Anda di halaman 1dari 130

PEMERINTAH KABUPATEN HALMAHERA SELATAN

DINAS KEHUTANAN
UPTD KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)
MODEL BACAN (UNIT XIII)
Jalan Raya Tomori – Labuha Bacan Tlp/Fax (09278) 2321194, 2321544
Kode Pos 97791

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN


JANGKA PANJANG
KPHP MODEL BACAN
(UNIT XIII)
DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
PROVINSI MALUKU UTARA

DISUSUN OLEH :
KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI MODEL BACAN (UNIT XIII)

LABUHA, 2014
BUKU RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG
KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII)

Digandakan dan dijilid oleh :


Pusat Pengendalian Pembangunan Kehutanan Regional IV
Tahun 2015
HALAMAN JUDUL

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG


KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII)
DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
PROVINSI MALUKU UTARA

Merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari :

KEPUTUSAN MENTERI KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA


Nomor : SK. 7580/Menhut-II/Reg.4-1/2014
Tanggal : 17 Desember 2014
KEMENTERIAN KEHUTANAN
DIRETORAT JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN
BALAI PEMANTAPAN KAWASAN HUTAN WILAYAH VI

NOMOR : LP. 69/BPKH VI-3/2014 TAHUN : 2014

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG (RPHJP)


KESATUAN PENGELOLAAN HUTAN PRODUKSI (KPHP)
MODEL BACAN (UNIT XIII)
KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
PROVINSI MALUKU UTARA
TAHUN : 2015 - 2024

MANADO,SEPTEMBER 2014
PerDirJenPlanologi_no:P.5/VII-WP3H/2012_14Mei2012_Halaman Judul

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 i


LEMBAR PENGESAHAN

RENCANA PENGELOLAAN HUTAN JANGKA PANJANG


KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII)
DI KABUPATEN HALMAHERA SELATAN
PROVINSI MALUKU UTARA

Labuha, 2014

Disusun oleh :
KEPALA UPTD KPHP MODEL BACAN (UNIT XIII),

Bachruddin Limatahu, S.Hut.


NIP. 19711106 200604 1 017

Diketahui oleh:

KEPALA DINAS KEHUTANAN KEPALA DINAS KEHUTANAN


PROVINSI MALUKU UTARA, KABUPATEN HALMAHERA
SELATAN,

M. Syukur Lila, S.Hut., M.Si. Drs. Josep Pinoke


NIP 19690505 200112 1 005 NIP 19570625 198503 1 008

DISAHKAN

PADA TANGGAL : …………………….

OLEH :

a.n. MENTERI KEHUTANAN RI


KEPALA PUSAT PENGENDALIAN
PEMBANGUNAN KEHUTANAN REGIONAL IV,

Dr.Ir. Muhammad Firman, M.For.Sc.


NIP. 19590225198603 1 002
Sumber format

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 ii


PETA SITUASI
KPHP MODEL BACAN di KABUPATEN HALMAHERA SELATAN,
PROVINSI MALUKU UTARA

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 iii


RINGKASAN EKSEKUTIF

Rencana Pengelolaan Jangka Panjang (RPHJP) Kesatuan Pengelolaan Hutan


Produksi(KPHP) Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan tahun 2015-
2024 ini disusun dan disajikan berpedoman pada Peraturan Direktur Jenderal Planologi
Kehutanan, Nomor:P.5/VII-WP3H/2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan
Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
(KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) dan Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor :P.46/Menhut-II/2013 tentang Tata Cara Pengesahan Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung Dan Kesatuan
Pengelolaan Hutan Produksi. KPHP Model Bacan memiliki luas areal ±140.808 ha dengan
fungsi Kawasan Hutan Lindung (±62.836 ha), Kawasan Hutan Produksi Terbatas (±70.212
ha), dan Kawasan Hutan Produksi (±7.760 ha).

Visi KPHP Model Bacantahun 2015-2024 yaitu “Pengelolaan hutan lestari yang
berbasis kepulauan, berbudaya dan mandiri untuk kesejahteraan masyarakat
sekitarnya”. Adapun misi KPHP Model Bacan yakni:
1. Mewujudkan kelestarian sumberdaya hutan dengan membangun partisipasi para
pihak/para pemegang kepentingan (stakeholder), meningkatkan sumber daya
manusia kehutanan, meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia yang terlibat
dalam pengelolaan sumberdaya hutan, mencegah tindakan kerusakan hutan,
meminimalkan potensi konflik pengelolaan dan pemanfaatan sumberdaya hutan,
memanfaatkan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam pengelolan sumberdaya hutan,
dan merevitalisasi kearifan lokal dalam pengelolaan sumberdaya hutan.
2. Mewujudkan masyarakat yang sejahtera dengan terpenuhinya hajat hidup yang
mencakup kebutuhan sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan dan lapangan
kerja, keamanan dan keselamatan diri dan lingkungannya, serta pemenuhan
aktualisasi eksistensi kepribadian.
3. Mewujudkan pengelolaan sumberdaya hutan yang mandiri dengan mengembangkan
produk hutan yang memiliki prospek ekonomi, mengoptimalkan fungsi
kawasanHutan Produksi (HP) dan Hutan Lindung (HL), mengoptimalkan
pemanfaatan jasa lingkungan dan memberdayakan ekonomi masyarakat.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 iv


Capaian-capaian utama dari RPHJP KPHP Model Bacanantara lain:
1. Tertatanya blok-blok dan petak-petak pengelolaan hutan dalam KPHP Model
Bacan seluas lebih kurang 140.808 ha yang terdiri 9 blok pengelolaan yang
meliputi pada kawasan HP 433 petak pengelolaan dan 3 blok pengelolaan
yang meliputi 362 petak pengelolaan pada HL secara bertahap dan
berkelanjutan.
2. Tersusunnya perencanaan hutan lanjutan untuk KPHP Model Bacan, yakni:
RPHJP 2025-2034, dan RPH-RPH Jangka Pendek/Tahunan untuk tahun 2016
sampai tahun 2024.
3. Terbangunnya database KPHP Model Bacan berbasis pengelolaan komoditas
pada setiap blok dan petak.
4. Terbangunnya lembaga KPHP Model Bacan yang professional, efektif dan
efisien dengan perkembangan mulai dari Unit Pelaksana Teknis Daerah
(UPTD) menjadi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) dengan Pola
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum Daerah (PERATURAN
PEMERINTAHK-BLUD).
5. Tersedianya sarana dan prasarana operasional KPHP Model Bacan yang
memadai untuk tingkat Resor Polisi Hutan (RPH).
6. Terbentuk dan terbinanya 30 kelompok tanihutan (KTH) dan 20 koperasi
sebagai lembaga usaha kelompok dari masyarakat lokal sekitar KPHP Model
Bacan.
7. Terlaksananya pengelolaan hutan lestari KPHP Model Bacan melalui
kegiatan-kegiatan: penyuluhan kehutanan dan patroli hutan yang intensif dan
berkelanjutan, pemberantasan illegal logging dan penurunan areal perambahan
kawasan, pengendalian kebakaran hutan, dan penurunan jumlah kejadian
konflik tenurial.
8. Terwujudnya pengembangan obyek wisata alam dan jasa lingkungan lainnya
melalui kemitraan dengan KPHP Model Bacan
9. Terlaksananya reboisasi dan pengkayaan tanaman hutan secara partisipatif
dalam KPHP Model Bacan dan
10. Tersusunnya rencana pengembangan usaha (business plan) dan kemitraan
pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (HHK), Hasil Hutan Buka Kayu (HHBK),
perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada wilayah tertentu dalam
KPHP Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 v


Jenis pohon/tanaman unggulan yang tumbuh alami dan akan dikembangkan dalam
RPHJP KPHP Model Bacantahun 2015-2024 antara lain: HHK Kelompok
Meranti/Komersial Satu seperti tegakan kenari (Canarium hirsutum), nyatoh (Palaquium
javense), matoa (Pometia pinnata), meranti (Shorea sp.), susu (Alstonia scholaris).HHK
Kelompok Rimba Campuran/Komersial Dua seperti tegakan pala hutan (Myristica fatren),
gofasa (Vitex sp.), raja (Koompassia malaccensis), bugis (Koordensiodendron pinnatum),
taulate (Metrosideros sp.), binuang (Octomeles sumatrana), samama (Anthocepallus
micropillus). dan lain-lain.HHK kelompok kayu eboni/kayu indah satu seperti tegakan
malambua (Diospyros sp.), mologotu (Diospyros ebenum).HHK kelompok kayu indah dua
seperti tegakan cempaka (Lipiniopsis ternatensis), mangga hutan (Mangifera indica), cina
(Casuarina sumatrana).HHK kelompok kayu belum dikenal seperti tegakan hiru (Vatica
papuana), suling (Drupetes sp.), badenga (Neonauclea schlechteri).Serta jenis HHBK
seperti damar, aren, kayu putih, bambu, pala, kemiri, durian, manggis, leci, matoa, dan
tanaman Multi purpose tree spices (Mpts) serta tanaman produktif di bawah tegakan atau
tanaman non-HHBK seperti kelapa, cengkeh, kopi, kakao dan tanaman ikutan lainnya.

Target rencana kegiatan RPHJP KPHP Model Bacan tahun 2015-2024 sebagai
berikut;
1. Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada seluruh wilayah minimal
sekali setiap 5 tahun, meliputi: inventarisasi potensi tegakan tiap blok dan/atau petak
pada Blok-blok Wilayah Tertentu seluas lebih kurang 68.086,06 ha atausebanyak 513
petak dan Blok-blok Bukan Wilayah Tertentu seluas lebih kurang 72.722 ha atau
sebanyak 282 petak dengan rincian Blok-blok Wilayah Tertentu sebagai berikut:
a. Blok-blok Pemanfaatan pada kawasan HLseluas lebih kurang 27.720 ha yang
meliputi 110 petak.
b. Blok-blok Khusus Cagar Budaya pada kawasan HL seluas lebih kurang 1.055
ha yang meliputi 5 petak.
c. Blok-blok Pemanfaatan HHBK, Jasling dan Kawasan pada kawasan HPseluas
lebih kurang 4.818 ha meliputi 46 petak.
d. Blok-blok Pemanfaatan HHK-HA pada kawasan HP seluas lebih kurang 6.324
ha meliputi 59 petak.
e. Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT pada kawasan HP seluas lebih kurang 13.485
ha meliputi 144 petak.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 vi


f. Blok-blok Pemanfaatan HHK-RE pada kawasan HP seluas lebih kurang 2.527
ha meliputi 26 petak.
g. Blok-blok Pemberdayaan Masyarakat pada kawasan HP seluas lebih kurang
11.871 ha meliputi 120 petak dan
h. Blok-blok Khusus Pendidikan pada kawasan HP seluas lebih kurang 287 ha
meliputi 3 petak.
IHMB juga dibarengi dengan inventarisasi potensi lainnya dan inventarisasi sosekbud
masyarakat sekitar KPH pada 5 pulau besar, yaitu P. Bacan, P. Kasiruta, P. Mandioli,
P. Batanglomang dan P. Kayoa serta pulau kecil lainnyatermasuk monitoring Petak
Ukur Permanen (PUP) stok karbon secara bertahap dan berkelanjutan.
2. Rekonstruksi batas dilakukan secara bertahap dan akan dikoordinasikan dengan Balai
Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VI. Target kegiatan rekonstruksi batas luar dan
batas fungsi kawasn hutan tahun 2015 dan tahun 2016 direncanakan sepanjang 600
kmdan direncanakan pengamanan dan pemeliharaan batas kawasan hutan sepanjang
300 km yang dilakukan secara rutin dan berkelanjutan.
3. Rencana pemanfaatan wilayah tertentu pada HL diarahkan untuk pemanfaatan
terbatas, yakni jasa wisata alam, jasa karbon dan jasa lingkungan lainnya.
4. Rencana pemanfaatan wilayah tertentu pada HP diarahkan untuk pemanfaatan HHK,
HHBK, jasa wisata, jasa karbon dan jasa lingkungan lainnya. Selanjutnya rencana
skema pemanfaatan wilayah tertentu dilakukan melalui skema kemitraan sesuai
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.39/Menhut-II/2013 dan Nomor :
P.47/Menhut-II/2013.
5. Pemberdayaan masyarakat dengan pembentukan KTH sebanyak 20 kelompok,
pembinaan KTH sebanyak 40 kegiatan, pengembangan tanaman produktif di bawah
tegakan seluas 5.000 ha, hasil kemasan olahan HHBK sebanyak 20 paket, pembinaan
kelompok usaha perlebahan sebanyak 2 unit, pembentukan koperasi KTH sebanyak 6
koperasi, dan fasilitasi perkreditan kemitraan sebanyak 60 kegiatan, pembentukan
forum adat sebanyak 2 kegiatan dan sosialisasi KTH sebanyak 60 kegiatan;
6. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan pada
areal yang berizinberupa:(a) sosialisasi peraturan perundangan mengenai pemanfaatan
hutan dan penggunaan kawasan hutan kepada para pemegang izin,(b) mengingatkan
para pemegang izin mengenai kewajiban yang harus dipenuhi,(c) mengingatkan para
pemegang izin yang tidak melakukan kewajibansesuai dengan aturan perundangan,
dan (d) monitoring dan evaluasi serta penilaian terhadap pelaksanaan izin.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 vii


7. Rencana rehabilitasi hutan dan konservasi tanah meliputi kegiatan reboisasi seluas
4.000 ha, pengayaan tanaman seluas 12.000 ha, pembuatan dam pengendali sebanyak
6 unit dan dam penahan sebanyak 60 unit, embung air sebanyak 8 unit, saluran
pembuangan air dan bangunan terjunan sebanyak 42 unit;
8. Pembinaan dan pemantauan (controlling) pelaksanaan rehabilitaasi dan reklamasi
hutan pada areal KPHP yang telah ada izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan berupa : (a) sosialisasi mengenai aturan perundangan yang mengatur rehabilitas
dan reklamasi hutan, (b) pembinaan atas pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan
dan melaporkan hasilnya kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada
Gubernur dan Bupati, dan (c) memberikan penilaian dan masukan terhadap
pelaksanaan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan.
9. Perlindungan hutan dan konservasi alam berupa kegiatan patroli pengamanan hutan
sebanyak 10.000 HOK, operasi fungsional sebanyak 60 kali, operasi gabungan
sebanyak 20 kali, pemberkasan sebanyak 80 paket, pengangkutan barang bukti
sebanyak 10 paket, pembangunan pos penjagaan sebanyak 10 lokasi, pembuatan portal
sebanyak 30 titik, identifikasi obyek wisata/jasa lingkungan lainnya sebanyak 20
kegiatan, pembuatan menara pemantau/pengamat kebakaran sebanyak 4 unit,
pembuatan sekat bakar dan jalur hijau sebanyak 2 unit dan penyelesaian konflik
tenurial sebanyak 30 kegiatan;
10. Mengkoordinasikan dan mensinkronisasikan rencana kerja KPHP dengan para pemegang izin
dan instansi terkait lainnya.
11. Rencana penguatan kapasitas kelembagaan KPH meliputi peningkatan dari UPTD
Dinas Kehutanan menjadi Satuan Kerja (Satker) tersendiri melalui Peraturan Daerah
Kabupaten Halmahera Selatan meliputi 2 kegiatan, yaitu : (1) Penyusunan dan
pembahasan Rancangan Peraturan Daerah (Ranperda) untuk Satker dan
(2)Penyusunan dan pembahasan Ranperda tentang PPK-BLUD KPHP Bacan. Dalam
hal ini terpenuhinya SDM KPH sebanyak 120 orang yang meliputi SDM pada kantor
KPH sebanyak 20 orang, kantor resort/lapangansebanyak 36 orang dan petugas
lapangan/Mandor sebanyak 64 orang.Selanjutnya kegiatan diklat teknis sebanyak 20
orang, pelatihan keterampilan/inhouse training/praktek kerja/studi banding/magang
mandor dan masyarakat sebanyak 300 orang dan penyusunan SOP KPH dan RPH.
12. Peningkatan sarana dan prasarana operasional serta pembangunan kantor resort KPH
sebanyak 7 unit, pembangunan rumah penjaga kantor KPH 1 unit, pemeliharaan
kantor KPH, pengadaan kendaraan operasional roda empat (4x4) 2 unit, kendaraan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 viii


roda empat truck sebanyak 4 unit, kendaraan roda dua 36 unit, perahu 40 PK sebanyak
7 unit serta perlengkapan sarana kerja perkantoran.
13. Penyediaan pendanaan diupayakan melalui dana APBN, APBD, DAK Kehutanan,
dana bagi hasil kemitraan, dana perdagangan karbon, dana hibah, dan sumber dana
lainnya yang tidak mengikat.
14. Mulai tahun 2015, KPHP Model Bacan membangun database untuk pengelolaan data
terkini dan akurat untuk penyusunan buku rencana tahunan, rencana strategis lainnya,
Neraca Sumber Daya Hutan(NSDH) dan statistik KPH.
15. Review rencana pengelolaan dan evaluasi RPHJP KPHP Model Bacan, meliputi
kegiatan evaluasi RPHJP tahun 2015-2024 dan penyusunan RPHJP tahun 2025-2034
16. Rasionalisasi wilayah kelola KPHP Model Bacan dilakukan secara bertahap mulai
dari 2 wilayah resort yaitu RPH Bacan dengan luas kawasan hutan lebih kurang
85.620 ha dan luas kawasan wilayah tertentunya lebih kurang 33.204 ha, dan RPH
Kasiruta dengan luas kawasan hutan lebih kurang 55.188 ha dan luas kawasan
wilayah tertentunya lebih kurang 34.882 hadengan pendekatan utama, yaitu:
kekompakan kawasan hutan, keutuhan ekosistem pulau dan rentang kendali secara
spasial, pembagian kewenanganserta kemampuan dalam pengelolaan hutan yakni: (1)
RPH Bacan Tenggara dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang 10.053
ha,(2) RPH Bacan Baratdaya dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang
3.300 ha,(3) RPH Bacan Timur Laut dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih
kurang 18.596 ha,(4) RPH Mandioli dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih
kurang 8.351 ha,(5) RPH Kayoa dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang
1.776 ha,(6) RPH Bacan Barat dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang
5.908 ha, dan (7)RPH Kasiruta dengan kawasan wilayah tertentu seluas lebih kurang
20.104 ha.
17. Pengembangan investasi dilakukan dengan meningkatkan promosi, temu usaha, dan
mempermudah pelayanan melalui skema kemitraan dengan pola KPH- lembaga usaha
masyarakatdalam upaya peningkatan potensi dan diversifikasi produk hasil hutan.

Pembinaan pengawasan dan pengendalian internal akan dilakukan oleh Kepala


KPHP Model Bacan baik secara langsung maupun secara tidak langsung termasuk
melaksanakan sistem pengendalian intern di tingkat KPH da RPH. Sedangkan pembinaan,
pengawasan dan pengendalian eksternal sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 ix


P.6/Menhut-II/2010 dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan yakni eselon I
terkait, Pusdal Regional IVyang dapat juga didelegasikan kepada Gubernur Maluku Utara.

Pemantauan dan evaluasi KPHP Model Bacan dilakukan secara berkala dan
berjenjang sesuai dengan tahapannya terhadap seluruh komponen kegiatan pengelolaan
hutan yang dilaksanakan. Organisasi KPHP Model Bacan melaporkan hasil akhir dari
seluruh kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala
dengan mengacu pada SOP dengan tahapan penyusunan laporan dimulai dari penyiapan
format laporan, penyusunan bahan laporan resume telaahan dan pengarsipan dokumen.
Laporan KPHP Model Bacan terdiri dari Laporan Bulanan, Laporan Triwulanan, Laporan
Semester dan Laporan Tahunan. Seluruh laporan ditandatangani Kepala KPHP Model
Bacan dan disampaikan kepada Menteri Kehutanan melalui Sekretaris Daerah Kabupaten
Halmahera Selatan dengan ditembuskan kepada Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten
Halmahera Selatan dan instansi terkait lainnya.

Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya, terutama
pengelola KPHP Model Bacan sebagai bahan pedoman dalam pengelolaan hutan di tingkat
tapak.Diharapkan pengelolaan hutan lestari, mandiri untuk kesejahteraan masyarakat dan
berbudaya kepulauan yang berbasis ekosistem pulau dapat diwujudkanpada tahun 2025
yang akan datang.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 x


KATA PENGANTAR

Buku RPHJP KPHP Model Bacan disusun dan disajikan dengan berpedoman pada
Peraturan Direktur Jenderal Planologi Kehutanan Nomor: P.5/VII-WP3H/2012 tanggal 14
Mei 2012 tentang Petunjuk Teknis Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan
Hutan pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan
Hutan Produksi (KPHP) dan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.46/Menhut-II/2013
tentang Tata Cara Pengesahan Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi. Lebih lanjut
materi RPHJP dan Tata Hutan telah memperhatikan hasil konsultasi public pada tanggal
27 Agustus 2014 yang lalu di Labuha, Kabupaten Halmahera Selatan. Perencanaan hutan
KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024 diperlukan untuk pengelolaan hutan yang efisien
dan berkelanjutan melalui strategi pembangunannya. Kawasan hutan KPHP Model Bacan
dibagi kedalam blok-blok pengelolaan melalui proses tata hutan dengan kriteria kepastian
dan kelayakan ekologi, pengembangan kelembagaan, pemanfaatan hutan, aspirasi dan nilai
budaya masyarakat serta berpedoman pada rencana kehutanan nasional, Provinsi Maluku
Utara danKabupaten Halmahera Selatan dengan prinsip pengelolaan hutan yang efisien,
ekonomis dan lestari.

RPHJP KPHP Model Bacan dalam implementasinya membutuhkan kolaborasi


dengan instansi pemerintah dan para pihak terkait, untuk mewujudkan beroperasinya
KPHP secara mandiri.Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak yang membutuhkannya
dan sebagai acuan dan pedoman dalam pengelolaan hutan di tingkat tapak.

Labuha, September 2014

Kepala KPHP Model Bacan,

Bachruddin Limatahu, S.Hut.


NIP. 19711106 20060604 1 017

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xi


SEKAPUR-SIRIH

Dokumen RPHJP KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024 disajikan sebagai upaya
untuk mewujudkan pengelolaan hutan tingkat tapak.Dokumen ini membutuhkan kolaborasi
dan sinergitas dengan instansi pemerintah dan parapihak terkait.Materi dokumen
perencanaan yang telah melibatkan peran parapihak secara berkala perlu di evaluasi/review
agar KPHP dapat beroperasi secara mandiri, produktif dan lestari untuk memberdayakan
masyarakat desa di sekitar kawasan hutan guna peningkatan kesejahteraannya.

Pada kesempatan ini kami dari pihak perguruan tinggi mohon maaf apabila masih
terdapat kajian materi yang bersifat umum dikarenakan tidak dimungkinkan peninjauan di
tingkat tapak pada saat penyusunan dokumen RPHJP ini.Selanjutnya kami berharap pihak
KPHP Model Bacan untuk dapat mengaplikasikan target-target perencanaan yang sudah
tersajikan dalam dokumen ini.Semoga buku ini bermanfaat bagi para pihak yang
membutuhkannya dan sebagai acuan dan pedoman dalam pengelolaan hutan tingkat tapak.

Manado, September 2014

Penulis/Pakar,

Joko Purbopuspito dan Anang Mulyantana.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xii


DAFTAR ISI

Halaman
SAMPUL ............................................................................................................... i
HALAMAN JUDUL .............................................................................................. ii
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... iii
PETA SITUASI ..................................................................................................... iv
RINGKASAN EKSEKUTIF ................................................................................ v
KATA PENGANTAR ............................................................................................ xii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................. xviii
DAFTAR LAMPIRAN .......................................................................................... xx

I. PENDAHULUAN ........................................................................................... 1
A. Latar Belakang ........................................................................................ 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
C. Sasaran .................................................................................................... 3
D. Ruang Lingkup ........................................................................................ 4
E. Batasan Pengertian ................................................................................... 5

II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP MODEL BACAN ..................................... 12


A. Risalah Wilayah KPHP Model Bacan ....................................................... 12
B. Potensi Wilayah KPHP Model Bacan ....................................................... 17
C. Sosial Budaya Masyarakat di dalam / sekitar KPHP Model Bacan ............ 21
D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan ............................. 26
E. Posisi Areal Kerja KPHP Model Bacan dalam Perspektif TataRuang
Wilayah dan Pembangunan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan ……. 36
F. Isu Strategis, Kendala dan Permasalahan ................................................. 36
III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN KPHP MODEL BACAN ..... 38
A. Visi Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan dan KPHP Model Bacan.. 38
B. Misi KPHP Model Bacan.......................................................................... 39
C. Tujuan dan Capaian yang Diharapkan dari KPHP Model Bacan Unit XIII 39

IV. ANALISIS DAN PROYEKSI KPHP MODEL BACAN ............................. 41


A. Analisis Data dan Informasi Deskriptif dan SWOT bagi KPHP Model
Bacan ....................................................................................................... 41

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xiii


B. Analisis Data Spasial…………………………………………………….. 52
C. Proyeksi Kondisi KPHP Model Bacan ...................................................... 52

V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS 2015 – 2025 KPHP MODEL


BACAN .......................................................................................................... 57
A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan KPHP Model
Bacan ....................................................................................................... 57
B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu .............................................. 58
C. Pemberdayaan Masyarakat ....................................................................... 62
D. Pembinaan dan Pemantauan Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan
Kawasan Hutan pada Areal yang Berizin ................................................ 63
E. Rehabilitasi pada Areal Di Luar Izin ........................................................ 66
F. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi di Dalam Areal
yang Berizin ............................................................................................ 68
G. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi alam ....... 69
H. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang
izin .......................................................................................................... 73
I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait .............. 74
J. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia 78
K. Penyediaan Pendanaan ............................................................................. 80
L. Pengembangan Database .......................................................................... 83
M. Rasionalisasi Wilayah Kelola ................................................................... 84
N. Review Rencana Pengelolaan .................................................................. 87
O. Pengembangan Investasi .......................................................................... 87

VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN ........................ 99

VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN ................................. 104

VIII. PENUTUP ................................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 107

LAMPIRAN.......................................................................................................... 108

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xiv


DAFTAR TABEL

Nomorteks Halaman
1. Luas Penutupan Lahan Utama pada Berbagai Fungsi Hutan dalam
KPHP Model Bacan ................................................................................ 13
2. Luas Blok-blok Pengelolaan dalam KPHP Model Bacan ......................... 14
3. Luas Jenis Penutupan Lahan dalam Wilayah KPHP Model Bacan ........... 18
4. Luas Blok-Blok Pengelolaan Dengan Berbagai Potensi Kayu Dalam
Wilayah KPHP Model Bacan .................................................................. 19
5. Jenis-Jenis Spesies Terancam Punah di Kawasan Wallacea- Maluku
Utara …………………………………………………………………….. 21
6. Kekuatan (S) KPHP Model Bacan........................................................... 43
7. Kelemahan (W) KPHP Model Bacan ...................................................... 43
8. Peluang (O) KPHP Model Bacan ............................................................ 43
9. Tantangan (T) KPHP Model Bacan ......................................................... 44
10. Strategi Agresif Hasil Analisis SWOT Balanced Scorecard KPHP
Model Bacan ........................................................................................... 45
11. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, dengan Strategi Agresif
(kekuatan-peluang) dan Sasaran Program Indikatif di KPHP Model
Bacan ...................................................................................................... 48
12. Jenis-Jenis Pohon Fast Growing Speciesyang Dapat Dibudidayakan di
KPHP Model Bacan ................................................................................ 54
13. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan
HHBK di KPHP Model Bacan ................................................................ 55
14. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Blok-Blok Perlindungan di KPHP
Model Bacan ........................................................................................... 70
15. Koordinasi dan Sinergi Pemegang Izin Usaha dengan KPHP Model
Bacan ...................................................................................................... 73
16. Koordinasi dan Sinergi Instansi Terkait dengan KPHP Model Bacan ...... 74
17. Koordinasi dan Sinergi Eselon 1 Untuk KPHP Model Bacan .................. 75
18. Rencana Kerja BPKH Wilayah VI Manado Untuk Sinergi Mendukung
Tata Batas (m) di KPHP Model Bacan .................................................... 77
19. Kebutuhan Tenaga Bakti Rimbawan di KPHP Model Bacanpada Tahun
Anggaran 2015 ....................................................................................... 78
20. Rencana Penguatan Kelembagaan di KPHP Model Bacanpada Tahun
Anggaran 2015 ....................................................................................... 79
21. Tatawaktu dan Rencana Kegiatan dari KPHP Model Bacan .................... 88

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii


DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Pembagian Blok-Blok dan Tatabatas Blok yang Sudah dan Belum


Dikerjakan dalam Kawasan KPHP Model Bacan Hasil Analis Data
BPKH Wilayah VI Manado ................................................................. 15

2. Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering dalam


Kawasan KPHP Model Bacan .............................................................. 27

3. Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Mangrove dalam Kawasan


KPHP Model Bacan.............................................................................. 28

4. Pencadangan Blok-Blok Pemanfaatan dalam Kawasan Hutan Lindung


Lahan Kering Untuk HHBK Jasa Lingkungan dan/atau Kawasan ......... 29

5. Pencadangan Blok Pemanfaatan dalam Kawasan Hutan Lindung


Mangrove Untuk HHBK Jasa Lingkungan dan/atau Kawasan ............... 30

6. Pencadangan Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam ................... 31

7. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan Kawasan dalam Hutan Produksi


Untuk HHBK Jasa Lingkungan dan/atau Kawasan ............................... 32

8. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HA .................................. 33

9. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT ................................... 34

10. Pencadangan Blok Khusus Pendidikan ................................................ 31

11. SWOT Balanced Scorecard .................................................................. 35

12. Hasil analisis SWOT Balanced ScorecardKPHP Model Bacan ............. 42

13. Hasil analisis SWOT Balanced ScorecardKPHP Model Bacan ............. 44

14. Kawasan Wilayah Tertentu dan Bukan Wilayah Tertentu .................... 60

15. Kawasan Wilayah Tertentu ………………………………………….. 60

16. Blok-blok Pemberdayaan Masyarakat ...................................... ........... 62

17. Areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah ................................... 64

18. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.1 – Blok 01.3 ................................ 64

19. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.4 – Blok 01.6 ................................ 65

20. Kawasan Hutan Dalam Blok-blok Pemanfaatan HHK-RE ................... 68

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii


21. Blok-blok Hutan Produksi Lahan Kering dalam Blok-blok
Perlindungan Gn. Sibela dan P.Kasiruta ............................................... 69

22. Blok-blok Hutan Produksi Mangrove dalam Blok-blok Perlindungan .. 71

23. Blok-Blok Hutan Produksi Mangrove untuk Blok Perlindungan


Tanjung Kokotu – Tanjung Gilalang .................................................... 72

24. Blok-blok Hutan Produksi Mangrove untuk Blok Perlindungan Ake


Minjahe ............................................................................................... 72

25. Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2015 ...................................... 85

26. Rencana Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2020 ........................ 86

27. Rencana Wilayah Resort Pada Akhir Jangka Benah Pertama, Tahun
2025 .................................................................................................... 86

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii


DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Rincian Luas Jenis Penutupan Lahan di KPHP Model Bacan…………... 110


2. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering
di KPHP Model Bacan............................................................................ 111
3. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Inti Hutan Lindung Mangrove di
KPHP Model Bacan ............................................................................... 112
4. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Lindung Lahan Kering
Pemanfaatan di KPHP Model Bacan ....................................................... 113
5. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Lindung Mangrove
Pemanfaatan di KPHP Model Bacan ....................................................... 114
6. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Lindung untuk
Pemanfaatan Khusus di KPHP Model Bacan .......................................... 115
7. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Lahan Kering
untuk Perlindungan di KPHP Model Bacan ............................................ 116
8. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Mangrove untuk
Perlindungan di KPHP Model Bacan ...................................................... 116
9. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Lahan Kering
untuk Pemanfaatan Kawasan, Jasa lingkungan dan / atau HHBK di
KPHP Model Bacan ............................................................................... 116
10. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemanfaatan
HHK-HA di KPHP Model Bacan ........................................................... 117
11. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemanfaatan
HHK-HT di KPHP Model Bacan ............................................................ 117
12. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemanfaatan
HHK-RE di KPHP Model Bacan ............................................................ 117
13. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Pemberdayaan
Masyarakat di KPHP Model Bacan.........................................................
118
14. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Peruntukan
Khusus di KPHP Model Bacan .............................................................. 118
15. Luas, Jumlah dan Panjang Batas Blok Hutan Produksi Berizin di KPHP
Model Bacan ......................................................................................... 118

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii


DAFTAR LAMPIRAN PETA

1. Peta WilayahKPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan


Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

2. Peta Penutupan Lahan KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera
Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

3. Peta DAS KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan
Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

4. Peta Sebaran Potensi Wilayah dan Aksessibilitas KPHP Model Bacan (Unit
XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000
Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

5. Peta Penataan Hutan (Blok dan Petak) KPHP Model Bacan (Unit XIII) di
Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas
140.808,00 ha (1 lembar)

6. Peta Penggunaan Lahan KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten


Halmahera Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha
(1 lembar)

7. Peta Keberadaan Izin Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan


KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan Provinsi
Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

8. Peta Tanah KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan
Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

9. Peta Iklim KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan
Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

10. Peta Geologi KPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera Selatan
Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 140.808,00 ha (1 lembar)

11. Peta Wilayah TertentuKPHP Model Bacan (Unit XIII) di Kabupaten Halmahera
Selatan Provinsi Maluku Utara Skala 1: 250.000 Luas 68.086,06 ha (1 lembar)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 xvii


I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seluruh kawasan hutan di Indonesia terbagi habis dalam wilayah Kesatuan


Pengelolaan Hutan (KPH) yang dikelola oleh organisasi pemerintah untuk
menyelenggarakan fungsi pengelolaan hutan secara optimal dan lestari.KPH berperan
sebagai penyelenggara pengelolaan hutan di lapangan atau di tingkat tapak yang harus
menjamin bahwa pengelolaan hutan dilakukan secara lestari sesuai dengan
fungsinya.Keberadaan KPH menjadi kebutuhan semua pihak sesuai mandat Undang-
undang.hutan dikuasai negara dan harus dikelola secara lestari. Penyelenggaraan
pengelolaan hutan pada tingkat tapak oleh KPH bukan memberi izin pemanfaatan hutan
melainkan melakukan pengelolaan hutan secara langsung, termasuk mengawasi kinerja
pengelolaan hutan yang dilakukan oleh para pemegang izin.Pembentukan wilayah
pengelolaan hutan dilakukan pada tingkat provinsi, kabupaten/kota dandi tingkat unit
pengelolaan.

KPH merupakan wilayah pengelolaan hutan sesuai fungsi pokok dan


peruntukannya yang dapat dikelola secara efisien dan lestari.KPH merupakan organisasi
pengelola hutan di tingkat tapak sebagai sarana untuk menuju Pengelolaan Hutan Lestari
(PHL) dan peningkatan nilai ekonomi dari pemanfaatan hutan.Sesuai pasal 9 Peraturan
PemerintahNomor : 6 Tahun 2007 dan Nomor :3 Tahun 2009, tugas dan fungsi
organisasi KPH yakni :(1) menyelenggarakan pengelolaan hutan yang meliputi tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, kawasan hutan,
rehabilitasi hutan dan reklamasi, dan penggunaan perlindungan hutan dan konservasi
alam.,(2) menjabarkan kebijakan kehutanan nasional, provinsi dan kabupaten/kota
bidang kehutanan untuk diimplementasikan,(3) melaksanakan kegiatan pengelolaan
hutan di wilayahnya mulai dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan
pengawasan serta pengendalian,(4) melaksanakan pemantauan dan penilaian atas
pelaksanaan kegiatan pengelolaan hutan di wilayahnya,(5) membuka peluang investasi
guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan.

Lebih lanjut pada pasal 12 Undang-UndangNomor : 41 Tahun 1999 tentang


Kehutanan menyebutkan bahwa perencanaan kehutanan meliputi: (1) inventarisasi hutan,
(2) pengukuhan kawasan hutan dan penatagunaan kawasan hutan, (3) pembentukan
wilayah pengelolaan hutan, dan (4) penyusunan rencana kehutanan. Perencanaan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 1


pengelolaan hutan yakni perencanaan penggunaan ruang wilayah hutan (tata hutan) dan
perencanaan aktivitas pada ruang wilayah hutan (rencana pengelolaan hutan), baik dalam
jangka panjang, jangka menengah, maupun jangka pendek. Sesuai dengan Pasal 9
Peraturan PemerintahNomor : 6 Tahun 2007 danNomor : 3 Tahun 2008, yang dijabarkan
dalam Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.6/Menhut-II/2010 tentang Norma,
Standar, Prosedur dan Kriteria Pengelolaan Hutan pada KPHL dan KPHP, secara
eksplisit fungsi kerja KPH dalam penyelenggaraan pengelolaan hutan di tingkat tapak
dijabarkan secara operasional di KPHP Model Bacan, sebagai berikut:
1. Melaksanakan penataan batas kawasan hutan di dalam wilayah KPH.
2. Menyusun rencana pengelolaan hutan di tingkat wilayah KPH, termasuk rencana
pengembangan organisasi KPH.
3. Melaksanakan pembinaan, monitoring dan evaluasi kinerja pengelolaan hutan yang
dilaksanakan oleh pemegang izin pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan,
termasuk dalam bidang rehabilitasi dan reklamasi hutan, serta perlindungan hutan dan
konservasi alam.
4. Melaksanakan rehabilitasi dan reklamasi hutan, melaksanakan perlindungan hutan
dan konservasi alam , melaksanakan pengelolaan hutan di wilayah tertentu bagi KPH
yang telah menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum (BLU)
atau Badan Layanan Umum Daerah (BLUD).
5. Menjabarkan kebijakan kehutanan menjadi inovasi dan operasi pengelolaan hutan. 6.
Menegakkan hukum kehutanan, termasuk perlindungan dan pengamanan kawasan.
7. Membuka peluang investasi guna mendukung tercapainya tujuan pengelolaan hutan
lestari.

B. Tujuan

RPHJP KPHP Model Bacan, dimaksudkan untuk memberikan arah dan pedoman
yang tepat didalam pelaksanaan pengelolaan hutan selama kurun waktu 10 tahun ke
depan. Dengan rencana pengelolaan hutan ini, maka KPHP Model Bacan memiliki
kerangka kerja yang komprehensif untuk pelaksanaan pengelolaan hutan yang lebih
efektif, efisien dan bermanfaat pada kawasan HP dan HL. Adapun tujuan pengelolaan
KPHP Model Bacan yakni: (1) mengoptimalkan pemanfaatan potensi kawasan hutan
secara efisien dan lestari melalui pemanfaatan hasil hutan kayu (HHK) dan hasil hutan
bukan-kayu (HHBK), jasa lingkungan dan perdagangan karbon sesuai dengan fungsi
blok pengelolaan, (2) meningkatkan daya dukung kawasan hutan sesuai fungsi dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 2


peruntukannya melalui inventarisasi potensi sumberdaya hutan, rehabilitasi dan
reklamasi hutan, (3) memberdayakan masyarakat desa disekitar kawasan hutan untuk
berperan serta sebagai mitra dalam pengelolaan hutan lestari, (4) melakukan
perlindungan hutan konservasi alam.

C. Sasaran

TercapainyaRPHJP KPHP Model Bacan 10 tahun (2015-2024) sebagai acuan


penyusunan rencana pengelolaan hutan jangka pendek (tahunan) yang dimulai tahun
2015 dan selanjutnya dipedomani oleh semua pemangku kepentingan untuk mewujudkan
kelestarian fungsi dan manfaat kawasan yang berkontribusi terhadap pelaksanaan
program pembangunan kabupaten melalui pemanfaatan sumber daya alam guna
pengembangan ekonomi daerah.

D. Ruang Lingkup

Ruang lingkup RPHJP KPHP Model Bacan meliputi Bab-bab : (1)Pendahuluan,


yang terdiri dari latar belakang, maksud dan tujuan, sasaran, ruang lingkup dan batasan
pengertian, (2)Deskripsi kawasan, yang mengandung informasi mengenai wilayah KPHP
Model Bacan, terdiri dari risalah wilayah, potensi wilayah KPHP, data sosekbud
masyarakat, kondisi letak KPHP dalam perspektif tata ruang wilayah dan pembangunan
daerah serta isu strategis, kendala dan permasalahan, (3)Visi dan misi, yang berisi atas
visi dan misi Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan, visi dan misi KPHP
Model Bacan, strategi pengelolaan hutan dan tujuan serta sasaran KPHP Model Bacan,
(4)Analisis dan proyeksi, yang memuat analisis data dan informasi yang tersedia, baik
data primer maupun sekunder serta proyeksi kondisi wilayah KPHP Model Bacan
mendatang, (5) Rencana kegiatan, yang memuat rencana inventarisasi hutan berkala di
wilayah kelola dan penataan batas kawasan hutan, pemanfaatan hutan pada wilayah
tertentu, pemberdayaan masyarakat, penyelenggaran rehabilitasi pada areal tertentu,
pembinaan dan pemantauan pelaksanaan rehabilitasi, penyelenggaraan perlindungan
hutan dan konservasi alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang
izin, koordinasi dan sinergi dengan instansi pemerintah dan pemangku kepentingan,
penyediaan dan peningkatan kapasitas SDM, penyediaan pendanaan, pengembangan
database, rasionalisasi wilayah kelola, review rencana pengelolaan, pengembangan
investasi dan kegiatan lain yang relevan, (6)pembinaan, pengawasan dan pengendalian,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 3


(7)pemantauan, evaluasi dan pelaporandan (8)penutup; dan lampiran, yang berisi peta-
peta: wilayah KPHP Model Bacan, penutupan lahan, DAS, sebaran potensi wilayah dan
aksessibilitas, penataan hutan berupa blok dan petak, penggunaan lahan, keberadaan izin
pemanfatan hutan dan penggunaan kawasan hutan, tanah, iklim, geologi dan wilayah
tertentu.

Penyusunan RPHJP KPHP Model Bacan diproyeksikan untuk 10 tahun ke depan


(2015-2024) telah didasarkan atas kajian aspek ekologi, ekonomi dan sosial budaya
dengan memperhatikan partisipasi, aspirasi, budaya masyarakat lokal dan rencana
pembangunan nasional dan daerah/wilayah di Kabupaten Halmahera Selatan, Provinsi
Maluku Utara. RPHJP KPHP Model Bacan ini menjadi dasar penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan Jangka Pendek tahunan yang selanjutnya akan dirincikan lagi dalam
bentuk strategi pengelolaan hutan yang memuat program-program dan usulan kegiatan
operasional.

E. Batasan Pengertian

1. Kehutanan adalah sistem pengurusan yang bersangkut paut dengan hutan, kawasan
hutan, dan hasil hutan yang diselenggarakan secara terpadu (Undang-
UndangNomor :41 Tahun 1999).
2. Hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya
alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya,
yang satu dengan lainnya tidak dapat dipisahkan (Undang-UndangNomor : 41
Tahun 1999).
3. Hutan mangrove adalah suatu formasi pohon-pohon yang tumbuh pada tanah
aluvial di daerah pantai dan sekitar muara sungai yang dipengaruhi pasang surut air
laut dan dicirikan oleh keberadaan jenis-jenis Avicennia Peraturan Pemerintah
(Api-api), Soneratia Peraturan Pemerintah. (Pedada), Rhizophora Peraturan
Pemerintah (Bakau), Bruguiera Peraturan Pemerintah (Tanjang), Lumnitzera
excoecaria (Tarumtum), Xylocarpus sPeraturan Pemerintah (Nyirih), Anisoptera
dan Nypa fruticans (Nipah) (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut-
II/2013)
4. Hutan tanaman industri yang selanjutnya disingkat HTI adalah hutan tanaman pada
hutan produksi yang dibangun oleh kelompok industri kehutanan untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 4


dalam rangka memenuhi kebutuhan bahan baku industri hasil hutan. (Peraturan
Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
5. Hutan Tanaman Rakyat yang selanjutnya disingkat HTR adalah hutan tanaman
pada hutan produksi yang dibangun oleh kelompok masyarakat untuk
meningkatkan potensi dan kualitas hutan produksi dengan menerapkan silvikultur
dalam rangka menjamin kelestarian sumber daya hutan. (Peraturan Pemerintah
Nomor : 6 Tahun 2007)
6. Hutan Tanaman Hasil Rehabilitasi yang selanjutnya disingkat HTHR adalah hutan
tanaman pada hutan produksi yang dibangun melalui kegiatan merehabilitasi lahan
dan hutan pada kawasan hutan produksi untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi lahan dan hutan dalam rangka mempertahankan daya
dukung, produktivitas dan peranannya sebagai sistem penyangga kehidupan.
(Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007)
7. Hutan hak adalah hutan yang berada pada tanah yang dibebani hak atas tanah.
(Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007)
8. Hutan kemasyarakatan adalah hutan negara yang pemanfaatan utamanya ditujukan
untuk memberdayakan masyarakat. (Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007)
9. Hutan desa adalah hutan negara yang belum dibebani izin/hak, yang dikelola oleh
desa dan dimanfaatkan untuk kesejahteraan desa. (Peraturan Pemerintah Nomor : 6
Tahun 2007)
10. Penatagunaan kawasan hutan adalah rangkaian kegiatan dalam rangka menetapkan
fungsi dan penggunaan kawasan hutan.
11. Tata hutan adalah kegiatan rancang bangun unit pengelolaan hutan, mencakup
kegiatan pengelompokan sumber daya hutan sesuai dengan tipe ekosistem dan
potensi yang terkandung di dalamnya dengan tujuan untuk memperoleh manfaat
yang sebesar?besarnya bagi masyarakat secara lestari.
12. Perencanaan kehutanan adalah proses penetapan tujuan, penentuan kegiatan dan
perangkat yang diperlukan dalam pengurusan hutan lestari untuk memberikan
pedoman dan arah guna menjamin tercapainya tujuan penyelenggaraan kehutanan
untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat yang berkeadilan dan berkelanjutan
(Undang-UndangNomor :41 Tahun 1999; Peraturan Pemerintah Nomor : 44 Tahun
2004)
13. Kawasan hutan adalah wilayah tertentu yang ditetapkan oleh pemerintah untuk

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 5


dipertahankan keberadaannya sebagai hutan tetap (Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.46/Menhut-II/2013)
14. Wilayah tertentu adalah wilayah hutan yang situasi dan kondisinya belum menarik
bagi pihak ketiga untuk mengembangkan pemanfaatannya berada di luar areal izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutan (Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.47/ Menhut -II/2013)
15. Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi selanjutnya disebut KPHP adalah KPH yang
luas wilayahnya seluruh atau sebagian besar terdiri dari kawasan hutan produksi
(Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013)
16. Blok adalah bagian wilayah KPH yang dibuat relatif permanen untuk
meningkatkan efektivitas dan efisiensi pengelolaan (Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.46/Menhut-II/2013)
17. Petak adalah bagian dari blok dengan luasan tertentu dan menjadi unit usaha
pemanfaatan terkecil yang mendapat perlakuan pengelolaan atau silvikultur yang
sama (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013)
18. Inventarisasi hutan adalah rangkaian kegiatan pengumpulan data untuk mengetahui
keadaan dan potensi sumber daya hutan serta lingkungannya secara lengkap
(Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013)
19. Rencana Pengelolaan Hutan adalah rencana pada Kesatuan Pengelolaan Hutan
yang disusun oleh Kepala KPH, berdasarkan hasil tata hutan dan rencana
kehutanan, dengan memperhatikan aspirasi, peran serta dan nilai budaya
masyarakat serta kondisi lingkungan, memuat semua aspek pengelolaan hutan
dalam kurun jangka panjang dan jangka pendek (Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.46/ Menhut -II/2013)
20. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Panjang KPHP yang selanjutnya disebut
RPHJP KPHP adalah rencana pengelolaan hutan untuk seluruh wilayah kerja
KPHP dalam kurun waktu 10 (sepuluh) tahun (Peraturan Menteri Kehutanan
Nomor : P.46/ Menhut -II/2013)
21. Rencana Pengelolaan Hutan Jangka Pendek KPHP adalah rencana pengelolaan
hutan untuk kegiatan KPHP dalam kurun waktu 1 (satu) tahun (Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -II/2013)
22. Pengelolaan hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan, pemanfaatan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 6


perlindungan hutan dan konservasi alam (Peraturan Menteri KehutananNomor
:P.46/Menhut-II/2013).
23. Penggunaan kawasan hutan adalah penggunaan atas sebagain kawasan hutan untuk
kepentingan pembangunan di luar kehutanan tanpa mengubah status dan fungsi
pokok kawasan hutan (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/ Menhut -
II/2013)
24. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan
dan tidak mengurangi fungsi pokoknya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.47/ Menhut -II/2013)
25. Pemanfaatan hasil hutan kayu adalah kegiatan untuk memanfaatkan dan
mengusahakan hasil hutan berupa kayu dengan tidak merusak lingkungan dan
tidak mengurangi fungsi pokoknya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/
Menhut -II/2013)
26. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan, memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya. (Peraturan
Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
27. Pemanfaatan hutan adalah kegiatan untuk memanfaatkan kawasan hutan,
memanfaatkan jasa lingkungan,memanfaatkan hasil hutan kayu dan bukan kayu
serta memungut hasil hutan kayu dan bukan kayu secara optimal dan adil untuk
kesejahteraan masyarakat dengan tetap menjaga kelestariannya (Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013)
28. Pemanfaatan jasa lingkungan adalah kegiatan untuk memanfaatkan potensi jasa
lingkungan dengan tidak merusak lingkungan dan mengurangi fungsi utamanya
(Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013)
29. Pemanfaatan kawasan adalah kegiatan untuk memanfaatkan ruang tumbuh
sehingga diperoleh manfaat lingkungan, manfaat sosial dan manfaat ekonomi
secara optimal dengan tidak mengurangi fungsi utamanya (Peraturan Menteri
Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013)
30. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk
mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan batasan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 7


waktu, luas dan volume tertentu. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
31. Izin Pemanfaatan Hutan adalah izin yang diterbitkan oleh pejabat yang berwenang
yang terdiri dari izin usaha pemanfaatan kawasan, izin usaha pemanfaatan jasa
lingkungan, izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu, dan izin
pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu pada areal hutan yang telah
ditentukan. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
32. Izin usaha pemanfaatan kawasan yang selanjutnya disingkat IUPK adalah izin
usaha yang diberikan untuk memanfaatkan kawasan pada hutan lindung dan/atau
hutan produksi. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
33. Izin usaha pemanfaatan jasa lingkungan yang selanjutnya disingkat IUPJL adalah
izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan jasa lingkungan pada hutan lindung
dan/atau hutan produksi. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
34. Izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IUPHHK
dan/atau izin usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disebut
IUPHHBK adalah izin usaha yang diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan
berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam hutan alam pada hutan produksi melalui
kegiatan pemanenan atau penebangan, pengayaan, pemeliharaan dan pemasaran.
(Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
35. IUPHHK restorasi ekosistem dalam hutan alam adalah izin usaha yang diberikan
untuk membangun kawasan dalam hutan alam pada hutan produksi yang memiliki
ekosistem penting sehingga dapat dipertahankan fungsi dan keterwakilannya
melalui kegiatan pemeliharaan, perlindungan dan pemulihan ekosistem hutan
termasuk penanaman, pengayaan, penjarangan, penangkaran satwa, pelepasliaran
flora dan fauna untuk mengembalikan unsur hayati (flora dan fauna) serta unsur
non hayati (tanah, iklim dan topografi) pada suatu kawasan kepada jenis yang asli,
sehingga tercapai keseimbangan hayati dan ekosistemnya. (Peraturan Pemerintah
Nomor :6 Tahun 2007)
36. IUPHHK dan/atau IUPHHBK dalam hutan tanaman adalah izin usaha yang
diberikan untuk memanfaatkan hasil hutan berupa kayu dan/atau bukan kayu dalam
hutan tanaman pada hutan produksi melalui kegiatan penyiapan lahan, pembibitan,
penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan pemasaran. (Peraturan Pemerintah
Nomor :6 Tahun 2007)
37. Izin pemungutan hasil hutan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHK adalah izin

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 8


untuk mengambil hasil hutan berupa kayu pada hutan produksi melalui kegiatan
pemanenan, pengangkutan, dan pemasaran untuk jangka waktu dan volume
tertentu. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
38. Izin pemungutan hasil hutan bukan kayu yang selanjutnya disingkat IPHHBK
adalah izin untuk mengambil hasil hutan berupa bukan kayu pada hutan lindung
dan/atau hutan produksi antara lain berupa rotan, madu, buah-buahan, getah-
getahan, tanaman obat-obatan, untuk jangka waktu dan volume tertentu. (Peraturan
Pemerintah Nomor:6 Tahun 2007)
39. Sistem silvikultur adalah sistem budidaya hutan atau sistem teknik bercocok
tanaman hutan mulai dari memilih benih atau bibit, menyemai, menanam,
memelihara tanaman dan memanen. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
40. Iuran izin usaha pemanfaatan hutan yang selanjutnya disingkat IIUPH adalah
pungutan yang dikenakan kepada pemegang izin usaha pemanfaatan hutan atas
suatu kawasan hutan tertentu. (Peraturan Pemerintah Nomor :6 Tahun 2007)
41. Provisi sumber daya hutan yang selanjutnya disingkat PSDH adalah pungutan yang
dikenakan kepada pemegang izin sebagai pengganti nilai intrinsik dari hasil hutan
yang dipungut dari hutan negara. (Peraturan PemerintahNomor :6 Tahun 2007).
42. Dana reboisasi yang selanjutnya disingkat DR adalah dana yang dipungut dari
pemegang IUPHHK dalam hutan alam pada hutan produksi untuk mereboisasi dan
merehabilitasi hutan. (Peraturan PemerintahNomor :6 Tahun 2007).
43. Pemungutan hasil hutan kayu dan/atau bukan kayu adalah kegiatan untuk
mengambil hasil hutan baik berupa kayu dan/atau bukan kayu dengan batasan
waktu, luas dan/atau volume tertentu (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :
P.47/Menhut-II/2013).
44. Pengelolaan Hutan adalah kegiatan yang meliputi tata hutan dan penyusunan
rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan, perlindungan hutan dan konservasi alam
(Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013).
45. Industri primer hasil hutan kayu adalah pengolahan kayu bulat dan/atau kayu
bahan baku serpih menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. (Peraturan
PemerintahNomor :6 Tahun 2007).
46. Industri primer hasil hutan bukan kayu adalah pengolahan hasil hutan berupa
bukan kayu menjadi barang setengah jadi atau barang jadi. (Peraturan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 9


PemerintahNomor :6 Tahun 2007).
47. Investasi Langsung adalah penyertaan modal dan/atau pemberian pinjaman oleh
badan investasi pemerintah untuk membiayai kegiatan usaha (Peraturan
PemerintahNomor :1 Tahun 2008).
48. Pemberian Pinjaman adalah bentuk Investasi Pemerintah pada Badan Usaha,
Badan Layanan Umum (BLU), Pemerintah Provinsi/Kabupaten/Kota, dan Badan
Layanan Umum Daerah (BLUD) dengan hak memperoleh pengembalian berupa
pokok pinjaman, bunga, dan/atau biaya lainnya (Peraturan Pemerintah Nomor :1
Tahun 2008).
49. Surat keterangan sahnya hasil hutan adalah dokumen- dokumen yang merupakan
bukti legalitas hasil hutan pada setiap segmen kegiatan dalam penatausahaan hasil
hutan. (Peraturan PemerintahNomor :6 Tahun 2007).
50. Perlindungan hutan adalah usaha untuk mencegah dan membatasi kerusakan hutan,
kawasan hutan dan hasil hutan, yang disebabkan oleh perbuatan manusia, ternak,
kebakaran, daya-daya alam, hama dan penyakit, serta mempertahankan dan
menjaga hak-hak negara, masyarakat dan perorangan atas hutan, kawasan hutan,
hasil hutan, investasi serta perangkat yang berhubungan dengan pengelolaan hutan
(Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013).
51. Rehabilitasi Hutan dan Lahan yang selanjutnya disingkat RHL adalah upaya untuk
memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga
daya dukung, produktivitas dan peranannya dalam mendukung sistem penyangga
kehidupan tetap terjaga (Peraturan Menteri KehutananNomor : P.9/Menhut-
II/2013).
52. Reklamasi hutan adalah usaha untuk memperbaiki atau memulihkan kembali hutan
atau lahan dan vegetasi dalam kawasan hutan yang rusak sebagai akibat
penggunaan kawasan hutan agar dapat berfungsi secara optimal sesuai dengan
peruntukannya (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013).
53. Dam penahan adalah bendungan kecil yang lolos air dengan konstruksi bronjong
batu atau trucuk bambu/kayu yang dibuat pada alur sungai/ jurang dengan tinggi
maksimal 4 (empat) meter yang berfungsi untuk mengendalikan/mengendapkan
sedimentasi/erosi tanah dan aliran permukaan (run-off) (Peraturan Menteri
KehutananNomor : P.9/Menhut-II/2013).
54. Dam pengendali adalah bendungan kecil semi permanen yang dapat menampung

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 10


air (tidak lolos air) dengan konstruksi urugan tanah homogen, lapisan kedap air
dari beton (tipe busur) untuk mengendalikan erosi tanah, sedimentasi dan aliran
permukaan yang dibangun pada alur sungai/anak sungai dengan tinggi bendungan
maksimal 8 (delapan) meter (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut-
II/2013).
55. Embung air adalah bangunan penampung air berbentuk kolam yang berfungsi
untuk menampung air hujan/air limpasan atau air rembesan pada lahan tadah hujan
yang berguna sebagai sumber air untuk memenuhi kebutuhan pada musim kemarau
(Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.9/Menhut-II/2013).
56. Validasi adalah pencermatan terhadap substansi tertentu berdasarkan ketentuan
untuk memastikan bahwa kualitas substansi tersebut memenuhi persyaratan
kemanfaatan (Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.46/Menhut-II/2013).
57. Verifikasi adalah suatu bentuk pengujian terhadap dokumen secara administratif
dengan membandingkan terhadap pedoman yang berlaku (Peraturan Menteri
Kehutanan. Nomor :P.46/Menhut-II/2013).
58. ResortPengelolaan Hutan adalah kawasan hutan dalam wilayah KPHL dan
KPHPyangmerupakan bagian dari wilayah KPHL dan KPHP yang dipimpin oleh
Kepala Resort KPHL dan KPHP dan bertanggung jawab kepada Kepala KPHL dan
KPHP.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 11


II. DESKRIPSI KAWASAN KPHP MODEL BACAN

A. Risalah Wilayah KPHP Model Bacan

Risalah wilayah KPHP Model Bacan menginformasikan mengenai letak, luas,


batas-batas, pembagian blok sesuai fungsi kawasan, biofisik, potensi sumber daya alam,
sosial ekonomi masyarakat desa sekitar kawasan, keberadaan izin pemanfaatan dan
penggunaan kawasan hutan, aksessibilitas kawasan dan sejarah wilayah KPHP.

1. Letak dan Luas

Batas – batas wilayah administrasi KPHP Model Bacan sebelah Utara


berbatasan dengan Laut Halmahera, sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Obi,
sebelah Barat berbatasan dengan Laut Maluku, dan sebelah Timur berbatasan
dengan Selat Patinti (Laut Halmahera). KPHP Model Bacan secara koordinat
geografis terletak antara 0o0’10,50” Lintang Selatan (LS) – 0o53’12,80” LS dan
127o0’48,25” Bujur Timur (BT) – 127o54’40,95” (BT). Pada wilayah KPHP Model
Bacan terdapat 14 wilayah kecamatan. Prosentase luas kawasan hutan KPHP Model
Bacan terhadap luas masing-masing kecamatan (BPS Halmahera Selatan, 2013)
sebagai berikut: (1) Bacan Selatan (18,0 %), (2) Kayoa (19,4 %), (3) Kayoa Barat
(25,5 %), (4) Bacan Timur Selatan (31,7 %), (5) Kasiruta Barat (38,6 %), (6)
Mandioli Selatan (43,4 %), (7) Kepulauan Batang Lomang (46,3 %), (8) Bacan
Timur Tengah (46,7 %), (9) Mandioli Utara (49,4 %), (10) Kasiruta Timur (55,8 %),
(11) Bacan Barat (58,2 %), (12) Bacan Timur (58,3 %), (13)bBacan (62,5 %) dan
(14) Bacan Barat Utara (67,7 %).

Wilayah KPHP Model Bacan memiliki luas lebih kurang 140.808 ha dengan
rincian sebagai berikut :(1) kawasan HL seluas lebih kurang62.840 ha terdiri dari HL
lahan kering seluas lebih kurang 59.409 ha, HL mangrove seluas lebih kurang 3.418
ha dan danau/laguna/sungai seluas lebih kurang 12 ha, (2) kawasan HPT seluas lebih
kurang 70.186 haterdiri dari HPT lahan kering seluas lebih kurang 70.146 ha, HPT
mangrove seluas lebih kurang 34 ha, dan danau seluas lebih kurang 6 ha, (3) kawasan
HP seluas lebih kurang 7.782 ha terdiri dari HP lahan kering seluas lebih kurang
7.370 ha, HP mangrove seluas lebih kurang 380 ha, dan danau/laguna/sungai seluas
lebih kurang32,4 ha; sehingga dalam kawasan KPHP Model Bacan ini terdapat danau,
laguna dan sungai seluas lebih kurang73,7 ha. Danau-danau dan laguna itu terdapat di

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 12


HL P. Tawale seluas lebih kuranglebih kurang 6 ha, HL P. Salipogot seluas lebih
kurang 6 ha, HP Ake Minjahe seluas lebih kurang 32 ha, HPT Ake Sajuang seluas
lebih kurang 23 ha dan HPT Tutupa seluas lebih kurang 6 ha.Jumlah luasan
danau/laguna 0,05 % dari luas KPHP Model Bacan, peranan danau ini akan menjadi
sangat penting dalam perencanaan, terlebih untuk mitigasi dan adaptasi perubahan
iklim di masa mendatang. Secara rinci, luas kawasan hutan sesuai penutupan lahan
sebagaimana pada Tabel 1.

Tabel 1. Luas Penutupan Lahan Utama pada Berbagai Fungsi Hutan dalam KPHP
Model Bacan
Penutupan Lahan Utama (ha) Penutupan Lahan Utama (ha)
Danau/ Danau/
No Nama Kawasan Hutan Lahan No Nama Kawasan Hutan Lahan
Mangrove Sungai/ Jumlah Mangrove Sungai/ Jumlah
Kering Kering
Laguna Laguna
1 HL Gn. Bibinoi 9.889,0 9.889,0 30 HL P. Wiring 202,6 14,8 217,4
2 HL Gn. Raroang 9.564,4 9.564,4 31 HL P. Talimau 181,6 11,5 193,1
3 HL Gn. Goro-goro 6.847,9 6.847,9 32 HL P. Batuampat 170,1 93,5 263,6
4 HL Urijawa 6.508,2 6.508,2 33 HL P. Tuada 35,4 26,2 61,6
5 HL Bukit Kabau 5.390,8 5.390,8 34 HL Pulau-pulau Mamalayu 11,2 11,0 22,2
6 HL P. Kasiruta II 2.592,0 2.592,0 35 HL P. Salipogot 20,9 5,8 26,7
7 HL Sajuang 818,8 818,8 36 HL Bakau P. Bacan 1.038,7 1.038,7
8 HL Bukit Indari 594,4 594,4 37 HL Bakau P. Kasiruta 478,7 478,7
9 HL Ake Lasa 550,5 550,5 38 HL Bakau P. Gilalang 289,8 289,8
10 HL P. Toduku 234,6 234,6 39 HL P. Pacitaka 114,2 114,2
11 HL P. Loid 185,5 185,5 40 HL Bakau Ake Sajuang 70,2 70,2
12 HL P. Nusababullah 91,3 91,3 41 HL P. Paniki Besar 10,7 10,7
13 HL P. Nusauwa 67,9 67,9 42 HL P. Guramangofalamo 4,7 4,7
14 HL P. Kusu 41,1 41,1 43 HL P. Keramat 3,1 3,1
15 HL P. Salintang 37,5 37,5 44 HL P. Goramanjanga 2,4 2,4
16 HL P. Ora-ora 30,2 30,2 45 HL P. Nenek 1,2 1,2
17 HL P. Parapotang Kecil 23,8 23,8 46 HL P. Kecil 0,7 0,7
18 HL P. Nanoang 13,6 13,6 47 HL P. Solimongo 0,1 0,1
19 HL P. Nusadeket 9,3 9,3 48 HPT P. Kasiruta III 9.542,7 9.542,7
20 HL P. Sakitang 8,8 8,8 49 HPT P. Kasiruta I 3.401,1 3.401,1
21 HL P. Aru 0,2 0,2 51 HPT P. Kasiruta II 1.101,0 1.101,0
22 HL P. Tawale 174,0 6,3 180,3 50 HPT Gn. Sibela 3.663,9 3.663,9
23 HL P. Mandioli 10.569,8 209,2 10.778,9 52 HPT Tutupa 12.781,0 6,1 12.787,1
24 HL P. Obit 1.438,5 255,7 1.694,2 53 HPT Ake Sajuang 39.633,1 6,8 23,1 39.663,1
25 HL P. Tameti 925,9 579,9 1.505,9 54 HPT P. Bacan 27,3 27,3
26 HL P. Lata-lata 822,9 14,4 837,3 55 HP Ake Sajuang 1.468,2 1.468,2
27 HL P. Muari 668,6 21,7 690,3 56 HP P. Pacitaka 739,1 739,1
28 HL P. Tambeluk 459,4 144,5 603,9 57 HP Ake Minjahe 5.162,7 379,5 32,4 5.574,7
29 HL Pulau-pulau Pao 249,4 0,5 250,0 Jumlah 2 78.093,8 2.606,1 67,5 80.767,4
Jumlah 1 58.808,4 1.226,0 6,3 60.040,6 Jumlah Seluruhnya 136.902,2 3.832,1 73,7 140.808,0

2. Pembagian Blok

Hasil analisis spasial tata hutan KPHP Model Bacan sesuaikriteria yakni
fungsi kawasan, kondisi biofisik wilayah, potensi sumberdaya alam, sosial ekonomi
masyarakat sekitar hutan, keberadaan izin pemanfaatan dan penggunaan kawasan
hutan dari 57 kawasan hutan pada Tabel 1, dirincikan prosentase pembagian kawasan
hutan KPHP Model Bacan kedalam blok-blok pengelolaan hutan, maka untuk
kawasanHL diperoleh: Blok Inti 24,19%, Blok Pemanfaatan 19,7 %, dan Blok Khusus

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 13


Cagar Budaya 0,7 % yang diperuntukkan Kesultanan Bacan. Blok-blok pemanfaatan
hutan produksi terdiri dari Blok Perlindungan (2,0 %), Blok Pemanfaatan Kawasan
(3,4 %), Blok Pemanfaatan HHK-HA (4,5 %), Blok Pemanfaatan HHK-HT (9,6 %),
Blok Pemanfaatan HHK-RE (1,8 %), Blok Pemberdayaan Masyarakat (8,4 %), Blok
Khusus Pendidikan (0,2 %), Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah (20,8 %), dan
Areal HTR Lippu Mandiri (4,6 %). Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah dan
areal HTR Lippu Mandiri merupakan areal hutan yang sudah berizin dan terdapat
dalam wilayah pengelolaan dengan prosentase luas sebesar 25,2 % dari luas kawasan
KPHP Model Bacan. Luas masing-masing blok pengelolaan sebagaimanaterinci pada
Tabel 2 berikut.

Tabel 2. Luas Blok-blok Pengelolaan Dalam KPHP Model Bacan

Fungsi Kawasan Hutan


No Luas (ha)
Kode dan Blok Pengelolaan
I Hutan Lindung (HL) 62.839,7
1 I.a. Blok Inti 34.064,9
I.a.1. Hutan Lindung Lahan Kering 30.660,6
I.a.2. Hutan Lindung Mangrove 3.392,2
2 I.b. Blok Pemanfaatan 27.720,0
I.b.1. Hutan Lindung Lahan Kering 27.693,9
I.b.2. Hutan Lindung Mangrove 26,2
3 I.c. Blok Khusus Cagar Budaya 1.054,8
II Hutan Produksi (HP dan HPT) 77.968,3
1 II.a. Blok Perlindungan 2.867,3
II.a.1. Hutan Produksi Lahan Kering 2.421,2
II.a.2. Hutan Produksi Mangrove 413,7
2 II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK 4.818,5
3 II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK-HA 6.323,8
4 II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK-HT 13.484,6
5 II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK-RE 2.526,6
6 II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat 11.864,9
7 II.d. Blok Khusus Pendidikan 286,8
8 II.e. Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah 29.240,6
9 II.f. Areal HTR Lippu Mandiri 6.525,9
III. Danau/Laguna (di Blok-blok Inti, Perlindungan, Pemberdayaan 73,7
Masyarakat, dan Areal IUPHHK-HA)
Jumlah 140.808,00

Panjang batas seluruh blok-blok pengelolaan dalam wilayah KPHP Model Bacan
yakni 1.558.476 m dengan panjang yang sudah ditatabatas (garis berwarna merah pada

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 14


Gambar 1) yaitu 479.243 m, dan yang belum ditatabatas sepanjang1.079.233 m (garis
berwarna kuning pada Gambar 1).

Gambar 1. Pembagian Blok-Blok dan Tata Batas Blok yang Sudah dan Belum Dikerjakan
dalam Kawasan KPHP Model Bacan (Unit XIII), Hasil AnalisisData BPKH
Wilayah VI

3. Aksessibilitas Kawasan dan Sejarah Wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII)

Kabupaten Halmahera Selatan terbentuk tanggal 25 pebruari 2003 berdasarkan


Undang-Undang Nomor : 1 Tahun 2003 dengan sembilan wilayah kecamatan,
kemudian dengan terbitnya Peraturan Daerah Nomor : 8 Tahun 2007 maka
kecamatan-kecamatan tersebut dimekarkan menjadi 30 wilayah kecamatan dengan
ibukota Kabupaten di Labuha, Kecamatan Bacan. Kawasan hutan dalam wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan sejak penerbitan Keputusan Menteri Kehutanan dan
Perkebunan Nomor : 415/Kpts-II/1999 tanggal 15 Juni 1999 mempunyai aksessibilitas
kawasan yang bersifat open access seluas lebih kurang 809.281,7 hadan secara de
facto terjadi illegal logging, perambahan, konflik kawasan hutan karena kebutuhan
lahan dan bahan baku kayu, sehingga menyebabkan terjadinyakerusakan hutan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 15


Selanjutnya kegiatan-kegiatan pembinaan masyarakat didalam dan di sekitar hutan,
pengamanan dan perlindungan hutan kurang mendapat perhatian yang proporsional.

Kondisi akses yang terbuka dan kerusakan hutan menuntut perlunya


pengelolaan hutan di tingkat tapak. Hal initelah ditindaklanjuti dengan Keputusan
Menteri Kehutanan Nomor: 73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Januari 2010, menetapkan
Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) di Provinsi Maluku Utara sebanyak 16 unit
meliputi 11 unit KPHP dan 5 unit KPHL mencakup luasanlebih kurang 1.768.424 ha
yang tersebar di 7 wilayah administrasi pemerintahan kabupaten/kota. Unit-unit KPH
dimaksud antara lain KPH(L) Pulau Morotai, KPH(L) Tiabo, KPH(L) Sasado
Bidadari, KPH(P) Wasile Maba, KPH(P) Watileo, KPH(L) Ake Kobe, KPH(P)
Damuli, KPH(P) Talawi, KPH(P) Oba, KPH(P) Gn. Sinopa, KPH(L) Ternate Tidore,
KPH(P) Gane, KPH(P) Pulau Bacan, KPH(P) Pulau Obi, KPH(P) Wai Todontaha dan
KPH(P) Wai Samada. Penunjukan KPHP Model Bacan menjadi KPHP Model
berdasarkan usulan Bupati Halmahera Selatan dengan Surat Bupati Nomor
522/1215/2013 tanggal 5 April 2013.

Kawasan hutan KPHP Model Bacan berdasarkan Keputusan Menteri


Kehutanan Nomor: SK. 73/Menhut-II/2010 tanggal 8 Pebruari 2010 seluas lebih
kurang 134.726 ha dan diperbarui dengan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK.
969/Menhut-II/2013 tanggal 27 Desember 2013 menjadi seluas lebih kurang 140.808
ha dengan adanyaperubahan Penunjukan Kawasan Hutan di Wilayah Provinsi Maluku
Utara berdasarkan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor: SK. 302/Menhut-II/2013
tanggal 1 Mei 2013. Pembentukan kelembagaan/institusi KPHP Model
Bacanberdasarkan Peraturan Bupati Kabupaten Halmahera Selatan Nomor: 11 Tahun
2014 tanggal 5 Juli 2013tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis
Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pada Dinas Kehutanan
Kabupaten Halmahera Selatan.

Wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sebelum era kemerdekaan


merupakanbagian wilayah Kesultanan Bacan yang meliputi: Pulau Bacan, Pulau
Kasiruta, Pulau Mandioli serta pulau-pulau kecil di sekitarnya. Tradisi tahunan yang
dilaksanakan pihak kesultanan berziarah ke tempat yang diyakini asal mulanya berdiri
kesultanan Bacan di Desa Kasiruta Dalam, Kecamatan Kasiruta Timur dan terletak
dalam kawasan hutan sehingga dapat dimasukkan pada pengelolaan hutan dengan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 16


tujuan khusus untuk kerja sama kemitraan dengan Kesultanan Bacan, yang masih
mempraktekkan kearifan lokal pengelolaan hutan.

Banyak pulau di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan belum memiliki jalan


lingkar pulau. Panjang ruas jalan darat (963,7 km) di Kabupaten Halmahera Selatan
tergolong dalam : jalan negara (58,5 km); jalan provinsi (404,0 km) dan jalan
kabupaten (501,2 km). Transportasi masyarakat mengandalkan laut utnuk
menghubungkan kota-kota kecamatan dan kota kabupaten. Jembatan laut/ dermaga
berskala regional terdapat di Babang dan Indari; yang dilayani oleh kapal PELNI dan
ferry ASDP. Dengan demikian, transportasi antar desa antar kecamatan juga lebih
banyak menggunakan speedboat, longboat dan perahu lokal (Pemerintah Kabupaten
Halmahera Selatan, 2013).

B. Potensi Wilayah Biogeofisik

Hasil analisis penutupan lahan dan hutan dalam wilayah kelola KPHP Model
Bacan disajikan pada Tabel.3 dan rinciannya sebagaimana Lampiran 1.

Hutan lahan kering primer dan sekunder mendominasi kawasan hutan KPHP
Model Bacan sebesar 78,7% dari total luas kawasan hutan lebih kurang 140.808 ha
dengan kisaran 60,9% pada Areal Pemanfaatan HTR Lippu Mandiri dan 98,9% pada
Blok Pemanfaatan HHK-HA a.n. PT. Bela Berkat Anugerah sebagaimana Tabel 3.

Penutupan lahan berupa pertanian lahan kering, perkebunan dan semak belukar
mencapai 18,5 % dari total luas kawasan hutan; sedangkan pada masing-masing blok,
penutupan pertanian lahan kering campur semak ini mencapai 39,1% dalam Areal
Pemanfaatan HTR Lippu Mandiri 35,8% dalam cadangan Blok Pemberdayaan
Masyarakat, 31,6% dalam cadangan Blok Khusus Pendidikan. Areal berpenutupan lahan
berupa semak-belukar, pertanian lahan kering campur semak juga masing-masing
mencapai 29,5% dan 29,1% dari luas areal KPHP Model Bacan pada cadangan hutan
produksi untuk Blok Pemanfaatan Kawasan dan untuk Blok Perlindungan. Blok
Pemanfaatan HL mangrove seluas 26,2 ha dengan penutupan mangrove primer dan
sekunder.

Potensi kayu sedang mendominasi kawasan hutan KPHP Model Bacan sebesar
53,1% dari total luas kawasan hutan, sedangkan potensi kayu tinggi hanya 28,7% dari
total luas kawasan hutan sebagaimana Tabel 4 dan Peta Lampiran4. kawasan yang

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 17


dicadangkan untuk Blok Pemberdayaan Masyarakat dan Blok Pemanfaatan HHK-RE
mempunyai hutan berpotensi kayu tinggi masing-masing hanya sangat sedikit yakni
5,3% dan 0%. Areal berpotensi kayu sedang dan potensi kayu tinggi pada Areal
Pemanfaatan HTR LiPeraturan Pemerintahu Mandiri dan Areal Pemanfaatan HHK-HA
PT Bela Berkat Anugerah sebesar 60,9% dan 86,1%. Areal berpotensi kayu sedang
dalam cadangan Blok Khusus Pendidikan tidak dijumpai, 68,4% arealnya berpotensi
kayu tinggi dan berarti kepadatan pohonnya masih tinggi. Semua areal pencadangan
Blok Inti dan Blok Pemanafaatan HL mangrove masih berkisar sedang hingga tinggi.

Tabel 3. Luas Penutupan Lahan dalam Wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII)

Luas Jenis Penutupan Lahan (ha)


Hutan Pertanian
Kode. Blok-blok Pengelolaan dalam Wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII) Hutan lahan Mangrove lahan kering Permukiman
Jumlah
Kering Primer Primer & Semak dan dan tanah Danau/
& Sekunder Sekunder Belukar Perkebunan terbuka Laguna
I.a. Blok Inti
I.a.1. Hutan Lindung Lahan Kering 28.480,6 - 1.752,5 425,0 2,5 - 30.660,6
I.a.2. Hutan Lindung Mangrove - 3.392,2 - - - - 3.392,2
I.b. Blok Pemanfaatan
I.b.1. Hutan Lindung Lahan Kering 20.008,9 - 3.120,6 4.522,5 41,9 - 27.693,9
I.b.2. Hutan Lindung Mangrove - 26,2 - - - - 26,2
I.d. Blok Khusus Cagar Budaya
I.d. Blok Khusus Cagar Budaya 871,0 - 182,9 0,9 - - 1.054,8
II.a. Blok Perlindungan
II.a.1. Hutan Produksi Lahan Kering 1.717,3 - 264,7 439,2 - - 2.421,2
II.a.2. Hutan Produksi Mangrove - 413,7 - - - - 413,7
II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK
II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK 3.398,4 - 1.100,2 319,8 - - 4.818,5
II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK-HA
II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK-HA 6.254,2 - 34,1 35,5 - - 6.323,8
II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK-HT
II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK-HT 11.100,4 - 1.234,3 1.150,0 - - 13.484,6
II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK-RE
II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK-RE 2.095,7 - 26,8 404,1 - - 2.526,6
II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat
II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat 7.614,6 - 1.914,9 2.335,4 - - 11.864,9
II.d. Blok Khusus Pendidikan
II.d. Blok Khusus Pendidikan 196,2 - 54,7 36,0 - - 286,8
II.e. Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah
II.e. Areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah 25.163,1 - 3.397,1 680,4 - - 29.240,6
II.f. Areal HTR Lippu Mandiri
II.f. Areal HTR Lippu Mandiri 3.971,1 - 179,3 2.375,5 0,03 - 6.525,9
III. Danau/Laguna - - - - - 73,7 73,7
Jumlah 110.871,4 3.832,1 13.262,0 12.724,4 44,4 73,7 140.808,0

Hasil inventarisasi biogeofisik didalam areal KPHP Model Bacan yang


dilaksanakan pada berbagai jenis penutupan lahan diperoleh jumlahpohon per ha pada
hutan primer lahan kering rata-rata sebanyak 211 pohon/ha, hutan sekunder lahan kering

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 18


sebanyak 160 pohon/ha dan pada hutan mangrove primer sebanyak 72 pohon/ha. Jenis
pohon yang dominan pada hutan lahan kering yaknikenari (Canariumsp.), nyatoh
(Palaqiumsp.), dan hiru (Vatica papuana, Dyer.). Volume kayu jenis meranti/kelompok
komersial satu sebanyak 69,7 m3/ha dengan jenis kayu dominan: kenari (Canarium
hirsutum, Wild.) sebanyak 108 pohon, dan nyatoh (Palaquium javense, Burck.) sebanyak
98 pohon.

Hasil inventarisasi tegakan juga menggambarkan kelompok jenis kayu rimba


campuran/ kelompok komersial dua memiliki potensi kayu sebesar 39,05 m3/ha dengan
jenis domionan yakni pala hutan (Myristica fatren, Houtz.) sebanyak 43 pohon, dan
gofasa (Vitexsp.) sebanyak 38 pohon. Potensi kelompok jenis kayu eboni/kelompok
indah satu sebesar 5,3 m3/ha, dengan jenis dominan yakni malambua (Diospyros sp.)
sebanyak 60 pohon. Potensi kelompok jenis kayu indah/kelompok indah dua sebesar
5,46 m3/ha, dengan jenis dominancempaka (Lepiniopsis ternatensisVal.) sebanyak 29
pohon. Pengelompokan jenis kayu sangat penting secara ekonomi untuk keberjantan
usaha pengelolaan KPHP Model Bacan (unit XIII).

Tabel 4. Luas Blok-blok Pengelolaan dan Tingkat Potensi Kayu dalam Wilayah KPHP
Model Bacan (Unit XIII)
Kode. Blok-blok Pengelolaan dalam Wilayah KPHP Model Bacan Luas areal (ha) dengan potensi kayu:
(Unit XIII) Non Hutan Rendah Sedang Tinggi Jumlah
I.a. Blok Inti
I.a.1. Hutan Lindung Lahan Kering 427,5 1.490,9 14.775,3 13.966,9 30.660,6
I.a.2. Hutan Lindung Mangrove 6,2 1.520,1 1.866,0 3.392,2
I.b. Blok Pemanfaatan
I.b.1. Hutan Lindung Lahan Kering 4.564,4 3.115,6 16.458,6 3.555,4 27.693,9
I.b.2. Hutan Lindung Mangrove 26,2 26,2
I.d. Blok Khusus Cagar Budaya 0,9 182,9 329,6 541,3 1.054,8
II.a. Blok Perlindungan
II.a.1. Hutan Produksi Lahan Kering 439,2 264,7 389,3 1.328,0 2.421,2
II.a.2. Hutan Produksi Mangrove 169,4 244,3 413,7
II.b.1. Blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa Lingkungan dan HHBK 319,8 1.100,2 2.714,3 684,2 4.818,5
II.b.2. Blok Pemanfaatan HHK-HA 35,5 34,1 770,7 5.483,4 6.323,8
II.b.3. Blok Pemanfaatan HHK-HT 1.150,0 1.217,9 9.672,1 1.444,6 13.484,6
II.b.4. Blok Pemanfaatan HHK-RE 404,1 26,8 2.095,7 2.526,6
II.c. Blok Pemberdayaan Masyarakat 2.335,4 1.810,4 7.092,8 626,2 11.864,9
II.d. Blok Khusus Pendidikan 36,0 54,7 196,2 286,8
II.e. Areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah 680,4 3.397,1 15.993,2 9.169,9 29.240,6
II.f. Areal HTR Lippu Mandiri 2.375,5 179,3 2.752,5 1.218,6 6.525,9
III. Danau/Laguna 69,2 4,5 73,7
Jumlah 12.844,2 12.874,6 74.738,0 40.351,2 140.808,0

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 19


Potensi jasa lingkungan di wilayah KPHP Model Bacan (Unit XIII), seperti: a)
Pantai Kupal dan Pantai Nusa Ra di Kecamatan Bacan, b) Pantai Tawa di Kecamatan
Bacan Timur, c) Kepulauan Gura Ici di Kecamatan Kayoa, dan d) beberapa air terjun,
misalnya air terjun Inggoi dan Bibinoi. Selain itu potensi pariwisata juga terdapat di
Kesultanan Bacan yakni: Keraton, Mesjid Sultan dan Mahkota Sultan; serta benteng
pertahanan peninggalan bangsa Portugis dan Belanda (Benteng Barnevald; Pemda
Halsel, 2013).
Beberapa fauna endemik di Maluku Utara, seperti: kakaktua putih (Cacatua Alba),
cendrawasih gagak (Lycocorax Pyrrhopterus), dan gagak Halmahera (Corvus Validus)
dan burung bidadari (Semioptera Wallacei). Fauna dan flora yang dapat dijumpai dalam
KPHP Model Bacandan terancam punah disajikandalam Tabel 5 (sumber:
www.wallacea.org).

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 20


Tabel 5. Jenis-jenis Spesies Terancam Punah di Kawasan Wallacea- Maluku Utara
Status
No Kelompok Nama ilmiah Nama Inggris Nama Indonesia IUCN
RedList
1 Mammal Melomys fraterculus Manusela Melomys CR
2 Mammal Melomys aerosus Dusky Melomys EN
3 Mammal Melomys bannisteri Bannister's Rat EN
4 Mammal Nesoromys ceramicus Seram Rat Tikus Seram EN
5 Mammal Pteropus melanopogon Black-bearded Flying-fox EN
6 Mammal Rhynchomeles prattorum Ceram Bandicoot EN
7 Mammal Babyrousa babyrussa Babiroussa Babirusa VU
8 Mammal Nyctimene keasti Keast's tube-nosed fruit-bat VU
9 Mammal Nyctimene minutus lesser tube-nosed bat kelelawar hidung-tabung kecil VU
10 Mammal Phalanger matabiru Blue-eyed Cuscus Kuskus mata biru VU
11 Mammal Pteropus ocularis Ceram Flying-fox Kalong Seram VU
12 Mammal Pteropus temminckii Temminck's Flying-fox VU
13 Mammal Syconycteris carolinae Halmahera Blossom-bat Kelelawar Halmahera VU
14 Burung Charmosyna toxopei Blue-front Lorikeet Perkici Buru CR
15 Burung Monarcha boanensis Black-chinned Monarch Kehicap Boano CR
16 Burung Lorius domicella Purple-naped Lory Kasturi Tengkuk-ungu EN
17 Burung Madanga ruficollis Rufous-throated White-eye Opior Buru EN
18 Burung Scolopax rochussenii Moluccan Woodcock Berkik-gunung Maluku EN
19 Burung Cacatua alba White Cockatoo Kakatua Putih VU
20 Burung Cacatua moluccensis Salmon-crestedCockatoo Kakatua Maluku VU
21 Burung Habroptila wallacii Invisble Rail Mandar Gendang VU
22 Burung Lorius garrulus Chattering Lory Kasturi Ternate VU
23 Burung Philemon fuscicapillus Dusky Friarbird Cikukua Hitam VU
24 Burung Ptilinopus granulifrons Carunculated Fruit-dove Walik Benjol VU
25 Burung Tanygnathus gramineus Black-lored Parrot Betet-kelapa Buru VU
26 Burung Todiramphus funebris Sombre Kingfisher Cekakak Murung VU
27 Lepidoptera Ornithoptera croesus Wallace's Golden Birdwing EN
28 Lepidoptera Graphium stresemanni VU
29 Lepidoptera Ornithoptera aesacus VU
30 Lepidoptera Troides prattorum The Buru Opalescent Birdwing VU
31 Tanaman Shorea montigena CR
32 Tanaman Shorea selanica CR
33 Tanaman Hopea gregaria Balau Pooti, Merawan Maluku EN
34 Tanaman Paphiopedilum mastersianum Anggrek Sepatu Maluku EN
35 Tanaman Aglaia ceramica VU
36 Tanaman Guioa malukuensis VU
37 Tanaman Guioa patentinervis VU
38 Tanaman Horsfieldia decalvata VU
39 Tanaman Mangifera transversalis Mangga Olat VU
40 Tanaman Myristica alba Pala-Hutan VU
41 Tanaman Myristica fissurata Pala-Hutan VU
42 Tanaman Myristica perlaevis Pala-Hutan VU
43 Tanaman Myristica pubicarpa Pala-Hutan VU
44 Tanaman Myristica robusta Pala-Hutan VU
Keterangan status IUCN Red List: CR = Critically Endangered; EN =Endangered; VU = Vulnerable

C. Sosial Budaya Masyarakat di dalam / sekitar KPHP Model Bacan

Masyarakat Halmahera Selatan memiliki sejarah yang penting karena Kesultanan


Bacan, bersama Kesultanan Ternate, Tidore, dan Jailolo, membentuk sebuah kebudayaan
yang dikenal dengan nama ”Maloku Kie Raha”. Secara umum terdapat 3 pengaruh
budaya lokal di Halmahera Selatan,yaitu: budaya Ternate mencakup kepulauan Ternate,
Halmahera Utara dan Kepulauan Sula, budaya Tidore mencakup kepulauan Tidore dan
Halmahera Tengah/Timur, dan budaya Bacan mencakup kepulauan Bacan dan Obi yang

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 21


adat istiadatnya berbeda secara gradual. Suku-suku bangsa di Halmahera Selatan antara
lain: Suku Tobelo Galela, Makian Kayoa, Suku Boton, Suku Bajo, Suku Bacan, dan
pendatang dari Gorontalo dan Jawa (Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan, 2013).

Struktur masyarakat pada desa sampel dalam survei sosial budaya untuk KPHP
Model Bacan, yaitu: Desa Bibinoi, Prapakanda, Sabatang, Loleojaya, Kaputusang dan
Desa Pelita terdiri dari berbagai etnis, seperti: Togale (Tobelo-Galela), Makian, Wanci,
Ternate dan suku Sanger. Banyaknya etnis yang mendiami setiap desa memperlihatkan
masyarakatnya hidup dengan rukun, kompak dan bersatu, sesuai azas-azas Pancasila
yaitu ”Walaupun Berbeda-beda Tetapi Tetap Satu” dengan kehidupan masyarakat sehari-
harinya saling bantu membantu dan bergotong royong dalam banyak hal yang
berhubungan dengan kepentingan umum. Sistem gotong-royong masih sering dijumpai
pada acara-acara kerja bakti maupun dalam usaha subsistem pertanian, juga tercermin
pada acara rapat-rapat desa untuk pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat
demi kepentingan bersama.

Penduduk Halmahera Selatan memiliki sumber mata pencaharian, yaitu


sebagaipeladang, berburu yang sering berpindah tempat, dan kebudayaan pesisir yang
dipengaruhi kebudayaan Islam serta kegiatan perdagangan yang menonjol. Mereka
mengembangkan kesenian dalam bentuk tarian, musik dan kesusastraan sebagai unsur
pemersatu.Kondisi sosial ekonomi masyarakat di dalam / sekitar KPHP Model Bacan
pada desa sampel/lokasi survei sebagai berikut:

Desa Bibinoi merupakan ibukota Kecamatan Bacan Timur Tengah. Sarana


ekonomi yang dimiliki sebanyak 1 pasar yang buka tiap hari, toko pakaian sebanyak 1
unit, warung/kios sembako sebanyak 40 unit, lumbung padi sebanyak 2 unit,
penggilingan padi sebanyak 2 unit, ojek motor sebanyak 40 unit, speed boat sebanyak 5
unit, longboat sebanyak 3 unit, perahu motor sebanyak 20 unit, 150 kk menggunakan
listrik PLN, 15 kk menggunakan listrik perorangan /gendset dan penjahit sebanyak 2
orang. Letak dan jarak desa yang berada di sepanjang tepian pantai dapat memberikan
nilai yang positif untuk perkembangan perekonomian kedepannya, jarak desa dengan
pelabuhan yang masih relatif dekat memberikan keuntungan kepada masyarakat desa
dalam meningkatkan perekonomiannya.

Desa Prapakanda memiliki warung/kios sembako sebanyak 7 unit, pedagang


pengumpul sebanyak 15 orang, perahu motor/ketinting sebanyak 5 unit,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 22


koperasisebanyak 1 unit, dan penjahit sebanyak 1 orang. Mayoritas masyarakat bermata
pencaharian sebagai petani dan nelayan.Hasil melaut dan pertanian dipengaruhi oleh
iklim, luas lahan dan harga pasar.Iklim sekarang yang sulit diprediksi menyebabkan hasil
laut dan pertanian yang tidak menentu.Sumber pendapatan/penghasilan dari masyarakat
Desa Prapakanda diperoleh dari hasil ladang, kebun, dan nelayan.Penerimaan para petani
juga bervariasi sesuai dengan luas lahan yang dimiliki dan jenis komoditi tanaman yang
ditanam. Hasil pengolahan data penghasilan masyarakat yang diterima dari hasil
pertanian dan sumber pendapatan lainnya menunjukkan bahwa terdapat 40% responden
memiliki pendapatan yang sama baiknya dengan pendapatan yang diterima pada tahun
2012 dan 60% memiliki pendapatan yang meningkat atau lebih baik dibandingkan
dengan pendapatan pada tahun 2012.Hal ini memberikan gambaran bahwa lebih banyak
masyarakat yang memiliki peningkatan penghasilan pada tahun 2014.

Desa Sabatang mayoritas masyarakatnya bermata pencaharian sebagai petani dan


nelayan. Desa Sabatang memiliki warung/kios sembako sebanyak 9 unit, speed boat
sebanyak1 unit, perahu motor sebanyak 5 unit dan listrik perorangan sebanyak 21 unit.
Lahan pertanian masyarakat ditanami tanaman perkebunan dan pada umumnya jenis
tanaman yang ditanam berupa kelapa, coklat dan pala.Lahan pertanian masyarakat
ditanami tanaman perkebunan dan tanaman semusim yang tujuannya untuk memberikan
hasil tahunan dan kebutuhan sehari-hari seperti kasbi, dan pisang yang dikonsumsi
sendiri. Masyarakat memiliki penghasilan minim, sehingga tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka dan mengupayakan tambahannya dengan
mengalihkan pekerjaan sementara menjadi penyedia jasa serta mencari nafkah di daerah
luar desa mereka. Salah satu bentuk alternatif pekerjaan untuk mencukupi kehidupan
mereka yaitu mencari kayu dan hasil hutan non kayu seperti mengambil rotan, berburu,
usaha pembibitan dan nelayan.

Pada Desa Kaputusang terdapat sarana ekonomi seperti warung/kios sembako


sebanyak 6 unit, 6 unit ojek motor, speed boat sebanyak 1 unit, long boat sebanyak 1
unit, perahu motor/ketinting sebanyak 20 unit dan masyarakat menggunakan listrik
genset untuk penerangan. Dilihat dari kondisi sosial ekonominya, perekonomian
masyarakat desa umumnya terbatas dikarenakan faktor pendukung dan penggerak
perekonomian masih sangat minim.Sangat sedikit sekali dijumpai warung/kios yang
menjadi penggerak perekonomian apalagi toko yang menyediakan bahan kebutuhan
pokok untuk masyarakat dan dalam hal pemenuhan kebutuhan pokok masyarakat masih

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 23


mengandalkan pasokan dari ibukota Kabupaten Halmahera Tengah.Kondisi kebutuhan
papan (rumah) yakni sebagian besar kondisi rumah masih banyak yang belum memadai,
hal ini dilihat dari bentuk rumah yang masih banyak berdinding papan dan atap seng
dengan tipe rumah yang masih relative kecil.Mayoritas masyarakat memiliki mata
pencaharian sebagai petani, dan nelayan.Jenis mata pencaharian masyarakat berpengaruh
terhadap tingkat pendapatan masyarakat.Adapun tanaman unggulan petani di Desa
Kaputusang, yaitu: kelapa, cengkeh, pala, dan coklat. Masyarakat juga mengalami
kesulitan memasarkan hasil pertanian tersebut karena ongkos angkut yang mahal dan
tidak seimbang dengan pendapatan yang diperoleh, mengakibatkan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari terhadap sandang, pangan dan papan belum sepenuhnya terpenuhi,
sehingga masyarakat mengupayakan alternatif tambahan dengan bekerja pada sub sektor
lain seperti perikanan atau kehutanan. Mereka juga mengambil hasil hutan berupa kayu
gaharu, damar, nyatoh dan mersawa, serta hasil hutan non kayu seperti rotan dan bambu.
Kondisi ini dapat menjadi permasalahan dalam pengelolaan KPHP Model Bacan ke
depan, kalau tidak segera diupayakan solusinya.

Sarana pendukung perekonomian pada Desa Loleojaya antara lain : toko pakaian
sebanyak 1 unit, toko bangunan sebanyak 1 unit, warung/kios sembako sebanyak 10 unit,
speed boat sebanyak 1 unit, long boat sebanyak 2 unit, koperasi sebanyak 1 unit, dan
penjahit sebanyak 2 orang serta masyarakat menggunakan listrik tenaga surya sebagai
sumber penerangan. Dilihat dari sarana prasarana ekonomi desa yang tersedia, dapat
dikategorikan masih sangat minim untuk mendukung roda perekonomian
masyarakatnya.Tidak dijumpai pasar yang menjadi penggerak perekonomian, sehingga
untuk memenuhi kebutuhan bahan pokok masih mengandalkan toko/kios sembako yang
ada di desa dan pasokan dari ibukota Kabupaten Halmahera Tengah yang memerlukan
biaya transportasi yang cenderung mahal.Kondisi rumah masyarakat Desa Loleojaya
sebagian besar belum memadai, hal dapat dilihat dari kondisi rumah yang umumnya
masih berdinding papan dan atap seng dengan tipe rumah yang reatif masih
kecil.Mayoritas masyarakat memiliki mata pencaharian sebagai petani, dan
nelayan.Tanaman unggulan petani di Desa Loleojaya yaitu kelapa, cengkeh, pala, dan
coklat. Masyarakat juga mengalami kesulitan memasarkan hasil pertanian tersebut
dengan ongkos angkut yang cukup tinggi/mahal, mengakibatkan pemenuhan kebutuhan
sehari hari terhadap sandang, pangan dan papan sepenuhnya dapat terpenuhi, sehingga
untuk mencukupi kebutuhan hidup mereka bekerja pada sub sektor lain seperti nelayan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 24


atau mengambil hasil hutan yang berada disekitarnya seperti kayu. Kondisi ini dapat saja
berkembang/meluas yang berakibat pada kerusakan hutan dan hal ini perlu segera
diupayakan penyelesaiannya.

Sarana dan prasanana ekonomi Desa Pelita dapat dikategorikan masih relative
minim berupa toko bangunan sebanyak 2 unit, warung/kios sembako sebanyak 10 unit,
pedagang pengumpul 3 orang, long boat sebanyak 2 unit, dan perahu motor/ketinting
sebanyak3 unit, sehingga perlu peningkatan sarana dan prasarana ekonomi ke
depan,untuk meningkatkan perekonomian masyarakat desa.Sebagian besar kondisi rumah
masyarakat Desa Pelita masih tergolong belum memadai, hal inidapat dilihat dari
kondisi rumah yang masih berdinding papan dengan atap seng dan tipe rumah yang
masih relative kecil. Mayoritas masyarakat memiliki sumber mata pencaharian sebagai
petani, dan nelayan.Masyarakat juga mengalami kesulitan memasarkan hasil
pertaniannya dengan ongkos angkut yang cukup mahal, mengakibatkan pemenuhan
kebutuhan sehari hari terhadap sandang, pangan dan papan belum sepenuhnya dapat
terpenuhi. Untuk mencukupi kebutuhan hidup, mereka bekerja pada sub sektor lain
seperti nelayan atau mengambil hasil hutan di sekitarnya.

Dari 6 desa sample/sasaran survei, Desa Bibinoi memiliki jumlah penduduk


terbanyak yaitu 1.761 jiwa atau 346 kepala keluarga, yang terdiri dari laki-laki sebanyak
908 jiwa, dan perempuan sebanyak 853 jiwadan setiap keluarga memiliki batih rata-rata
sebanyak 5 jiwa. Desa Bibinoi memiliki luas wilayah lebih kurang 5,41 km².Adapundesa
yang memiliki jumlah penduduk terendah yaitu Desa Sabatang dengan jumlah penduduk
sebanyak lebih kurang 763 jiwa atau 178 kk yang terdiri dari laki-laki sebanyak 360 jiwa,
dan perempuan sebanyak 403 jiwa dengan batih rata-rata sebanyak 5 jiwa. Desa Sabatang
memiliki wilayah seluas lebih kurang 54,7 km². Pertambahan penduduk yang terus
meningkat mengakibatkan kebutuhan akan lahan pertanian semakin meningkat pula.
Desa Kaputusang memiliki tingkat kepadatan penduduk lebih tinggi dibandingkan desa
sampel lainnya yaitu 1.449 jiwa/km², karena memiliki luas wilayah yang lebih kecil
dibandingkan dengan desa lainnya, hal ini dapat merupakan ancaman bagi keberadaan
KPHP Model Bacan ke depan.

Sarana ekonomi yang dimiliki desa sampel umumnya sangat minim, yaitu dari 6
desa sampel hanya Desa Bibinoi yang memiliki pasar.Pasar yang merupakan tempat
untuk menjual dan membeli hasil pertanian dan perikanan, tempat untuk mendapatkan
kebutuhan hidup sehari-hari, dan menjadi tempat perputaran roda ekonomi sangat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 25


minimtersedia di desa sampel, sehingga masyarakat hanya mengandalkan warung/kios
yang tersedia di desa untuk memenuhi kebutuhan sembako mereka.Sarana perhubungan
yang digunakan masyarakat ke daerah lainnya baik untuk hubungan masyarakat maupun
menghubungkan masyarakat dengan aktivitas lainnya sepertiuntuk ke tempat bekerja, ke
sekolah, dan lainnya mengandalkan perahu, longboat dan speed boat, sehingga
memerlukan waktu yang relatif lebih lama.

D. Pemanfaatan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan

Kawasan KPHP Model Bacan terdiri atas blok-blok pengelolaan, yakni untuk HL
terbagi atas blok inti, blok pemanfaatan dan blok khusus, sedangkanuntuk HP terbagi
atasblok perlindungan, blok pemanfaatan, blok pemberdayaan masyarakat, blok khusus
dan areal sudah berizin. Pembagian blok pada kawasan hutan KPHP Model Bacan
menggunakan analisis spasial dan sesuai kriteria berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal
Planologi Kehutanan Nomor : P. 5/VII-WP3H/2012 yang disajikan pada Gambar 1 dan
Tabel 2 danlebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 1 dan Lampiran Peta 1.

Pada wilayah KPHP Model Bacanterdapat izin pemanfaatan hasil hutan yaitu
IUPHHK-HA a.n. PT. Bela Berkat Anugerah, HTR a.n. Lippu Mandiri, dan izin
penggunaan kawasan hutan untuk eksplorasi a.n. PT. Harita Multi Karya Mineral dan
PT. Bukit Fajar Mandiri. Terdapat areal izin yang tumpang tindih,yaitu antara areal PT.
Bela Berkat Anugerah dengan areal eksplorasi a.n. PT Harita Multi Karya Mineral dan
areal PT. Bukit Fajar Mandiri (Lampiran Peta 7).Juga terdapat perizinan kecil di Wilayah
Pertambangan Rakyat (WPR) Majiko dan Pido Doko yang masuk ke dalam Kawasan
KPHP Model Bacan.

Blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering (Gambar 2) terbagikedalam 145 petak
dengan areal seluas lebih kurang 30.664,4 ha dan telah ditatabatas sepanjang 94.736 m
(30,83 %) dari keseluruhan panjang batasyaitu 307.262 m. Blok-blok inti ini sebagian
besar (69,17 %) belum ditatabatas, kecuali batas luar kawasan HL. Urijawa, Gn. Goro-
goro, Gn. Raroang dan Gn. Bibinoi. Areal yang memiliki potensi kayu rendah seluas
233,9 ha pada kawasan hutanlindung Gn. Goro-goro dan seluas 507,3 ha pada kawasan
HL P.Mandioli dan areal tersebut berpotensi mengalami kerusakan hutan yang cukup
tinggi. Pada arael tersebut perlu dilakukan rehabilitasi melalui kegiatan antara lain : (a)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 26


inventarisasi lahan kritis, (b) pengukuran dan pemetaan areal rehabilitasi, (c) penanaman,
(d) pemeliharaan tanaman, (e) pengayaan tanaman dan (f) penerapan teknik konservasi.

Gambar 2. Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Lahan Kering dalam Kawasan KPHP
Model Bacan

Blok-blok Inti Hutan Lindung Mangrove (Gambar 3 dan Lampiran 3) )


terbagikedalam 102 petak dengan areal seluas lebih kurang3.400,5 ha dan telah
ditatabatas sepanjang 1.556 m (0,46 %) dari keseluruhan panjang batasyaitu 337.869 m.
Blok-blok inti bakau ini perlu segera diselesaikan tatabatasnya untuk memberikan
kepastian batas baik secara hokum maupun secara fisik di lapangan.Areal yang memiliki
potensi kayu rendah seluas 6,2 ha yang berlokasi padaHL bakau P.Parapotang dengan
potensi kerusakan hutan yang cukup tinggi, namun pada blok-blok inti bakau lainnya
masih sangat bagus kondisi tegakannya. Pada kawasan HL mangrove yang telah
kritis/mengalami kerusakan perlu dilakukan rehabilitasi hutan melalui kegiatan, antara
lain : (a) inventarisasi lahan kritis mangrove, (b) pengukuran dan pemetaan areal HL
mangrove, (c) penanaman mangrove), (d) pemeliharaan tanaman, (e) pengayaan
tanaman, dan (f) penerapan teknik konservasi.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 27


Gambar 3.Pencadangan Blok-blok Inti Hutan Lindung Mangrove dalam Kawasan KPHP
Model Bacan
Pemanfaatan hasil hutan khususnya pada blok pemanfaatan HL berupa jasa
lingkungan danHHBK tersebar di 17 lokasi/kawasandan terbagi kedalam 110 petak
(Gambar 4 dan Lampiran 4) dengan areal seluas lebih kurang 27.720 ha. Adapun areal
yang memiliki potensi kayu rendah seluas lebih kurang 7.680 ha. Batas kawasan hutan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 28


untuk blok pemanfaatan hutan lindung lahan kering seluruhnya sepanjang 274.678 m dan
telah ditatabatas sepanjang 97.087 m (35,35 %).

Gambar 4. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan dalam Kawasan Hutan Lindung Lahan


Kering untuk Pemanfaatan, Jasa Lingkungan danHHBK

Satu-satunya blok pemanfaatan padakawasan HL Mangrove terdapat pada HL


Selat Kaireu seluas lebih kurang 26,2 ha dengan batas fungsi sepanjang 1.626 m dan
telah ditatabatas serta batas alam sepanjang 1.466 m yang belum ditatabatas. Blok
pemanfaatan Selat Kaireu ini dapat dijadikan percontohan pengelolaan mangrove untuk
keperluan obat-obatan herbal hayati, sehingga perlu diinventarisasi secara detail. Blok
pemanfaatan ini juga dapat dijadikansebagai lokasi sumber bibit/benih mangrove guna
mendukung rehabilitasi mangrove di sekitarnya.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 29


Gambar 5. Pencadangan Blok Pemanfaatan untuk Jasa Lingkungandan HHBKdalam
Kawasan Hutan Lindung Mangrove

Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam terbagi dalam 5 petak seluas lebih
kurang 1.054,8 ha (Gambar 6) sebagai kawasan pengelolaan hutan oleh Kesultanan
Bacan karena letaknya sangat berdekatan dengan situs-situs kesultanan lainnya (telaga
milik Kesultanan Bacan). Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam ini perlu segera
ditindaklanjuti dengan pengesahan oleh pihak yang berwenang untuk menjamin
kepastian pengelolaan kawasan, karena baru sebagian bataskawasannya ditetapkan.
Pemanfaatan kawasan hutan ini untuk HHBK karena dijumpai banyak komoditas HHBK
yang sudah diolah secara tutun-temurun dalam Kesultanan Bacan, seperti: damar, obat-
obat herbal dari hutan, dll. Pengusahaan kemitraan secara penuh dapat dilakukan sesuai
pedoman dan tatacara pengusulan kawasan hutan lindung untuk pemanfaatan.Blok
Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam ini perlu diakomodir sesuai arahan untuk kawasan
HL.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 30


Gambar 6. Pencadangan Blok Khusus Cagar Budaya Kasiruta Dalam

Blok-blok pemanfaatan kawasan, Jasa lingkungan dan HHBK pada KPHP Model
Bacan terbagi kedalam 46 petak dengan areal seluas lebih kurang 4818,5 ha yang berada
pada 6 lokasi/kawasan hutan (Gambar 2.7), yakni: (1)blok pemanfaatan Ake Sajuang 2,
(2) blok pemanfaatan Tutupa, (3)blok pemanfaatan Ake Sajuang 1, (4) blok pemanfaatan
P. Kasiruta 1, (5) blok pemanfaatan P. Kasiruta 2, dan (6)blok pemanfaatan P. Kasiruta
3. Batas blok-blok ini sepanjang 116.811 m, dan yang telah ditatabatas 48.500 m (41,52
%). Pada blok pemanfaatan P. Kasiruta 1 dan blok pemanfaatan P. kasiruta 2 (Gambar 7,
bentuk 04 dan 05) terdapat wilayah pertambangan rakyat untuk batu bacan (krisokola)
yang sudah dikerjakan masyarakat secara turun-temurun dan berizin SK. Bupati
Halmahera Selatan. Potensi kayu pada blok-blok pemanfaatan kawasan ini sangat
rendah dengan areal seluas lebih kurang 1.420,0 ha. Untuk memulihkan kawasan hutan
ini perlu dilakukan kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan secara berkelanjutan
melalui pemberdayaan masyarakat sekitar wilayah pertambangan rakyat tersebut yang
didahului dengan penyelesaian tata batas yang masih sisa yaitu sepanjang 17.530 m.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 31


Gambar 7. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan Kawasan, Jasa lingkungan dan HHBK
dalam Hutan Produksi

Blok Pemanfaatan HHK-HA Ake Minjahe dan Blok Pemanfaatan HHK-HA


Tutupa merupakan 2 lokasi pemanfaatan hutan untuk HHK-HA dengan luas masing-
masing 2.021,0 ha dan 4.302,7 ha (Gambar 8 dan Lampiran 10). Potensi kayu pada
kedua lokasi ini sangat baik, sedangkan luas areal dengan potensi kayu rendah dan non-
kayu seluas lebih kurang 69,6 ha dari 6.323,8 ha. Walaupun demikian, pemanfaatan
HHK-HA ini perlu dipertegas dengan penataan batas sepanjang 24.896 m dari panjang
batas seluruhnya 37.412 m. Lokasi Blok Pemanfaatan HHK-HA Tutupa yang terletak di
RPH Bacan meliputi 40 petak dan berbatasan dengan Areal HTR Lippu Mandiri,
sehingga biaya penataan batasnya dapat ditanggung bersama. Sedangkan Blok
Pemanfaatan HHK-HA Ake Minjahe termasuk RPH Kasiruta di P.Bacan meliputi 19
petak. Batas blok pemanfaatan ini perlu segeraditatabatas dan penataan batasnya dapat
dilakukan bersama masyarakat yang diberdayakan untuk mengelola blok permberdayaan
masyarakat HP Ake Minjahe. Blok Pemanfaatan HHK-HA Ake Minjahe ini
memilikiaksessibilitas yang tinggi karena berbatasan dengan APL.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 32


Gambar 8. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HA

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 33


Gambar 9. Pencadangan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT

Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT meliputi 7 lokasi/kawasan dengan areal seluas


lebih kurang 13.484,6 ha dan terbagikedalam 144 petak yang berada di P.Kasiruta dan
P.Bacan (Gambar 9 dan Lampiran Peta 1). Blok Pemanfaatan HHK-HT P.Kasiruta 1
seluas lebih kurang 1.101,0 ha terdiri dari 12 petak dan sudah ditatabatas
fungsi.Adapunpanjang batasluar seluruh kawasannya yaitu lebih kurang 13.320 m, dan
memerlukan pengukuhan kembali dan penataan batas petak-petaknya. Demikian pula
halnya dengan Blok Pemanfaatan HHK-HT Ake Sajuang 4 seluas lebih kurang 697,1 ha
yang terdiri dari 8 petak sudah ditatabatas batas-fungsi dan panjang batasluar seluruhnya
yaitu 2.541, namun memerlukan pengukuhan kembali dan penataan batas petaknya.
Sedangkan Blok-blok Pemanfaatan HHK-HT lainnya masih memerlukan penataan batas,
baik batas fungsi maupun batas kawasan dan batas luasnya. Sayangnya, Blok
Pemanfaatan HHK-HT Ake Sajuang 4 dan P.Kasiruta 1 memiliki potensi kayu yang
sedang, sehingga perlu penanaman kembali sebelum dapat dipanen secara lestari
(Lampiran Peta 4). Blok Pemanfaatan HHK-HT Ake Sajuang 4 penutupan non hutan
seluas lebih kurang 31,8 ha, sedangkan Blok HHK-HT P.Kasiruta 1 potensi kayunya
lebih baik.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 34


Gambar 10. Pencadangan Blok Khusus Pendidikan

Blok Khusus Pendidikan dicadangkan seluas lebih kurang 286,8 ha terletak antara
Wayamiga dan Marabose di tepi kawasan Cagar Alam Gn. Sibela (Gambar 10 dan
Lampiran Peta 1). Panjang batas Blok Khusus Pendidikan ini yang sudah ditatabatas
yaitu 728 m dan lokasinya berbatasan dengan cagar alam dan memiliki areal seluas lebih
kurang 90,6 ha yang berpotensi kayu dan non kayu rendah. Areal Perbukitan blok khusus
ini sangat bagus dijadikan prioritas sebagai jendela pemasaran (site-show) untuk
pengelolaan hutan di KPHP Model Bacan karena mudah dijangkau dan langsung terlihat
dari jalan yang menghubungkan ibukota Labuha dan Pelabuhan Babang. Pengayaan
tanaman pohon perlu dilakukan juga untuk blok ini, bahkan uji-coba demplot petak
permanen pengukuran tegakan dan penyerapan karbon dapat dilakukan bersama
masyarakat khususnya mahasiswa dan pelajar yang meminati program studi kehutanan.
Kerjasama dan kolaborasi pengelolaan kawasan ini dengan para pihak terkait dapat
dilakukan dengan baik bila kepastian tatabatas kawasannya telah ada dilapangan dan
memiliki kekuatan hukum.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 35


E. Posisi Areal Kerja KPHP Model Bacan dalam Perspektif Tataruang Wilayah dan
Pembangunan Daerah Kabupaten Halmahera Selatan

Rencana pola pemanfaatan ruang Kabupaten Halmahera Selatan yang tergabung


dalam Gugus Pulau Halmahera Selatan terbagi menjadi dua bagian besar, yaitu pola
pemanfaatan ruang daratan serta Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil (Peraturan Pemerintah).
Rencana pola pemanfaatan ruang di daratan serta pesisir dan Pulau-Pulau Kecil pada
dasarnya terdiri dari dua bagian besar pemanfaatan ruang, yaitu pemanfaatan ruang untuk
kawasan lindung dan kawasan budidaya (Perpres 77 Tahun 2014).

Rencana sistem perkotaan di Kabupaten Halmahera Selatan dengan kawasan


andalan Bacan-Halmahera Selatan yang berkaitan dengan KPHP Model Bacan (Unit
XIII)sebagai berikut :

1. PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) Kota Labuha


2. PKL (Pusat Kegiatan Lokal) Saketa dan Babang
3. PPK(Pusat Pelayanan Kawasan) Bajo dan Kukupang
4. PPL (Pusat Pelayanan Lingkungan) Indari, Yaba, Mandaong, Wayaua, Bibinoi,
Palamea, Loleojaya, Busua, Laluin,
Laromabati, Jiko, dan Indong.

Kawasan andalan tersebut dapat menjadikan Pelabuhan Babang dan Pelabuhan


Labuha sebagai pelabuhan laut yang menghubungkan daerah sekitarnya.

Strategi operasionalisasi perwujudan kawasan peruntukan hutan meliputi: a.


mempertahankan dan merehabilitasi kawasan peruntukan hutan dari deforestasi dan
degradasi; b. mengembangkan pengelolaan kawasan peruntukan hutan dengan prinsip
berkelanjutan; c. meningkatkan fungsi ekologis kawasan peruntukan hutan, terutama di
Pulau Kecil; dan d. mengendalikan kegiatan budidaya kehutanan yang berpotensi
merusak fungsi kawasan hutan lindung untuk menjaga ketersediaan air (Perpres Nomor :
77 Tahun 2014).

F. Isu Strategis, Kendala, dan Permasalahan Pengelolaan Hutan KPHP Model Bacan
(Unit XIII)

Renstra Kementerian Kehutanan tahun 2010 – 2014 dalam meningkatkan


keberlanjutan pembangunan kehutanan telah menetapkan 6 program prioritas, yakni : (1)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 36


pemantapan kawasan hutan; (2) rehabilitasi hutan dan peningkatan daya dukung Daerah
Aliran Sungai (DAS); (3) pengamanan hutan dan pengendalian kebakaran hutan; (4)
konservasi keanekaragaman hayati; (5) revitalisasi pemanfaatan hutan dan industri
kehutanan; (6) pemberdayaan masyarakat di sekitar hutan.

Pengelolaan hutan memiliki isu-isu strategis yang berpengaruh dalam pengelolaan


hutan jangka panjang KPHP Model Bacan antara lain:
a. Pemantapan kawasan hutan
b. Degradasi dan deforestasi kawasan hutan
c. Percepatan pembangunan Hutan Tanaman Rakyat (HTR)
d. Perdagangan karbon
e. Pengelolaan hutan lestari
f. Tingkat perekonomian masyarakat yang relatif rendah

Pengelolaan hutan KPHP Model Bacan juga menghadapi kendala-kendala sebagai


berikut:
a. Pemahaman masyarakat akan fungsi hutan sebagai penyangga kehidupan dan
perlindungan ekosisitem masih relatif rendah
b. Masyarakat belum mengetahui batas-batas kawasan hutan secara pasti
c. Ketergantungan masyarakat di dalam/sekitar hutan yang tinggi terhadap hutan
sebagai sumber penghidupan
d. Terdapat pemukiman masyarakat di dalam kawasan hutan

Permasalahan-permasalahan pengelolaan hutan KPHP Model Bacan yang


dijumpai saat ini, yakni :
a. Koordinasi antar instasi dan stakeholder terkait yang belum berjalan dengan baik
b. Masyarakat dan pemerintah setempat masih belum memahami dengan benar tujuan
dan sasaran dari pembangunan KPHP Model Bacan.
c. Masyarakat dan pemerintah setempat masih belum memahami dengan benar
manfaat pembangunan KPH Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 37


III. VISI DAN MISI PENGELOLAAN HUTAN

A. VisiPemerintahKabupaten Halmahera Selatan dan KPHP Model Bacan

VisiKabupaten Halmahera Selatan Tahun 2005-2025 yang


“MenjadiKabupatenKepulauan yang AdildanDamai, MajudanMandiri, Sejahtera
danBermartabat, MelayanidanDiridhoi Allah Yang MahaKuasa” (BPS Halmahera
Selatan, 2013) mengilhamiVisiKPHP Model Bacanperiode 2015 – 2024, yakni:
“Pengelolaanhutanlestari yang berbasiskepulauan,
berbudayadanmandiriuntukkesejahteraanmasyarakat sekitarnya”.
VisitersebutjugamemuatvisiKementerianKehutananTahun 2010-2014
dalampenyelenggaraanpembangunankehutananyaitu “Hutan Lestari
untukKesejahteraanMasyarakat Yang Berkeadilan”.VisiKPHP Model Bacanperiode 2015
– 2024 dirumuskankarenakawasanhutan di wilyah KPHP model
mempunyaiberagamfungsidankondisibiofisik, dengananekakondisisosio-
demografimasyarakat yang melingkupwilayahKPHP Model
Bacandankomitmennasionalterhadapisu global perubahaniklim (climate change)
danpenaikanpermukaan air laut (sea-level rise).
Penjelasansingkatdarivisitersebutyakni, :
Kesejahteraanmasyarakatadalahsuatukondisimasyarakat yang
hidupberkecukupansecara material dan spiritual
denganindikatorkesejahteraannyamerujukpadaberbagaiindikator yang umumdigunakan,
sepertiindikatorkemiskinan, pendidikan, pendapatan,
kesehatandanindikatorpembangunanmanusialainnya.
Pengelolaanhutanlestariadalahsuatukondisisistempengelolaansumberdayahutan yang
eksissepanjangmasa, sehinggaterciptakondisihutan yang
memberikanmanfaatsecaraekonomisbagimasyarakat (stakeholders) danpemerintah,
danmenjagakondisiekologishutantetap prima.
KPHP Bacan yang berbasiskepulauan, berbudaya,
danmandiribermaknabahwasistempengelolaan yang
khassesuaibudayakepulauandanmenjaminterciptanyakemandirian KPH,
sehinggadalampelaksanaankegiatannyatidakselalubergantungpadafasilitas yang
diberikanpemerintah, karena KPH telahmampumembiayaidirinyasendiri/mandiri.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 38


B. Misi KPHP Model Bacan

Untukmewujudkanvisitersebut, makamisiKPHP Model


Bacanyaknimembangundanmengembangkansistempengelolaandanpemanfaatananekafu
ngsihutanlindungdanhutanproduksidenganhasilhutankayudan non-
kayusertajasalingkungan, danmengoptimalkanmanfaathutansebagailingkunganekonomi,
sosialdanbudaya, yaitu:
a)
Mewujudkankelestariansumberdayahutandenganmembangunpartisipasimasyar
akatdanseluruhstakeholderkehutanan, meningkatkankapasitassumberdayamanusia
yang terlibatdalampengelolaansumberdayahutan,
mencegahtindakanperusakanhutan,
meminimalkanpotensikonflikpengelolaandanpemanfaatansumberdayahutan,
memanfaatkanilmupengetahuandanteknologidalampengelolansumberdayahutan,
danmerevitalisasikearifanlokaldalampengelolaansumberdayahutan.
b) Mewujudkanmasyarakat yang
sejahteradenganterpenuhinyahajathidupmasyarakatnya yang
mencakupkebutuhansandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan,
danlapangankerja, keamanandankeselamatandiridanlingkungannya,
sertapemenuhanaktualisasieksistensikepribadianmasyarakatdan KPHP.
c) Mewujudkanpengelolaansumberdayahutan yang
mandiridenganmengembangkanprodukhutan yang memilikiprospekekonomi,
mengoptimalkanfungsihutan (lindungdanproduksi),
mengoptimalkanpemanfaatanjasalingkungan,
danmemberdayakanekonomimasyarakat.

C. TujuandanCapaian yang Diharapkandari KPHP Model Bacan

KPHP Model Bacanbertujuan agar


pengelolaanhutandilakukansecaraefisiendanlestaridalamkawasanhutan yang
mantapberjangkapanjangsehinggamampumemproduksihasilhutankayudanhasilhutanlain
nya,
sertamenjagakualitasekosistemkepulauandanmemberikeuntunganbagimasyarakatdanorg

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 39


anisasi KPHP.RPHJP KPHP Model Bacanmerupakanpanduan yang
harusdiikutiuntukmenujupengelolaanhutanberkelanjutandenganpertimbanganekologi,
sosialdanekonomi.Dengan kata lainKPHP Model
Bacanbertujuanuntukmemecahkanmasalah-masalahstrategispengelolaanhutan di
tingkattapak, sebagaiberikut:
1. Meningkatkanstabilitasekosistemkawasanhutan
2. Memantapkanpenataankawasanhutansecararasional, efektifdanefisien
3. Meningkatkanprofesionalismesumberdayamanusia (SDM) kehutanan
4. Meningkatkankomunikasi, koordinasi, dankerjasamaantarinstitusi
5.
Meningkatkantanggungjawabsosialmelaluipeningkatanaksesmasyarakatterhad
apsumberdayahutan
6. Meningkatkanviabilitasfinansialpengelolaanhutan

Sasaran-sasaranRPHJP KPHP Model Bacanpadakawasan-kawasanhutan di


wilayahtertentuyakni : (a)HPmeliputipenataanbataskawasanhutan,
inventarisasipotensisumberdayahutan, rehabilitasihutandanlahan, pemanfaatan HHK
dan HHBK, jasalingkungandanperdagangankarbon,
pelatihanmasyarakatsekitarhutanuntukpengolahankayudan non kayu,
danpengawasanpemanfaatandanperedarannya,(b)HL
meliputipemantapanbataskawasanhutan, inventarisasipotensisumberdayahutan,
rehabilitasihutandanlahan, perdagangankarbon,
pelatihanmasyarakatsekitarhutanuntukpengolahandanpengawasanpemanfaatannyadan(c
)Organisasi KPHP
Bacanmembangundanmengembangkanprofesionalismepemanfaatansumberdayahutan,
kolaborasi, koordinasidankomunikasiantarinstitusi,
tanggungjawabsosialdanaksesmasyarakatterhadapsumberdayahutandankelayakanfinans
ialpengelolaanhutan.

Capaian-capaianRPHJP KPHP Model Bacan,meliputi:

1. Meningkatnyastabilitasekosistemkawasanhutandanmantapnyabataskawasanhutan.
2. Meningkatnyakomunikasi, koordinasi,
kolaborasidankerjasamaantarinstitusidengan KPHP Model Bacan.
3. Meningkatnyaprofesionalisme SDM KPHP Bacan (yang saatiniberstruktur
UPTD) danmeningkatnyakelembagaan KPHP Bacanmenjadi SKPD

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 40


denganpolapenataankeuanganBLUDsertameningkatnyapendapatan KPH
danpendapatanmasyarakat.
4. Meningkatnyakelayakanfinansial, adanyainvestasikehutanan di wilayah KPHP
Bacandanmeningkatnyakelembagaanmasyarakatpengelola HHK dan HHBK
secaralestari.
5. Meningkatnyatanggungjawabsosialdanakses legal
masyarakatterhadapsumberdayahutansertameningkatnyakesempatankerja.
6.
Menurunnyaaktifitasperusakandankonflikkawasanhutansertamenurunnyapeng
anggurandankemiskinanmasyarakatdi sekitardandi dalamkawasanhutan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 41


IV. ANALISIS DAN PROYEKSI KPHP MODEL BACAN

Dalam bab ini akan disajikan beberapa analisis terhadap data dan informasi yang
tersedia (baik data primer hasil inventarisasi hutan dan penataan hutan, maupun data
sekunder) serta proyeksi kondisi wilayah KPHP Model Bacan di masa yang akan datang.

A. Analisis Data dan Informasi Deskriptif dengan SWOT bagi KPHP Model Bacan

Analisis SWOT untuk RPHJP KPHP Model Bacan dimulai dengan


mengidentifikasi faktor internal strength (kekuatan) dan weakness (kelemahan), dan
eksternal opportunity (peluang) dan threat (ancaman). Strength (kekuatan) berarti
keberadaan kelebihan sumberdaya dan keahlian atau keunggulan yang dimiliki oleh
KPHP Model Bacan.Weakness (kelemahan) adalah keterbatasan atau kekurangan
dalam sumberdaya, keahlian dan kemampuan yang mengganggu keberadaan KPHP
Model Bacan.Opportunity (peluang) adalah situasi di luar KPHP Model Bacan yang
menguntungkan dan dapat membantu mencapai tujuan pengelolaan KPHP Model
Bacan.Threats (ancaman) adalah situasi yang tidak menguntungkan dari luar KPHP
Model Bacan yang menghambat pencapaian tujuan.Analisa SWOT ini menghasilkan
strategi pencapaian tujuan yang memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun
secara bersamaan meminimalkan kelemahan dan ancaman (Rangkuti, 2006).

Informasi deskriptif ringkas terkait pengelolaan KPHP Model Bacan yang dapat
dihimpun, antara lain:
1. Akses dalam dan ke kawasan pulau sulit dicapai.
2. Kawasan Berbatasan dengan lahan-lahan milik masyarakat.
3. Berkembangnya bentuk-bentuk kerjasama dengan pihak lain dalam pengelolaan
hutan dalam rangka kemandirian KPH.
4. Besarnya minat peneliti untuk melakukan penelitian di KPHP Model Bacan.
5. Dukungan para pihak (pemerintah pusat-provinsi-kabupaten, sektor swasta,
LSM, masyarakat, dan adanya progam peningkatan kapasitas staf dari lembaga
lain.
6. Inkonsistensi peraturan dan kebijakan kehutanan serta krisis ekonomi berpotensi
memiskinkan masyarakat.
7. Jumlah personil terbatas dan tidak sebanding dengan wilayah pengelolaan dan
kewenangan pengelola masih terbatas.
8. Kegiatan illegal logging dan illegal mining.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 41


9. Partisipasi masyarakat dalam mendukung keberadaan KPHP Model Bacan.
10. Pemakaian lahan untuk kegiatan perladangan dan masih maraknya pembakaran
lahan.
11. Penataan batas kawasan belum selesai dan potensi kawasan belum lengkap.
12. Pengembangan jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air
bersih) yang didukung dengan kebijakan pemerintah.
13. Memiliki fungsi sebagai penyangga kehidupan/penyeimbang ekosistem.
14. Memiliki legalitas hukum kawasan dan struktur organisasi yang jelas.
15. Memiliki potensi jasa lingkungan (carbon trade, pariwisata, penelitian, DAS, air
bersih, dll.)
16. Memiliki potensi kayu yang besar
17. Memiliki potensi keanekaragaman hayati dan spesies endemik
18. Rendahnya pendidikan dan taraf hidup masyarakat di sekitar kawasan dan masih
maraknya perburuan satwa liar
19. Sarana dan prasarana belum memadai dan pendanaan belum mencukupi.
20. Terdapat sebagian wilayah pemukiman masyarakat di dalam kawasan

Gambar 11. SWOT Balanced Scorecard (Rangkuti, 2006)

Dari data deskriptif tersebut, maka dapat dilakukan analisis SWOTterhadap


faktor-faktor yang mempengaruhi pengelolaan KPHP Model Bacan, yakni : kekuatan,
kelemahan, peluang dan tantangan/ancamanseperti pada Tabel 6, 7, 8, dan 9.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


Tabel 6. Kekuatan/Strengths (S) KPHP Model Bacan
Skor
Nomor Uraian Bobot Urgensi
prioritas
Punya legalitas hukum kawasan dan struktur 0,25 4 1,00
1.
organisasi yang jelas
2. Punya potensi kayu yang besar 0,20 3 0,60
Punya potensi jasa lingkungan (carbon trade, 0,08 3 0,24
3.
pariwisata, penelitian, DAS, air bersih)
Punya potensi keanekaragaman hayati dan 0,05 2 0,10
4.
spesies endemic
Punya fungsi sebagai penyangga kehidupan/ 0,02 1 0,02
5.
penyetimbang ekosistem
Jumlah 0,60 13 1,96

Tabel 7. Kelemahan/Weakness (W) KPHP Model Bacan


Skor
Nomor Uraian Bobot Urgensi
prioritas
Penataan batas kawasan belum selesai dan 0,10 -4 -0,40
1.
potensi kawasan belum lengkap
Jumlah personil terbatas dan tidak sebanding 0,15 -3 -0,45
2. dengan wilayah pengelolaan dan kewenangan
pengelola masih terbatas.
Sarana dan prasarana belum memadai dan 0,05 -2 -0,10
3.
pendanaan belum mencukupi.
Terdapat sebagian wilayah pemukiman 0,05 -1 -0,05
4.
masyarakat di dalam kawasan
5. Akses kawasan pulau sulit dicapai. 0,05 -1 -0,05
Jumlah 0,40 -11 -1,05

Tabel 8. Peluang/Opportunities (O) KPHP Model Bacan


Skor
Nomor Uraian Bobot Urgensi
prioritas
Partisipasi masyarakat dalam mendukung 0,20 4 0,80
1.
keberadaan KPHP Model Bacan (Unit XIII)
Dukungan para pihak (pemerintah pusat-propinsi- 0,15 3 0,45
kab/kota, privat sektor, LSM, Masyarakat , dan
2.
adanya progam peningkatan kapasitas staf dari
lembaga lain
Pengembangan jasa lingkungan (carbon trade, 0,10 2 0,21
3. pariwisata, penelitian, DAS, air bersih) yang
didukung dengan kebijakan pemerintah.
Berkembangnya bentuk-bentuk kerjasama dengan 0,06 2 0,12
4. pihak lain dalam pengelolaan hutan dalam rangka
kemandirian KPHP Model Bacan (Unit XIII)
Besarnya minat peneliti untuk melakukan 0,04 1 0,04
5.
penelitian di KPHP Model Bacan (Unit XIII)
Jumlah 0,55 12 1,62

Tabel 9. Tantangan/Ancaman/Threaths (T) KPHP Model Bacan


Skor
Nomor Uraian Bobot Urgensi
prioritas

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 43


1. Berbatasan dengan lahan-lahan milik masyarakat 0,15 -4 -0,60
2. Kegiatan illegal logging dan illegal mining 0,20 -3 -0,60
Pemakaian lahan untuk kegiatan perladangan dan 0,05 -3 -0,15
3.
masih maraknya pembakaran lahan
Rendahnya pendidikan dan taraf hidup 0,03 -2 -0,06
4. masyarakat di sekitar kawasan dan masih
maraknya perburuan satwa liar
Inkonsistensi peraturan kebijakan kehutanan dan 0,02 -1 -0,02
5. krisis ekonomi yang berpotensi memiskinkan
masyarakat
Jumlah 0,45 -13 -1,43

Gambar 12. Hasil Analisis SWOT Balanced ScorecardKPHP Model Bacan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


Tabel 10. Strategi Agresif hasil analisis SWOT Balanced Scorecard KPHP Model Bacan
Strategi Agresif dengan Faktor Internal: Kekuatan (W) KPHP Model Bacan
S1. Punya legalitas hukum S2. Punya potensi kayu yang S3. Punya potensi jasa S4. Punya potensi S5. Punya fungsi sebagai
kawasan dan struktur besar lingkungan (carbon trade, keanekaragaman hayati dan penyangga kehidupan/
Uraian pariwisata, penelitian, DAS, air
organisasi yang jelas spesies endemik penyetimbang ekosistem
bersih)
1 2 3 4 5 6
Strategi Agresif dengan Faktor External: Peluang (O) KPHP Model Bacan (Unit XIII):
O1. Partisipasi masyarakat a.S1O1. Pemantapan Struktur b.S1O2. Meningkatkan jumlah c.S1O3. Konsistensi d.S1O4. Pemantapan status hukum e.S1O5. Mengelola potensi
dalam mendukung Organisasi KPHP dalam upaya dan kapasitas personil untuk peraturan/kebijakan kehutanan kelembagaan & kawasan dengan keanekaragaman hayati dan jasa
meningkatkan partisipasi
keberadaan KPHP Model meningkatkan dukungan para mengawasi kawasan KPHP yang untuk mendukung fungsi
masyarakat dan dukungan para
lingkungan untuk meningkatkan
pihak dan mendorong berbatasan dengan lahan-lahan kawasan taraf hidup, tingkat pendidikan
Bacan (Unit XIII) pihak serta meningkatkan minat
pengembangan pemanfaatan jasa masyarakatr serta mencegah dan dan mengurangi tingkat
lingkungan melalui kerjasama mengurangi kegiatan perburuan para ilmuwan untuk melakukan kemiskinan masyarakat sekitar
penelitian dalam mendukung
dengan para mitra dan investor liar kawasan
keberadaan KPHP Model Bacan
(Unit XIII)
O2. Dukungan para pihak f.S2O1. Meningkatkan g.S2O2. Meningkatkan h.S2O3. Setiap pengambilan i.S2O4. Penyediaan sarana dan j.S2O5. Pendanaan yang
(pemerintah pusat-propinsi- koordinasi dengan para pihak dukungan para pihak dalam keputusan dalam pembuatan prasarana yang memadai dalam memadai untuk mengatasi
kab/kota, privat sektor, LSM, terutama pemerintah daerah dan penggalangan sumber-sumber kebijakan kehutanan dapat mengatasi ancaman yang seluruh ancaman yang dihadapi
pemerintah pusat dalam dana alternatif, pengadaan dan mengakomodir saran dan dihadapi
Masyarakat , dan adanya
perluasan kewenangan peningkatan sarana dan kepentingan stakeholder
progam peningkatan prasarana pengelolaan terbawah
kapasitas staf dari lembaga
lain
O3. Pengembangan jasa k.S3O1. Penyelesaian penataan m.S3O2. Memberantas kegiatan n.S3O3. Mengurangi o.S3O4. Menyediakan SOP p.S3O5. Menjaga kelestarian
lingkungan (carbon trade, batas dan penetapan blok illegal logging, perburuan satwa pembakaran lahan dengan dalam pengelolaan KPHP dalam potensi keanekaragaman hayati
pariwisata, penelitian, DAS, kawasan untuk memberikan liar, penyerobotan lahan dengan melibatkan masyarakat didalam upaya peningkatan pemahaman, dengan partisipasi masyarakat
kepastian hukum yang jelas meningkatkan jumlah dan kegiatan pemanfaatan jasa pengetahuan dan partisipasi dan kerjasama serta
air bersih) yang didukung
dalam menangani segala kapasitas personil, struktur lingkungan, agar potensi masyarakat meningkatkan mengakomodir kearifan lokal
dengan kebijakan ancaman organisasi yang jelas dan keanekaragaman hayati tetap pengembangan jasa lingkungan masyarakat
pemerintah. penegakan hukum terjaga serta dukungan kegiatan
penelitian akan keberadaan
KPHP Model Bacan (Unit XIII)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 45


1 2 3 4 5 6
O4. Berkembangnya bentuk- q.S4O1. Meningkatkan r.S4O2. Meningkatkan s.S4O3. Peningkatan kapasitas t.S4O4. Menggalang minat u.S4O5. Mendorong
bentuk kerjasama dengan koordinasi dengan para pihak, dukungan para pihak dan personil dengan memanfaatkan penelitian dan partisipasi pengembangan potensi jasa
pihak lain dalam pengelolaan terutama dengan pihak BPKH menggalang partisipasi program peningkatan kapasitas masyarakat dalam medukung lingkungan, Ekowisata dan
Wilayah VI Manado dalam masyarakat dalam penyelesaian staff dari lembaga lain pengumpulan data potensi meningkatkan minat ilmuwan
hutan dalam rangka
penyelesaian penataan batas batas kawasan dan penataan blok kawasan untuk melakukan penelitian di
kemandirian KPH kawasan KPHP Model Bacan (Unit XIII)
O5. Besarnya minat peneliti v.S5O1. Menjaga fungsi w.S5O2. Penguatan koordinasi x.S5O3. Menjaga fungsi y.S5O4. Penyediaan SOP dalam z.S5O5. Meningkatkan
untuk melakukan penelitian penyangga kehidupan, dan perencanaan didalam penyangga kehidupan, pemberantasan kegiatan illegal pengetahuan, pendidikan,
kelestarian spesies langka/ penyelesaian masalah illegal kelestarian potensi dan spesies logging, perburuan satwa liar, pemahaman dan taraf hidup
di KPH masyarakat sekitar untuk
endemik melalui kerjasama logging, perburuan satwa liar, langka/ endemik dalam penyerobotan lahan
dalam pemanfaatan jasa penyerobotan lahan dan batas Kerangka Program mengurangi tekanan terhadap
lingkungan, meningkatkan minat dengan lahan-lahan milik pembangunan berkelanjutan konservasi kawasan dalam
menjaga fungsi penyangga
para ilmuwan melakukan masyarakat
kehidupan dan penyeimbang
penelitian di KPHP Model
ekosistem
Bacan (Unit XIII)

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 46


Strategi-strategi pengelolaan dari hasil analisis SWOT dan kondisi faktual kawasan
maka pertimbangan peruntukan kawasan sebagai dasar rancang bangun KPH Model
Bacan adalah sebagai berikut (Gambar 11):
(1). Arahan peruntukan kawasan hutan berbasis kepentingan sosial ekonomi
masyarakat sekitar;
(2). Arahan peruntukan kawasan hutan berbasis kepentingan konservasi dan jasanya;
(3). Arahan peruntukan kawasan hutan berbasis kepentingan finansial dan suplai bahan
baku industri HHK dan/atau HHBK; dan
(4). Arahan pengelolaan kawasan hutan berbasis akuntabilitas

Selanjutnya, keeratan koherensi antara Visi, Misi, Tujuan, Strategi (kombinasi


program) dan Sasaran Program Indikatif di KPHP Model Bacandisajikan pada Tabel 11.

Gambar 13. Hasil Analisis SWOT Balanced Scorecard KPHP Model Bacan; WT:
Wilayah Tertentu, BWT: Bukan Wilayah Tertentu

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 47


Tabel 11. Koherensi Antara Visi, Misi, Tujuan, dengan Strategi Agresif (kekuatan-peluang)
dan Sasaran Program Indikatif di KPHP Model Bacan

STRATEGI
SASARAN
VISI MISI TUJUAN AGRESIF (kekuatan
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5
engelolaan hutan a. Mewujudkan 1. Meningkatnya c.S1O3. Konsistensi 1. Penegakan
lestari dalam kelestarian stabilitas ekosistem peraturan/kebijakan supremasi hukum
KPHP Bacan yang sumberdaya hutan kawasan hutan dan kehutanan untuk
berbasis kepulauan, dengan membangun mantapnya batas mendukung fungsi
berbudaya, dan partisipasi kawasan hutan; kawasan
mandiri untuk masyarakat dan d.S1O4. Pemantapan 2. Penyiapan prosedur
kesejahteraan seluruh stakeholder status hukum kerja (SOP) sesuai
masyarakat pada kehutanan, kelembagaan & bidang tugas dan
Tahun 2025. meningkatkan kawasan dengan kebutuhan
kapasitas meningkatkan
sumberdaya manusia partisipasi
yang terlibat dalam masyarakat dan
pengelolaan dukungan para pihak
sumberdaya hutan, serta meningkatkan
mencegah tindakan minat para ilmuwan
kerusakan hutan, untuk melakukan
meminimalkan penelitian dalam
potensi konflik mendukung
pengelolaan dan keberadaan KPHP
pemanfaatan Model Bacan (Unit
sumberdaya hutan, XIII)
memanfaatkan ilmu k.S3O1. 3. Pemantapan struktur
pengetahuan dan Penyelesaian organisasi Unit
teknologi dalam penataan batas dan Pelaksana Teknis
pengelolaan penetapan blok KPHP Model Bacan
sumberdaya hutan, kawasan untuk (Unit XIII)
dan merevitalisasi memberikan
kearifan lokal dalam kepastian hukum
pengelolaan yang jelas dalam
sumberdaya hutan. menangani segala
ancaman
q.S4O1. 4. Pemantapan status
Meningkatkan legal formal terhadap
koordinasi dengan kelembagaan dan
para pihak, terutama kawasan
dengan pihak BPKH
Wilayah VI Manado
dalam penyelesaian
penataan batas
kawasan
r.S4O2. 5. Penyelesaian trayek
Meningkatkan tata batas kawasan dan
dukungan para pihak penataan petak
dan menggalang
partisipasi
masyarakat dalam
penyelesaian batas
kawasan dan
penataan blok
x.S5O3. Menjaga 6. Menjaga bagian dari
fungsi penyangga Program Pengelolaan
kehidupan, Hutan Produksi Lestari
kelestarian potensi (PHPL)
dan spesies langka/
endemik dalam
Kerangka Program
pembangunan
berkelanjutan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 48


1 2 3 4 5
Pengelolaan hutan a. Mewujudkan 2. Meningkatnya f.S2O1. 1. Menggalang
lestari dalam kelestarian komunikasi, Meningkatkan partisipasi dan
KPHP Bacan yang sumberdaya hutan koordinasi, koordinasi dengan koordinasi program
berbasis kepulauan, dengan membangun kolaborasi dan para pihak terutama dari para pihak
berbudaya, dan partisipasi kerjasama antar pemerintah daerah
mandiri untuk masyarakat dan institusi dengan dan pemerintah
kesejahteraan seluruh stakeholder KPHP Model Bacan pusat dalam
masyarakat pada kehutanan, (Unit XIII); perluasan
Tahun 2025. meningkatkan kewenangan
kapasitas g.S2O2. 2. Membangun bank
sumberdaya manusia Meningkatkan data/ database KPHP
yang terlibat dalam dukungan para pihak
pengelolaan dalam penggalangan
sumberdaya hutan, sumber-sumber dana
mencegah tindakan alternatif, pengadaan
kerusakan hutan, dan peningkatan
meminimalkan sarana dan prasarana
potensi konflik pengelolaan
pengelolaan dan h.S2O3. Setiap 3. Membentuk Forum
pemanfaatan pengambilan Pemerhati KPHP
sumberdaya hutan, keputusan dalam Model Bacan (Unit
memanfaatkan ilmu pembuatan kebijakan XIII)
pengetahuan dan kehutanan dapat
teknologi dalam mengakomodir saran
pengelolaan dan kepentingan
sumberdaya hutan, stakeholder terbawah
dan merevitalisasi w.S5O2. Penguatan 4. Memprakasai
kearifan lokal dalam koordinasi dan lembaga Mitra Polisi
pengelolaan perencanaan didalam Hutan
sumberdaya hutan. penyelesaian
masalah illegal
logging, perburuan
satwa liar,
penyerobotan lahan
dan batas dengan
lahan-lahan milik
masyarakat
Pengelolaan hutan b. Mewujudkan 3. Meningkatnya a.S1O1. Pemantapan 1. Menbentuk forum
lestari dalam masyarakat yang profesionalisme Struktur Organisasi penasehat untuk KPHP
KPHP Bacan yang sejahtera dengan SDM KPHP Bacan KPHP dalam upaya Model Bacan (Unit
berbasis kepulauan, terpenuhinya hajat (yang saat ini meningkatkan XIII)
berbudaya, dan hidup masyarakatnya berstruktur UPTD, dukungan para pihak
mandiri untuk yang mencakup Unit Pelaksana dan mendorong
kesejahteraan kebutuhan sandang, Teknis Daerah) dan pengembangan
masyarakat pada pangan, papan, meningkatnya pemanfaatan jasa
Tahun 2025. pendidikan, kelembagaan KPHP lingkungan melalui
kesehatan, dan Bacan menjadi kerjasama dengan
lapangan kerja, berstuktur Satuan para mitra dan
keamanan dan Kerja Pemerintah investor
keselamatan diri dan Daerah (SKPD) i.S2O4. Penyediaan 2. Peningkatan sarana
lingkungannya, serta dengan pola sarana dan prasarana dan prasarana
pemenuhan penataan keuangan yang memadai penunjang
aktualisasi eksistensi Badan Layanan dalam mengatasi kelembagaan
kepribadian Umum Daerah ancaman yang
masyarakat dan (BLUD) serta dihadapi
KPHP. meningkatnya s.S4O3. Peningkatan 3. Meningkatkan
pendapatan KPH dan kapasitas personil kapasitas personil
pendapatan dengan dengan memanfaatkan
masyarakat; memanfaatkan program peningkatan
program peningkatan kapasitas SDM dari
kapasitas staf dari lembaga lain serta
lembaga lain penambahan jumlah
personil lapangan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 49


1 2 3 4 5
Pengelolaan b. Mewujudkan 4. Meningkatnya u.S4O5. Mendorong 1.
hutan lestari masyarakat yang kelayakan finansial, pengembangan potensi Menggalang
dalam KPHP sejahtera dengan adanya investasi jasa lingkungan, sumber dana
Bacan yang terpenuhinya hajat kehutanan di wilayah ekowisata dan alternatif
berbasis hidup masyarakatnya KPHP Bacan dan meningkatkan minat
kepulauan, yang mencakup meningkatnya ilmuwan untuk
berbudaya, dan kebutuhan sandang, kelembagaan masyarakat melakukan penelitian di
mandiri untuk pangan, papan, pengelola HHK dan KPHP Model Bacan
kesejahteraan pendidikan, kesehatan, HHBK secara lestari; (Unit XIII)
masyarakat pada dan lapangan kerja, j.S2O5. Pendanaan yang 2. Kolaborasi
Tahun 2025. keamanan dan memadai untuk pemanfaatan
keselamatan diri dan mengatasi seluruh jasa
lingkungannya, serta ancaman yang dihadapi lingkungan
pemenuhan aktualisasi e.S1O5. Mengelola 3.
eksistensi kepribadian potensi keaneka-ragaman Pemanfaatan
masyarakat dan hayati dan jasa sumber daya
KPHP. lingkungan untuk alam hayati
meningkatkan taraf dan
hidup, tingkat pendidikan ekosistemnya
dan mengurangi tingkat dalam
kemiskinan masyarakat pengembanga
sekitar kawasan n
pemanfaatan
jasa
lingkungan
Pengelolaan c. Mewujudkan 5. Meningkatnya m.S3O2. Memberantas 1.
hutan lestari pengelolaan tanggungjawab sosial dan kegiatan illegal logging, Pengembanga
dalam KPHP sumberdaya hutan akses legal masyarakat perburuan satwa liar, n daerah
Bacan yang yang mandiri dengan terhadap sumberdaya penyerobotan lahan pemberdayaa
berbasis mengembangkan hutan, serta meningkatnya dengan meningkatkan n masyarakat
kepulauan, produk hutan yang kesempatan kerja; dan. jumlah dan kapasitas
berbudaya, dan memiliki prospek personil, struktur
mandiri untuk ekonomi, organisasi yang jelas dan
kesejahteraan mengoptimalkan penegakan hukum
masyarakat pada fungsi hutan (lindung n.S3O3. Mengurangi 2.
Tahun 2025. dan produksi), pembakaran lahan dengan Peningkatan
mengoptimalkan melibatkan masyarakat upaya-upaya
pemanfaatan jasa didalam kegiatan pemberdayaa
lingkungan, dan pemanfaatan jasa n masyarakat
memberdayakan lingkungan, agar potensi
ekonomi masyarakat. keaneka ragaman hayati
tetap terjaga
p.S3O5. Menjaga 3. Penggalian
kelestarian potensi potensi dalam
keanekaragaman hayati pengembanga
dengan partisipasi n Ekowisata
masyarakat dan
kerjasama serta
mengakomodir kearifan
lokal masyarakat
t.S4O4. Menggalang 4. Mengenali
minat penelitian dan potensi kayu
partisipasi masyarakat yang
dalam medukung memiliki nilai
pengumpulan data ekonomis
potensi kawasan tinggi

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 50


1 2 3 4 5
Pengelolaan hutan c. Mewujudkan 5. Meningkatnya zS5O5. 5. Membangun Pusat
lestari dalam pengelolaan tanggungjawab Meningkatkan Riset KPH dalam
KPHP Bacan yang sumberdaya hutan sosial dan akses pengetahuan, mendukung KPHP
berbasis kepulauan, yang mandiri dengan legal masyarakat pendidikan, Model Bacan (Unit
berbudaya, dan mengembangkan terhadap sumberdaya pemahaman dan XIII)
mandiri untuk produk hutan yang hutan, serta taraf hidup
kesejahteraan memiliki prospek meningkatnya masyarakat sekitar
masyarakat pada ekonomi, kesempatan kerja; untuk mengurangi
Tahun 2025. mengoptimalkan dan. tekanan terhadap
fungsi hutan konservasi kawasan
(lindung dan dalam menjaga
produksi), fungsi penyangga
mengoptimalkan kehidupan dan
pemanfaatan jasa penyeimbang
lingkungan, dan ekosistem
memberdayakan
ekonomi
masyarakat.
Pengelolaan hutan c. Mewujudkan 6. Menurunnya b.S1O2. 1. Program bersama
lestari dalam pengelolaan aktifitas perusakan Meningkatkan dalam penyelesaian
KPHP Bacan yang sumberdaya hutan dan konflik hutan, jumlah dan kapasitas konflik dan
berbasis kepulauan, yang mandiri dengan dan menurunnya personil untuk perambahan kawasan
berbudaya, dan mengembangkan pengangguran dan mengawasi kawasan
mandiri untuk produk hutan yang kemiskinan KPHP yang
kesejahteraan memiliki prospek masyarakat sekitar berbatasan dengan
masyarakat pada ekonomi, dan dalam kawasan lahan-lahan
Tahun 2025. mengoptimalkan hutan. masyarakatr serta
fungsi hutan mencegah dan
(lindung dan mengurangi kegiatan
produksi), perburuan liar
mengoptimalkan o.S3O4. Menyediakan 2. Penyuluhan
pemanfaatan jasa SOP dalam masyarakat dan
lingkungan, dan pengelolaan KPHP sekolah lapang
memberdayakan dalam upaya
kehutanan
peningkatan
ekonomi pemahaman,
masyarakat. pengetahuan dan
partisipasi masyarakat
meningkatkan
pengembangan jasa
lingkungan serta
dukungan kegiatan
penelitian akan
keberadaan KPHP
Model Bacan (Unit
XIII)
v.S5O1. Menjaga 3. Penyuluhan
fungsi penyangga masyarakat dan
kehidupan, kelestarian Pengendalian
spesies langka/
kebakaran hutan dan
endemik melalui
kerjasama dalam lahan
pemanfaatan jasa
lingkungan,
meningkatkan minat
para ilmuwan
melakukan penelitian
di KPHP Model Bacan
(Unit XIII)
y.S5O4. Penyediaan 4. Pemberantasan
SOP dalam illegal logging
pemberantasan
kegiatan illegal
logging, perburuan
satwa liar,
penyerobotan lahan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 51


B. Analisis Data Spasial

Penggunaan data dan informasi berupa peta sebaran blok dan petak mengacu dari
buku tata hutan skala 1 : 50.000 sebanyak 10 lembar. Selanjutnya peta-peta lampiran
RPHJP KPHP Model Bacan memiliki luas lebih kurang 140.808 sehingga penyajiannya
menggunakan skala 1 : 250.000 sebanyak 11 peta tematik berdasarkan Petunjuk Teknis
(Juknis) Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan pada Kesatuan
Pengelolaan Hutan Lindung (KPHL) dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHL)
Direktorat Wilayah Pengelolaan dan Penyiapan Areal Pemanfaatan Kawasan Hutan,
Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan Kementerian Kehutanan Tahun 2012.
Informasi dan data peta-peta lampiran RPHJP KPHP Model Bacan bersumber dari
bank data UPT terkait Kementerian Kehutanan yakni : (1) peta Daerah Aliran Sungai
(BPDAS Akemalo), (2) peta penutupan lahan hasil penafsiran citra satelit resolusi sedang
liputan tahun 2013 (BPKH Wilayah VI), (3) peta penggunaan lahan (Bakosurtanal 2008-
BPKH Wilayah VI), (4) peta iklim (Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan) dan
(5) peta tanah dan geologi (Dinas Kehutanan Provinsi Maluku Utara). Sedangkan peta-
peta izin pemanfaatan kawasan hutan bersumber dari dasar hukum pemegang izin
masing-masing dan penggunaan kawasan hutan dalam tahapan izin pinjam pakai untuk
kegiatan explorasi yang memiliki waktu lebih kurang 2 tahun sehingga akan disesuaikan
berdasarkan kebijakan dan peraturan-peraturan yang berlaku.

C. Proyeksi ke Depan dari KPHP Model Bacan

Proyeksi ke depan dari KPHP Model Bacan ditekankan pada pengembangan dan
pemanfaatan sumberdaya hutan dan lahan, yaitu: (1) pengembangan dan pemanfaatan
Hasil Hutan Kayu (HHK); (2) pengembangan dan pemanfaatan HHBK; serta (3)
pengembangan dan pemanfaatan jasa lingkungan, yang tergantung pada: a)
kecenderungan-kecenderungan global, nasional, maupun lokal pemanfaatan sumberdaya
hutan dan lahan; (2) potensi kekuatan dan peluang kawasan KPHP Model Bacan; dan (3)
skema-skema pengembangan yang tersedia berdasarkan kekuatan dan peluang serta
kecenderungan-kecenderungan di atas.

Skenario rasionalisasi kawasan hutan Indonesia sampai dengan tahun 2030 yang
termuat dalam Rencana Kehutanan Tingkat Nasional Tahun 2011-2030 (RKTN 2011-
2030) menunjukkan bahwa terdapat lebih kurang 43,6 juta hektar lahan hutan yang

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 52


dialokasikan untuk pengusahaan hutan skala besar (IUPHHK-HA/HT/RE) dan 5,6 juta
hektar untuk pengusahaan skala kecil (HTR, HKm dan HD), mengingat permintaan kayu
dunia semakin meningkat.

Berdasarkan uraian deskripsi kawasan KPHP Model Bacan dan analisis SWOT
yang dilakukan, maka arahan pembangunan jangka panjang KPHP Model Bacan
dirumuskan antara lain untuk: (a)blok inti hutan lindung lahan kering,(b)blok inti hutan
lindung mangrove,(c) blok perlindungan hutan produksi lahan kering,(d)blok
perlindungan hutan produksi mangrove,(e)blok pemanfaatanhutan lindung lahan
kering,(f)blok pemanfaatan hutan lindung mangrove,(g)blok khusus cagar
budaya,(h)blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK; (i). Blok
Pemanfaatan HHK-HA,(j)blok pemanfaatan HHK-HT,(k)blok pemanfaatan HHK-
RE,(m)blok pemberdayaan masyarakat, dan (n)blok khusus pendidikan.

Arahan dan proyeksi pengelolaan kawasan hutan pada blok-blok pemberdayaan


masyarakat, meliputi: (a)pembangunan dan pengembangan Hutan Tanaman Rakyat
(HTR),(b)pembangunan dan pengembangan Hutan Kemasyarakatan
(HKm),(c)penyelenggaraan hutan desa, (d)pembinaan area pengembangan model-model
agroforestrypada lahan terambah/ terokupasi,(e)penyelenggaraan rehabilitasi hutan dan
lahan,(f)pelestarian ekosistem mangrove secara terpadu dengan masyarakat pesisir
setempat menjadi pelestari mangrove, dan (g)pemanfaatan terbatas hasil hutan bukan
kayu/HHBK dan jasa lingkungan HL. HHBK, seperti :usaha pemungutan rotan, getah
damar, buah/biji, dan lebah madu, sedangkan pemanfaatan jasa lingkungan seperti: jasa
aliran air, jasa wisata alam, jasa RAP-PAN Karbon.

Dalam pengembangan hutan tanaman, hutan desa dan hutan tanaman rakyat,
pemilihan jenis tanaman harus mempertimbangkan aspek ekonomis dan ekologis.Aspek
ekonomis artinya tanaman yang ditanam harus menjamin kesejahteraan dan
keberlangsungan hidup masyarakat.Untuk itu tanaman yang ditanam harus bernilai
ekonomis tinggi serta mampu memulihkan ekosistem lingkungan.Jenis tanaman tersebut
adalah dari jenis pohon fast growing species. Adapun jenis tanaman yang dapat
dikembangkan melalui hutan kemasyarakatan, hutan desa dan hutan tanaman rakyat,
antara lain: Sengon, mahoni, cempaka, jabon, gamelina, aren, langsat, durian, matoa,
rambutan, pala, kakao, rotan jernang, masohi, dan karet. Untuk lebih jelas dapat dilihat
pada Tabel 12 berikut.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 53


Tabel 12. Jenis-Jenis Pohon Fast Growing Speciesyang Dapat Dibudidayakan di KPHP
Model Bacan

No Jenis Nama botani Umur Panen/Tebang


Tanaman
1 Sengon Paraserianthes falcataria 7 tahun
2 Mahoni Swietenia macrophylla 10 tahun
3 Cempaka Magnolia elegans 10 tahun
4 Jabon Anthocephalus macrophyllus 5 tahun
5 Gamelina Gmelina arborea 7 tahun
6 Aren Arenga Pinata 6 tahun
7 Langsat Lansium domesticum 5 tahun
8 Durian Durio zibethinus 5 tahun
9 Matoa Pometia pinnata 7 tahun
10 Rambutan Nephelium laceum 7 tahun
11 Pala Myristica fragrans 7 tahun
12 Kakao Theobroma cacao L. 3 tahun
13 Rotan Jernang Daemonorops sp. 6 tahun
14 Masohi Massoia aromatica Becc. 5 tahun
15 Karet Hevea braziliensis 5 tahun

Jenis tanaman diatas dapat ditumpangsarikan dengan tanaman seperti tanaman


obat-obatan, gaharu dan rotan.Untuk itu, pihak pengelola perlu membimbing masyarakat
untuk dapat mengusahakan pengelolaan tanaman tersebut secara berkelanjutan melalui
peningkatan kapasitas peningkatan skill dan penguatan kelembagaan masyarakat.Dengan
demikian maka kawasan dapat dikelola sekaligus memberikan aliran hasil alam dan jasa
secara berkelanjutan kepada masyarakat.Sementara itu pengembangan usaha alternatif
perlu dikembangkan pada usaha-usaha ekonomi produktif yang bahan bakunya diambil
dari areal HTR dan hutan desa.Analisis kebutuhan harus disesuaikan dengan daya
dukung kawasan.Perlu dipikirkan pengembangan tanaman yang berdaya nilai jual tinggi,
ringan dan awet, sehingga memudahkan transportasi dan pengiriman dari wilayah yang
terpencil, misalnya bumbu, ekstrak tanaman obat dan lain-lain.Hal ini dapat
dikembangkan dengan menjalin kerjasama dengan berbagai pihak masyarakat yang
bermukim di sekitar kawasan pada umumnya.Sistem pertanian ini dapat diterapkan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 54


secara effisien dan murah pada saat penduduk masih sedikit dan lahan pertanaian tersedia
luas.Untuk masa kini sistem pertanian ini sudah tidak sesuai lagi mengingat pertambahan
penduduk dan segmentasi areal pertanian, sehingga memaksa masa bera yang semakin
singkat sehingga kesuburan tanah semakin menurun.Oleh karena itu para peladang
berpindah sudah seharusnya mengubah ke sistem pertanian menetap.Sayangnya sistem
pertanian modern ini memerlukan modal yang lebih tinggi sehingga masyarakat belum
berdaya untuk menerapkannya.Dukungan pemerintah dan LSM diperlukan untuk
memberdayakan masyarakat peladang untuk menerapkan pertanian modern.

Blok pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK merupakan blok yang
telah ada izin pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK dan yang akan
difungsikan sebagai areal yang direncanakan untuk pemanfataan kawasan, jasa
lingkungan dan HHBK sesuai dengan potensi kawasan yang telah dihasilkan dari proses
inventarisasi. Dalam blok ini diupayakan berintegrasi dengan solusi konflik atau upaya
pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK.
Kriteria blok ini, antara lain: (1) mempunyai potensi jasa lingkungan, wisata alam,
potensi hasil hutan non kayu, terdapat izin pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan, hasil
hutan non kayu, dan (3) dalam RKTN/RKTP/RKTK dimungkinkan masuk dalam
kawasan untuk perlindungan hutan alam dan lahan gambut atau untuk kawasan
rehabilitasi atau kawasan hutan untuk pengusahaan hutan skala besar atau kecil. Arahan
dan proyeksi pemanfaatan kawasan, jasa lingkungan dan HHBK adalah sebagai berikut:

Tabel 13. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Kawasan JasaLingkungan dan HHBK di
KPHP Model Bacan.

Program Sasaran Strategis Kegiatan


1 2 3
1. Memantapkan 1. Tersedianya dokumen 1. Inventarisasi potensi
penetapan fungsi peta dan data base secara kawasan hutan, jasa
pemanfaatan kawasan, lengkap menyangkut lingkungan dan HHBK
jasa lingkungan dan batas, luas, potensi serta
HHKB untuk areal status blok pemanfaatan
kelola KPHP Bacan kawasan, jasa lingkungan
bagi masyarakat dan HHBK pada
kawasan KPHP

1 2 3
2. Mantapnya status blok 2. Tata batas dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 55


pemanfaatan kawasan, pemasangan pal batas
jasa lingkungan dan kawasan hutan, jasa
HHBK yang proporsional lingkungan dan HHBK
dan mempertahankan
hutan utuh dengan luas
minimal 30% yang
menyebar merata di
seluruh DAS dalam
wilayah KPHP Bacan
2. Peningkatan 3. Pemetaan dan
pemanfaatan hasil hutan dokumentasi hasil
bukan kayu pada blok inventarisasi dan tata batas
kawasan, jasa kawasan hutan, jasa
lingkungan dan HHBK lingkungan dan HHBK
2. Pelatihan pemungutan dan
pengolahan hasil hutan
bukan kayu bagi
masyarakat
3. Penyediaan dan
diseminasi data potensi
kayu dan HHBK
4. Penyederhanaan regulasi
prosedur perizinan dan
kepastian usaha
IUPHHBK
5. Penyediaan infrastruktur
yang memadai
3. Peningkatan fungsi 1. Berkembangnya kawasan 1. Penyediaan sarana dan
hutan sebagai jasa wisata alam yang prasarana wisata alam
lingkungan untuk berfungsi untuk menjaga yang memadai
kawasan wisata alam kelestarian hutan pada 2. Pembentukan kelompok
wilayah KPHP pengelola hutan wisata
yang berwawasan
lingkungan
4. Rasionalisasi jumlah 1. Tercapainya 1. Rasionalisasi kuota
dan kapasitas produksi keseimbangan antara pemanfaatan hutan dan
perusahaan kehutanan kapasitas produksi hasil hutan berdasarkan
dan industri hasil hutan perusahaan sektor potensi blok kawasan jasa
agar dapat beroperasi kehutanan dengan luas lingkungan dan HHBK
secara sehat dan kawasan produktif dan 2. Rasionalisasi perizinan
berkelanjutan tanpa potensi hasil hutan pengusahaan hutan dan
dampak negatif terhadap unggulan pada blok pemanfaatan hasil hutan
kelestarian blok kawasan, jasa lingkungan berdasarkan asas
kawasan, jasa dan HHBK pemerataan, berkeadilan
lingkungan dan HHBK dan berkelanjutan pada
blok kawasan, jasa
lingkungan dan HHBK

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 56


V. RENCANA KEGIATAN STRATEGIS 2015 – 2024
PENGELOLAAN KPHP MODEL BACAN

Dalam bab ini memuat rencana kegiatan strategis antara lain : inventarisasi berkala
wilayah kelola serta penataan hutannya, pemanfaatan hutan pada wilayah tertentu,
pemberdayaan masyarakat, pembinaan dan pemantauan (controlling) pada areal KPHL dan
KPHP yang telah ada izin pemanfaatan maupun penggunaan kawasan hutan,
penyelenggaraan rehabilitasi pada areal di luar izin, pembinaan dan pemantauan
(controlling) pelaksanaan rehabilitaasi dan reklamasi pada areal yang sudah ada izin
pemanfaatan dan penggunaan kawasan hutannya, penyelenggaraan perlindungan hutan dan
konservasi alam, penyelenggaraan koordinasi dan sinkronisasi antar pemegang izin,
koordinasi dan sinergi dengan instansi dan stakeholder terkait, penyediaan dan peningkatan
kapasitas SDM, penyedian pendanaan, pengembangan database, rasionalisasi wilayah
kelola, review rencana pengelolaan (minimal 5 tahun), dan pengembangan investasi.

A. Inventarisasi Berkala Wilayah Kelola dan Penataan Hutan

Inventarisasi Hutan Menyeluruh Berkala (IHMB) pada seluruh wilayah seluas


lebih kurang 140.808 ha (12 blok pengelolaan) yang dilaksanakan minimal sekali
setiap 5 tahun.Kegiatan ini dilaksanakan untuk mengetahui potensi tegakan dan
kekayaan sumber daya alam. Pada12 blok pengelolaan terdapat 10 blok (795 petak)
diantaranya dilaksanakan oleh KPHP Model Bacan dan untuk 2 blok atau kawasan
bukan wilayah tertentu lainnya dilaksanakan oleh pemegang IUPHHK.10 blok
pengelolaan yang IHMB nya dilaksanakan oleh KPHP Bacan, 8 blok (479 petak)
merupakan Wilayah Tertentu seluas lebih kurang 68.086 ha, dan 2 blok (286
petak)lainnya yakni blok inti dan perlindungan seluas lebih kurang 72.722 ha. Adapun
blok pengelolaan pada Wilayah Tertentu sebagai berikut:
1. Blok pemanfaatan di HL seluas lebih kurang 27.720 ha dengan petak pengelolaan
sebanyak 110 petak.
2. Blok khusus cagar budaya di HL seluas lebih kurang 1.055 ha dengan petak
pengelolaan sebanyak 5 petak
3. Blok pemanfaatan HHBK, jasling dan kawasan di HP seluas lebih kurang 4.818
ha dengan petak pengelolaan sebanyak 46 petak.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 57


4. Blok pemanfaatan HHK-HA di HP seluas lebih kurang 6.324 ha dengan petak
pengelolaan sebanyak 59 petak.
5. Blok pemanfaatan HHK-HT diHP seluas lebih kurang 13.485 ha dengan petak
pengelolaan sebanyak 144 petak.
6. Blok pemanfaatan HHK-RE di HP seluas lebih kurang 2.527 ha dengan petak
pengelolaan sebanyak 26 petak.
7. Blok pemberdayaan masyarakat seluas lebih kurang 11.871 ha dengan petak
pengelolaan sebanyak 120 petak.
8. Blok pemanfaatan khusus untuk Pendidikan seluas lebih kurang 287 ha dengan
petak pengelolaan sebanyak 3 petak.

IHMB dilaksanakan sesuai dengan Peraturan Menteri Kehutanan Nomor :


P.33/Menhut-II/2009 dan Nomor : P.5/Menhut-II/2011 tentang Pedoman Inventarisasi
Hutan Menyeluruh Berkala. Kegiatan IHMB diprioritaskanpada blok pemanfaatan
HHK-HA dan HHK-RE, selanjutnya pada blok pemanfaatan HHK-HT dikerjakan
pada daur yang kedua, kemudian blok-blok pengelolaan lainnya. Pelaksanaan IHMB
juga sebaiknya dibarengi dengan inventarisasi potensi hutan lainnya dan inventarisasi
Sosial Ekonomi Budaya (sosekbud) masyarakat sekitar KPH pada 50 pulau, serta
monitoring Petak Ukur Permanen (PUP) stok karbon pada 166 petak secara bertahap
dan berkelanjutan sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Penataan batas kawasan dilakukan secara bertahap dan dikoordinasikan dengan


Balai Pemantapan Kawasan Hutan Wilayah VI Manado. Kegiatan rekonstruksi batas
luar dan batas fungsi hutan tahun 2015 dan tahun 2016 direncanakan sepanjang 600
km, dilakukan secara bertahap sepanjang 300 km yang dalam pelaksanaannya
membuat lorong batas/jalur rintis selebar 2 meter. Pemeliharaan dan orientasi batas
dapat dilaksanakan minimal sekali setiap 4 tahun. Untuk menjaga tanda-tanda batas di
lapangan dapat dilakukan pengamanan hutan secara rutin dan berkelanjutan oleh
tenaga bantuan polisi kehutanan setiap bulan, dengan total kegiatan
pengawasan/patroli sebanyak 10.000 HOK.

B. Pemanfaatan Hutan pada Wilayah Tertentu

Rencana pemanfaatan wilayah tertentu dalam hutan produksi dan hutan lindung
diarahkan melalui skema kemitraan sesuai Peraturan Menteri KehutananNomor :

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 58


P.39/Menhut-II/2013 dan Nomor : P.47/Menhut-II/2013. RPHJP KPHP Model Bacan
pada kawasan hutan produksi di wilayah tertentu, kegiatannya meliputi:

1. Penataan dan pemantapan tapal batas.


2. Inventarisasi potensi sumberdaya hutan.
3. Rehabilitasi dan reklamasi hutan.
4. Pemanfaatan HHK dan HHBK.
5. Jasa lingkungan (Jasling) dan perdagangan karbon.
6. Pelatihan masyarakat sekitar hutan untuk pengolahan HHBK dan HHK, dan
7. Pengawasan pemanfaatan dan peredaran HHK dan HHBK.

RPHJPKPHP Model Bacan pada kawasan hutan lindung di wilayah tertentu,


kegiatannya meliputi:
1. Penataan dan pemantapan tapal batas
2. Inventarisasi potensi sumberdaya hutan
3. Rehabilitasi dan reklamasi Hutan
4. Perdagangan karbon
5. Pelatihan masyarakat sekitar hutan untuk pengolahan HHBK
6. Pengawasan pemanfaatan HHBK

Kawasan bukan wilayah tertentu seluas 72.721,9 ha dengan jumlah blok


sebanyak 286 petak (Gambar 14), yang terdiri dari: (a)blok Inti HLlahan kering seluas
lebih kurang 30.660,6 ha (145 petak),(b)blok inti HLmangrove seluas lebih kurang
3.392,2 ha (106 petak),(c) blok perlindungan HPlahan kering seluas lebih kurang
2.421,2 ha (24 petak),(d)blok perlindungan HPmangrove seluas lebih kurang 413,7 ha
(11 petak) (e)areal IUPHHK-HA Bela Berkat Anugerah seluas lebih kurang 29.263,8
ha (1petak),(f)areal HTR Lippu Mandiri seluas lebih kurang 6.525,9 ha (1petak), dan
(g)danau/laguna seluas lebih kurang 73,7 ha.
Peran pengelolaan KPHP Model Bacan pada kawasan bukan wilayah tertentu
yakni melakukan pembinaan, pengendalian dan pemantauan (controlling), karena yang
berperan aktif sebagai pelaksana yaitu para pemegang izin areal pemanfaatan; kecuali
pada blok-blok inti dan blok-blok perlindungan KPHP Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 59


Gambar 14. Kawasan Wilayah Tertentu dan Bukan Wilayah Tertentu

Gambar 15. Kawasan Wilayah Tertentu

Kawasan hutan wilayah tertentu (Gambar 15) yang merupakan wilayah


pengelolaan aktif KPHP Model Bacan seluas lebih kurang 54.873,60 ha menjadi
prioritas dalam pengelolaan. Kawasan hutan wilayah tertentu yakni:

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


1. Blok pemanfaatan HL lahan kering seluas lebih kurang 27.693,9 ha (109 petak).
2. Blok pemanfaatan HL mangrove seluas lebih kurang 26,2 ha (1 petak).
3. Blok pemanfaatan kawasan, jasling dan HHBK seluas lebih kurang 4.818,5 ha (46
petak).
4. Blok pemanfaatan HHK-HA seluas lebih kurang 6.323,8 ha (59 petak).
5. Blok pemanfaatan HHK-HT seluas lebih kurang 13.484,6 ha (110 petak).
6. Blok pemanfaatan HHK-RE seluas lebih kurang 2.526,6 ha (26 petak).

Prinsip pola pengelolaan KPHP yakni kemitraan, sehingga dokumen kerjasama


kemitraan dibuat dalam bentuk perjanjian kerjasama (MoU) dan bentuk perizinan
sesuai dengan peraturan yang berlaku. Peran aktif KPHP Model Bacan dalam
mendapatkan kerjasama dengan mitra untuk dapat memberdayakan dan membimbing
masyarakat menjadi pelaku usaha yang dapat mandiri.

Jenis pohon/tanaman unggulan yang tumbuh alami dan dapat dikembangkan di


wilayahKPHP Model Bacan dalam bentuk hasil hutan kayu (HHK) seperti
(1)kelompok meranti/komersial satu yakni kenari (Canarium hirsutum), nyatoh
(Palaquium javense), matoa (Pometia pinnata), meranti (Shorea sp.), susu (Alstonia
scholaris), dan lainnya (2)kelompok rimba campuran/komersialdua seperti pala hutan
(Myristica fatren), gofasa (Vitex sp.), raja (Koompassia malaccensis), bugis
(Koordensiodendron pinnatum), taulate (Metrosideros sp.), binuang (Octomeles
sumatrana), samama (Anthocepallus micropillus) dan lain-lain, (3)kelompok kayu
eboni/kayu indah satu yakni malambua (Diospyros sp.), mologotu (Diospyros
ebenum),(4) kelompok kayu indah dua yakni cempaka (Lipiniopsis ternatensis),
mangga hutan (Mangifera indica), cina (Casuarina sumatrana) dan, (5)kelompok kayu
belum dikenal yaknihiru (Vatica papuana), suling (Drupetes sp.), badenga
(Neonauclea schlechteri). Selain itu HHBK yang dapat dikelola seperti damar, aren,
kayu putih, bambu, pala, kemiri, durian, manggis, leci, matoa, dan pohon serbaguna
(MptS) lainnya seperti tanaman produktif di bawah tegakan atau tanaman non-HHBK
yaknikelapa, cengkeh, kopi, kakao dan tanaman ikutan lainnya.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 61


C. Pemberdayaan Masyarakat

Luas dan lokasi blok-blok pemberdayaan masyarakat seluas lebih kurang


11.864,9 ha (120 petak) sebagaimana Gambar 16, sehingga diharapkan dapat dibentuk
kelompok tani hutan (KTH). KTH yang dibutuhkan sebanyak 20 KTH, dengan
kegiatan berupa pembinaan KTH sebanyak 40 kegiatan, pengembangan tanaman
produktif di bawah tegakan seluas lebih kurang 5.000 ha, bantuan peralatan tata guna
hutan dan hasil kemasan olahan HHBK sebanyak 20 paket, pembinaan kelompok
usaha perlebahan 2 unit, pembentukan koperasi KTH 6 koperasi, dan fasilitasi
perkreditan kemitraan 60 kegiatan, pembentukan forum adat 2 kegiatan dan sosialisasi
KTH 60 kegiatan. Pemberdayaan ini perlu dimulai dengan pembuatan surat perjanjian
antara pihak KPHP Model Bacan dengan masyarakat/kelompok masyarakat yang
diberdayakan sesuai dengan peraturan dan perundangan yang berlaku.

Gambar 16. Blok-blokPemberdayaan Masyarakat

Rencana bina usaha dan pemanfaatan hutan blok-blok pemberdayaan


masyarakat meliputi penyusunan buku bisnis plan 1 judul, kerjasama kemitraan pada

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


desa sekitarHP sebanyak 20 KTH, penerimaan sumbangan pihak ketiga
pemanfaatan/penggunaan kawasan hutan dan bagi hasil kemitraan 12 kegiatan,
penerimaan REDD selama 10 tahun, pembangunan pengolahan damar sebanyak 2 unit,
pembangunan penyulingan kayu putih sebanyak 2 unit, pembangunan pengolahan
HHBK sebanyak 6 unit, pembangunan industri kayu sebanyak 3 unit, pemasaran HHK
dan HHBK sebanyak 18 kegiatan.

D. Pembinaan dan pemantauan pemanfaatan hutan dan penggunaan kawasan hutan


pada areal yang berizin

Pada wilayahKPHP Model Bacan terdapat dua areal pemanfaatan hutan yakni 1)
areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah, dan 2) areal HTR Lippu Mandiri
(gambar 17 dan lampiran 15). Luas areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah
sebesar 20,8% dan HTR Lippu Mandiri sebesar 4,6% dari luas areal KPHP Model
Bacan. Penutupan lahan berupa pertanian lahan kering, perkebunan dan semak belukar
dalam areal pemanfaatan HTR Lippu Mandiri mencapai 39,1%, sehingga memerlukan
pembinaan kepada pemegang izin tersebut, sedangkan pada areal IUPHHK-HA PT.
Bela Berkat Anugerah mencapai 17,9%.

Pembinaan KPHP Model Bacan pada pemanfaatan hutan, yakni 1) pembinaan,


pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pemanfaatan hutan dilaporkan kepada
Menteri secara berkala setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,
2) pemberian informasi aturan perundangan mengenai pemanfaatan hutan kepada para
pemegang izin pemanfaatan hutan, 3) pengingatan kewajiban para pemegang izin
pemanfaatan hutan, 4) peringatan/larangan kepada para pemegang izin pemanfaatan
hutan yang melakukan aktifitas pemanfaataan yang tidak sesuai dengan aturan
perundangan dan, 5) penilaian dan masukan mengenai pelaksanaan kegiatan
pemanfaatan hutan.

Pemberian informasi/sosialisasi aturan perundangan yang terbaru mengenai


pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 63


Gambar 17. Areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah

Gambar 18. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.1 – Blok 01.3

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


Penutupan lahan pada areal HTR Lippu Mandiri berupa semak yang terletak
pada wilayah KPHP Model Bacan seperti pada Areal HTR 01.1, Areal HTR 01.2, dan
Areal HTR 01.4 – 6. Pemegang izin juga telah melakukan penanaman HTR pada
Areal HTR 01.3(Gambar 17) yang terletak diluar kawasan hutan. Hal tersebutperlu
diapresiasi dengan pujian, dan nantinya KPHP Model Bacan dapat memfasilitasi
perizinan IUPHHK-HTR bagi pemegang izin HTR Lippu Mandiri. Garis-garis kuning
pada Gambar 17 dan 18memperlihatkan bahwa Areal HTR Lippu Mandiri belum
semuanya ditatabatas, sehingga perlu dilakukan penataan batas areal tersebut.

Bentuk pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada pemanfaatan hutan yaitu
1) mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pemanfaatan hutan, 2) menjaga
hubungan yang baik dengan para pemegang izin, 3) mengawal pemenuhan kewajiban
oleh para pemegang izin dan, 4) mengawal masa berlaku izin pemanfaatan hutan.

Gambar 19. Areal HTR Lippu Mandiri Blok 01.4 – Blok 01.6

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


E. Rehabilitasi pada Areal Di Luar Izin

Sesuai Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P37/Menhut-V/2010 tentang Tata


Cara Penyusunan Rencana Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan, rehabilitasi
hutan dan lahan (RHL) merupakan upaya untuk memulihkan, mempertahankan dan
meningkatkan fungsi hutan dan lahan sehingga daya dukung, produktivitas dan
peranannya dalam mendukung sisterm penyangga kehidupan tetap terjaga. Setiap
rencana rehabilitasi hutan dan lahan perlu didukung oleh dokumen Rencana
Pengelolaan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RPRHL). RPRHL sebagai acuan bagi
Rencana Tahunan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RTnRHL), dan RTnRHL menjadi
acuan bagi penyusunan Rancangan Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RK-RHL)
bagi pelaksanaan RHL di lapangan. Dokumen RPRHL DAS disusun dengan mengacu
pada RTkRHL DAS. RTk RHL DAS merupakan dokumen rencana RHL jangka
panjang selama 10 tahun (2015-2024), sedangkan RPRHL DAS yang merupakan
management plan RHL jangka menengah (5 tahun). Selanjutnya RTnRHL menjadi
dokumen rencana tahunan yang menggambarkan sebaran lokasi sasaran kegiatan RHL
dalam tahun tersebut. Setiap lokasi sasaran kegiatan RHL dalam dokumen RTnRHL
wajib disusun dijabarkan dalam dokumen RK-RHL.

Kegiatan rehabilitasi hutan dan lahan yang telah dilaksanakan oleh Dinas
Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan sejak tahun 2011 sampai tahun 2013. Bentuk
kegiatan sebagai berikut :

1. Kegiatan reboisasi
a. Reboisasi pengkayaan HP dan HL tahun 2011seluas 600 ha.
b. Reboisasi pengkayaan HP dan HL tahun 2012 seluas 500 ha.
c. Reboisasi pengkayaan HP dan HL tahun 2013 seluas 450 ha.
2. Kegiatan penghijauan
a. Penghijauan tahun 2011 seluas 750 ha.
b. Penghijauan tahun 2012 seluas 300 ha.
c. Penghijauan tahun 2013 seluas 356 ha.

Adapun sasaran lokasi kegiatan HHT-RE di wilayah KPHP Model Bacan pada
Blok Pemanfaatan HHK-RE P. Kasiruta seluas lebih kurang 2.526,6 ha sebagaimana
gambar 20. Kondisi blok tersebut yakni kawasan non hutan seluas lebih kurang 404,1

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 66


ha, kawasan berpotensi kayu rendah seluas lebih kurang26,8 ha, dan kawasan
berpotensi kayu sedang seluaslebih kurang 2.095,7 ha.

Kondisi kawasan non hutan KPHP Model Bacan seluas lebih kurang 12.844,2
ha, sedangkan kawasan berpotensi kayu rendah seluas lebih kurang 12.874,6 ha,
sehingga rencana rehabilitasi hutan dan konservasi tanah seperti kegiatan reboisasi
seluaslebih kurang 4.000 ha, dan pengayaan hutan seluaslebih kurang 12.000 ha.

Rehabilitasi pada areal di luar izin ini tidak hanya dilakukan pada areal yang
dicadangkan untuk HKK-RE, tetapi juga pada blok yang tidak memiliki potensi kayu,
seperti pada : 1)blok inti HL lahan kering seluas lebih kurang 427,5 ha, 2) blok inti HL
mangrove seluas lebih kurang 6,2 ha, 3)blok pemanfaatan HLlahan kering seluas lebih
kurang 4.564,4, 4)blok khusus cagar budaya seluas lebih kurang 0,9 ha, 5)blok
perlindungan HP lahan kering seluas lebih kurang 439,2 ha, 6)blok pemanfaatan
kawasan, jasling, HHBK seluas lebih kurang 319,8 ha, 7)blok pemanfaatan HHK-HA
seluas lebih kurang 35,5 ha, 8)blok pemanfaatan HHK-HT seluas lebih kurang 1.150,0
ha, 9) blok pemberdayaan masyarakat seluas lebih kurang 2.335,4 ha, dan 10) blok
khusus pendidikan seluas lebih kurang 36,0 ha. Pada blok-blok pengelolaan yangtidak
memiliki potensi kayu dapat dibuat dam pengendali sebanyak 6 unit, dam penahan
sebanyak 60 unit, embung air sebanyak 8 unit, dan saluran pembuangan air dan
bangunan terjunan sebanyak 42 unit untuk mencegah erosi dan banjir longsor.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 67


Gambar 20. Blok-blok Pemanfaatan HHK-RE

F. Pembinaan dan Pemantauan Rehabilitasi dan Reklamasi Hutan pada Areal yang
Berizin

Pada areal IUPHHK-HA PT. Bela Berkat Anugerah yang tidak memiliki potensi
kayu seluas lebih kurang 680,4 ha dan yang memiliki potensi kayu rendah seluas lebih
kurang 3.397,1 ha. Untuk areal HTR Lippu Mandiri yang tidak memiliki potensi kayu
seluas lebih kurang 2.375,5 ha dan yang memiliki potensi kayu rendah seluas lebih
kurang 179,3 ha. Bentuk kegiatan pembinaan dan pemantauan rehabilitasi dan
reklamasi pada kedua areal tersebut dengan melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Pembinaan atas pelaksanaan rehabilitasi hutandilaporkan kepada Menteri secara
berkala setiap 3 bulan, dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,
2) Memberikan informasi/sosialisasi aturan perundangan mengenai rehabilitas
hutan,
3) Pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan reklamasi hutan
dilaporkan kepada Menteri secara berkala setiap 3 bulan, dengan tembusan
kepada Gubernur dan Bupati,

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


4) Memberikan informasi/sosialisasi aturan perundangan mengenai rehabilitas
hutan dan reklamasi, dan
5) Memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan kegiatan rehabilitasi
dan reklamasi hutan.

G. Rencana Penyelenggaraan Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam

Rencana penyelenggaraan perlindungan hutan dan konservasi alam lahan kering


disajikan pada Gambar 21 dan peta lampirannya, yakni pada Blok Perlindungan Gn.
Sibela seluas lebih kurang 1.212,4 ha, dan Blok Perlindungan P.Kasiruta seluas lebih
kurang 1.208,8 ha). Selanjutnya pada perlindungan hutan dan konservasi pada hutan
mangrove sebagaimana yang berada pada Blok Perlindungan Tg. Kokotu hingga Tg.
Gilalang dan Blok Perlindungan Ake Minjahe dengan luas keseluruhan lebih kurang
446,1 ha. Blok perlindungan ini merupakan petak-petak pada hutan mangrove yang
diperuntukkan tempat perlindungan plasma nutfah dan keanekaragaman hayati dan
membatasi HP dan HL.

Gambar 21. Blok-blok HP Lahan Kering untuk Blok Perlindungan Gn. Sibela dan
P.Kasiruta
Arahan dan proyeksi blok perlindungan KPHP Model Bacan pada Tabel 14.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


Tabel 14. Arahan dan Proyeksi Pemanfaatan Blok-blok Perlindungan pada KPHP
Model Bacan.

Program Sasaran Strategis Kegiatan


1. Inventarisasi 1. Tersedianya data potensi hutan pada 1. Inventarisasi potensi hutan
kawasan blok kawasan blok perlindungan pada kawasan blok
perlindungan dan 2. Terdefinisikannya masing-masing perlindungan
tata batas peruntukan kawasan blok 2. Tata batas dan
kawasan pada perlindungan beserta batas-batasnya pemasangan pal batas
KPHP Bacan pada kawasan blok
perlindungan
3. Pemetaan dan
dokumentasi hasil
inventarisasi dan tata batas
kawasan blok
perlindungan
2. Pengukuhan 1. Terwujudnya kawasan blok 1. Penetapan aturan tentang
kawasan blok perlindungan yang tetap terjaga dari larangan pemanfaatan
perlindungan pemanfaatannya, baik secara kawasan blok
pada KPHP ekonomi, sosial dan budaya perlindungan dalam KPHP
Bacan oleh masyarakat
2. Terwujudnya tertib kawasan blok 2. Mengupayakan kepastian
perlindungan yang dapat menjamin hukum mengenai status,
kepastian hukum bagi masyarakat batas dan luas wilayah
agar tidak memanfaatkan kawasan kawasan blok
blok perlindungan pada kawasan perlindungan pada
KPHP Bacan kawasan KPHP Bacan
3. Penyusunan 1. Terdapatnya regulasi yang mengikat 1. Menyusun dan
regulasi daerah bagi masyarakat agar tidak mensosialisasikan regulasi
yang mengatur memanfaatkan kawasan pelestarian blok
kawasan perlindungan untuk usaha perlindungan pada
perlindungan pertambangan rakyat masyarakat sekitar
pada kawasan kawasan KPHP Bacan
KPHP Bacan
4. Perencanaan dan 1. Terdapatnya peta perencanaan dan 1. Menyusun master plan
penyelenggaraan rehabilitasi kawasan blok penyelenggaraan
rehabilitasi lahan perlindungan yang dijadikan dasar rehabilitasi lahan kritis
kawasan blok pengelolaan kawasan blok pada kawasan blok
perlindungan perlindungan, baik secara ekonomi, perlindungan di KPHP
pada KPHP sosial dan budaya Bacan
Bacan 2. Terdapatnya pengaturan produksi 2. Penetapan prioritas
pada kawasan blok perlindungan rehabilitasi kawasan blok
yang direncanakan sesuai daya perlindungan dan
dukung kawasan KPHP mendesain model
rehabilitasinya
3. Terehabilitasinya lahan-lahan kritis
pada kawasan blok perlindungan
dengan berbagai jenis pohon
unggulan lokal dan komersial.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 70


Perlindungan dan konservasi alam direncanakan dalam bentuk kegiatan seperti
patroli hutan sebanyak 10.000 HOK, operasi fungsional sebanyak 60 kali, operasi
gabungan sebanyak 20 kali, pemberkasan sebanyak 80 paket, pengangkutan barang
buktisebanyak 10 paket, pembangunan pos penjagaan sebanyak 10 lokasi, pembuatan
portal sebanyak 30 titik, identifikasi obyek daya tarik wisata/jasling lainnya sebanyak
20 kegiatan, pembuatan menara pemantau kebakaransebanyak 4 unit, pembuatan sekat
bakar dan jalur hijau sebanyak 2 unit dan penyelesaian konflik tenurialsebanyak 30
kegiatan.

Gambar 22. Blok-blok HP Mangrove untuk Blok Perlindungan

Pada blok perlindungan Tg. Kokotu sampai dengan Tg. Gilalang(Gambar 23)
merupakan blok yang terpisah yang terletak di sepanjang pantai, sehingga
diperlukanbentuk investasi untuk menjaga dan melindungi blok tersebut. Perlindungan
flora dan fauna yang memiliki nilai konservasi tinggi (HVCF) sangat sesuai dilakukan
di blok tersebut, karena status hutan yang berfungsi produksi. Untuk memperjelas
batas perlu dilaksanakan kegiatan penataan batas kawasan, dan inventarisasi potensi
dengan sangat detil.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


Pada Blok Perlindungan Ake Minjahe (Gambar 24) terdapat laguna/danau
mangrove seluas lebih kurang 28,0 ha dapat dijadikan objek ekowisata sekaligus
perlindungan hutan. Pada ujung blok juga terdapat P.Salipogot yang memiliki
danau/laguna seluas lebih kurang 6.1 ha, sehingga dapat menjadi satu paket ekowisata.
Perlindungan alam bernilai konservasi tinggi (HVCF) perlu dilakukan di lokasi
tersebut. Kegiatan yang perlu dilakukan berupa penatabatasan untuk memperjelas
batas kawasan, dan inventarisasi potensi yang detil.

Gambar 23. Blok-blok HP Mangrove untuk Blok Perlindungan Tanjung Kokotu –


Tanjung Gilalang

Gambar 24. Blok-blok Hutan Produksi Mangrove untuk Blok Perlindungan Ake
Minjahe

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024


H. Rencana Penyelenggaraan Koordinasi dan Sinkronisasi Antar Pemegang Izin

Pembinaan dan pemantauan pelaksanaan kegiatan pemegang izin pemanfaatan


dan penggunaan kawasan secara berkala dan berkelanjutan, dengan rencana
sebagaimana Tabel 15.

Tabel 15. Koordinasi dan Sinergi Pemegang Izin Usaha dengan KPHP Model Bacan

Jenis Koordinasi KPHP Sinergi KPHP Model


Nomor Kegiatan Model Bacandengan Bacan dengan Para Kebutuhan
Usaha Para pihak Pihak
A Rencana Pemanfaatan (Wilayah Tertentu dan WilayahIzin Usaha).
1 IUPHHK-HT BPKH, BP2HP, Dana, Binwasdal
dan Dishut Kab.HalSel,
IUPHHK- Dishut Prov.Malut
HA
2 IUPHHK-RE BPKH, BP2HP, BUMS Dana, Binwasdal
Dishut Prov.Malut
3 IPHHBK- BPKH, BP2HP, Dinas BUMS/BUMN Dana, Binwasdal
Tambang Pertambangaan,
Dishut Prov.Malut
B Rencana Rehabilitasi Hutan
1 RH-HL BPDAS, Kelompok BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal
(Reboisasi/P Tani Hutan
engkayaan)
2 RH pada HP BPDAS, Kelompok BPDAS, Petani Hutan Dana, Binwasdal
HT/ Tani Hutan
(Reboisasi/P
engkayaan)
C Rencana Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
1 Perlindungan Pemegang izin usaha Dishut Kab.HalSel, Dana, Binwasdal
Hutan Dishut Prov.Malut,
Pemcam, Pemdes,
Masyarakat,
Pemegang izin usaha
2 Perlindungan Pemerintah Desa Dishut Kab.HalSel, Dana, Binwasdal
tata air (PL- Dishut Prov.Malut,
TA) Pemcam, Pemdes,
Masyarakat
3 Perlindungan Pemerintah Desa Dishut Kab.HalSel, Dana, Binwasdal
Blok inti HL Dishut Prov.Malut,
dan HP Pemcam, Pemdes,
Masyarakat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 73


I. Koordinasi dan Sinergi dengan Instansi dan Stakeholder Terkait

Koordinasi dan sinergitas dengan instansi dan stakeholder terkait dilakukan


secara berjenjang dan berkelanjutan;

Tabel 16. Koordinasi dan Sinergi Instansi Terkait dengan KPHP Model Bacan
Koordinasi KPHP
Jenis Kegiatan Sinergi KPHP Model
No Model Bacandengan Kebutuhan
Usaha Bacan dengan Para Pihak
Para Pihak
1 2 3 4 5
A Rencana Pemanfaatan (Wilayah Tertentu dan Wilayah Izin Usaha)
1 IPHHBK-
Dana,
Rotan/Getah/Ma Kelompok Tani Hutan Industri Pengolahan HHBK
Binwasdal
du hutan
2 UPJL-JA (jasa Kelompok Usaha Dana,
Dinas PU. Pengairan
lingkungan air) Pengelola Jasa Air Binwasdal
3 UP RAP- BPKH, Pemerintah
KARBON Daerah, LSM, Lembaga Internasional & Dana,
dan/atau UP UNREDD Provinsi, Masyarakat Binwasdal
PAN-KARBON Pokja Mangrove
B Rencana Pemberdayaan Masyarakat
1 BPKH, Pemerintah
BPDAS/ Dishut Kab.HalSel, Dana,
HKm Desa/ Kelompok Tani
Dishut Prov.Malut Binwasdal
Hutan
2 BPKH, Pemerintah
Hutan Desa BPDAS/ Dishut Kab.HalSel, Dana,
Desa/ Kelompok Tani
(HD) Dishut Prov.Malut Binwasdal
Hutan
3 BPKH, Pemerintah
Hutan Tanaman BPDAS/ Dishut Kab.HalSel, Dana,
Desa/ Kelompok Tani
Rakyat (HTR) Dishut Prov.Malut Binwasdal
Hutan
C Rencana Rehabilitasi Hutan
1 RH-HL
BPDAS, Kelompok Dana,
(Reboisasi/Peng BPDAS, Petani Hutan
Tani Hutan Binwasdal
kayaan)
2 RH pada HP
HT/ BPDAS, Kelompok Dana,
BPDAS, Petani Hutan
(Reboisasi/Peng Tani Hutan Binwasdal
kayaan)
D Rencana Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam
1 Dishut Kab.HalSel, Dishut
Perlindungan Dana,
Pemerintah Desa Prov.Malut, Pemcam,
Hutan Binwasdal
Pemdes,Masyarakat
2 Dishut Kab.HalSel, Dishut
Perlindungan Dana,
Pemerintah Desa Prov.Malut, Pemcam,
Tata Air (PTA) Binwasdal
Pemdes, Masyarakat
3 Perlindungan Dishut Kab.HalSel, Dishut
Dana,
Blok inti HL Pemerintah Desa Prov.Malut, Pemcam,
Binwasdal
dan HP Pemdes, Masyarakat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 74


Koordinasidansinergi antar Esalon 1 dengan para pemegang kepentingan/ para
pihak/instansi terkait terhadap rencana aktivitas pengelolaan dengan peraturan
perundangan yang berlaku, seperti hasil Rakornis KPH Tahun 2014 untuk Tahun
2015, seperti pada Tabel 17 berikut ini.

Tabel 17. Koordinasi dan Sinergi Eselon 1 untuk KPHP Model Bacan
Eselon I
No Jenis Peningkatan Kapasitas
KeMenhut
1 Penataan batas wilayah kerja (batas wilayah KPH, batas Blok/ PLANHUT
petak KPH)
2 Inventarisasi Potensi SDH PLANHUT
3 Sosialisasi KPH kepada stakeholder di tingkat tapak PLANHUT
4 Penyempurnaan RPHJP yang belum disahkan maupun yang BPDAS-PS/BUK
sudah disahkan.
5 Fasilitasi kajian pengembangan usaha. BPDAS-PS/BUK
6 Rencana Strategi Bisnis KPH (bagi KPH RPHJP yang sudah BPDAS-PS/BUK
disahkan)
7 Penyusunan RPHJ-Pendek BPDAS-PS/BUK
8 Proses Fasilitasi menuju PERATURAN PEMERINTAHK- BPDAS-PS/BUK
BLUD
9 Rehabilitasidi Hutan Lindung dan Penanaman di Hutan BPDAS-PS/BUK
Produksi
10 Sarpras bangunan resort, jalan hutan, peralatan survey, dan BPDAS-PS/BUK
kendaraan operasional, sistem informasi KPH
11 Fasilitasi sarpras pengolahan hasil hutan dan jasa lingkungan BPDAS-PS/BUK
12 Fasilitasi kegiatan perlindungan dan pengamanan Hutan serta BPDAS-PS/BUK
konservasi alam
13 Pengembangan usaha HHBK dari hulu sampai hilir BPDAS-PS/BUK
14 Fasilitasi Kemitraan dengan masyarakat atau pihak ketiga untuk BPDAS-PS/BUK
kegiatan dari hulu sampai hilir (prakondisi, kelembagaan usaha,
perencanaan, dan operasionalisasi)
15 Fasilitasi Pemasaran hasil hutan BPDAS-PS/BUK
16 Fasilitasi pengolahan limbah organik hasil hutan BPDAS-PS/BUK
17 Fasilitasi kegiatan Agroforestry (kehutanan, pertanian, BPDAS-PS/BUK
perikanan dan peternakan)
18 Fasilitasi Kegiatan Monitoring dan Evaluasi (izin dan kegiatan BPDAS-PS/BUK
di wilayah KPH)
19 Fasilitasi Sertifikasi Pengelolaan Hutan Lestari (PHL) BUK
20 Fasilitasi identifikasi dan inventarisasi potensi konflik dan BPDAS-PS/BUK
penyelesaian konflik
21 Fasilitasi design tapak ekowisata BPDAS-PS/BUK

Direktorat Jenderal Planologi Kehutanan melalui BPKH Wilayah VI sebagai


UPT yang menangani kegiatan penataan batas, telah mensinergikan kegiatan tatabatas

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 75


KPHP Model Bacan untuk tahun 2015 berupa tata batas fungsi pada HL Gn. Bibinoi
dan pada tahun 2016 direncanakan tata batas fungsi dan batas luar HL P. Kayoa, HL.
Teluk Kasiruta, HP P. Pacitaka, HP P. Parapotang dan HL. pada pulau-pulau lainnya
dalam KPHP Model Bacan, sebagaimanaTabel 18 berikut.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 76


Tabel 18. Rencana Kerja BPKH Wilayah VI Manado untuk Sinergi Mendukung Tata Batas (m) pada KPHP Model Bacan
Provinsi 2015 2016 2017 2018 2019 Jumlah
No
Kelompok / Kawasan Hutan BL BF Total BL BF Total BL BF Total BL BF Total BL BF Total BL BF Total
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20
II.10 HL Gn. Bibinoi - 40.376 40.376 - - - - - - - - - - - - - 40.376 40.376
II.12 HPK P. Bacan - - - - - - 94.055 3.254 97.309 - - - - - - 94.055 3.254 97.309
II.28 HL P. Mandioli - - - 30.378 30.378 - - - - - - - - - - 30.378 30.378
II.29 HL P. Makian - - - 20.713 20.713 - - - - - - - - - 20.713 - 20.713
II.30 HL. Teluk Kasiruta - - - 7.573 3.546 11.119 - - - - - - - - - 7.573 3.546 11.119
II.31 HP P. Pacitaka - - - 4.870 9.921 14.791 - - - - - - - - - 4.870 9.921 14.791
II.32 HL P. Pacitaka - - - 4.192 4.192 - - - - - - - - - - 4.192 4.192
II.33 HL P. Parapotang - - - 6.763 6.763 - - - - - - - - - - 6.763 6.763
II.34 HL P. Kayoa - - - 17.462 17.462 - - - - - - - - - 17.462 - 17.462
II.35 HL P. Tambeluk - - - 18.361 18.361 - - - - - - - - - - 18.361 18.361
II.36 HL P. Batuampat - - - 12.685 12.685 - - - - - - - - - - 12.685 12.685
II.37 HL P. Nusauwa - - - - 4.450 4.450 - - - - - - - - - - 4.450 4.450
II.38 HL P. Tawabiwiring - - - - 13.023 13.023 - - - - - - - - - - 13.023 13.023
II.39 HL P. Salintang - - - - 3.816 3.816 - - - - - - - - - - 3.816 3.816
II.40 HL P. Tuada - - - - 3.681 3.681 - - - - - - - - - - 3.681 3.681
II.41 HP P. Parapotang - - - 3.260 6.167 9.427 - - - - - - - - - 3.260 6.167 9.427
II.42 HL P Toduku - - - - 7.541 7.541 - - - - - - - - - - 7.541 7.541
II.43 HL P. Salipogot - - - - 2.204 2.204 - - - - - - - - - - 2.204 2.204
II.44 HL P. Loid - - - - 5.798 5.798 - - - - - - - - - - 5.798 5.798
II.45 HL P. Nusababullah - - - - 4.723 4.723 - - - - - - - - - - 4.723 4.723
II.46 HL P. Nusadeket - - - - 1.285 1.285 - - - - - - - - - - 1.285 1.285
II.47 HL P. Keramat - - - - 0.666 0.666 - - - - - - - - - - 0.666 0.666
II.48 HL P. Goramanjanga - - - - 0.742 0.742 - - - - - - - - - - 0.742 0.742
II.49 HL P. Sakitang - - - - 1.302 1.302 - - - - - - - - - - 1.302 1.302
II.50 HL P. Nanoang - - - - 1.522 1.522 - - - - - - - - - - 1.522 1.522
II.51 HL P. Nenas - - - - 1.171 1.171 - - - - - - - - - - 1.171 1.171
II.52 HL P. Tarakian - - - - 1.242 1.242 - - - - - - - - - - 1.242 1.242
II.53 HL P. Mamalayu - - - - 1.417 1.417 - - - - - - - - - - 1.417 1.417
II.54 HL P. Ora-ora - - - - 2.112 2.112 - - - - - - - - - - 2.112 2.112
II.55 HL P. Parapotang Kecil - - - - 1.856 1.856 - - - - - - - - - - 1.856 1.856
II.56 HL P. Paniki Besar - - - - 1.442 1.442 - - - - - - - - - - 1.442 1.442
II.57 HL P. Sali Kecil - - - - 11.155 11.155 - - - - - - - - - - 11.155 11.155
II.58 HL P. Proco - - - - 2.902 2.902 - - - - - - - - - - 2.902 2.902
II.59 HL P. Kusu - - - - 3.723 3.723 - - - - - - - - - - 3.723 3.723
II.60 HL P. Kaireu - - - - 2.834 2.834 - - - - - - - - - - 2.834 2.834
II.61 HL P. Gilalang - - - - 11.007 11.007 - - - - - - - - - - 11.007 11.007

77
J. Rencana Penyediaan dan Peningkatan Kapasitas Sumberdaya Manusia

Kantor KPHP Model Bacan terletak di Labuha dan siap digunakan pada awal
Tahun 2015. Untuk lokasi RPH masih memaksimalkan pos-pos pengawasan
kehutanan. Rencana kantor KRPH sampai Tahun 2024 berada di (1) Nondang (KRPH
Bacan Barat), (2) Marabose(KRPH Bacan),(3) Sayoang (KRPH Bacan Timur),(4)
Wayaua (KRPH Bacan Timur Selatan), (5) Galala (KRPH Mandioli Selatan), (6)
Palamea (KRPH Kasiruta Barat) dan, (7) Loleo Jaya (KRPH Kasiruta Timur).
Kondisi organisasi KPHP Model Bacan Tahun 2014 memiliki struktur organisasi
sebagai beriku : a) Kepala KPHP Model Bacan, b) Tata usaha, c) Kawasan Resort
Pengelolaan Hutan (KRPH) Bacan dan KRPH Bacan Barat. Sumberdaya manusia
yang dimiliki KPHP Model Bacan terdiri dari 12 personel (1 personel KaKPH, 1
personel KaSubag Tatausaha, 4 personel Tatausaha, 1 personel KaKRPH Bacan, 2
personel polisi hutan KRPH Bacan, 1 personel KaKRPH Bacan Barat, 2 personel
polisi hutan KRPH Bacan Barat. KPHP Model Bacan masih mendapat dukungan 70
personel Pembantu Polisi Hutan dari Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan,
yang masing-masing kecamatan terdiri dari 5 personel. Tenaga bakti rimbawansesuai
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.58/Menhut-II/2014 tentang Bakti Rimbawan
dalam Pembangunan Kehutanan,tenaga bakti kehutanan yang rencananya ditempatkan
pada KPHP Model Bacan sebanyak 7 orang yang terdiri dari: 3 orang S1 Kehutanan
dan GIS, 1 orang S1 Pertanian, dan 3 orang SMK Kehutanan (Tabel 19).

Tabel 19. Kebutuhan Tenaga Bakti Rimbawan di KPHP Model Bacan pada Tahun
Anggaran 2015.
Kualifikasi Formasi
BR Fungsi / Jabatan SDM
Pendidikan (orang)
PG.1 Pemanfaatan & Penggunaan Kawasan/ Pengelola S1 Kehutanan 2
usaha kehutanan/ PEH Bidang Pemanfaatan (Pertama)
PG.1 Pemantauan rehabilitasi & reklamasi hutan/ D3 1
Penanaman & Pemeliharaan Tanaman/ Pengolah Data Kehutanan
Rehabilitasi Hutan & Lahan
PG.1 Pemberdayaan Masyarakat/ Analis Pemberdayaan S1 Pertanian 1
Masyarakat/ Penyuluh Pertama
PG.1 Perencanaan/ Tenaga Teknis Perencanaan & S1 1
Pemetaan/ Analis Perencanaan Kehutanan Kehutanan*)
PG.2 Pemanfaatan & Penggunaan Kawasan/ Pengelola SMK 1
Usaha Kehutanan/ PEH Bidang Pemanfaatan (Pemula) Kehutanan
PG.2 Perlindungan Hutan & Konservasi Alam/ PEH Bidang SMK 2
PHKA (Pemula) Kehutanan
Lampiran Pengumuman Bakti Rimbawan Nomor: PG. 1 / IX - YL /2014 Tanggal: 1 Oktober 2014
Lampiran Pengumuman Bakti Rimbawan Nomor: PG. 2 / IX - YL /2014 Tanggal: 1 Oktober 2014

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 78


Rencana penguatan kapasitas kelembagaan KPHP Model Bacan meliputi revisi
Perda organisasi KPHP Model Bacan sebanyak 4 kegiatan, penyusunan Perbup
tentang sumbangan pihak ketiga dan bagi hasil pengelolaan hutan sebanyak 2
kegiatan, penyusunan Perbup Peraturan Pemerintah BLUD KPHP Model Bacan
sebanyak 2 kegiatan, terpenuhinya SDM KPHP sebanyak 120 orang yang terdiri dari
1) kantor KPH sebanyak 20 orang, 2) kantor Resort dan Sektor sebanyak 36 orang,
dan, 3) petugas lapangan/Mandor sebanyak 64 orang. Kegiatan pendidikan dan
pelatihan teknis sebanyak 20 orang, pelatihan keterampilan/inhouse training/praktek
kerja/studi banding/magang mandor dan masyarakat sebanyak 300 orang, dan
penyusunan SOP KPH dan KRPH sebanyak 3 judul.Peningkatan sapras operasional
pembangunan kantor resor KPH sebanyak 6 unit, pembangunan rumah jaga kantor
KPH sebanyak 1 unit, rehabilitasi kantor KPH sebanyak 2 kegiatan, pengadaan
kendaraan operasional roda empat (4x4) sebanyak 2 unit, kendaraan roda empat truck
sebanyak 4 unit, kendaraan roda empat minibus sebanyak 1 unit, kendaraan roda dua
sebanyak 36 unit, perahu 40 PK sebanyak 8 unit, serta sarana prasarana kantor
sebanyak 8 paket.

Hasil Rakornas KPH Tahun 2014 disampaikan bahwa secara nasional untuk
rencana penguatan kapasitas kelembagaan KPH sebagai berikut:

Tabel 20. Rencana Penguatan Kelembagaan KPHP Model Bacanpada Tahun 2015
No Jenis Kegiatan Eselon I
KeMenhut
1 2 3
A. Organisasi
1. Peningkatan Kapasitas Organisasi UPTD, SKPD, BLUD BPDAS-PS dan
BUK

B. Kuantias SDM KPH


2. Pemenuhan Sumber Daya Manusia (Staf Teknis, Staf BP2SDMK
Administrasi, Bakti Rimbawan dan tenaga lapangan
penanaman/ mandor pam swakarsa dalam bentuk kontrak)
3. Perpanjangan tenaga kontrak dan tenaga pendamping 1 BP2SDMK/PL
RPHJP ANHUT
C. Kualitas SDM KPH
4. PengembangandanPeningkatankapasitastenaga SDM KPH dan BP2SDMK
Mitra KPH
5. Pelatihan Kewirausahaan BUK
6. Pelatihan Dalkar PHKA
7. Pelatihan Penghitungan Karbon BP2SDMK
8. Pendampingan Penyusunan RP PLANHUT
1 2 3

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 79


9. Pengembangan Basis Data PLANHUT
10. Pelatihan Invenhutsurta PLANHUT
11. Sertifikasi Kompetensi SDM KPH BP2SDMK
12. Pelatihan Resolusi Konflik (tenurial) BP2SDMK
13. Pembangunan Sistim Informasi teknologi PLANHUT
14. Pelatihan tenaga Lapangan/ mandor/ pamswakarsa BP2SDMK
15. Pendidikan dan Pelatihan PERATURAN PEMERINTAHNS BP2SDMK
dan polhut sporc
16. Pendidikan dan pelatihan wasganis/ ganis BUK
17. Pelatihan menulis project proposal/ fund rising strategy PUSKLN
SETJEN
18. Pelatihan pengukuran dan pengenalan jenis pohon PLANHUT
19. Pelatihan managemen proyek dan pengadaan barang jasa SETJEN
20. Pelatihan keuangan/ sistem akutansi instansi SETJEN

K. Penyediaan Pendanaan

Pengelolaan KPHP Model Bacan membutuhkan modal yang besar untuk


pelaksanaan masing-masing jenis kegiatan usahanya,sehingga memerlukan kemitraan
dengan berbagai pihak yang berminat untuk berinvestasi di wilayah tersebut.Untuk
menarik investasi dan investor, makaKPHP Model Bacan harus menawarkan berbagai
produk pemanfaatan kawasan hutan dan penggunaan kawasan hutan dalam berbagai
bentuk portofolio KPHP Model Bacan, sepertiportofolio/ bisnis plan/ rencana
pemanfaatan HHK dalam hutan tanaman pada HP (HHK-HT/HTI), portofolio/ bisnis
plan/ rencana pemanfaatan HHK dalam hutan alam dalam bentuk restorasi ekosistem
pada HP (HHK-RE), portofolio/ bisnis plan/ rencana pemanfaatan jasling (jasa wisata
alam, jasa aliran air dan jasa karbon), dan portofolio/ bisnis plan/ rencana pemungutan
HHBK dalam hutan alam pada HL (HHBK-rotan/getah/dll.). Portofolio/ bisnis plan/
rencana-rencana usaha pemanfaatan kawasan hutan dan hasil hutan tersebut
diharapkan pendanaannya bersumber dari pemegang izin usaha.

Penyediaan pendanaan juga diupayakan melalui dana APBN, APBD, DAK


Kehutanan, dana bagi hasil kemitraan, sumbangan pihak ketiga dalam pemanfaatan
dan penggunaan kawasan, dana perdagangan karbon, dana hibah, dan dana-dana dari
berbagai pihak yang mempunyai komitmen dalam pengelolaan hutan lestari;

Rencana Nasional Fasilitasi Kegiatan di Wilayah KPH oleh Eselon I


Kementerian Kehutanan sesuai hasil Rakornas KPH pada bulan Oktober 2014 tahun
2015,yakni:

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 80


1. Biro Perencanaan Setjen Kemenhut
a. Tindak lanjut rakor tahun 2013 oleh Biro Perencanaan Kementerian Kehutanan
mengenai peningkatan kinerja KPH dengan optimalisasi pemanfaatan DAK
dengan telah terbitnya Peraturan Presiden Nomor : 43 Tahun 2014 untuk
membangun komitmen antara pemerintah pusat dengan pemerintah daerah.
Untuk memberikan koridor penggunaan DAK telah disusun rancangan
Peraturan Menteri Kehutanan tentang Juknis penggunaan DAK Kehutanan.
b. Alokasi DAK tahun 2015 diusulkan Rp 664,400 milyar dengan sasaran
meningkatkan pengelolaan KPHP dan KPHL dan meningkatkan pengelolaan
Tahura, Hutan Rakyat dan Hutan Kota.
c. Kebijakan dalam RPJMN 2015-2019 (RancanganTeknokratik) yakni
meningkatkan tata kelola kehutanan dengan pemisahan peran administrator
(regulator) dan pengelola (operator) kawasan hutan melalui KPH dan
operasionalisasinya.

2. Ditjen Bina Usaha Kehutanan


a. Program Ditjen BUK oleh Bina Hutan Produksi dan Usaha Kehutanan yang
bertujuan untuk peningkatan tata kelola HP dalam rangka meningkatkan daya
saing industri kehutanan. Hasil program yang akan dicapai seperti 1)
peningkatan kelola dan pemanfaatan HP serta daya saing industri primer hasil
hutan, 2) peningkatan produksi dan diversifikasi hasil hutan.
b. Target pelaksanaan kegiatan mulai dari tata hutan, perencanaan hutan,
pemanfaatan, rehabilitasi, perlindungan dan penambahan sarana terdapat di 80
unit KPHP dengan berbagai jenis kegiatan sesuai dengan tipologi KPH yaitu
tipe A sebanyak 20 unit KPHP yang RPHJP telah disahkan, tipe B sebanyak
22 unit KPHP yang RPHJPnya sedang dinilai dan tipe C sebanyak 39 unit
KPHP yang RPHJPnya sedang disusun.
c. Anggaran yang dialokasikan untuk 80 unit KPHP sebesar Rp. 356,38 Milyar.

3. Ditjen BPDAS-PS
a. Pada Ditjen BPDAS-PS rencana pelaksanaan kegiatan tahun 2015 lebih
difokuskan pada kawasan HL pada KPHL, yaitu pengelolaan HL pada 40 unit
KPHL, dengan kegiatan :
1) Fasilitasi perencanaan pengelolaan KPHL Penyusunan Rencana
Pengelolaan Jangka Pendek (RPJPd) KPHL dan bisnis plan, 40 Unit
2) Penyusunan NSPK pengelolaan HL oleh KPH
3) Pembinaan dan pengendalian perencanaan dan pelaksanaan rehabilitasi
hutanpada KPHL untuk HL seluas lebih kurang 10.000 Ha
4) Pembinaan dan pengendalian pelaksanaan rehabilitasi hutan mangrove di
KPHL pada HL seluas lebih kurang 400 Ha
5) Pemberian akses kepada masyarakat melalui HKm dan HD
6) Persemaian di KPHL dan pembangunan sumber benih
b. Untuk mendukung kegiatan tersebut dibutuhkan perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan yang baik.
c. Pada aspek perencanaan dibutuhkan adanya keterpaduan antara perencanaan
KPH (RPHJP) dengan perencanaan dalam pengelolaan DAS (Rencana
Pengelolaan DAS Terpadu) serta RPHJP segera dijabarkan menjadi
perencanaan tahunan dan bisnis plan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 81


d. Pada aspek pengorganisasian dibutuhkan : 1) kepastian (dasar hukum) terkait
dengan kewenangan dalam hal pembinaan KPH, khususnya Ditjen BPDASPS
pada KPHL, 2) SDM dengan kualitas dan kuantitas yang memadai sebagai
pengelola KPH.
e. Pada aspek pelaksanaan koordinasi yang optimal antara para pihak terkait
(BPDAS, BPKH, BP2HP, KPH, DISHUT, KEMENHUT) yang dapat
menunjang optimalisasi pelaksanaan kegiatan pada KPH.

4. Ditjen Planologi Kehutanan


a. Seluruh program kegiatan di lingkup Direktorat Jenderal (Ditjen) Planologi
Kehutanan mendukung pembangunan KPH dan menghasilkan output/produk
kegiatan berupa: berlokus di KPH, NSPK KPH, mendukung penguatan KPH.
b. Tahun 2015-2019 Ditjen Planologi Kehutanan fokus terhadap Prakondisi
Pembangunan KPH (non-fisik), sesuai mandat Undang-Undang Nomor : 41
Tahun 1999 mengenai perencanaan kehutanan yang terdiri dari inventarisasi,
pengukuhan, penatagunaan, dan perencanaan kawasan hutan.
c. Alokasi anggaran untuk pembangunan KPH di tahun 2015 sebesar Rp. 47,25
Milyar (109 unit KPH)
d. Prakondisi KPH tahun 2015 pada 109 unit KPH yakni 49 unit KPHL dan 69
unit KPHP dengan bentuk kegiatan sebagai berikut :
1) Penyiapan wilayah kerja KPH
2) Fasilitasi penyiapan kelembagaan KPH
3) Inventarisasi potensi KPH
4) Rancangan tata hutan
5) Rancangan rencana pengelolaan

5. Badan P2SDMK
a. Fokus pembangunan SDM kehutanan dan pemberdayaan masyarakat di KPH
tahun 2015 dengan kegiatan :
1) Pemenuhan kebutuhan minimal SDM KPH
2) Diklat SDM KPH
3) Tenaga teknis dari lulusan SMK Kehutanan
4) Pemberdayaan masyarakat dan pendampingan penyuluh (PNS,PKSM,
swasta)
b. Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.30/Menhut-II/2013 tentang Tenaga
Bakti Sarjana Kehutanan dan Nomor : P.58/Menhut-II/2014 tentang Bakti
Rimbawan dalam Pembangunan Kehutanan sebagai dasar untuk pemenuhan
SDM di KPH
c. Proses rekruitmen bakti rimbawan untuk formasi S1,D3 dan SMK Kehutanan
tahun 2015 telah dilaksanakan sebanyak 822 Orang.
d. Diklat calon KaKPH dan tenaga teknis ekosistem hutan bagi KPH tahun 2015

6. Badan Litbang Kehutanan


a. Kegiatan Litbang diarahkan untuk percepatan operasionalisasi KPH, melalui:
1)) Konvergensi Kegiatan Penelitian di KPH:
a) Kajian kebijakan untuk mendorong percepatan operasionalisasi KPH
b) Menggunakan KPH sebagai unit kajian
c) Menggunakan KPH sebagai lokus penelitian
d) Topik penelitian dengan target output yang disesuaikan dengan potensi
yang ada di KPH sesuai hasil RPJP KPH

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 82


2) Piloting IPTEK Litbang pada KPH
a) Pilot Iptek Litbang (Hulu Hilir)
b) Pilot Iptek Litbang mengenai penyusunan RP dan transformasi KPH ke
BLUD
c) Pilot iptek Litbang mengenai konvergensi hasil iptek di KPH
3) Diseminasi hasil litbang melalui gelar teknologi, alih teknologi kepada
pengelola dan masyarakat sekitar KPH

7. Pusdalbangreghut Setjen Kemenhut


a. Pusdalbangreghut bertugas untuk pengesahan RPHJP KPH, sampai Oktober
2014 telah disahkan sebanyak 34 unit KPH dari 65 unit KPH yang telah
mengajukan penilaian.
b. Tahun 2015 akan dilaksanakan percepatan pengesahan RPHJP KPH sehingga
KPH dapat beroprasi dengan kegiatan melalui bimbingan teknis KPH,
supervisi inventarisasi potensi KPH dan koordinasi KPH

8. Inspektorat Jenderal Kemenhut


a. Kewenangan yang besar KPH harus dibarengi dengan sistem akuntabilitas
yang baik dengan menerapkan Sistem Pengendalian Intern (SPI).
b. Fungsi Inspektorat dalam rangka APIP adalah sebagai:
1. Pengawas mengidentifikasi permasalahan, lalu memberikan saran untuk
mengatasinya
2. Konsultan bertujuan memberikan nilai tambah bagi organisasi
3. Katalis untuk membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko yang
mengancam pencapaian tujuan organisasi

9. Seknas Pembangunan KPH


Program Setnas KPH pada tahun 2015 yakni
1. Mobilisasi dukungan Rumah Akademisi Kehutanan (RAKI)
2. Mobilisasi dukungan Civil Social Organisation
3. Mobilisasi sumberdaya dengan cara membangun jejaring dan pendampingan.

L. Pengembangan Database

Mulai tahun 2015, KPHP Model Bacan membangun database untuk pengelolaan
data terkini dan akurat sesuai hasil IHMB yang sudah tersedia, untuk penyusunan
rencana tahunan dan rencana strategis lainnya, NSDH dan Statistik Kehutananserta
penyusunan dan evaluasi RPHJP KPHP Model Bacan secara berjenjang dan bertahap,
meliputi kegiatan evaluasi RPHJP tahun 2015-2024 dan penyusunan RPHJP tahun
2025-2034 yang akan datang.

Database yang akurat menjamin kepastian dalam perencanaan. Pengembangan


database sangat diperlukan untuk menyediakan data wilayah dan bahan-bahan
promosi pengembangan investasi yang akurat. Pengembangan database merupakan
salah satu bentuk investasi. Perawatan jaringan internet menjadi hal yang mutlak, dan
didukung biaya rutin tahunan dari KPHP Model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 83


M. Rencana Rasionalisasi Wilayah Kelola

Rasionalisasi wilayah kelola KPHP Model Bacan dilaksanakan secara bertahap


mulai dari 2 wilayah resort di RPH Bacan dengan luas kawasan hutan lebih kurang
85.620 ha dengan luas kawasan wilayah tertentunya lebih kurang 33.204 ha dan
KRPH Kasiruta dengan luas kawasan hutan lebih kurang 55.188 ha dan luas kawasan
wilayah tertentunya lebih kurang 34.882 ha, sebagaimana Gambar 25. Selanjutnya
dapat dikembangkan sebanyak 7 unit RPH pada tahun 2025, melalui pendekatan
utama seperti kekompakan kawasan hutan, keutuhan ekosistem pulau, dan rentang
kendali secara spasial, pembagian kewenangan, serta kemampuan dalam pengelolaan
hutan. 7 unit RPH yakni : 1) RPH Bacan Tenggara dengan luas kawasan wilayah
tertentu lebih kurang 10.053 ha, 2) RPH Bacan Barat Daya dengan luas kawasan
wilayah tertentu lebih kurang 3.300 ha, 3) RPH Bacan Timur Laut dengan luas
kawasan wilayah tertentu lebih kurang 18.596 ha, 4) RPH Mandioli dengan luas
kawasan wilayah tertentu lebih kurang 8.351 ha, 5) KRPH Kayoa dengan luas
kawasan wilayah tertentu lebih kurang 1.776 ha, 6) RPH Bacan Barat dengan luas
kawasan wilayah tertentu lebih kurang 5.908 ha dan, 7) RPH Kasiruta dengan luas
kawasan wilayah tertentu lebih kurang 20.104 ha, sebagaimana Gambar 25.
Diharapkan tahun 2020 RPH yang telah ada dapat dimekarkan menjadi 5 unit RPH
seperti pada Gambar 26.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 84


Gambar 25. Pembagian Wilayah Resortpada Tahun 2015

Pembagian resort perlu didukung denganpenataan batas blok. Kawasan hutan


wilayah tertentu yang perlu segera dilakukan penataan batas blok untuk tahun 2015-
2019 yakni :a) blok pemanfaatan kawasan kasiruta 2, b) blok khusus cagar budaya
kasiruta dalam, c) blok pemberdayaan masyarakat kasiruta 4, d) blok inti P.Kasiruta,
e) blok inti bakau P.Kasiruta, f) blok perlindungan Ake Minjahe, g) blok inti Ake
Lasa, h) blok inti Gn. Goro-goro, i) blok pemberdayaan masyarakat Ake Sajuang 6,
dan j) blok khusus pendidikan. Kawasan hutan bukan wilayah tertentu juga perlu
segera penataan batas blok untuk tahun 2015-2019, seperti sebagian areal IUPHHK-
HA dan areal HTR Lippu Mandiri blok 2 dan blok 4.

Selanjutnya pada tahun 2020-2024 perlu dilaksanakanpenataan batas blok pada :


a) blok pemanfaatan kawasan kasiruta 1, b) blok pemanfaatan kawasan kasiruta 2, c)
blok pemberdayaan kasiruta 3dan, d) blok pemberdayaan masyarakat Sibela 1 dan
seluruh areal IUPHHK-HA dan HTR Lippu Mandiri blok 6.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 85


Gambar 26. Rencana Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2020.

Gambar 27. Rencana Pembagian Wilayah Resort pada Tahun 2025

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 86


N. Review Rencana Pengelolaan

Penyusunan dan evaluasi RPHJP KPHP Model Bacan dapat dilaksanakan


melalui kegiatan revisi RPHJP tahun 2015-2024 dan untuk bahan penyusunan RPHJP
tahun 2025-2034. Review rencana pengelolaan minimal dilakukan sekali dalam 5
tahun, dan perlu mendapat persetujuan berjenjang. Revisi dapat dilakukan apabila
terjadi:
a. Perubahan luas areal kerja;
b. Perubahan siklus tebang dan/atau limit diameter tebang;
c. Perubahan terhadap kondisi fisik sumber daya hutan yang disebabkan oleh faktor
manusia maupun faktor alam serta penggunaan kawasan oleh sektor lain sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan/atau
d. Perubahan sistem dan teknik silvikultur serta perubahan lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.

O. Pengembangan Investasi

Pengembangan investasi dilakukan dengan meningkatkan promosi, temu usaha,


dan mempermudah pelayanan perizinan melalui skema kemitraan dengan pola KPH-
Masyarakat dan pola KPH-Lembaga Usaha-Masyarakat, dalam upaya peningkatan
potensi dan diversifikasi produk hasil hutan. Protofolio usaha/bisnis plan untuk masing
masing usaha harus dibuat, dan disebarluaskan kepada para calon mitrausaha; baik
secara langsung dalam pertemuan-pertemuan, maupun melalui website KPHP Model
Bacan. Leaflet-leaflet mengenai prospek pengelolaan dari RPHJP KPHP Model Bacan
ini dapat dilengkapkan dan dicuplik sebagai bagian-bagian yang spesifik untuk
promosi usaha. Kelengkapan data rinci melalui IHMB perlu segera dilakukan untuk
potensi wilayah kelola dalam KPHP model ini. Kondisi saat ini, data-data tersebut
masihlah sangat minim.

Rencana-rencana strategis RPHJP KPHP Model Bacan secara makro disajikan


ringkas pada Tabel 20dengan catatan bahwa tata waktu dan jenis kegiatan itu masih
fleksibel sesuai kemampuan personil KPHP Model Bacan dan ketersediaananggaran
untuk melaksanakan kegiatan dimaksud.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 87


Tabel 20. Tata Waktu dan Rencana Kegiatan KPHP Model Bacan

STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
1 Pemberian informasi aturan
perundangan tentang
pemanfaatan hutan kepada para 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pemegang izin pemanfaatan
hutan;
2 Pengingatan kepada para
c.S1O3. Konsistensi pemegang izin pemanfaatan
20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
peraturan/kebijakan 1. Penegakan hutan mengenai kewajiban yang
kehutanan untuk supremasi harus dipenuhi;
3 mendukung fungsi hukum Peringatan kepada para
kawasan pemegang izin pemanfaatan
hutan yang melakukan aktifitas 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
pemanfaataan yang tidak sesuai
dengan aturan perundangan; dan
4 Penilaian dan masukan terhadap
pelaksanaan kegiatan 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
pemanfaatan hutan;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 88


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

5 d.S1O4. Pemantapan
status hukum
kelembagaan &
kawasan dengan
meningkatkan
partisipasi masyarakat 2. Penyiapan
dan dukungan para prosedur kerja
Penyusunan SOP KPH dan
pihak serta (SOP) sesuai 3 dokumen 1 1 1
KRPH 3 judul;
meningkatkan minat bidang tugas dan
para ilmuwan untuk kebutuhan
melakukan penelitian
dalam mendukung
keberadaan KPHP
Model Bacan (Unit
XIII)

6 Revisi Perda organisasi KPHP


k.S3O1. Penyelesaian 4 kegiatan 1 1 1
3. Pemantapan Model Bacan (Unit XIII)
penataan batas dan
7 penetapan blok struktur Penyusunan Perbup tentang
organisasi Unit sumbangan pihak ketiga dan 2 kegiatan 1 1
kawasan untuk
Pelaksana bagi hasil pengelolaan hutan
memberikan kepastian
8 hukum yang jelas Teknis KPHP penyusunan Perbup
Model Bacan PERATURAN
dalam menangani 2 kegiatan 1 1
(Unit XIII) PEMERINTAHK-BLUD KPHP
segala ancaman
Model Bacan (Unit XIII)
9 q.S4O1. Meningkatkan Kegiatan evaluasi RPHJP jangka
4 kegiatan 1 1 1 1
koordinasi dengan para 4. Pemantapan benah 2015-2024
10 pihak, terutama dengan status legal Rasionalisasi wilayah kelola
pihak BPKH Wilayah formal terhadap KPHP Model Bacandilakukan 10 kegiatan 2 2 2 2 2
VI Manado dalam kelembagaan secara bertahap mulai
11 penyelesaian penataan dan kawasan Penyusunan RPHJP periode
1 kegiatan 1
batas kawasan 2025-2034;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 89


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
12 Inventarisasi Hutan Menyeluruh
Berkala (IHMB) pada seluruh
765 petak 120 162 110 87 110 176
wilayah (inventarisasi potensi
tegakan tiap blok dan/atau petak)
13 IHMB juga dibarengi dengan
inventarisasi potensi lainnya dan
50 pulau 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5
inventarisasi sosekbud
masyarakat sekitar KPH
14 Monitoring Petak Ukur
r.S4O2. Meningkatkan Permanen (PUP) stok karbon
166 unit/kegiatan 18 24 26 22 20 22 16 18
dukungan para pihak secara bertahap dan
5. Penyelesaian
dan menggalang berkelanjutan;
trayek tata batas
15 partisipasi masyarakat Rekonstruksi batas dilakukan
kawasan dan
dalam penyelesaian secara bertahap dan akan
penataan petak
batas kawasan dan dikoordinasikan dengan Balai 600 km 600
penataan blok Pemantapan Kawasan Hutan
Wilayah VI Manado
16 Pembuatan dan pemeliharaan
batas luar dilakukan dengan
300 km 150 150
membuat lorong/jalur rintis
dengan batas lebar 2 meter
17 Pengawasan batas, dilakukan
secara rutin dan berkelanjutan
10.000 HOK
oleh tenaga bantuan polisi 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
kehutanan setiap bulan
18 Kegiatan reboisasi 4.000 ha 500 500 500 500 500 500 500 500
19 Pengkayaan hutan 12.000 ha 120 120 120 120 120 120 120 120 120 120
20 x.S5O3. Menjaga Informasi mengenai aturan
fungsi penyangga 6. Menjaga perundangan yang mengatur
kehidupan, kelestarian bagian dari 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
rehabilitas hutan dan reklamasi
potensi dan spesies Program hutan ;
21 langka/ endemik dalam Pengelolaan Pembinaan atas pelaksanaan
Kerangka Program Hutan Produksi rehabilitasi hutan dan reklamasi
pembangunan Lestari (PHPL) hutan di wilayah KPHP Model
berkelanjutan 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Bacandan dilaporkan kepada
Menteri setiap 3 (tiga) bulan
dengan tembusan kepada

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 90


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Gubernur dan Bupati; dan

22 Penilaian dan masukan terhadap


pelaksanaan kegiatan rehabilitasi 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
dan reklamasi hutan;
23 Pembuatan prasarana jasa
5 kegiatan 2 1 1 1
karbon
24 Pembuatan prasarana jasa
5 kegiatan 1 1 1 1 1
lingkungan lainnya
25
f.S2O1. Meningkatkan
koordinasi dengan para 1. Menggalang Pembinaan dan pemantauan
pihak terutama partisipasi dan pelaksanaan kegiatan pemegang
pemerintah daerah dan koordinasi izin pemanfaatan dan 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
pemerintah pusat program dari penggunaan kawasan secara
dalam perluasan para pihak berkala dan berkelanjutan;
kewenangan

26

g.S2O2. Meningkatkan
dukungan para pihak
Pembangunan database untuk
dalam penggalangan
2. Membangun pengelolaan data terkini dan
sumber-sumber dana
bank data/ akurat untuk penyusunan 40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
alternatif, pengadaan
database KPHP Rencana Tahunan dan rencana
dan peningkatan sarana
strategis lainnya,
dan prasarana
pengelolaan

27 Pembangunan data NSDH dan


40 kegiatan 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
Statistik Kehutanannya;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 91


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
28 Penyusunan dan evaluasi RPHJP
4 kegiatan 1 1 1 1
KPHP Model Bacan (Unit XIII)
29

h.S2O3. Setiap
pengambilan
3. Membentuk
keputusan dalam Koordinasi dan sinergitas
Forum
pembuatan kebijakan dengan instansi dan stakeholder
Pemerhati KPHP 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
kehutanan dapat terkait dilakukan secara
Model Bacan
mengakomodir saran berjenjang dan berkelanjutan;
(Unit XIII)
dan kepentingan
stakeholder terbawah

30 Pembentukan forum adat 2 kegiatan 1 1


31

w.S5O2. Penguatan
koordinasi dan
perencanaan didalam
penyelesaian masalah Koordinasi dan sinergitas
4. Memprakasai
illegal logging, dengan instansi dan stakeholder
lembaga Mitra 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
perburuan satwa liar, terkait dilakukan secara
Polisi Hutan
penyerobotan lahan berjenjang dan berkelanjutan;
dan batas dengan
lahan-lahan milik
masyarakat

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 92


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
32
a.S1O1. Pemantapan
Struktur Organisasi
KPHP dalam upaya
meningkatkan 1. Menbentuk
Koordinasi dan sinergitas
dukungan para pihak forum penasehat
dengan instansi dan stakeholder
dan mendorong untuk KPHP 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
terkait dilakukan secara
pengembangan Model Bacan
berjenjang dan berkelanjutan;
pemanfaatan jasa (Unit XIII)
lingkungan melalui
kerjasama dengan para
mitra dan investor

33 Pembangunan kantor resor KPH 6 unit 1 2 2 1


34 Pembangunan rumah jaga kantor
1 unit 1
KPH
35 Pemeliharaan kantor KPH 2 kegiatan 1 1
36 i.S2O4. Penyediaan 2. Peningkatan pengadaan kendaraan
sarana dan prasarana sarana dan 2 unit 1 1
operasional roda empat (4x4)
yang memadai dalam prasarana
37 kendaraan roda empat truck 4 unit 1 1 1 1
mengatasi ancaman penunjang
38 yang dihadapi kelembagaan kendaraan roda empat minibus 1 unit 1
39 kendaraan roda dua 36 unit 2 6 6 6 4 4 4 4
40 perahu 40 PK 8 unit 2 2 2 2
41 serta perlengkapan/peralatan
8 kegiatan
kantor
42 3. Meningkatkan pelatihan keterampilan/inhouse
kapasitas training/praktek kerja/studi 300 orang 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
s.S4O3. Peningkatan personil dengan banding/magang
43 kapasitas personil memanfaatkan Personil Kantor KPH 20 orang 7 6 7
44 dengan memanfaatkan program Personil Kantor Resort dan
program peningkatan peningkatan 36 orang 2 6 6 6 4 4 4 4
Sektor
45 kapasitas staf dari kapasitas SDM Petugas lapangan/Mandor 64 orang 6 6 6 6 6 6 6 6 8 8
lembaga lain dari lembaga
46
lain serta Personil teknis fungsional 20 orang 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
penambahan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 93


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
jumlah personil
lapangan
47 Peningkatan promosi usaha 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
48 Temu usaha, 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
49 u.S4O5. Mendorong Pelayanan melalui skema
pengembangan potensi 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
kemitraan
jasa lingkungan,
50 kemitraan pola KPH-Masyarakat 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ekowisata dan 1. Menggalang
51 meningkatkan minat sumber dana kemitraan pola KPH-Lembaga
10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
ilmuwan untuk alternatif Usaha-Masyarakat,
52 melakukan penelitian Peningkatan potensi produk
10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
di KPHP Model Bacan hasil hutan.
53 (Unit XIII) Diversifikasi produk hasil hutan. 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
54 Pembinaan kelompok usaha
2 unit 1 1
perlebahan
55 Pemanfaatan HHBK, 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
56 Jasa wisata alam, 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
j.S2O5. Pendanaan
57 yang memadai untuk 2. Kolaborasi Identifikasi obyek daya tarik
20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
mengatasi seluruh pemanfaatan wisata/jasa lingkungan lainnya
58 ancaman yang jasa lingkungan Pemanfaatan HHK, 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
59 dihadapi Pengembangan tanaman
5.000 ha 500 500 500 500 500 500 500 500 500 500
produktif di bawah tegakan
60 e.S1O5. Mengelola Pembuatan rencana pemanfaatan
5 dokumen 1 1 1 1 1
potensi keaneka- 3. Pemanfaatan wilayah tertentu hutan produksi
61 ragaman hayati dan sumber daya Pembuatan rencana pemanfaatan
jasa lingkungan untuk alam hayati dan 6 dokumen 2 1 1 1 1
HHBK, jasa wisata,
meningkatkan taraf ekosistemnya
62 Pembuatan rencana jasa karbon 4 dokumen 2 1 1
hidup, tingkat dalam
63 pendidikan dan pengembangan Pembuatan rencana jasa
4 dokumen 1 1 1 1
mengurangi tingkat pemanfaatan lingkungan lainnya;
64 kemiskinan masyarakat jasa lingkungan Fasilitasi perkreditan kemitraan 60 kegiatan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
65 sekitar kawasan Sosialisasi KTH 60 kegiatan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
66 m.S3O2. 1. Pembentukan kelompok tani
20 kelompok 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
Memberantas kegiatan Pengembangan hutan (KTH)
67 illegal logging, daerah Pembentukan koperasi KTH 6 unit 2 1 1 1 1

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 94


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
68 perburuan satwa liar, pemberdayaan Pembinaan KTH 40 kegiatan 5 5 5 5 5 5 5 5
69 penyerobotan lahan masyarakat
dengan meningkatkan
jumlah dan kapasitas Bantuan peralatan tata guna
personil, struktur hutan dan hasil kemasan olahan 20 paket 4 4 4 4
organisasi yang jelas HHBK
dan penegakan hukum
70 n.S3O3. Mengurangi Penyederhanaan regulasi
pembakaran lahan prosedur perizinan dan kepastian 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dengan melibatkan usaha IUPHHBK
2. Peningkatan
71 masyarakat didalam
upaya-upaya
kegiatan pemanfaatan
pemberdayaan
jasa lingkungan, agar Pelatihan manajemen dan
masyarakat 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
potensi permodalan usaha
keanekaragaman hayati
tetap terjaga
72
p.S3O5. Menjaga
kelestarian potensi
keanekaragaman hayati
3. Penggalian
dengan partisipasi Pembangunan Arboretum
potensi dalam
masyarakat dan plasma nutfah lokal Halmahera 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
pengembangan
kerjasama serta Selatan di wilayah KPH
Ekowisata
mengakomodir
kearifan lokal
masyarakat

73
t.S4O4. Menggalang
4. Mengenali
minat penelitian dan
potensi kayu
partisipasi masyarakat Inventarisasi potensi hutan pada
yang memiliki 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
dalam medukung kawasan blok perlindungan
nilai ekonomis
pengumpulan data
tinggi
potensi kawasan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 95


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
74

zS5O5. Meningkatkan
pengetahuan,
pendidikan,
pemahaman dan taraf 5. Membangun
hidup masyarakat Pusat Riset KPH
Pembentukan unit usaha HHK-
sekitar untuk dalam
HA baik yang dikelola
mengurangi tekanan mendukung 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
masyarakat maupun pihak
terhadap konservasi KPHP Model
swasta
kawasan dalam Bacan (Unit
menjaga fungsi XIII)
penyangga kehidupan
dan penyeimbang
ekosistem

75

b.S1O2. Meningkatkan
jumlah dan kapasitas
personil untuk 1. Program
mengawasi kawasan bersama dalam
KPHP yang berbatasan penyelesaian Sosialisasi pengurangan konflik
30 kegiatan 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
dengan lahan-lahan konflik dan tenurial
masyarakatr serta perambahan
mencegah dan kawasan
mengurangi kegiatan
perburuan lia

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 96


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
76

o.S3O4. Menyediakan
SOP dalam
pengelolaan KPHP
dalam upaya
peningkatan
pemahaman,
pengetahuan dan 2. Penyuluhan
Pengembangan Kemitraan
partisipasi masyarakat masyarakat dan
Pengelolaan Hutan antara KPH 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
meningkatkan sekolah lapang
dan Kelompok Masyarakat
pengembangan jasa kehutanan
lingkungan serta
dukungan kegiatan
penelitian akan
keberadaan KPHP
Model Bacan (Unit
XIII)

77
v.S5O1. Menjaga
fungsi penyangga
kehidupan, kelestarian
spesies langka/
endemik melalui 3. Penyuluhan
kerjasama dalam masyarakat dan Penetapan wilayah peruntukkan
pemanfaatan jasa Pengendalian hutan tanaman bagi masyarakat 10 paket 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
lingkungan, kebakaran hutan dan swasta
meningkatkan minat dan lahan
para ilmuwan
melakukan penelitian
di KPHP Model Bacan
(Unit XIII)

78 y.S5O4. Penyediaan 4. Pelaksanaan patroli hutan 10.000 HOK 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000 1000

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 97


STRATEGI
SASARAN
No AGRESIF (kekuatan- Kegiatan-kegiatan Jumlah satuan 2015 2016 2017 2018 2019 2020 2021 2022 2023 2024
PROGRAM
peluang)
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
79 SOP dalam Pemberantasan Operasi fungsional kehutanan 60 kegiatan 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
80 pemberantasan illegal logging Operasi gabungan kehutan dan
kegiatan illegal 20 kegiatan 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
instansi terkait
81 logging, perburuan Kegiatan pemberkasan perkara 80 kegiatan 8 8 8 8 8 8 8 8 8 8
satwa liar,
82 Kegiatan pengangkutan barang
penyerobotan lahan 10 kegiatan 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
bukti
83 Pembangunan pos penjagaan 10 area/lokasi 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
84 Pembuatan portal fisik kawasan 30 titik/lokasi 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
85 Pembuatan menara pemantau
4 unit 1 1 1 1
kebakaran
86 Pembuatan sekat bakar dan jalur
2 unit 1 1
hijau

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 98


VI. PEMBINAAN, PENGAWASAN DAN PENGENDALIAN

Secara umum, pembinaan merupakan suatu usaha, tindakan, dan/atau kegiatan yang
dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik. Dalam
pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
penggunaan kawasan hutan, rehabilitasi dan reklamasi hutan dan perlindungan hutan,
pembinaan juga dapat diartikan sebagai upaya untuk memperbaharui dan/atau
menyempurnakan suatu usaha, kegiatan, ataupun kebijakan yang sudah ada sehingga hasil
yang diharapkan lebih optimal. Pengendalian diartikan sebagai tindakan melakukan
pembatasan, memberikan pengaruh, melakukan penyesuaian dan/atau pengaturan terhadap
suatu kegiatan, kebijakan ataupun suatu usaha antara hasil yang telah dicapai dengan
sasaran yang ingin dicapai agar sesuai dengan yang diharapkan.Pengawasan adalah suatu
upaya penilikan, penjagaan terhadap suatu barang, kegiatan atau kebijakan yang
diterapkan.

Struktur kelembagaan KPHP Model Bacan sesuai keputusan Kepala Dinas


Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan Nomor :522/444/2014 tanggal 18 Agustus 2014
dan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor : 61 tahun 2010, yakni terdiri
dari Kepala KPH, dibantu oleh Kepala sub bagian Tata Usaha dan 2 KRPH, tetapi belum
dibantu oleh seksi-seksi seperti Seksi Perencanaan dan Pengamanan Hutan serta Seksi
Pengendalian dan Pemantauan Pengelolaan. Pembinaan, pengendalian dan pengawasan
KPHP Model Bacan seturut Peraturan Pemerintah Nomor : 6 Tahun 2007 tentang Tata
Hutan dan Rencana Pengelolaan Hutan serta Pemanfaatan Hutan, dilakukan oleh Menteri,
Gubernur, Bupati/Walikota dan Kepala KPH secara berjenjang terhadap pelaksanaan tata
hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan serta pemanfaatan hutan. Selanjutnya,
pembinaan, pengendalian dan pengawasan teknis atas penyelenggaraan tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan, penggunaan kawasan hutan,
rehabilitasi dan reklamasi hutan serta perlindungan hutan dilakukan oleh KPHP Model
Bacan berpedoman pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P.47/Menhut-II/2013
tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah Tertentu pada
Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi.
Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.47/Menhut-II/2013 menyatakan bahwa
pembinaan, pengendalian, dan pengendalian pemanfaatan hutan di wilayah tertentu dalam
KPHP Model Bacan diselaraskan terhadap Peraturan Direktur Jenderal Perlindungan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 99


Hutan dan Konservasi Alam dalam hal wilayah tertentu berada di Kawasan Hutan Lindung
dan Peraturan Direktur Jenderal Bina Usaha Kehutanan dalam hal wilayah tertentu berada
di Kawasan Hutan Produksi.

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian internal dilakukan oleh Kepala KPHP


Model Bacan dapat dilakukan secara parsial, kompherensif dan berjenjang, baik langsung
atau tidak langsung dengan melalui tim pelaksana terhadap seluruh kegiatan pengelolaan
hutan. Sedangkan pembinaan, pengawasan dan pengendalian eksternal
dilaksanakanberpedoman pada Peraturan Menteri Kehutanan Nomor : P.6/Menhut-II/2010
dan dilakukan oleh atau atas nama Menteri Kehutanan (eselon I terkait, yakni: Pusat
Pengendalian Regional IV), yang dapat juga melalui pendelegasian kepada Gubernur
Maluku Utara.

Pembinaanoleh Kepala KPHP Model Bacan dalam menyelenggarakan pengelolaan


hutan, pemanfaatan hutan, pemungutan dan/atau pengolahan hasil hutan,antara lain:
a. Pembinaanpada tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan hutan, yaitu: (1)
pemberian saran dan masukan dalam proses penyusunan tata hutan dan rencana
pengelolaan hutan,(2) pemberian penilaian dan masukan terhadap draft yang telah
tersusun hingga dihasilkan tata hutan dan rencana pengelolaan hutan untuk disahkan,(3)
pengarahan kepada pegawai KPH terkait kegiatan penyusunan rencana pengelolaan
hutan,(4) pengarahan kepada pegawai KPH untuk mengembangkan kapasitasnya, dan
(5) pengarahan kepada pegawai KPH agar senantiasa melaksanakan kegiatan sesuai
dengan aturan perundangan yang berlaku.
b. Pembinaanpada pemanfaatan hutan, yakni: (1) pembinaan, pemantauan dan evaluasi
atas pelaksanaan izin pemanfaatan hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada
Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,(2) pemberian
informasi aturan perundangan tentang pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin
pemanfaatan hutan,(3) pengingatan kepada para pemegang izin pemanfaatan hutan
khususnya mengenai kewajiban yang harus dipenuhi,(4) peringatan kepada para
pemegang izin pemanfaatan hutan yang melakukan aktifitas pemanfaataan yang tidak
sesuai dengan aturan perundangan, dan (5) penilaian dan masukan terhadap
pelaksanaan kegiatan pemanfaatan hutan
c. Pembinaan dalam penggunaan kawasan hutan meliputi :(1) pembinaan, pemantauan
dan evaluasi atas pelaksanaan izin penggunaan kawasan hutan di wilayah KPH-nya dan
dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 100


Bupati/Walikota,(2) memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang
mengatur pemanfaatan hutan kepada para pemegang izin penggunaan hutan,(3)
mengingatkan kepada para pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan khususnya
mengenai kewajiban yang harus dipenuhi,(4) memberikan peringatan kepada para
pemegang izin pinjam pakai yang melakukan aktifitas pemanfaataan yang tidak sesuai
dengan aturan perundangan yang mengatur dan (5) memberikan penilaian dan masukan
terhadap pelaksanaan kegiatan penggunaan kawasan hutan;
d. Pembinaan dalam rehabilitasi hutan dan reklamasi lahan antara lain: (1) pembinaan atas
pelaksanaan rehabilitasi hutan di wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri
setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan Bupati,(2) memberikan
informasi mengenai aturan perundangan yang mengatur rehabilitas hutan,(3)
pembinaan, pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan reklamasi hutan di wilayah
KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada
Gubernur dan Bupati (4) memberikan informasi mengenai aturan perundangan yang
mengatur rehabilitas hutan dan reklamasi kepada para pemegang izin pinjam pakai
kawasan hutan dan (5) memberikan penilaian dan masukan terhadap pelaksanaan
kegiatan rehabilitasi dan reklamasi hutan;
e. Pembinaan Kepala KPH dalam perlindungan hutan dan konservasi Alam, antara lain:
(1) memberikan informasi aturan perundangan yang mengatur mengenai perlindungan
hutan dan konservasi alam,(2) Melaporkan serta memberikan masukan kepada
pemerintah dan pemerintah daerah mengenai pelaksanaan kegiatan perlindungan dan
konservasi alam di wilayah KPH secara berkala dan (3) Memberikan penilaian dan
masukan terhadap pelaksanaan kegiatan perlindungan hutan dan konservasi alam;

Bentuk-bentuk pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam setiap


penyelenggaraan kegiatan pengelolaan hutan antara lain:
a. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan, antara lain: (1) memberikan penilaian dan saran penyesuaian terhadap
draft tata hutan dan rencana pengelolaan hutan yang telah disusun agar lebih sesuai
dengan kondisi situasional tingkat tapak untuk mencapai sasaran yang ingin dicapai,(2)
memberikan masukan dan rekomendasi dalam perekrutan tenaga KPH agar memenuhi
standar kompetensi yang diinginkan;
b. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam pemanfaatan hutan, antara lain: (1)
pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pemanfaatan hutan di wilayah KPH-nya

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 101


dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada Gubernur dan
Bupati,(2) memantau dan mengevaluasi pemenuhan kewajiban para pemegang izin
pemanfaatan hutan, 3) memberikan peringatan kepada para pemegang izin bilamana
terdapat pelaksanaan izin yang tidak sesuai dengan prosedur yang berlaku dan (4)
memberikan sanksi atas pelanggaran pelaksanaan izin pemanfaatan hutan oleh
pemegang izin sesuai dengan kewenangannya;
c. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam penggunaan kawasan hutan, antara
lain: (1) pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan izin pinjam pakai kawasan hutan di
wilayah KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan
kepada Gubernur dan Bupati,(2) memantau dan mengevaluasi pemenuhan kewajiban
para pemegang izin pinjam pakai kawasan hutan,(3) memberikan peringatan kepada
para pemegang izin bilamana terdapat pelaksanaan izin yang tidak sesuai dengan
prosedur yang berlaku,(4) memberikan sanksi sesuai dengan kewenangannya atas
pelanggaran pelaksanaan izin pinjam pakai kawasan hutan oleh pemegang izin;
d. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam rehabilitasi hutan dan reklamasi,
antara lain: (1) pemantauan dan evaluasi atas pelaksanaan rehabilitasi hutan di wilayah
KPH-nya dan dilaporkan kepada Menteri setiap 3 bulan dengan tembusan kepada
Gubernur dan Bupati,(2) memberikan saran dan masukan dalam pelaksanaan
rehabilitasi hutan dan reklamasi dan(3) memberikan penilaian keberhasilan atas
pelaksanaan rehabilitasi hutan dan reklamasi;
e. Pengendalian Kepala KPHP Model Bacan dalam perlindungan hutan dan konservasi
alam, antara lain:memberikan penilaian keberhasilan terhadap pelaksanaan kegiatan
perlindungan hutan dan konservasi alam.

Pengawasan dilaksanakan secara berjenjang mulai dari tingkat menteri, gubernur,


bupati, sampai pelaksana di tingkat tapak sesuai dengan kewenangan masing-masing.
Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada setiap kegiatan pengelolaan hutan,
pemanfaatan hutan dan/atau pengolahan hasil hutan yakni:
a. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada tata hutan dan penyusunan rencana
pengelolaan hutan, berupa: (1) mengawal dan mengamati proses dan perkembangan
pelaksanaan tata hutan dan penyusunan rencana pengelolaan dan (2) mengawal dan
menjaga profesionalisme pegawai KPH dalam melaksanakan tata hutan dan
penyusunan rencana pengelolaan hutan;

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 102


b. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada pemanfaatan hutan, antara lain: (1)
mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pemanfaatan hutan,(2) menjaga
hubungan yang baik dengan para pemegang izin, (3) mengawal pemenuhan kewajiban
oleh para pemegang izin dan (4) mengawal masa berlaku izin pemanfaatan hutan;
c. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada penggunaan kawasan hutan berupa: (1)
mengawal dan mengamati pelaksanaan atas izin pinjam pakai kawasan hutan di
wilayah KPH,(2) menjaga hubungan yang baik dengan para pemegang izin,(3)
mengawal pemenuhan kewajiban oleh para pemegang izindan (4) memperhatikan masa
berlaku izin pinjam pakai kawasan hutan;
d. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada rehabilitasi hutan dan reklamasi yakni
mengawal dan mengamati pelaksanaan rehabilitasi dan reklamasi hutan;
e. Pengawasan Kepala KPHP Model Bacan pada perlindungan hutan dan konservasi alam
yaknimengawal dan mengamati pelaksanaan perlindungan hutan dan konservasi alam.

Pembinaan, pengawasan dan pengendalian dalam pengelolaan hutan di wilayah


KPHP Model Bacan tentu akan melibatkan banyak stakeholder sehingga perlu
disediakanprosedur operasional baku (standard operational procedure, SOP) sebagai
dokumen kontrol internal yang mengacu pada peraturanperundangan yang ada sesuai
kegiatan usaha dalam menyelenggarakan pengelolaan hutan, pemanfaatan hutan,
pemungutan dan/atau pengolahan hasil hutan. Prosedur operasional baku, SOP yang
disusun minimal memuat: rentang kendali, skala prioritas kegiatan, rentang waktu, tata
kelola administrasi dan keuangan, koordinasi dan sinkronisasi serta sinergitas, reward dan
punishmentdalam unit-unit kegiatan pengelolaan/pemanfaatan hutan wilayah kerja KPH
model Bacan.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 103


VII. PEMANTAUAN, EVALUASI DAN PELAPORAN

KPHP Model Bacan saat ini berbentuk UPTD sesuai pasal 4 dari Peraturan Bupati
Kabupaten Halmahera Selatan Nomor : 11 Tahun 2013 tentang Organisasi dan Tata Kerja
Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pada
Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan yang berazas otonomi dan tugas
perbantuan, yang harus diukur kinerjanya dengan kegiatan pemantauan, evaluasi dan
pelaporan dalam pengelolaan atau pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh KPHP Model
Bacan. Kriteria dan indikator pengukuran kinerja KPHP Model Bacan meliputi: (1)
kemantapan kawasan, (2) tata hutan, (3) rencana kelola, (4) kapasitas organisasi, (5)
hubungan antar strata pemerintahan dan regulasi, (6) mekanisme investasi, (7) ketersediaan
akses dan hak masyarakat, dan (8) mekanisme penyelesaian sengketa kehutanan. Kriteria
dan indikator Provinsi/Kabupaten meliputi: (1) sistem pengurusan hutan, (2) dukungan
regulasi, (3) internalisasi program pembangunan KPH, (4). mobilisasi sumberdaya, (5)
percepatan berjalannya fungsi kawasan produksi. Implementasi terhadap kriteria dan
indikator pengukuran kinerja KPH pada masing-masing jenis kegiatan, mengacu pada
peraturan perundang-undangan, baik yang bersifat umum, khusus maupun yang bersifat
teknis.

Pemantauan dan evaluasi KPHP Model Bacan dilakukan secara berkala dan
berjenjang sesuai dengan tahapannya terhadap seluruh komponen kegiatan pengelolaan
hutan yang dilaksanakannya.Organisasi KPHP Model Bacan melaporkan hasil akhir dari
seluruh kegiatan yang dilaksanakan sesuai dengan fungsi dan tugasnya secara berkala
dengan mengacu pada SOP dengan tahapan penyusunan laporan dimulai dari penyiapan
format laporan, penyusunan bahan laporan dan resume telaahan, dan pengarsipan
dokumen.Laporan KPHP Model Bacan terdiri dari laporan bulanan, laporan triwulanan,
laporan semester dan laporan tahunan. Seluruh laporan ditandatangani Kepala KPHP
Model Bacan dan disampaikan kepada Menteri Kehutanan melalui Sekretaris Daerah
Kabupaten Halmahera Selatan sebagai UPTD Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera
Selatan dengan tembusan kepada instansi terkait lainnya.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 104


VIII. PENUTUP

Dokumen RPHJP KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024 ini diharapkan dapat
menjadi bahan acuan dan pedoman dalam pelaksanaaan tugas serta menjadi dasar dalam
penyusunan rencana tahunan dan rencana teknis pengelolaan hutan serta dapat digunakan
sebagai bahan dalam melahirkan kebijakan-kebijakan dalam pengelolaan hutan di wilayah
KPHP Model Bacan.

Pengelolaan hutan untuk memperoleh manfaat yang optimal dari hutan dan kawasan
hutan bagi kesejahteraan masyarakat merupakan prinsip utama dalam RPHJP KPHP Model
BacanTahun 2015-2024, sehingga kawasan hutannya harus dikelola dengan tetap
memperhatikan sifat, karakteristik dan keunikannya serta tidak dibenarkan mengubah
fungsi kawasan HL dan HP. Para pihak (dinas/instansi, swasta, dan masyarakat) yang
terlibat dalam pembangunan KPH diperlukan kerjasama, koordinasi, kolaborasi dan
sinkronisasi program-program dalam pelaksanaannya.Percepatan implementasi RPHJP
KPHP Model Bacan Tahun 2015-2024, perlu ditindaklanjuti dengan penyusunan rencana
tahunan pengelolaan KPH mulai tahun 2015.

Capaian-capaian utama dari RPHJP KPHP Model Bacan tahun 2015-2024 antara
lain:
(1) Tertatanya blok-blok dan petak-petak pengelolaan hutan dalam KPHP Model Bacan
seluas lebih kurang 140.808 ha kedalam 795 blok secara bertahap dan berkelanjutan.
(2) Tersusunnya perencanaan hutan lanjutan untuk KPHP Model Bacan, yakni: RPHJP
2025-2034, dan RPH RPH Jangka Pendek/Tahunan untuk tahun 2016 sampai tahun
2024;
(3) Terbangunnya databaseKPHP Model Bacan berbasis pengelolaan komoditas pada
setiap blok dan petak;
(4) Terbangunnya lembaga KPHP Model Bacan yang professional, efektif dan efisien
dengan perkembangan mulai dari UPTD menjadi SKPD dengan PPK BLUD.
(5) Tersedianya sarana dan prasarana operasional KPHP Model Bacan yang memadai
untuk tingkat resort.
(6) Terbentuk dan terbinanya 30 KTH dan 20 koperasi sebagai lembaga usaha kelompok
dari masyarakat lokal sekitar KPHP Model Bacan.
(7) Tercapainya kesepahaman tentang pengelolaan hutan lestari KPHP Model Bacan
melalui kegiatan-kegiatan: penyuluhan kehutanan dan patroli hutan yang intensif dan

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 105


berkelanjutan, pemberantasan illegal logging dan penurunan areal perambahan
kawasan, pengendalian kebakaran hutan, dan konflik tenurial.
(8) Terwujudnya pengembangan obyek wisata alam dan jasa lingkungan lainnya melalui
kemitraan dengan KPHP Model Bacan.
(9) Terlaksananya rehabilitasi hutan dan lahan secara partisipatif dalam KPHP Model
Bacan.
(10) Tersusunnya rencana pengembangan usaha (business plan) dan kemitraan
pemanfaatan HHK, HHBK, perdagangan karbon dan jasa lingkungan lainnya pada
wilayah tertentu KPHP Model Bacan.

Sebagai pelengkap dan pendukung kegiatan perencanaan dan implementasi


kegiatan pengelolaan hutan KPHP Model Bacan maka dokumen ini dilengkapi dengan data
dan informasi spasial berupa peta-peta terlampir.

Tiada gading yang tak retak; mengingat dokumen ini adalah dokumen pertama
yang disusun untuk RPHJP KPHP Model Bacan, kami menyadari dalam penyusunan
rencana ini masih banyak mengandung kelemahan dan kekurangan,sehingga masukan dan
saran dari semua pihak demi perbaikan rencana pengelolaan di masa-masa mendatang.
Akhirnya semoga rencana ini dapat menjadi alat pengendali dalam penyelenggaraan
pengelolaan hutan pada KPHP Model BacanTahun 2015-2024 mendatang.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 106


DAFTAR PUSTAKA

Bupati Kabupaten Halmahera Selatan. 2013. Peraturan Bupati Kabupaten Halmahera


Selatan Nomor 11 Tahun 2014 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana
Teknis Dinas (UPTD) Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi (KPHP) pada Dinas
Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan, tanggal 5 Juli 2013. Labuha.9 hal.
Kepala Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan. 2014. Surat Keputusan
Nomor:522/444/2014, tanggal 18 Agustus 2014, tentang Penempatan PNS dan PTT
Lingkup Dinas Kehutanan Kabupaten Halmahera Selatan. Labuha.4 hal.
Menteri Dalam Negeri. 2010. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 61 Tahun 2010
tentang Pedoman Organisasi dan Tata Kerja Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung
dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi di Daerah, tanggal 23 Desember 2010.
Jakarta. 9 hal.
Menteri Kehutanan. 2010. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 73/Menhut-II/2010
tentang KPHP dan KPHL di Maluku Utara, tanggal 8 Februari 2010
Menteri Kehutanan. 2013. Keputusan Menteri Kehutanan Republik Indonesia Nomor.
Sk.969/Menhut-Ii/ 2013 tentang Penetapan Wilayah Kesatuan Pengelolaan Hutan
Produksi Model Bacan (Unit XIII) yang Terletak di Kabupaten Halmahera Selatan,
Provinsi Maluku Utara seluas ±140.808 (Seratus Empat Puluh Ribu Delapan Ratus
Delapan) Hektar, tanggal 27 Desember 2013. Jakarta. 4 hal.
Menteri Kehutanan. 2013. Peraturan Menteri KehutananNomor: P.9/Menhut-II/2013 tentang
Tata Cara Pelaksanaan, Kegiatan Pendukung dan Pemberian Insentif Kegiatan
Rehabilitasi Hutan dan Lahan, tanggal 28 Januari 2013. Jakarta. 19 hal.
Presiden Republik Indonesia. 2008. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2008 tentang Investasi Pemerintah, tanggal 4 Februari 2008. Jakarta. 23 hal.
Presiden Republik Indonesia. 2014. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 77
Tahun 2014 Tentang Rencana Tata Ruang Kepulauan Maluku, tanggal 23 Juli 2014.
Jakarta. 57 hal.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan. 2013. Sarana dan Prasarana Kabupaten
Halmahera Selatan; http://halselkab.go.id/static/47/sarana-dan-prasarana-kabupaten-
halmahera-selatan
Baharuddin dan Taskirawati, I. 2009. Hasil Hutan Bukan Kayu (Buku Ajar). Fakultas
Kehutanan UNHAS, Makassar. 295 hal.
BPS HalSel (Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera Selatan). 2013. Kabupaten
Halmahera Selatan dalam Angka 2013. Badan Pusat Statistik Kabupaten Halmahera
Selatan.282 hal.
Rangkuti, F. (2006), Analisis SWOT : Teknik Membedah Kasus Bisnis, Penerbit PT.
Gramedia Pustaka Utama; Jakarta
http://freddyrangkuti.wordpress.com/page/3/FEBRUARY 21, 2011 · 11:43 PM.

RPHJP KPHP Model Bacan (Unit XIII) Tahun 2015-2024 107

Anda mungkin juga menyukai