nomminal Probabilitas Penampang (M PR)


SNI Beton Pasal 21.5.4.1. mengisyaratkan bahwa geser rencana akibat gempa pada balok
dihitung dengan mengasumsikan sendi plastis terbentuk diujung–ujung balok dengan
tegangan tulangan lentur balok mencapai 1.25 fy dan faktor reduksi kuat lentur ∅ = 1.
1. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kanan (Kondisi 1)

apr_1 = = = 156,635 mm

Mpr_1 = ( ( ))

=( ( )) = 946,651 kNm

Terjadi di muka kolom dengan arah momen searah jarum jam.


2. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kanan (Kondisi 3)

apr_3 = = = 85,555 mm

Mpr_3 = ( ( ))

=( ( )) = 583,867 kNm

Terjadi di muka kolom dengan arah momen searah jarum jam.


3. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kiri (Kondisi 2)

apr_2 = = = 156,635 mm

Mpr_2 = ( ( ))

=( ( )) = 946,651 kNm

Terjadi di muka kolom dengan arah momen berlawanan dengan jarum jam.
4. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kiri (Kondisi 4)

apr_4 = = = 85,555 mm
Mpr_4 = ( ( ))

=( ( )) = 583,867 kNm

Terjadi di muka kolom dengan arah momen berlawanan dengan jarum jam.
5. Momen nominal untuk struktur bergoyang ke kanan dan ke kiri (Kondisi 5)

apr_5 = = = 66,254 mm

Mpr_5 =( ( ))

=( ( )) = 460,624 kNm

Dari semua perhitungan di atas, maka dapat dilihat rekapitulasi konfigurasi penulangan dan
kapasitas momen penampang dari balok yang dianalisis dalam Tabel 5.8.

Tabel 5.8. Konfigurasi penulangan dan kapasitas momen penampang dari balok
Momen As ØMn Mpr
Reinforce
Kondisi Lokasi Arah Gempa
Mu ment
(mm2) (KNm) (KNm)
(KNm)

Ujung Kanan (I) 3D22 +


1 Kanan 653.39 3595 701.859 946.651
Negatif 5D25
Ujung kiri (H) 3D22 +
2 Kiri 667.33 3595 701.859 946.651
negatif 5D26
Ujung kiri (H)
3 Kanan 263.15 4D25 1963 426.432 583.867
positif
Ujung kanan (I)
4 Kiri 267.37 4D25 1963 426.432 583.867
positif
Tengah Bentang
5 Kanan dan Kiri 289.82 4D22 1521 335.276 460.624
Positif

5.1.2. Analisis Gaya Geser Berdasarkan Momen Nominal


Reaksi gaya geser diujung kanan dan kiri balok akibat gaya gravitasi yang bekerja pada
struktur dapat dicari berdasarkan nilai yang terdapat dalam analisis spasial yang telah
dirancang, dimana nilainya dapat dilihat sesuai perhitungan Rumus 5.36.

Vg = (5.36)

Keterangan :
Wu = 32,432 kN/m
ln = panjang bersih dari bentang balok

= 8000 mm – ( ) = 7075 mm = 7,075 m


Sehingga,

Vg = = 114,728 kN

Wu = 1.2 D + 1.0 L

8m

114,728 kN 114,728 kN

Gambar 5.7. Reaksi geser pada ujung-ujung balok

1. Analisis geser berdasarkan momen nominal


a. Struktur bergoyang ke kanan

V sway_ka = = = 216,328 kN

Total reaksi geser di ujung kiri balok = 114,728 – 216,328


= -101,600 kN (ke bawah)
Total reaksi di ujung kanan balok = 114,728 + 216,328
= 331,056 kN (ke atas)
b. Struktur bergoyang ke kiri

V sway_ki = = = 216,328 kN

Total reaksi geser di ujung kiri balok = 114,728 + 216,328


= 331,056 kN (ke atas)
Total reaksi di ujung kanan balok = 114,728 – 216,328
= -101,600 kN (ke bawah)
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat digambarkan diagram gaya gesernya sesuai
dalam Gambar 5.8.
Wu = 32,432 kN Wu = 32,432 kN
946,651 kN 946,651
kN

216,328 kN 216,328 kN 583,867 kN


583,867 kN
216,328 kN 216,328 kN

114,728 kN 114,728 114,728 kN 114,728 kN


kN

331,056 kN 331,056 kN

-101,600 kN -101,600 kN

Gambar 5.8.Diagram gaya geser berdasarkan momen probabilitas

5.1.3. Sengkang pada Gaya Geser


SNI 03-2847-2013 Pasal 21.5.4.2. menyebutkan bahwa kontribusi beton dalam menahan
geser, yaitu Vc harus diambil = 0 pada perencanaan geser di daerah sendi plastis apabila
1. Gaya geser Vsway akbiat sendi plastis di ujung-ujung balok melebihi ½ (atau lebih)
kuat geser perlu maksimun, Vu di sepanjang bentang, dan
2. Gaya tekan aksial terfaktor, termasuk akibat pembebanan gempa, kurang dari Agfc’
/ 20
Jika salah satu dari kedua hal diatas tidak dipenuhi, maka perhitungan V C mengikuti aturan
desain non-gempa. Reaksi ujung-ujung balok akibat pembebanan gravitasi adalah 114,78 kN
arah kiri, dan 114,58 kN arah kanan untuk goyangan gempa.

Untuk gerakan gempa ke arah kanan, gaya geser akibat momen gempa dan gravitasi adalah -
101,600 kN di muka kolom kiri dan 331,056 kN di muka kolom kanan. Vsway_ka = 216,328 kN
pada dasarnya sudah melebihi 1/2 dari nilai gaya geser perlu maksimum di ujung kanan
balok. Begitu pun halnya ketika struktur bergerak ke kiri, reaksi total di masing-masing ujung
kiri dan kanan adalah 331,056 kN serta 101,600 kN. Vsway_ki = 104,38 kN melebihi setengah
gaya geser perlu maksimum di muka kolom kiri. Untuk hasil analisis gaya geser dapat dilihat
pada Tabel 5.9.

Arah gerakan Perletakan Kiri joint (H) Perletakan Kanan J0int (I)
V sway

Vu 1/2 Vu Vu 1/2 Vu
Gempa
(KN) (KN) (KN) (KN) (KN)
Kanan 216,328 101,600 50.7998 331,056 165.5278

Kiri 216,328 331,056 165.5278 101,600 50.7998

Tabel 5.9. Vsway dan Vu Balok

Berdasarkan hasil analisis struktur, gaya aksial tekan terfaktor akibat gaya gempa dan
gravitasi adalah 4,9816 kN. Sedangkan Agfc’ / 20 = (450 mm x 700 mm x 30 N/mm2) / 20) x
10-3 = 472,5 kN > 0 kN. Maka, dari itu dapat diketahui sebagai berikut.
1. Vsway > ½ Vu untuk kedua perletakan akibat goyangan ke arah kiri atau pun ke arah
kanan, sehingga telah memenuhi syarat.
2. Gaya aksial tekan terfaktor akibat gempa dan gravitasi < Agfc’ / 20 , sehingga
perencanaan tulangan geser dilakukan dengan memperhitungkan kontribusi beton
Vc = 0 di sepanjang zona sendi plastis di masing-masing muka kolom.
Sehingga, dari pernyataan di atas bisa langsung dilakukan perhitungan untuk menentukan
sengkang yang berguna dalam menahan gaya geser
1. Muka Perletakan Kiri
a. Gaya geser maksimum dari hasil analisis momen nominal penampang V u =
331,056 KN
Vs = - Vc = – 0 = 441,408 kN

b. Maksimum Vs
√ √
Vs_max = bwd = x 450 x 605 = 994,116 kN

Vs = 441,408 kN < 994,116 KN. Syarat Vs maksimum terpenuhi.


Spasi tulangan diatur melalui Rumus 5.37

= (5.37)

Coba tulangan sengkang D 10 dengan 4 kaki (Av = 314.159 mm2)

s= = = 172,237 mm (gunakan spasi 170 mm).

Tabel 5.10. Sengkang untuk gaya geser perletakan kiri


Jenis Dimensi Jumlah Av s
Diameter Luas/bar
D (mm) (mm2) buah mm2 mm
10 10 78.5 4 314.159 170

Vs = = = 447,215 kN
Karena nilai VS tulanagan= 447,215 kN telah melebihi nilai VS struktur = 441,408 kN,
maka tulangan yang akan dipasang telah memenuhi syarat oleh karena itu dapat
digunakan sengkang 4 kaki D10 dengan spasi 170 mm.
2. Muka Perletakan Kanan
a. Gaya geser maksimum dari hasil analisis momen nominal penampang V u =
331,056 KN

Vs = - Vc = – 0 = 441,408 kN

b. Maksimum Vs
√ √
Vs_max = bwd = x 450 x 605 = 994,116 kN

Vs = 441,408 kN < 994,116 KN. Syarat Vs maksimum terpenuhi.


Spasi tulangan diatur melalui Rumus 5.38

= (5.38)

Coba tulangan sengkang D 10 dengan 4 kaki (Av = 314.159 mm2)

s= = = 172,237 mm (gunakan spasi 170 mm).

Tabel 5.11. Sengkang untuk gaya geser perletakan kanan


Jenis Dimensi Jumlah Av s
Diameter Luas/bar
D (mm) (mm2) buah mm2 mm
10 10 78.5 4 314.159 170

Vs = = = 447,215 kN

Karena nilai VS tulanagan= 447,215 kN telah melebihi nilai VS struktur = 441,408 kN,
maka tulangan yang akan dipasang telah memenuhi syarat oleh karena itu dapat
digunakan sengkang 4 kaki D10 dengan spasi 170 mm.
3. Ujung Zona Sendi Plastis
Gaya geser maksimum, Vu di ujung zona sendi plastis, 1400 mm dari muka kolom,
adalah 331,056 kN – (1.4 m x 32,432 kN/m) = 285,651 kN. Di zona ini, kontribusi
Vc dapat diperhitungkan, yaitu :
√ √
Vc = bwd = = 248,529 kN

Maka :

Vs = - Vc = – 248,529 = 132,339 kN

Coba tulangan sengkang 2 kaki diameter 10 mm (Av = 157,079).


s= = = 287,242 mm

Tabel 5.12. Sengkang untuk zona ujung sendi plastis


Jenis Dimensi Jumlah Av s
Diameter Luas/bar
D (mm) (mm2) buah mm2 mm
10 10 78.5 2 157 280

Vs = = = 135,693 kN

Karena nilai VS tulanagan = 135,693 kN telah melebihi nilai VS struktur = 132,339 kN,
maka tulangan yang akan dipasang telah memenuhi syarat oleh karena itu dapat
digunakan sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 280 mm.

Berdasarkan peraturan SNI pasal 21.5.3.1: diperlukan hoops (sengkang tertutup) di sepanjang
jarak 2h dari sisi (muka) kolom terdekat.
2h = 2 x 600 = 1200 mm
SNI pasal 21.5.3.2. hoops pertama dipasang pada jarak 50 mm dari muka kolom terdekat, dan
yang berikutnya dipasang dengan spasi terkecil di antara,
1. d/4 = 605/4 = 151,250 mm
2. 8 x diameter tulangan longitudinal terkecil = 8 x 22 = 176 mm
3. 24 x diameter tul hoop = 24 x 10 = 240
4. 300 mm

Tapi, tidak perlu kurang dari 100 mm. dengan demikian, tulangan sengkang di daerah sendi
plastis (yaitu daerah sepanjang 2h = 1,4 m dari muka kolom) menggunakan sengkang tertutup
2 kaki D10 yang dipasang dengan spasi 280 mm. SNI pasal 21.5.3.2. spasi maksimum
tulangan geser sepanjang balok SRPMK adalah d/2.

Smax = = = 302,5 mm

Dari hasil perhitungan diatas, untuk bentang di luar zona sendi plastis, menggunakan
sengkang 2 kaki D10 dengan spasi 280 mm telah memenuhi syarat.

5.1.4. Sambungan–Lewatan untuk Bentang Menerus


Berdasarkan SNI Pasal 21.5.2.1, setidaknya harus ada 2 buah baja tulangan yang dibuat
kontinyu di bagian atas dan bagian bawah penampang. Pada laporan kali ini tulangan tersebut
tersebut terpasang pada bagian atas balok dengan jumlah dan diameter 2D25
Momen di tengah bentang dapat berupa momen positif (tekan) atau momen negatif (tarik)
yang relatif kecil. Karena baja tulangan yang disediakan di tengah bentang pada dasarnya
ditentukan oleh syarat detailing, maka SNI beton Pasal 7.10.4.5 mengizinkan sambungan
lewatan kelas A untuk penyambungannya, dengan panjang penyaluran l d, di mana ld = 48db.

Berdasarkan SNI beton Pasal 21.7.5.2, nilai panjang penyaluran ini tidak boleh kurang dari
3,25 kali panjang tulangan terkait yang dihitung berdasarkan Rumus 5.39 berikut.

ldh = (5.39)

Sesuai dengan rumus di atas, maka dapat diketahui nilai l dh dalam perhitungan berikut.

ldh = = = 13,524db
√ √

Dalam contoh ini, baja tulangan terbesar yang harus disalurkan adalah baja tulangan D25.
Jadi, ld = 48db = 48 x 25 = 1200 mm = 1,2 m. Nilai spasi dari hoops yang dipasang pun tidak
boleh melebihi nilai spasi maksimum, yaitu yang terkecil di antara d/4 dan 100 mm.

smax = = = = 159,375 mm

dari pernyataan di atas, maka nilai spasi antar hoops (sengkang) diambil sebesar 100 mm.

5.1.5. Rekapitulasi Detailing Lentur dan Geser


Hasil perhitungan dari balok sendiri direkapitulasi pada sub bab kali ini mencangkup jumlah
tulangan serta besaran dari diameter yang digunakan serta gambarnya (Gambar 5.9). Nilai-
nilai dari tulangan tersebut dapat dilihat sebagai berikut.
1. Untuk memikul momen negatif dimuka tumpuan kanan, dipasang 3D22 dan 5D25
dua lapis, dengan spasih bersih antar lapis 4 cm.
2. Untuk memikul momen positif di muka tumpuan kanan, dipasang 4D25 satu lapis.
3. Untuk memikul momen negatif dimuka tumpuan kanan, dipasang 3D22 dan 5D25
dua lapis, dengan spasih bersih antar lapis 4 cm.
4. Untuk memikul momen positif di muka tumpuan kanan, dipasang 4D25 satu lapis.
5. Untuk memikul momen positif di tengah bentang dipasang 4D22 satu lapis.
6. Untuk memenuhi persyaratan kuat momen minimum penampang di sepanjang
balok, khususnya momen negatif, tulangan atas 2D22 diteruskan sepanjang balok
untuk memenuhi kebetuhan momen negatif di tengah bentang.
7. Untuk memikul geser di zona sendi plastis balok bagian kiri, dipasang sengkang
tertutup D10 dengan spasi 50 mm untuk sengkang pertama, dan D10 dengan spasi
120 mm untuk sengkang-sengkang berikutnya.
8. Untuk memikul geser di zona sendi plastis balok bagian kanan, dipasang sengkang
tertutup D10 dengan spasi 50 mm untuk sengkang pertama, dan D10 dengan spasi
120 mm untuk sengkang-sengkang berikutnya.
9. Untuk memikul geser di luar zona sendi plastis, dipasang tulangan sengkang 2 kaki
berdiameter D10 dengan spasi 280 mm. Untuk daerah sambungan lewatan (di
tengah bentang), pasang sengkang tertutup D10 dengan spasi 100 mm.

Gambar 5.9. Detailing tulangan pada balok

5.2 Desain Elemen Kolom SRPMK


Analisis desain elemen kolom yang akan direncanakan pada laporan ini merupakan desain
tulangan pada tiga kolom yang pada denah sebelumnya telah dimodelkan. Perhitungannya
pun akan dijelaskan sesuai dengan pemilihan kolom yang akan dirancang, dimana kolom
yang akan dipilih merupakan kolom dengan spesifikasi dan tahapan perhitungannya sebagai
berikut.
1. Spesifikasi kolom
a. Lebar balok (b) = 925 mm
b. Tinggi balok (h) = 925 mm
c. Kuat tekan beton (mutu, fc’) = 30 MPa
d. Kuat tekan leleh tulangan lentur (fy) = 400 MPa
e. Kuat leleh tulangan geser (fy) = 400 MPa
f. Selimut beton (dS) = 40 mm
g. Faktor reduksi kuat lentur (ø) = 0,75
h. Modulus elastisitas beton (E) = 25742,96 Mpa
i. Modulus elastisitas baja (ES) = 200000 Mpa
j. Luas penampang (Ag) = 855625 mm2
2. Gaya-gaya dalam
Untuk rekapitulasi gaya-gaya dalam, disajikan pada Tabel 5.13
Tabel 5.13.Rekap gaya dalam pada kolom
Gaya
Momen Shear
Kolom Aksial
(KNm) (KN)
(KN)
Kolom di lantai atas (Lantai 4)
1.2 D + 1.6 L 3731,862
Kolom yang didesain (Lantai 3)
1.2 D + 1.6 L 5219,621
1.2 D + 1.0 L
Goyangan ke 4826,204 47,706 16,073
kanan
Goyangan ke kiri 4983,619 47,706 16,073
Kolom di lantai bawah (Lantai 2)
1.2 D + 1.6 L 6647,352

5.2.1. Desain Penulangan Kolom


Desain penulangan untuk kolom sendiri memiliki beberapa tahap yang dilakukan.
Perhitungannya pun meliputi beberapa parameter yang terdapat dalam spesifikasi di atas, dan
berikut ini adalah tahapan-tahapan melakukan desain penulangan pada kolom.

5.2.1.1 Pengecekan kolom pada syarat gaya aksial terfaktor


Berdsarkan SNI 03-2874-2013 pasal 21.6.1 menyatakan bahwa komponen lentur SRPMK
harus memenuhi hal-hal berikut:
1. Gaya aksial tekan terfaktor maksimum yang bekerja pada kolom harus melebihi
0.1 Agfc’.
Pu = 5219,621 kN
0,1 Agfc’. = 0,1 x (925 x 925) x 30
= 2566,875 KN
0.1 Agfc’ = 2566,875 KN < Pu = 5219,621 KN
Sehingga, kolom yang direncanakan memenuhi syarat komponen lentur.
2. Sisi terpendek penampang kolom ≥ 300 mm (30 cm)
Sisi terpendek kolom, b = 925 mm
b ≥ 925 mm
Sehingga, sisi terpendek kolom yang direncanakan dapat digunakan.
3. Rasio dimensi penampang tidak kurang dari 0.4

= = 1 ≥ 0.4

Sehingga, rasio dimensi penampang yang direncanakan dapat digunakan.

5.2.1.2 Pengecekan konfigurasi penulangan


Dari hasil desain berdasarkan gaya dalam dimensi kolom yang digunakan adalah 925 x 925
dengan 20 buah tulangan D25
Tabel 5.14. Luas tulangan kolom

Dimensi Diameter
Jenis (D) Luas Jumlah As (mm2)
(mm)
25 25 490.9 20 9817,477

Rasio tulangan, ⍴g dibatasi tidak kurang dari 0.01 dan tidak lebih dari 0.06.

⍴g = = 0.01147

Pada hasil diatas dapat diketahui ⍴g yang diperoleh tidak kurang dari 0,01 dan tidak lebih dari
0,06. Sehingga penulangan yang direncanakan dapat digunakan.

Gambar 5.10. Diagram tegangan-regangan

5.2.1.3 Kuat kolom


Berdasarkan SNI Pasal 21.6.2.2 Kuat Kolom ∅ Mn harus memenuhi ∑Mc ≥ 1,2 ∑Mg
Dimana:
∑Mc = Jumlah Mn dua kolom yang bertemu join,
∑Mg = Jumlah Mn dua balok yang bertemu di join (termasuk sambungan
tulangan pelat di selebar efektif pelat lantai)

Dalam hitungan ini, karena tulangan pelat tidak didesain, diambil pendekatan konservatif
dengan momen -momen yang diperhitungkan adalah momen desain (∅ Mn), akibat goyangan
ke kanan ∅ Mn ujung balok 9EI-2 Seperti terlihat pada Gambar 5.11 dan konfigurasi
penulangan dan kapasitas momen penampang dari balok yang ditampilkan pada Tabel 5.15.

Tabel 5.15.Rekapitulasi Gaya Dalam pada Kolom


Momen As ØMn Mpr
Kondisi Lokasi Arah Gempa Reinforcement
2
Mu (KNm) (mm ) (KNm) (KNm)
1 Ujung Kanan (I) Negatif Kanan 653.39 3D22 + 5D25 3595 701.859 946.651

2 Ujung kiri (H) negatif Kiri 667.33 3D22 + 5D26 3595 701.859 946.651

3 Ujung kiri (H) positif Kanan 263.15 4D25 1963 426.432 583.867

4 Ujung kanan (I) positif Kiri 267.37 4D25 1963 426.432 583.867

5 Tengah Bentang Positif Kanan dan Kiri 289.82 4D22 1521 335.276 460.624

Kolom
Lantai 4

Balok Kiri
9DE-3 Balok Kanan
9EI-3

ØMn
701,859 kN-m

ØMn
426,432 kN-m
Kolom
Lantai 2

Catatan: Gambar hanya memperlihat konfigurasi arah dan besaran momen nominal, jumlah tulangan diabaikan.

Gambar 5.11. Ilustrasi balok akibat goyangan struktur


Jadi 1,2 ∑Mg = 1,2 x (946,651 + 483,867) =1836,622 KN-m
1. Kolom lantai atas (lantai 4)
∅Pn-abv = gaya aksial terfaktor di kolom atas (tabel 5.)
= 3731,862 KN
Dari diagram interaksi kolom ∅Pn-abv bersesuaian dengan,
∅ Mn = 2500 KN-m
2. Kolom lantai desain (lantai 3)
∅Pn-abv = gaya aksial terfaktor di kolom atas (tabel 5.)
= 5219,621 KN
Dari diagram interaksi kolom ∅Pn-abv bersesuain dengan,
∅ Mn = 2850 KN-m
Dengan dimensi kolom lantai 4 dan lantai 3 yang sama maka menghasilkan
diagram interaksi kolom sebagai berikut:

Diagram Interaksi Kolom

∑Mc = ∅ Mn – abv + ∅ Mn-dsn


∑Mc = 2500 + 2850 = 5350 kN-m > 1,2 ∑Mg = 1147,333 kN-m
Dari perhitungan diatas, dapat diketahui bahwa kolom lantai desain dapat
digunakan karena memenuhi persyaratan yang ada.
5.2.1.4 Desain Tulangan Pengekang
Pada SNI Pasal 21.6.4.4. Total luas penampang hoops tidak kurang dari salah satu yang
terbesar antara :

Ash = 0.3 x ( )( ) dan =

Coba tulangan berdiamter D19 untuk hoops


Tabel 5.16. Luas tulangan pengekang
Dimensi Diameter
Jenis (D) Luas Jumlah As (mm2)
(mm)
16 16 201,062 4 804,248

bc = lebar penampang inti beton (yang terkekang)


= bw – 2 ( 40 + ½ db)
= 925 – 2 ( 40 + ½ 16) = 829 mm
Ach = luas penampang inti beton, diukur dari serat lerluar hoops ke serat
terluar hoops di sisi lainnya.
=( )x( )
= x = 714025 mm2
Sehingga:

Ash = 0.3 ( )( )

= 0.3 ( )( ) = 3,699 mm2/mm

Dan:

Ash =

= = 5,596 mm2/m

Jadi diambil nilai yang terbesar yaitu 5,596 mm2/m


Pada SNI 21.6.4.3 Spasi maksimum adalah yang terkecil diantara:
1. ¼ dimensi penampang kolom terkecil = 925/4 = 231,25 mm
2. 6 kali diameter tulangan longitudinal = 6 x 25 = 150 mm
3. so menurut persamaan :

so ≤ 100 +

Dengan hc = lebar penampang inti beton (yang terkekang)


= (h-2(Sb + 0.5 D) = 829 mm
Maka hx = 2/3 hc = 2/3 x 829 = 552,667 mm atau
= spasi horizontal maksimum kaki pengikat silang: 350 mm
S0 = 100 + ((350 – 350) = 100 ≤ 150 mm

Namun sx tidak melebihi 150 mm dan tidak perlu lebih kecil dari 100 mm.
Coba gunakan spasi 100 mm
Ash-1 = 3,699 mm2/m x 100 mm = 369,9 mm2
Ash-2 = 5,596 mm2/m x 100 mm = 559,6 mm2
Jadi gunakan 4 kaki baja D16 dengan luas = 804,248 mm2 > 559,6 mm2
Dari hasil diatas, maka kebutuhan Ash-min terpenuhi.

Pada SNI Pasal 21.6.4.1 untuk tulangan hoop tersebut diperlukan sepanjang I0 dari
ujung-ujung kolom I0 dipilih tersebar diantara
1) Tinggi elemen kolom h, di join = 925 mm
2) 1/6 tinggi bersih kolom = 1/6 x 3300 = 550 mm
3) 450 mm
Dengan demikian diambil I0 = 925 mm

Pada SNI Pasal 21.6.4.5 untuk sepanjang sisa tinggi kolom bersih (tinggi kolom
total dikurangi I0 di masing- masing ujung kolom) diberi hoops dengan spasi
minimum 150 mm, atau 6 kali diameter tulangan longitudinal, yaitu 6 x 25 mm =
150 mm.

5.2.1.5 Desain Tulangan Geser


1. Ve tidak perlu lebih besar dari Vsway yang dihitung berdasarkan Mpr balok :

Vsway =

Dengan :
DF = faktor distrubusi momen dengan di bagian atas dan bawah kolom
didesain. Karena kolom di lantai atas dan bawah mempunyai
kekakuan yang sama, maka
DFtop = 0,5
DFbtm = 0,5
Mpr–top dan Mpr–btm adalah penjumlahan untuk masing-masing balok di lantai
atas dan bawah di muka kolom interior.
Vsway =

Vsway =

= 463,793 kN
Tapi Ve tidak boleh lebih kecil dari gaya geser terfaktor hasil analisis yaitu 16,073
kN
Dari hasil diatas, maka menurut persyaratan yang ada Ve-min terpenuhi.
Jadi, ambil Ve = 146,405 KN
Vc dapat diambil = 0 jika Ve akibat gempa lebih besar dari ½ Vu dan gaya aksial
terfaktor pada kolom tidak melampaui 0.05 Agfc’.
Selain itu, Vc dapat diperhitungkan. Kenyataannya, pada kolom yang didesain,
gaya aksial terfaktor mealampaui 0,05 Agfc’. Jadi Vc boleh diperhitungkan.
Vc = √

= √ x 925 x 856,5 = 723,233 kN

2. Pengecekan kebutuhan tulangan geser.

> Vc

= = 618,391 KN dan Vc = 361,617 KN


> Vc, jadi perlu tulangan geser


3. Pengecekan kecukupan pemasangan tulangan geser.


Vc + √ . bw.d = 2892,934 KN

Vc + √ . bw.d = 3616,167 KN

Vc + √ . bw.d = 2169,700 KN

½ Vc < < Vc = 361,617 < 618,391 < 723,233


Dari perhitungan diatas, maka diperlukan sengkang minimum


< Vc + √ . bw.d= 618,391 kN < 2892,934 kN

Dari perhitungan diatas, maka memenuhi persyaratan.


Av-min = = 77,083 mm2

Sementara itu,
Ash untuk 3 kaki D19 = 850,586 mm2 > Av-min = 77,083 mm2
Dari perhitungan diatas, maka tulangan yang didesain dapat digunakan.
4. Untuk bentang diluar Io
Pada SNI memberikan harga Vc bila ada gaya aksial yang bekerja:

Vc = 0.17 ( )λ √ bwd

Dengan:
Nu = gaya tekan aksial terkecil dari kombinasi
λ = 1, untuk beton normal, dan dinyatakan dalam MPa.

Gaya aksial tekan terkecil dalam contoh ini adalah gaya aksial tekan hasil
kombinasi pembebanan SNI beton Pasal 9.2.1, yaitu
Nu = 0,72 DL + 0,72 SDL – 1,3 EQX + 1,3 EQY = 1849,735 kN

Vc = 0.17 ( )λ √ bwd

= 0.17 ( )x1x√ x 925 x 856,5 = 737,955 kN

Karena Vc melebihi untuk bentang kolom di luar Io, maka tulangan sengkang

tidak dibutuhkan untuk geser pada bentang tersebut, tetapi hanya untuk
confinement.

5.2.1.6 Desain Lap Splice


1. SNI Pasal 23.4.3.2
Lap slice hanya boleh dipasang di tengah tinggi kolom, dan harus diikat dengan
tulangan sengkang (confinement).
Sepanjang lap slice, spasi tulangan transversal dipasang sesuai spasi tulangan
confinement di atas, yaitu 100 mm
2. SNI Pasal 14.17.2.2
Digunakan Class B Lap Slice jika semua tulangan di salurkan di lokasi yang sama.
Panjang lewatan Kelas B = 1.3 Id
Untuk baja tulangan dengan diameter 25 mm, Id = 45d (Tabel 11 SNI beton Pasal
14.2.2)
1,3 Id = 1,3 x 1125 mm = 1462,5 mm ≈ 1500 mm ≈ 1,5 m
3. SNI Pasal 14.17.2.4
1.3 Id dapat dikurangi dengan cara dikalikan 0,83, jika confinement sepanjang
lewatan mempunyai area efektif yang tidak kurang dari 0.0015 h x s. Untuk s =
100 mm, Area efektif = 0.0015 x 925 mm x 100 mm = 138,75 mm2
Area hoops = 804,248 mm2
Dengan demikian, lap splice menjadi: 0,83 x 1500 = 1245 mm≈1,3 m
Untuk desain lap splice disajikan pada Gambar 5.12.

Gambar 5.12. Detailing tulangan pada kolom

5.3. Analisis Elemen Join


Analisis elemen join yang dilakukan pada laporan kali ini merupaka join yang menjadi titik
pertemuan anatara kolom 9E-2 dengan kolom 9E-3 atau dengan kata lain join yang ditinjau
merupakan join 9E-2.

Join 9E-2

Gambar 5.13. Join struktur yang dianalisis


5.3.1. Luas efektif join
Penentuan luas efektif join dapat dilakukan dengan menggunakan perhitungan sesuai pada
SNI Pasal 21.7.4.1 yang nilainya dinyatakan dalam notasi AJ.
AJ = bcoloumn × hcoloumn = 925 mm × 925 mm
= 855625 mm2
Pada SNI Pasal 21.7.2.3 untuk panjang join yang diukur paralel terhadap tulangan lentur
balok yang menyebabkan geser di join sedikitnya 20 kali db longitudinal terbesar.
Panjang join = 20db = 20 × 25 mm
= 500 mm

5.3.2. Penulangan Transversal untuk Confinement


Pada SNI Pasal 21.7.3.1 harus ada tulangan confinement dalam joint. Pada SNI Pasal 21.7.3.2
untuk join interior, jumlah tulangan confinement yang dibutuhkan setidaknya setengah
tulangan confinement yang dibutuhkan di ujung-ujung kolom. Dari langkah dalam desain
kolom, diperoleh bahwa :
0,5 Ash/s = 0,5 x 5,596 mm2/m
= 2,798 mm2/m
Spasi vertikal hoops diizinkan untuk diperbesar hingga 150 mm, jarak bersih antar tulangan
tekan dan tulangan tarik adalah 450 mm. coba pasang tiga hoops. Yang pertama dipasang
pada jarak 50 mm di bawah tulangan atas. Area tulangan hoops dibutuhkan = 150 mm
2
x 2,798 mm /m
= 419,7 mm2
Dari perhitungan di atas, maka dicoba gunakan baja tulangan diameter 13 mm 4 kaki, dan
nilai AS dari tulangan tersebut dapat dilihat dalam Tabel 5.17.

Tabel 5.17. Tulangan tranversal yang digunakan


Dimensi
Jenis Jumlah As
Diameter Luas/bar
D (mm) (mm2) buah (mm2)
13 13 132.7322896 4 530.9292

Sesuai yeng tertera pada tabel di atas, maka dengan menggunakan diameter tulangan D13
dengan 4 kaki nilainya telah memenuhi syarat AS-butuh < AS-desain.
5.3.2. Pengecekan Gaya Geser pada Join
Balok yang memasuki join memiliki probable moment (ujung kanan 9DE-2) = 946.65 kN-m
(goyang kanan) dan probable moment (ujung kiri 9EI-2) = 583.87 kN-m. pada join, kekakuan
kolom atas dan kekakuan kolom bawah sama, sehingga DFtop = DFbottom = 0,5 untuk kolom,
sesuai dengan pernyataan tersebut maka,

Me = = 765,26 kNm

Mencai nilai geser pada kolom atas,

Vsway =

= = 463,794 kN

Di bagian lapis atas balok, tulangan yang dipakai adalah 3D22 + 5D25, AS = 3595 mm2. Gaya
tarik yang bekerja pada baja tulangan balok di bagian kanan dapat dilihat sebagai berikut.
T1 = 1,25AS × fy = (1,25 × 3595 × 400) × 10-3 = 1797,384 kN
Sehingga, nilai gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan memiliki nilai yang sama
besar dengan T1, yaitu 1797,384 kN. Untuk nilai gaya tarik kiri T 2 dapat dilihat sebagai
berikut (tulangan yang digunakan 3D22 + 5D25, AS = 3595 mm2).
T2 = 1,25AS × fy = (1,25 × 3595 × 400) × 10-3 = 1797,384 kN
Sehingga, nilai gaya tekan yang bekerja pada balok ke arah kanan memiliki nilai yang sama
besar dengan T2, yaitu 1797,384 kN. Dan dari perhitungan-perhitungan di atas, maka gaya
geser yang terjadi pada join tersebuut dapat dilihat sesuai perhitungan berikut.
Vu = VJ = Vsway – T1 – C2
= 463,794 kN – 1797,384 kN – 1797,384 kN
= 3130,973 kN
Adapun free-body dari perhitungan di atas dapat dilihat dalam Gambar 5.14.

5.3.3. Kuat Geser Nominal Join


SNI Pasal 23.5.3(1) menyatakan bahwa kuat geser nominal join yang dikekang di keempat
sisinya dapat diperhitungkan sesuai dengan Rumus 5.40.
Vn = 1,7√ (5.40)
Dengan menggunakan perhitungan tersebut, maka dapat diketahui nilai dari gaya geser
nominal (Vn) yang terjadi pada join.
Vn = 1,7√
= (1,7√ ) 10-3 = 7966,967 kN
∅Vn = 0,75Vn = 0,75 × 7966,967 = 5975,225 kN
= 5975,225 kN > Vu = 3130,973 kN
Berdasarkan perhitungan di atas, maka dapat diketahui bahwa nilai ∅Vn telah melampaui
nilai Vu, yang berarti hasil perhitungan tersebut telah memenuhi syarat.

Me Vsway
765,26 kNm
463,794 kN

Vsway T2
463,794 kN 1797,384 kN
AJ

T1 C2
1797,384 kN 1797,384 kN

Me
765,26 kNm Balok 9EI
Vu
C1 3130,973 kN
1797,384 kN
Mpr_2
Balok 9DE 583,87 kNm

Mpr_1 Me
946,65 kNm
765,26 kNm

Gambar 5.14. Diagram free-body pada join

5.4. Perhitungan Tulangan Pelat


Perhitungan pelat dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap. Tahapan-tahapan tersebut
akan dijelaskan di dalam beberapa anak sub bab yang terdapat dalam sub bab ini. Perhitungan
tersebut pula memerlukan beberapa parameter yang di antaranya dapat dilihat sebagai
berikut.
1. Mutu beton (fc’) = 30 MPa
2. Mutu baja (fy) = 400 MPa
3. Panjang pelat arah x (lx) = 4000 mm
4. Panjang pelat arah y (ly) = 4000 mm
5. Tebal pelat (t) = 120 mm
6. Perbandingan nilai (ly/lx) = 1
7. Berat jenis beton (δbeton) = 2400 N/mm3
8. Tebal efektif pelat (d) = 100 mm
5.4.1. Menentukan Beban Ultimate pada Pelat
Penentuan nilai beban ultimate dapat dilihat sesuai perhitungan berikut.
1. Menentukan berat sendiri pelat
DL = δbeton x t = 24 kN/m3 x 0,2 m
= 2,88 KN/m2
2. Menentukan beban mati tambahan pelat (SDL)
a. Beban keramik 1 cm = 24 kg/m2
b. Spesi dengan tebal 3 cm = (21 kg/m2 x 3 cm)
= 63 kg/m2/cm
c. Plafond dan penggantung = 18 kg/m2
d. Pasir = (16 kg/m2 x 3 cm)
= 48 kg/m2/cm
e. Mechanical dan electrical = 20 kg/m2 +
Total = 173 kg/m2 = 1,73 kN/m2
3. Menentukan beban hidup (LL)
LL = 488.44 Kg/m2 = 4,8844 kN/m2
4. Rekapitulasi beban
DL = DL + SDL = 2,88 kN/m2 + 1,73 kN/m2 = 4,61 kN/m2
LL = 4,8844 kN/m2
5. Menentukan beban ultimate yang terjadi
Qu = 1,2 DL+ 1,6 LL
= 1,2 × 4,61 kN/m2 + 1.6 × 4,8844 kN/m2
= 13,347 kN/m2
Dari perhitungan tersebut, maka dapat diketahui nilai Qu = 13,347 kN/m2
5.4.2. Menentukan Momen pada Pelat
Karena pelat dikekang dikeempat sisinya maka digunakan tabel momen pelat seperti yang
dapat terlihat dalam Tabel 5.18.

Tabel 5.18. Koefisien momen pelat dua arah


Karena perbandingan ly/lx = 1, maka nilai koefisien tersebut adalah sebagai berikut.
Xtx = 36
Xly = 36
Xty = 36
Menentukan momen yang bekerja pada pelat dapat dilakukan dengan menggunakan rumus-
rumus yang terdapat dalam Tabel 5.18 dan berikut perhitungannya..
Mtx = 0.001qulx2Xtx = 0.001×13,347 ×4×36 = 7,688 kNm/m
Mly = 0.001qulx2Xly = 0.001×13,347 ×4×36 = 7,688 kNm/m
Mty = 0.001qulx2Xty = 0.001×13,347 ×4×36 = 7,688 kNm/m

5.4.3. Kebutuhan Tulangan Pelat


Penentuan nilai kebutuhan tulangan pelat dilakukan dengan menggunakan beberapa tahap,
dan tahapannya dapat dilihat sebagai berikut.
1. Menentukan As perlu berdasarkan momen yang terjadi

As1 = = = 2261,146 mm2

2. Menentukan luas tulangan minimum (Asmin)


Asmin = 0.0018bd
= 0.0018×1000×0,1×10-3
= 180 mm2
3. Menentukan luas tulangan maksimum (Asmak)
Asmak = 0.0243bd
= 0.0243×1000×0,1×10-3
= 2438,438 mm2
4. Menentukan tulangan yang digunakan
Dicoba tulangan D10
As = ¼πd2 = ¼×π×162 = 201 mm2
Jumlah tulangan (n) = = = 12 permeter

Jarak antar tulangan = = = 90 mm

Dari perhitungan di atas karena momen yang terjadi arah x dan y pelat memiliki nilai yang
sama, sehingga kebutuhuan tulangan yang dipasang arah x dan y pelat sama yaitu D16-90

5.5 Perhitungan Penulangan pada Tangga


Pada perancangan tangga ini, diburuhkan hasil analisis gaya dalam yang diperoleh dengan
bantuan program SAP2000. Berdasarkan hasil perhitungan program diperoleh tegangan yang
terjadi akibat beban mati dan beban hidup sebesar 21,882 kNm, kemudian dilakukan
perhitungan secara manual. Dalam perhitungan ini, untuk penulangan pada tumpuan, pelat,
dan bordes adalah sama dengan menggunakan perenanaan tulangan lentur pada balok.

5.5.1. Perhitungan Tulangan Pelat


Data spesifikasi:
Tebal pelat (h) = 120 mm
Tebal selimut beton (sb) = 40 mm
Lebar pelat (b) = 1800 mm
Diameter tulangan diameter (D) = 16 mm
Diameter tulangan bagi (Db) = 13 mm
Kuat tekan beton (fc’) = 30 MPa
Kuat tarik tulangan (fy) = 400 MPa
Faktor reduksi = 0,8
β1 = 0,85
Mu = 27,256 kNm
Digunakan tulangan = D-16
1. Perhitungan tulangan longitudinal
a. Luas tulangan terpakai

As =( )

=( ) = 3619,115 mm2

b. Tinggi balok regangan

a =( )
=( ) = 31,539 mm

c. Tinggi efektif

d = h – sb – ( )

= 120 – 40 – ( ) = 79,6 mm

d. Momen nominal

ØMn = Ø AS fy ( )

= 0,8 x 3619,115 x 400 x ( ) = 73,923 kNm

2. Pehitungan tulangan bagi


a. Luas tulangan minimum
Asb = 0,0018 x b xh
= 0,0018 x 1800 x 120 = 388,8 mm2
b. Perhitungan spasi tulangan maksimum
Smax =5xh
= 5 x 120 = 600 mm
Smax harus ≤ 450 mm, sehingga Smax = 450 mm
c. Perhitungan spasi tulangan

S =( )

=( ) = 614,501 mm

Dari perhitungan diatas, maka diambil spasi tulangan yang terkecil yaitu
sebesar 450 mm.
d. Perhitungan luas tulangan

As =( )

=( ) = 530,929 mm2

Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai As sebesar 1194,591 mm 2 dimana nilai


tersebut lebih besar dari nilai Asb sebesar 388,8 mm 2. Maka dari itu, luas
tulangan pada pelat tangga dapat digunakan.
5.5.2. Perhitungan Tulangan Bordes
Data spesifikasi:
Tebal pelat (h) = 120 mm
Tebal selimut beton (sb) = 40 mm
Lebar pelat (b) = 900 mm
Diameter tulangan diameter (D) = 16 mm
Diameter tulangan bagi (Db) = 13 mm
Kuat tekan beton (fc’) = 30 MPa
Kuat tarik tulangan (fy) = 400 MPa
Faktor reduksi = 0,8
β1 = 0,85
Mu = 15,58 kNm
Digunakan tulangan = D-16
1. Perhitungan tulangan longitudinal
a. Luas tulangan terpakai

As =( )

=( ) = 1809,557 mm2

b. Tinggi balok regangan

a =( )

=( ) = 31,539 mm

c. Tinggi efektif

d = h – sb – ( ) = 120 – 40 – ( ) = 79,6 mm

d. Momen nominal

ØMn = Ø AS fy ( )

= 0,8 x 1809,557 x 400 x ( ) = 36,962 kNm

Dari perhitungan diatas, diperoleh hasil ØMn sebesar 36,962 kNm lebih besar
dari MUmax dengan hasil sebesar 15,58 kNm. Maka momen nominal dapat
digunakan.
2. Pehitungan tulangan bagi
a. Luas tulangan minimum
Asb = 0,0018 x b xh
= 0,0018 x 900 x 120 = 194,4 mm2
b. Perhitungan spasi tulangan maksimum
Smax =5xh
= 5 x 120 = 600 mm
Smax ≥ 450 mm, sehingga Smax = 450 mm
c. Perhitungan spasi tulangan

S =( )

=( ) = 614,501 mm

Dari perhitungan diatas, maka diambil spasi tulangan yang terkecil yaitu
sebesar 450 mm.
d. Perhitungan luas tulangan

As =( )=( ) = 265,465 mm2

Dari perhitungan diatas, diperoleh nilai As sebesar 265,465 mm 2 dimana nilai tersebut lebih
besar dari nilai Asb sebesar 194,4 mm2. Maka dari itu, luas tulangan pada bordes tangga
dapat digunakan.

Anda mungkin juga menyukai