Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera
Selatan | 2012- 2032
MATERI TEKNIS
BAB I
PENDAHULUAN
ABSTRAK
Pendahuluan berisi beberapa hal umum terkait dokumen RTRW ini,
seperti latar belakang, gambaran umum wilayah dan berbagai isu
strategis. Gambaran umum menjelaskan secara mendalam kondisi
eksisting berbagai aspek di Kabupaten Halmahera Selatan.
Sedangkan isu strategis menjelaskan mengenai berbagai hal aktual
dan faktual di Kabupaten Halmahera Selatan yang berkaitan
dengan penataan ruang.
Rencana Tata Ruang 1-3
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera
Selatan | 2012- 2032
BAB III
RENCANA STRUKTUR RUANG
ABSTRAK
Rencana struktur ruang merupakan bab yang berisi penjabaran
mengenai rencana pengembangan sistem pusat-pusat kegiatan
(sistem perkotaan) sesuai hirarkinya dalam wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan, yang dihubungkan dengan sistem jaringan
transportasi beserta sistem prasarana wilayah pendukung, seperti
energi, sumber daya air, telekomunikasi, persampahan maupun
penanganan limbah.
Rencana Tata Ruang 1-4
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera
Selatan | 2012- 2032
BAB II
TUJUAN, KEBIJAKAN,
DAN STRATEGI
ABSTRAK
Tujuan, Kebijakan dan Strategi merupakan bab yang berisi
rumusan hal-hal prinsip yang mendasari keseluruhan RTRW
Kabupaten Halmahera Selatan ini. Tujuan, kebijakan dan
strategi disusun sebagai suatu ketetapan sesuai dengan
potensi dan permasalahan serta berbagai isu strategis yang
dimiliki maupun dihadapi Kabupaten Halmahera Selatan
saat ini maupun di masa yang akan datang
Rencana Tata Ruang 1-5
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera
Selatan | 2012- 2032
BAB IV
RENCANA POLA RUANG
ABSTRAK
Rencana pola ruang merupakan bab yang berisi penjabaran
mengenai arahan rencana pemanfaatan ruang dalam wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan, yang terdiri dari rencana
pemanfaatan ruang untuk kawasan lindung, yaitu kawasan yang
dilindungi atas kepentingan tertentu serta rencana pemanfaatan
ruang untuk kawasan budidaya, yaitu kawasan yang dialokasikan
untuk berbagai kegiatan fungsional masyarakat.
Rencana Tata Ruang 1-6
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera
Selatan | 2012- 2032
BAB V
PENETAPAN KAWASAN STRATEGIS
KABUPATEN
ABSTRAK
Penetapan kawasan strategis kabupaten merupakan bab yang
berisi penjabaran mengenai kawasan-kawasan yang ditetapkan
sebagai kawasan strategis karena mempunyai nilai strategis
tertentu dalam bidang ekonomi, sosial, budaya pertahanan
keamanan, teknologi dan kelestarian lingkungan hidup. Kawasan-
kawasan strategis ditetapkan berdasarkan penilaian dari berbagai
kriteria sesuai ketentuan yang berlaku.
Rencana Tata Ruang 1-7
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera
Selatan | 2012- 2032
BAB VI
ARAHAN PEMANFAATAN RUANG
ABSTRAK
Arahan pemanfaatan ruang merupakan bab yang berisi penjabaran
mengenai indikasi program perwujudan rencana yang telah disusun
dalam bentuk tabel Indikasi Program. Tabel indikasi program berisi
arahan perwujudan struktur ruang, pola ruang, dan kawasan
strategis; lokasi program dilaksanakan; besaran program; sumber
pembiayaan; instansi pelaksana program; serta waktu pelaksanaan
setiap program.
Rencana Tata Ruang 1-8
Wilayah (RTRW)
Kabupaten Halmahera
Selatan | 2012- 2032
BAB VII
ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
ABSTRAK
Arahan pengendalian pemanfaatan ruang merupakan bab
yang berisi penjabaran mengenai berbagai untuk
mengendalikan pemanfaatan ruang di wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan, yang terdiri dari ketentuan umum
pengaturan zonasi, ketentuan mengenai perizinan terkait
pemanfaatan ruang, ketentuan insentif dan disinsentif,
serta ketentuan sanksi yang dibutuhkan untuk
mengendalikan pelanggaran pemanfaatan ruang
MATERI TEKNIS RencanaTaatRuangWaliyahR
(TRWK
)abupaetnHam
l aheraSealatn|2012-2032
Untuk mewujudkan kondisi tersebut, pada tingkat wilayah kabupaten diperlukan dokumen
formal berupa Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten yang bertujuan mengatur pemanfaatan
ruang secara efektif dan efisien. Hal ini sesuai dengan Undang-Undang Nomor 26 tahun 2007
tentang Penataan Ruang dan Undang-Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Pesisir
dan Pulau-Pulau Kecil, bahwa setiap daerah Kabupaten perlu menyusun rencana tata ruangnya
sebagai arahan pelaksanaan pembangunan.
Selanjutnya rencana tata ruang ini disusun dengan perspektif menuju kondisi masa depan yang
diharapkan yang serasi antara pemanfaatan ruang, penggunaan lahan yang dapat menunjang
perkembangan penduduk, kegiatan ekonomi dan keserasian dan keseimbangan lingkungan.
Kegiatan ini dilakukan berdasarkan data, informasi, ilmu pengetahuan dan teknologi yang
berkembang dan aplikatif, serta memperhatikan keragaman wawasan setiap sektor yang
terkait. Faktor-faktor tersebut di atas bersifat dinamis dan terus berkembang seiring
perkembangan penduduk dan kegiatannya serta kebutuhan ekonomis lainnya sehingga agar
rencana tata ruang yang telah disusun tetap sesuai dengan tuntutan dan kebutuhan
pembangunan dan keterbatasan lingkungan (lahan) maka rencana tata ruang dapat ditinjau
kembali dan disempurnakan sekala berkala.
Peninjauan kembali tata ruang didasari dengan pemikiran bahwa dalam proses implementasi
produk rencana tata ruang tersebut, dinamika perkembangan wilayah Kabupaten dan kawasan-
kawasan yang menjadi titik pengembangan kegiatan ekonomi dan kegiatan penting lainnya
yang berkembang dengan pesat dan intensif sebagai manifestasi dari akumulasi kegiatan
perekonomian dan sosial budaya di wilayah Kabupaten seringkali tidak sesuai atau kurang
terantisipasi dan terakomodasi oleh produk tata ruang yang telah ada.
Dengan adanya dinamika perkembangan faktor internal maupun eksternal, sesuai dengan
fenomena yang terjadi diatas dapat mempengaruhi efektifitas rencana tata ruang wilayah,
termasuk Rencana Tata Ruang Kabupaten Halmahera Selatan. UU No 26 Tahun 2007 tentang
Penataan Ruang mengarahkan perlunya peninjauan ulang terhadap Produk Rencana Tata Ruang
Wilayah pada periode pelaksanaan tertentu, sebagai upaya menghindari penyimpangan yang
lebih besar sekaligus penyelarasan dengan dinamika yang terjadi pada wilayah yang
bersangkutan.
Pada sisi lain dalam implementasi RTRW Kabupaten Halmahera Selatan 2004 - 2014
dimungkinkan telah mengalami berbagai penyimpangan dalam pemanfaatannya. Hal ini
diindikasikan dari semakin pesatnya perkembangan Kabupaten Halmahera Selatan terutama
pada kegiatan di ibukota Kabupaten yang mulai memperlihatkan perkembangan kegiatan
perkotaan yang cukup pesat yang nampak dari perubahan dan perkembangan fisik wilayahnya
yang tidak sesuai dengan arahan RTRW Kabupaten Halmahera Selatan 2004 - 2014. Selain itu
juga kurang maksimalnya pengembangan kegiatan pada beberapa sektor kegiatan ekonomi.
Selain itu, sejalan dengan pelaksanaan dan perkembangan yang terjadi terdapat pula indikasi
adanya deviasi atau simpangan pada beberapa aspek materi RTRW Kabupaten Halmahera
Selatan, diantaranya penilaian terhadap kesesuaian dan keabsahan data serta kelengkapan
analisis dalam kaitannya dengan pengembangan wilayah sesuai ketentuan yang berlaku. Dengan
pertimbangan dari aspek hukum tersebut dan indikasi deviasi yang terjadi maka dilakukan
peninjauan ulang dan penyusunan RTRW Kabupaten Halmahera Selatan untuk periode 20 tahun
ke depan tahun 2012-2032.
1.3.1. Undang-Undang
Berbagai Undang-Undang (UU) lainnya yang menjadi dasar pertimbangan dalam substansi Rencana
Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Halmahera Selatan yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok Pokok Agraria
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1960 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 2043);
2. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1967 tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Peternakan dan
Kesehatan Hewan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1967 Nomor 10, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 2824);
4. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan
Ekosistemnya (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1990 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3419);
6. Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor 27, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3470);
10. Undang-Undang No. 1 Tahun 2003 tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera Utara,
Kabupaten Halmahera Selatan, Kabupaten Kepulauan Sula, Kabupaten Halmahera Timur,
Dan Kota Tidore Kepulauan Di Kabupaten Halmahera Selatan;
11. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 32, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4377);
13. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2004 tentang Perkebunan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 85, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4411);
14. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4421);
15. Undang-Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4433);
16. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4437), sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun
2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
17. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2004 Nomor 132, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 132);
18. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Jangka Panjang Nasional (RPJPN)
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4700);
20. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4724);
21. Undang-Undang No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4725);
22. Undang-Undang Nomor 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau
Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 84, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4739);
23. Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2007 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4746);
24. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang
Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);
25. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 64, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4849);
26. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 69, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4851);
27. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4959);
28. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2009 tentang Kepariwisataan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2009 Nomor 11, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4966);
29. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5025);
31. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan
Hidup (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 140 Tambahan Lembar
Negara Republik Indonesia Nomor 5059);
32. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lahan Pertanian Pangan
Berkelanjutan (Lembar Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 149 Tambahan
Lembar Negara Republik Indonesia Nomor 5068);
33. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31
Tahun 2004 tentang Perikanan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor
154, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5073);
1. Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 1991 tentang Sungai (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1991 Nomor 44, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3445);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 69 Tahun 1996 tentang Pelaksanaan Hak dan Kewajiban serta
Bentuk dan Tata Cara Peran serta Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1996 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3660);
3. Peraturan Pemerintah Nomor 68 Tahun 1998 tentang Kawasan Suaka Alam dan Kawasan
Pelestarian Alam (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1998 Nomor 132, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3776);
5. Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 2000 tentang Ketelitian Peta untuk Penataan Ruang
Wilayah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2000 Nomor 20, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3934);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 63 Tahun 2002 tentang Hutan Kota (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 119, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4242 );
9. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2005 tentang Pedoman Pembinaan dan Pengawasan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005
Nomor 165);
10. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 46, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4624);
11. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 86, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4655);
12. Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi
Pelaksanaan Rencana Pembangunan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006
Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4663);
13. Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana
Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 97,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4664);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana
Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2007 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4696);
15. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan
antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Propinsi, dan Pemerintahan Daerah
Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);
16. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 134);
18. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4833);
19. Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4858);
20. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2008 tentang Air Tanah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 83, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
4859);
21. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2008 tentang Pedoman Pemberian Insentif dan
Pemberian Kemudahan Penanaman Modal di Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2008 Nomor 88, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4861);
22. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2009 tentang Kawasan Industri (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4987);
23. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2009 tentang Pedoman Pengelolaan Kawasan
Perkotaan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 68, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5004);
24. Peraturan Pemerintah Nomor 10 tahun 2010 tentang Perubahan Fungsi Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 15 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5097);
25. Peraturan Pemerintah Nomor 11 tahun 2010 tentang Penertiban dan Pendayagunaan Tanah
Terlantar (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 16 Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5098);
26. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 21, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5103);
27. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Usaha Budidaya Tanaman (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 24 Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5106);
28. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 30 Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5112);
3. Keputusan Presiden Nomor 4 Tahun 2009 tentang Badan Koordinasi Penataan Ruang
Nasional;
1. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 1987 tentang Pedoman Penyusunan
Rencana Kota;
2. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 8 Tahun 1998 tentang Penyelenggaraan Penataan
Ruang Di Daerah;
3. Keputusan Menteri PU Nomor 38 tahun 2004 tentang Jalan;
4. Standar Nasional Indonesia Nomor 19-6728.1-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber
Daya – Bagian 1: Sumber Daya Air Spasial
5. Standar Nasional Indonesia Nomor 19-6728.2-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber
Daya – Bagian 2: Sumber Daya Hutan Spasial
6. Standar Nasional Indonesia Nomor 19-6728.3-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber
Daya – Bagian 3: Sumber Daya Lahan Spasial
7. Standar Nasional Indonesia Nomor 19-6728.4-2002 tentang Penyusunan Neraca Sumber
Daya – Bagian 4: Sumber Daya Mineral Spasial
8. Standar Nasional Indonesia Nomor 03-1733-2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
9. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 6/PRT/M2007 tentang Pedoman Umum
Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan;
10. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2009 tentang Pedoman Daya Dukung
Lingkungan Hidup dalam Penataan Ruang Wilayah;
11. Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 27 tahun 2009 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kajian Lingkungan Hidup Strategis;
12. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 15/PRT/M/2009 tentang Penyusunan RTRW
Provinsi,
13. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 16/PRT/M/2009 tentang Penyusunan RTRW
Kabupaten,
14. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 17/PRT/M/2009 tentang Penyusunan RTRW
Kota,
15. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11/PRT/M Tahun 2009 tentang Persetujuan
Substansi.
Kabupaten Halmahera Selatan sesuai dengan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2003, terletak antara
126° 45’ bujur timur dan 129° 30’ bujur timur dan 0° 30’ lintang utara dan 2° 00’ lintang utara.
Kabupaten Halmahera Selatan terletak di kawasan timur Indonesia, tepatnya berbatasan dengan:
a. Sebelah utara dibatasi oleh Kota Tidore Kepulauan dan Kota Ternate;
b. Sebelah selatan dibatasi oleh Laut Seram;
c. Sebelah timur dibatasi oleh Laut Halmahera;
d. Sebelah barat dibatasi Laut Maluku.
Luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 40.263,72 km2, yang terdiri dari daratan seluas
8779,32 km2 (22%) dan luas lautan sebesar 31.484,40 km2 (78%)
Berdasarkan PERDA No. 8 Tahun 27 kecamatan dalam wilayah administrasi Kabupaten Halmahera
Selatan menjadi 30 kecamatan dimana semula berdasarkan UU No. 1 Tahun 2003 terdiri atas 9
kecamatan. Wilayah adminisrasi Kabupaten Halmahera Selatan yang terdiri atas 30 kecamatan.
1.3.2.1. Topografi
Sebagai wilayah kepulauan, Kabupaten Halmahera memiliki daerah landai yang cukup luas.
Berdasarkan kondisi fisiknya, luas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan berdasarkan
kelerengan dapat dilihat pada tabel berikut.
1 Datar 0 - 2º 4,615.55
2 Landai 2 - 8º 861.47
3 Miring 8 - 15º 1,420.33
4 Curam 15 - 40º 956.80
5 Sangat Curam > 40º 208.45
Sumber : Peta Topografi 2007, dan Hasil Olahan Konsultan, 2008
Wilayah kecamatan yang memiliki mayoritas daerah dengan jenis kelerengan datar - landai
(0 - 2 º ) antara lain adalah :
• Kec. Kayoa
• Kec. Kayoa Utara
• Kec. Kayoa Selatan
• Kec. Gane Timur
• Kec. Gane Timur Tengah
• Kec. Gane Timur Selatan
• Kec. Kepulauan. Joronga
• Kec. Kepulauan Batanglomang
• Kec. Mandioli Utara
• Kec. Mandioli Selatan
• Kec. Obi Utara
• Kec. Obi Timur
Gambaran umum mengenai kondisi geologi, jenis batuan di wilayah Kabupaten Halmahera
Selatan mempunyai komposisi yang sangat bervariasi, dimana terdiri dari batuan beku,
sediment dan metamorf, karakteristik dan perebaran batuannya tertentu sesuai dengan
daerah pembentukannya seperti: batuan beku di sebagian Pulau Makian sebagai hasil dari
erupsi Gunung Kie Besi, Batuan Sedimen di Pulau Kayoa, Batuan Residual di sebagian Pulau
Obi serta Batuan Skiss Metamorf di sebagian Pulau Bacan dan sebagainya.
Tekstur tanah adalah perbandingan ukuran partikel-partikel kandungan tanah antara debu,
tanah liat dan pasir dari satu contoh tanah. Tekstur berpengaruh langsung terhadap unsur
hara, drainase dan kepekaan terhadap erosi. Juga sangat berpengaruh terhadap pengelolaan
tanah dan pertumbuhan tanaman terutama dalam hal mengatur kandungan udara dalam
rongga tanah, persediaan dan kecepatan peresapan air di daerah tersebut, dimana hal itu
sangat berperan dalam mudah tidaknya lapisan tanah diolah. Definisi tekstur dapat diartikan
secara kualitatif dan kuantitatif. Secara Kualitatif, yaitu menggambarkan halus, sedang dan
kasar sedangkan secara kuantitatif tekstur ini menggambarkan susunan relatif berat fraksi-
fraksi yaitu pasir, debu dan tanah liat.
Berdasarkan data struktur geologi, wilayah Kabupaten Halmahera Selatan tersusun atas 20
jenis batuan yang dapat dilihat pada tabel berikut.
B. Struktur Geologi
Struktur lipatan berupa sinklin dan antiklin terlihat jelas pada Formasi Weda
(Tmpw) yang berumur Miosen Tengah-Pliosen Awal. Sumbu lipatan berarah utara –
selatan, timur laut - barat daya dan barat laut - tenggara. Struktur sesar terdiri
dari sesar normal dan sesar naik; umumnya berarah utara-selatan dan baratlaut-
tenggara.
Petunjuk akan adanya banyak sesar di Pulau Bacan diperoleh baik dari hasil
pengamatan di lapangan maupun pada potret udara. Sesar diduga terdapat di
sepanjang Sungai Sayoang yang mengalir dari baratlaut ke tenggara dan
memisahkan daerah perbukitan bagian timur dan barat Pulau Bacan bagian utara.
Pada jalur sesar tersebut muncul batuan terobosan granit/granodiorit berumur
Tersier dan batuan gunungapi berumur Kuarter.
Berdasarkan peta sesar dapat diketahui sebaran garis sesar di wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan dapat pula diketahui sebaran garis sesar. Garis sesar yang
tersebar dapat digolongkan berdasarkan jenis dan proses pembentuknya yaitu
seperti pada tabel berikut.
Panjang
No Jenis Jumlah
Meter Km
1 Antiklin 9 86,974 86.97
2 Gunung api giat 1 23,183 23.18
3 Kontak geologi 2 14,406 14.41
4 Sesar 36 269,701 269.70
5 Sesar Normal 7 118,683 118.68
Sumber : Peta Struktur Geologi, 2006, dan Hasil Olahan Konsultan, 2008
1.3.2.4. Klimatologi
Karakteristik iklim wilayah Kabupaten Halmahera Selatan, beriklim tropis dengan curah hujan rata-
rata antara 1.000 mm sampai dengan 2.000 mm. Curah hujan ini hampir merata di Pulau Bacan dan
sekitarnya, Pulau Obi dan sekitarnya serta Halmahera bagian Selatan.
Selain itu Kabupaten Halmahera Selatan juga dipengaruhi oleh dua musim yaitu:
a. Musim Utara pada bulan Oktober-Maret yang diselingi angin Barat dan Pancaroba pada
bulan April.
b. Musim Selatan pada bulan September diselingi angin Timur dan Pancaroba pada bulan
Oktober.
Menurut klasifikasi Schmidt F.H dan J.H.A Ferguson (1951), secara umum Kabupaten
Halmahera Selatan beriklim Tipe A dan Tipe B kecuali Saket yang bertipe C. Menurut
Klasifikasi Koppen (1960) Kabupaten Halmahera Selatan bertipe A kecuali Laiwui yang
bertipe Am.
Berdasarkan tingkat curah hujan 1250 – 3250 mm/tahun dengan sebaran curah hujan di
mayoritas wilayah Kabupaten Halmahera Selatan adalah 2250 mm/tahun dan curah hujan
tertinggi yaitu 3250 mm/tahun terjadi di dataran tinggi di Kec. Obi, Kec. Obi Timur dan
Kec. Obi Selatan. Untuk lebih jelas dapat dilihat pada tabel dan peta (peta curah hujan)
berikut.
Berdasarkan data yang didapat dari hasil digitasi CITRA LANDSAT Tahun 2006 – 2007
diketahui bahwa penggunaan lahan di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri:
1. Hutan, meliputi hutan lahan kering primer dan hutan lahan kering sekunder. Hutan
lahan kering sekunder ini tersebar dan merupakan dominasi penggunaan lahan di
seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sedangkan hutan lahan kering primer
hanya terdapat di Pulau Bacan (Kecamatan Bacan Barat Utara dan Bacan Timur) dan di
Pulau Obi (Kecamatan Obi dan Obi Selatan)
2. Pertanian yang terdiri dari pertanian lahan kering dan pertanian lahan kering sekunder
yang tersebar di seluruh wilayah dan pulau di Kabupaten Halmahera Selatan dengan
persebaran di daerah pesisir pulau.
3. Permukiman yang berkembang dan tersebar di pesisir pulau di seluruh wilayah
Kabupaten Halmahera Selatan.
4. Daerah Transmigrasi yang terdapat di Kecamatan Gane Barat Utara dan Gane Timur.
5. Tanah terbuka yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
6. Semak belukar yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
7. Savana yang tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
8. Danau dengan danau terbesar di pulau Obi.
9. Rawa dengan luas terbesar di Kecamatan Gane Timur.
10. Mangrove yang tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan.
Tabel 1.9. Luas Kawasan Hutan berdasarkan fungsi kawasan di Kabupaten. Halmahera Selatan
Sementara itu, luas kawasan hutan berdasarkan status dan fungsi kawasan disajikan pada
Tabel berikut.
Tabel 1.10. Luas Kawasan Hutan Berdasarkan Status dan Fungsi Kawasan per Kecamatan
No Kecamatan HL (Ha) HK(Ha) HP (Ha) HPT (Ha) HPK (Ha) HB (Ha) HR (ha)
1 Bacan 13,250 23,262 - 14,250 18,000 - 6,052
2 Bacan Barat 10,000 - 6,250 26,750 27,250 - 2,324
3 Bacan Timur 21,500 7,262 2,250 32,500 26,500 - 6,030
4 Gane Barat 40,250 - 40,750 34,000 38,000 356,100 5,587
5 Gane Timur 3,000 - 36,250 10,500 22,000 - 3,232
6 Obi 1,500 15,762 45,000 2,500 57,750 580,550 5,859
7 Obi Selatan 750 - 48,000 15,250 26,750 - 4,076
8 Pulau Makian 3,000 - - 3,500 2,500 - 4,666
9 Kayoa 2,500 - - - 13,500 - 3,942
Jumlah 105,750 46,286 178,500 229,250 232,250 936,650 41,768
Keterangan : HL : Hutan Lindung, HK: Hutan Konservasi, HP : Hutan Produksi Tetap, HPT : Hutan Produksi
Terbatas ; HPK : Hutan Produksi dapat diKonversi, HB :Hutan Bakau dan HR : Hutan
Rakyat.
Sumber : Dinas Perkebunan dan Kehutanan, Kab. Halmahera Selatan, 2007
Sumber : Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region, U.S. Geological Survey Prof. Paper 1078.
Gambar 1.2. Konfigurasi lempeng tektonik & penyebaran gunung api di daerah Halmahera – Sulawesi Utara
Sumber : Hamilton, W., 1979, Tectonics of the Indonesian Region, U.S. Geological Survey Prof. Paper 1078
Sebagian besar gunungapi terletak pada busur Sunda yang terbentang 3000 km dari ujung utara
Sumatera hingga ke Laut Banda, terbentuk akibat proses subduksi Lempeng Australia dibawah
Lempeng Eurasia. Sekitar ¼ dari total gunung api Indonesia terletak pada sebelah utara Busur Sunda.
Gunung api di Sulawesi, Halmahera dan Sangihe terbentuk dari konfigurasi beberapa subduksi
lempeng kecil yang memanjang utara-selatan (Hamilton, 1979). Gunung api di Laut Banda terbentuk
akibat subduksi Lempeng Pasifik dibawah lempeng Eurasia.
Di Maluku Utara terdapat 5 gunung api, yaitu Gunung Dukono, Gunung Ibu, Gunung Gamkonora,
Gunung Gamalama dan Gunung Makian/Gunung Kie Besi. Berdasarkan data Pusat Vulkanologi, dan
Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) di Bandung menunjukkan bahwa ketiga dari lima gunung berapi
tersebut berada dalam status waspada yaitu Gunung Ibu di Kecamatan Ibu Utara Kabupaten
Halmahera Barat, Gunung Dukono di Kecamatan Galela, Kabupaten Halmahera Utara, dan Gunung
Gamkonora di Kecamatan Ibu Selatan, Kabupaten Halmahera Barat.
Dari data tersebut diketahui di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat salah satu gunung api yang
masih aktif yaitu Gunung Makian/Gunung Kie Besi di Pulau Makian. Gunung-gunung di Kabupaten
Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.11. Nama-Nama Gunung Tinggi Dan Lokasinya Di Kabupaten Halmahera Selatan
Kejadian bencana alam di Kabupaten Halmahera Selatan dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.12. Jenis Bencana Alam yang Pernah Terjadi di Kabupaten Halmahera Selatan
Kekuatan
No Jenis Bencana Lokasi Waktu Kejadian Korban Kerusakan
Bencana
1 Gempa Bumi 398 km TimurLaut 17-08-06 5,3o Richter - -
Labuha-MalukuUtara
pada kedalaman 233
km
Laut Maluku di 29 Agustus 5.8 Mb (body - -
antara Sulawesi 2006 pukul magnitude) atau
Timur dan 19.53 WIT 5.9 SR (skala
Halmahera Richter)
Gempa berasal dari
kedalaman 60.7 km
(+/- 15.2 km)
Lokasi 2,42LU, 29 November Magnitude 6,6 SR - -
128,10 BT 347 km 2006, pukul Berpotensi
Timur Laut Labuha. 10:32:22 WITA Tsunami
Kedalaman 13 km
Kota Labuha 20 Februari Magnitude 6,6 SR I orang -
2007 meninggal
Kota Labuha 21 Februari Magnitude 6 SR - -
Pusat gempa berada 2007, pukul Tercatat 43 gempa
di 0,88 derajat 11.19 WITA susulan
lintang selatan -
127,2 derajat bujur
timur dengan
kedalaman 33
kilometer
Pusat gempa di 64 21 Februari 6,1 Skala Richter
km Barat Daya 2007
Labuha kedalam 33
km dibawah laut
Pusat gempa di 28 21 Februari 5,3 Skala Richter
km Barat Daya 2007
Labuha kedalam 33
km dibawah laut
Pusat gempa berada 29 Mei 2007, Magnitude 6 SR - -
di laut Maluku pukul 18.36 WI Terjadi 8 kali
sekitar 37 kilometer gempa susulan
Tenggara Labuha yang relatif kecil
Timur Laut Labuha 14 Agustus Magnitude 5,4 SR - -
Pusat gempa pada 2007 pukul
kedalaman 33 km 03.49 WIT
yang berpusat di laut
13 km.
Kecamatan Bacan Juli 2007 pukul Magnitude tidak - -
Utara 14.00 WIT ada berita
Gempa selama 30
detik
Pusat gempa pada 14 Agustus Magnitude 5,4 SR - -
kedalaman 33 km 2007 pukul
yang berpusat di laut 03.49 WIT
13 km Timur Laut
Labuha
122 Km Barat Laut 11 September Magnitude 7,6 SR - -
Ternate pada 2008 pukul Berpotensi
kedalaman 10 Km 07.00 WITA Tsunami
2 Banjir Kecamatan Bacan Juli 2007 - - Semua jalur
Utara di Desa dan jembatan
Mandawong, Desa putus akibat
Kupal, Desa tergerus banjir
Gandasuling, Desa
Panamboang
Kota Labuha
Berdasarkan informasi pada tabel di atas, dapat diketahui bahwa gempa bumi yang melanda
Kabupaten Halmahera Selatan pada umumnya terjadi pada kedalaman <50 km. Dalam kurun waktu
tahun 2006-2007, kejadian gempa dengan kekuatan terbesar terjadi pada tanggal 21 Februari 2007
dan terjadi 3 (tiga) kali berturut-turut dalam sehari.
1.3.4. Kependudukan
1 Obi 11,913
2 Obi Barat 4,851
3 Obi Utara 7,349
4 Obi Selatan 3,058
5 Obi Timur 11,025
6 Bacan 18,676
7 Bacan Selatan 10,778
8 Mandoli Utara 3,932
9 Mandioli Selatan 5,691
10 Kep Botanglomang 7,127
11 Bacan Timur 6,920
12 Bacan Timur Selatan 5,290
13 Bacan Timur Tengah 5,594
14 Bacan Barat 3,603
15 Bacan Barat Utara 4,309
16 Kasiruta Barat 4,373
17 Kasiruta Timur 3,654
18 Gane Barat 7,791
19 Gane Barat Selatan 5,569
20 Gane Barat Utara 6,859
21 Kep Joronga 4,855
22 Gane Timur 10,086
23 Gane Timur Selatan 3,682
24 Gane Timur Tengah 3,882
25 Kayoa 8,427
26 Kayoa Utara 2,857
27 Kayoa Selatan 5,612
28 Kayoa Barat 4,031
29 Pulau Makian 9,673
30 Makian Barat 3,851
Jumlah 195,318
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
20,000
18,000
16,000
14,000
12,000
Jiwa
10,000
8,000
6,000
4,000
2,000
0
a S oa
ian
bi
ur
tan
uM n
uta ra
ur
ga
ur
ca an
an ep J an
h
an
ar
a
O
ga
a
im
y
Tim
im
Pu elat
ak
at
on
t
an Sela
Ut
Ka
Ut
lat
ela
nT
ca Ten
T
el
or
Se
bi
at
bi
li S
tS
O
ar
O
la
ur
r
ra
ca
yo
dio
sir
nB
Ba
Tim
im
Ba
K
Ba
Ka
Ka
nT
e
M
e
Ba
an
ca
G
Ba
Kecamatan
Jumlah Penduduk
Jumlah Kepadatan
No. Nama Kecamatan Luas (Km2) Penduduk Penduduk
(jiwa) (jiwa/Km2)
1 Obi 983.76 11,913 12.11
2 Obi Barat 89.24 4,851 54.36
3 Obi Utara 44.49 7,349 50.86
4 Obi Selatan 1,018.44 3,058 3.00
5 Obi Timur 80.98 11,025 18.98
6 Bacan 86.20 18,676 65.26
7 Bacan Selatan 160.34 10,778 67.22
8 Mandoli Utara 87.05 3,932 45.17
9 Mandioli Selatan 131.92 5,691 43.14
10 Kep Botanglomang 53.25 7,127 133.84
11 Bacan Timur 1,418.12 6,920 0.93
12 Bacan Timur Selatan 307.37 5,290 17.21
13 Bacan Timur Tengah 246.64 5,594 22.68
14 Bacan Barat 171.57 3,603 21.00
15 Bacan Barat Utara 242.94 4,309 17.74
16 Kasiruta Barat 260.65 4,373 16.78
17 Kasiruta Timur 222.42 3,654 16.43
18 Gane Barat 452.25 7,791 17.23
19 Gane Barat Selatan 244.23 5,569 22.80
20 Gane Barat Utara 506.99 6,859 13.53
21 Kep Joronga 128.97 4,855 37.64
22 Gane Timur 597.16 10,086 16.89
23 Gane Timur Selatan 273.89 3,682 13.44
24 Gane Timur Tengah 285.84 3,882 13.58
25 Kayoa 77.03 8,427 109.40
26 Kayoa Utara 36.18 2,857 78.97
27 Kayoa Selatan 23.41 5,612 239.73
28 Kayoa Barat 25.19 4,031 160.02
29 Pulau Makian 50.60 9,673 191.17
30 Makian Barat 33.83 3,851 113.83
Jumlah 5,140.95 195,318 54.50
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka, 2008
300.00
250.00
200.00
Kecamatan
150.00
100.00
50.00
a
bi
ur
ga
ian
lau an
r T ur
dio atan
an
yo ayo
ra
tan
an ep J n
tS r
ar
O
u
m
ta
ga
m
at
on
ta
im
ak
Ut
lat
ela
ela
Ti
Ti
K
en
l
l
Se
or
T
Se
M
Se
bi
bi
li S
an ruta
ra
O
ca aca
O
a
n
ur
Ba
ra
u
ca
Pu
si
m
m
K
Ba
B
Ka
Ba
Ka
an
Ti
Ti
ca
M
e
n
Ba
G
Ba
Jiwa/Km2
Kabupaten Halmahera Selatan terdiri atas gugusan pulau dan kepulauan yaitu:
Pulau yang terluas adalah pulau Obi dan pulau terkecil adalah Kayoa. Luas wilayah Kabupaten
Halmahera Selatan adalah + 40.263,72 km2 yang meliputi wilayah laut: 31.484,40 km2 (78 %) dan
wilayah daratan: 8.779,32 km2 (22 %). Total kecamatan yang dimiliki adalah 30 kecamatan dengan
jumlah desa 249 buah.
Kondisi alam demikian menunjukkan bahwa Kabupaten Halmahera Selatan merupakan wilayah
dengan sumberdaya alam yang besar, dengan komposisi sumberdaya laut 4 (empat) kali lebih besar
daripada sumberdaya darat. Di dalam dokumen Rencana Strategis Kabupaten Halmahera Selatan
(2006) disebutkan bahwa wujud sumberdaya darat berupa hutan (812.392ha), perkebunan
(42.000ha), pertanian (2.000ha), dan sisanya adalah pertambangan. Sedangkan sumberdaya
kelautan memiliki standing stock ikan sebesar 100.750,08 ton/tahun dengan maximum sustainable
yield (MSY) sebesar 113.343,04 ton/tahun. Dengan kemampuan ekplorasi sekitar 20.000 ton/tahun,
maka sumberdaya perikanan yang belum dipanen Kabupaten Halmahera Selatan masih sekitar 90%
dari total MSY.
Jika dilihat dari sisi Produk Domestik Regional Brutto (PDRB) Kabupaten Halmahera Selatan,
penyumbang utama produksinya berasal dari sektor pertanian. PDRB suatu wilayah menunjukkan
kemampuan sumberdaya ekonomi yang dihasilkan suatu daerah. Semakin besar nilai PDRB suatu
daerah, semakin besar pula sumberdaya ekonomi yang dihasilkannya. Dari tabel 4.20 diketahui
bahwa sejak tahun 2002 sumbangan sektor pertanian mendominasi PDRB Kabupaten Halmahera
Selatan. Sejak tahun 2002 nilai produksi sektor pertanian sendiri mengalami kenaikan terus
menerus, meskipun nilai sektor lainnya mengalami penurunan terutama pada tahun 2004. Secara
sektoral menurut mata pencahariannya, sektor pertambangan mengalami penurunan drastis dari
tahun 2003 ke tahun 2004. Pada tahun tersebut Kabupaten Halmahera Selatan baru berumur 1
tahun setelah pemekaran, maka patut diduga penurunan ini disebabkan karena sumberdaya mineral
yang dimiliki sebelum pemekaran “beralih” ke wilayah lain setelah Undang-Undang No 1 tahun 2003
tentang Pembentukan Kabupaten Halmahera keluar.
Dari Grafik berikut diketahui bahwa terdapat kenaikan PDRB dari tahun 2002-2006 baik atas dasar
harga berlaku maupun harga konstan. PDRB atas dasar harga berlaku pada tahun 2002 sebesar Rp
397.070,29 juta dan pada tahun 2006 mencapai Rp 492.978,56. Sedangkan PDRB menurut harga
konstan pada tahun 2004 sebesar Rp 380.957,18 juta dan pada tahun 2006 mencapai Rp 450.734,35
juta. Secara ekonomi hal ini menunjukkan pola pertumbuhan PDRB, dari sisi produksi barang dan
jasa secara keseluruhan yang semakin tinggi di Kabupaten Halmahera Selatan. PDRB atas dasar harga
konstan pada tahun 2006 mengalami kenaikan sebesar 5,55% dari tahun sebelumnya dan lebih
besar jika dibandingkan pada tahun 2005 sebesar 4,25%.
Gambar 1.5. Perbandingan Nilai PDRB Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006
250,000.00
200,000.00
150,000.00
100,000.00
50,000.00
-
2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Dari sisi pendapatan perkapita, secara umum sejak tahun 2003 hingga 2005 mengalami
pertumbuhan. Pendapatan perkapita menunjukkan tingkat kesejahteraan penduduk suatu wilayah.
Besarnya pendapatan perkapita ini dipengaruhi oleh nilai PDRB atas dasar harga berlaku dan jumlah
penduduk di pertengahan tahunnya. Secara umum PDRB perkapita (atas dasar harga berlaku)
mengalami pertumbuhan. Pertambahan pendapatan perkapita penduduk pada tahun 2003 sebesar
0,85% dari tahun sebelumnya, dan naik menjadi 3,59% pada tahun 2004, kemudian naik lagi pada
tahun 2005 sebesar 8,59% dan turun menjadi 1,47% pada tahun 2006. Hal ini kemungkinan terjadi
karena tingkat inflasi yang disebabkan karena fluktuasi nilai inflasi propinsi Maluku Utara sebesar
4,8% pada tahun 2004 dan 10,87% pada tahun 2005.
Secara umum, hal ini secara relatif menunjukkan bahwa terjadi peningkatan daya beli penduduk
dalam kurun waktu tersebut. Meskipun demikian pendapatan perkapita tidak berfungsi menunjukan
pemerataan hasil pembangunan. Hanya mereka yang memiliki faktor produksi sajalah yang terwakili
dalam angka pendapatan perkapita. Grafik berikut menunjukkan secara grafis pertumbuhan
pendapatan perkapita penduduk Kabupaten Halmahera Selatan dari tahun 2002 hingga tahun 2006.
Gambar 1.6. Pertumbuhan Pendapatan Perkapita Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006
10.00%
Pertumbuhan Pendapatan Perkapita (persen)
9.00%
8.00%
7.00%
6.00%
Persen
5.00%
4.00%
3.00%
2.00%
1.00%
0.00%
2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
4
Persen
0
2003 2004 Tahun 2005 2006
Tabel 1.16. Kondisi Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas
Harga Berlaku Tahun 2002-2006 (Juta Rupiah)
Halmahera Selatan
Sektor
2002 2003 2004 2005 2006
Pertanian 167,035.24 175,535.49 194,334.23 210,432.42 226,224.02
Pertambangan/Galian 478.57 482.01 885.93 1,093.65 1,371.44
Industri Olahan 87,523.92 91,107.06 91,200.00 96,175.29 100,391.22
Listrik, Gas, dan Air Bersih 1,417.98 1,680.84 1,896.94 2,152.15 2,204.02
Bangunan/Konstruksi 3,414.79 3,950.00 4,275.97 4,752.38 5,293.74
Perdagangan, Hotel dan Restaurant 85,792.22 96,877.54 98.214.84 110,807.63 122,766.00
Angkutan dan Komunikasi 22,534.53 27,265.64 35,480.01 43.329.08 46.505.71
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan 11,487.53 12,285.80 12,825.05 13,397.25 14,455.20
Jasa-jasa 17,385.51 18,534.06 19,001.15 19,602.98 20,272.92
Sumber Data : PDRB Kabupaten Halmahera Selatan, 2005-2007
Pada tabel di atas ditunjukkan bahwa nilai sumbangan sektor pertanian pada tahun 2006 mencapai
Rp 226.224,02 juta (41,93%), lebih besar daripada sektor lainnya. Adapun rata-rata sumbangan
sektor pertanian tiga tahun terakhir (2004-2006) mencapai 42,10%. Sumbangan kedua adalah sektor
perdagangan, hotel dan restauran sebesar Rp 122.766,00 juta (22,76%) dan ketiga adalah industri
pengolahan sebesar Rp 100.391,22 juta (18,61%). Dari angka ini terlihat bahwa sektor perdagangan,
hotel, dan restauran memainkan peran yang dominan daripada industri.
Dari sektor pertanian, kontributor terbesarnya adalah sub sektor perkebunan dengan nilai produksi
pada tahun 2006 sebesar Rp 100.070,00 juta, jauh lebih besar daripada sub sektor tanaman pangan,
peternakan, kehutanan, maupun perikanan. Sementara untuk sektor perdagangan Hotel dan
Restauran, masih didominasi oleh sub sektor perdagangan dengan nilai sumbangan pada tahun 2006
sebesar Rp 119.580,00 juta jauh lebih besar daripada sub sektor perhotelan dan restauran.
Sedangkan untuk sektor industri olahan, dimana semuanya terdiri dari industri non MIGAS, secara
umum kontribusinya mengalami penurunan.
Tabel 1.17. Kondisi Struktur Perekonomian Kabupaten Halmahera Selatan Menurut Lapangan Usaha Atas
Harga Konstan Tahun 2002-2006 (Juta Rupiah)
Tabel di atas menunjukkan bahwa secara produksi Kabupaten Halmahera Selatan sangat tergantung
pada sektor pertanian, sektor industri olahan, dan sektor perdagangan, hotel dan restauran. Sektor
primer masih mendominasi produksi sektoralnya. Perbedaan nilai PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai produksi riil (nyata). Hal ini menunjukan perbedaan pengaruh kenaikan harga
pada tahun berjalan terhadap tahun standar. Gambar 3 menunjukkan pertumbuhan PDRB menurut
lapangan usaha.
Pada tahun 2003 ke tahun 2004 sektor pertambangan dan sektor perdagangan, hotel dan restaurant
naik secara signifikan. Sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih, angkutan dan komunikasi, jasa,
keuangan dan persewaan serta bangunan dan konstruksi turun secara signifikan. Pada tahun 2004
menuju tahun 2005, semua sektor laju pertumbuhannya menurun kecuali sektor jasa dan sektor
keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Sedangkan pada tahun 2005 menuju tahun 2006, sektor
pertambangan, listrik, gas dan air bersih, serta sektor pedagangan, hotel dan restauran turun.
Dari sisi laju pertumbuhan PDRB secara sektoral secara umum menunjukkan dinamika yang wajar.
Pada tahun 2003, dimana pembentukan Kabupaten Halmahera mulai berdiri, penurunan sektoral
masih dapat dikategorikan sebagai hal yang wajar. Pertumbuhan tahun berikutnya menunjukkan
kecenderungan yang cukup bagus, artinya laju pertumbuhan tersebut sejalan dengan proses
pengelolaan secara produksi daerah yang gradual.
Produksi ditentukan oleh biaya dan jumlah input yang disediakan. Secara makro nilai pertumbuhan
ditentukan pula oleh laju inflasi daerah. Oleh karena posisi akses Kabupaten Halmahera yang lebih
jauh dari pusat kota provinsi secara relatif mengakibatkan kenaikan harga input sekaligus secara
keseluruhan menyebabkan laju inflasi relatif lebih besar dari daerah lain misalnya Kabupaten
Halmahera Utara. Persoalan inilah yang secara indikatif secara relatif, nilai investasi ke daerah yang
lebih sulita aksesnya menjadi lebih besar. Hal ini kelak akan menjadi masalah penting dalam investasi
pembangunan.
Gambar 1.8. Laju Pertumbuhan Menurut Lapangan Usaha Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2003-2006
Pertanian
Pertambangan/Galian
20.00 Industri Olahan
Listrik, Gas, dan Air Bersih
18.00 Bangunan/Konstruksi
Perdagangan, Hoteldan Restaurant
16.00 Angkutan dan Komunikasi
Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
14.00
Jasa-jasa
12.00
Laju (Persen)
10.00
8.00
6.00
4.00
2.00
0.00
2003 2004 2005 2006
Tahun
Pada grafik di atas ditunjukkan kontribusi sektoral terhadap PDRB. Sektor pertanian masih
memberikan kontribusi terbesar terhadap pembentukan nilai PDRB. Namun meski demikian
sumbangan sektor pertanian menurun sejak tahun 2005 (sekitar 41%). Demikian pula sektor industri
olahan. Oleh karena industri olahan di Kabupaten Halmahera Selatan terdiri dari non MIGAS, maka
kemungkinan hal ini dipengaruhi oleh produksi input dari sektor pertanian yang juga menurun.
Kemudian diikuti sektor jasa, yang juga memiliki kecenderungan penurunan. Untuk sektor
pertambangan, perijinan baru untuk eksplorasi dan ekploitasi baru memberikan penambahan nilai
kontribusi sekaligus laju pertumbuhan produksi yang positif.
Gambar 1.9. Kontribusi Lapangan Usaha terhadap PDRB Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2002-2006
45.00
40.00
35.00
30.00
Nilai (Persen)
25.00
20.00
15.00
10.00
5.00
-
2002 2003 2004 2005 2006
Tahun
Pertanian Pertambangan/Galian
Industri Olahan Listrik, Gas, dan Air Bersih
Bangunan/Konstruksi Perdagangan, Hoteldan Restaurant
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan, dan Jasa Perusahaan
Jasa-jasa
Penurunan produksi sektor pertanian kemudian diikuti oleh sektor sekunder dan tersier, patut
diduga, kemungkinan disebabkan oleh konversi lahan produksi karena pembukaan ijin
pertambangan. Hal ini mengakibatkan penyempitan lahan produksi, dan kemudian diikuti turunnya
produksi input baik untuk sektor sekunder maupun tersier.
Selain itu gejalan penurunan produksi pertaian juga kemungkinan disebabkan karena sifat sub
sistensi petani yang tidak termotivasi untuk meningkatkan produksi meskipun terdapat kenaikan
harga yang lebih baik jika mereka menjual produk pertaniannya dalam bentuk olahan. Hal ini bisa
disebabkan karena faktor pengetahuan dan ketrampilan terhadap diversifikasi produk pertanian
yang terbatas pada budidaya saja.
Selain itu, dari sisi pola pergerakan sektoralnya, meskipun tidak tampak secara nyata, dengan
kontribusi sektor primer yang masih dominan terhadap sektor sekunder dan tersier, terdapat
kecenderungan perubahan dari sektor pertanian menuju ke sektor industri, dan selanjutnya ke
sektor jasa. Artinya Kabupaten Halmahera Selatan secara umum, meski terdapat pertumbuhan
sektor pertambangan, dan sektor lainnya, produksi barang dan jasanya secara keseluruhan masih
bergantung pada sektor pertanian.
Kabupaten Halmahera Selatan sampai pada tahun 2007, memiliki jaringan jalan sepanjang
1.084,4 km. Kondisi aktual di lapangan memberi gambaran bahwa umumnya kondisi jalan di
Kabupaten Halmahera Selatan yang terbanyak merupakan jalan tanah dan 10 % merupakan
jalan yang terbuat dari aspal. Gambaran jaringan jalan di Kabupaten Halmahera Selatan bisa
terlihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 1.18. Panjang Jaringan Jalan (Km) Menurut Jenis Permukaan Tahun 2007
1 Obi 12 14 131 -
2 Obi Barat - - - -
3 Obi Utara - - - -
4 Obi Selatan 1 5 75 -
5 Obi Timur - - - -
6 Bacan 33 5 62.9 -
7 Bacan Selatan - - - -
8 Mandoli Utara - - - -
9 Mandioli Selatan - - - -
10 Kep. Botanglomang - - - -
11 Bacan Timur 6.5 45 113 -
12 Bacan Timur Selatan - - - -
13 Bacan Timur Tengah - - - -
14 Bacan Barat 2 76 -
15 Bacan Barat Utara - - - -
16 Kasiruta Barat - - - -
17 Kasiruta Timur - - - -
18 Gane Barat 39 19 194 -
19 Gane Barat Selatan - - - -
20 Gane Barat Utara - - - -
21 Kep. Joronga - - - -
22 Gane Timur 2 61 115.5 -
23 Gane Timur Selatan - - - -
24 Gane Timur Tengah - - - -
25 Kayoa 10 15 -
26 Kayoa Utara - - - -
27 Kayoa Selatan - - - -
28 Kayoa Barat - - - -
29 Pulau Makian 3 3 41.5 -
30 Makian Barat - - - -
Jumlah 108.5 167 808.9 0
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas PU dan KIMPRASWIL Kabupaten Halmahera
Selatan
B. Moda Transportasi
Tabel 1.19. Jumlah Kendaraan Beroda Empat atau Lebih Menurut Status Tahun 2007
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 1.20. Jumlah Kendaraan Umum Beroda Kurang dari Empat Tahun 2007
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan
C. Terminal
A. Jalur Penerbangan
Rute penerbangan yang dilayani oleh penerbangan ini dari Ternate – Bacan, PP
(senin) dan Ternate – Bacan – Sanana - PP (kamis).
B. Moda Transportasi
c. Bandara
A. Jembatan Laut
Untuk transportasi laut di Kabupaten Halmahera Selatan terdapat beberapa jembatan laut
antara lain:
1. Jembatan Laut Skala Regional terdiri dari jembatan laut Babang (Bacan Timur)
2. Jembatan laut Saketa (Gane Barat)
3. Jembatan laut Mafa (Gane Timur)
4. Jembatan laut Laiwui (Obi)
5. Jembatan laut Walo (Makian)
6. Jembatan laut Pelita (Mandioli Selatan)
7. Jembatan laut Pigaraja (Bacan Timur Tengah)
8. Jembatan laut Laromabati (Kayoa Utara)
9. Jembatan laut Busua (Kayoa Utara)
10. Jembatan laut Gane Luar (Gane Timur Selatan)
11. Jembatan laut Gane Dalam (Gane Barat Selatan)
12. Jembatan laut Jujame (Obi Utara)
13. Jembatan laut Wayaloar (Obi Selatan)
Jembatan Laut Lokal Semi Permanen terdiri dari:
1. Jembatan laut Indari (Bacan Barat).
2. Jembatan laut Belang-belang (Bacan)
3. Jembatan laut Kupal (Bacan Selatan)
4. Jembatan laut Pasar Baru Babang (Bacan Timur)
5. Jembatan laut Bibinoi (Bacan Timur Tengah)
6. Jembatan laut pelabuhan Yaba (Bacan Barat Utara)
7. Jembatan laut pelabuhan Lorogurua (Bacan Barat Utara)
8. Jembatan laut pelabuhan Sidopo (Bacan Barat Utara)
9. Jembatan laut pelabuhan Indari (Bacan Barat)
10. Jembatan laut pelabuhan Palamea (Kasiruta Barat)
11. Jembatan laut pelabuhan Loleojaya (Kasiruta Timur)
12. Jembatan laut pelabuhan Bajo (Kepulauan Botanglomang)
13. Jembatan laut pelabuhan Lele (Mandioli Utara)
14. Jembatan laut pelabuhan Gurapin (Kayoa)
15. Jembatan laut pelabuhan Laluin (Kayoa Selatan)
B. Jalur Pelayaran
Jaringan pelayaran perintis dan rakyat telah menghubungkan hampir semua pulau-pulau
penting hingga menjangkau daerah-daerah terpencil, dan secara spasial telah menunjukkan
suatu keterkaitan antar pulau-pulau di wilayah Halmahera Selatan, yang merupakan bagian
dari wilayah pengembangan Propinsi Maluku Utara.
2. Ternate - Gane dalam - Bisui - Maffa - Weda - Patani - Gebe -Sorong - Gebe - Patani -
Weda - Maffa - Bisui - Gane dalam - Saketa – Ternate.
C. Moda Transportasi
Terdapat Pula sebuah Kapal PELNI yaitu KM Kalimutu yang singgah di Pelabuhan Babang
serta melayani rute sampai ke Pulau Kalimantan, kemudian terdapat pula sebuah Kapal
Cepat yaitu NV Labomba yang melayani rute Babang – Ternate pulang pergi setiap hari
dengan waktu tempuh perjalanan kurang lebih 3,5 jam.
Terdapat juga beberapa Kapal Perintis dan Kapal Antar Pulau yang melayani
transportasi antar pulau di kabupaten Halmahera Selatan.
1 2004 132
2 2005 183
3 2006 62
4 2007 130
5 2008 33 393
Jumlah 540 393
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas Perhubungan Kabupaten Halmahera Selatan
D. Pelabuhan
Tabel 1.21. Sebaran dan Luas Kawasan Perumahan dan Permukiman (Km2)
Kawasan Kawasan
No Kecamatan
Permukiman Transmigrasi
1 Bacan 2.79 -
2 Bacan Barat 0.60 -
3 Bacan Barat Utara 0.48 -
4 Bacan Selatan 1.63 -
5 Bacan Timur 2.33 -
6 Bacan Timur Selatan 0.61 -
7 Bacan Timur Tengah 0.80 -
8 Gane Barat 1.00 -
9 Gane Barat Selatan 0.34 -
10 Gane Barat Utara 0.88 8.34
11 Gane Timur 2.05 14.29
12 Gane Timur Selatan 0.66 -
13 Gane Timur Tengah 1.20 -
14 Kasiruta Barat 0.67 -
15 Kasiruta Timur 0.49 -
16 Kayoa 2.14 -
17 Kayoa Barat 0.32 -
18 Kayoa Selatan 0.45 -
19 Kayoa Utara 0.40 -
20 Batanglomang 1.19 -
21 Joronga 0.20 -
22 Makian 1.42 -
23 Makian Barat 0.51 -
24 Mandioli Selatan 0.90 -
25 Mandioli Utara 0.47 -
26 Obi 1.19 -
27 Obi Barat 0.38 -
28 Obi Selatan 1.27 -
29 Obi Timur 0.47 -
30 Obi Utara 1.40 -
Total 28.51 22.63
Sumber : Hasil Digitasi Citra Satelit Tahun 2006 – 2007
Tabel 1.22. Jumlah Taman Kanak - Kanak Menurut Status Tahun 2007
Jumlah 1 22 23
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas Pendidikan
Kabupaten Halmahera Selatan
B. Sekolah Dasar
Pola sebaran SD yang terdapat di wilayah Kabupaten Halmahera Selatan sampai dengan
tahun 2007 tersebar di seluruh kecamatan yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan. Pada
tabel berikut terlihat bahwa sampai pada tahun 2007 di Kabupaten Halmahera Selatan
terdapat 286 SD dan Madrasah Ibtidaiyah. Jumlah SD terbanyak terdapat di Kecamatan Gane
Timur yaitu 19 unit kemudian Kecamatan Bacan sebanyak 17 unit dan Kecamatan Kayoa
sebanyak 16 unit.
Tabel 1.23. Jumlah Sekolah Dasar Dan Madrasah Ibtidayah Menurut Status Tahun 2007
Jumlah SLTP tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Halmahera Selatan. Pada tabel berikut
terlihat bahwa pada tahun 2007 terdapat 90 unit Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP)
dan Madrasah Tsanawyah. Jumlah SLTP terbesar terdapat di Kecamatan Pulau Makian
sebanyak 7 unit sedangkan yang paling sedikit terdapat di Kecamatan Obi Barat, Mandioli
Selatan, Bacan Barat, Kasiruta Timur, Gane Timur Selatan dan Gane Timur Tengah sebanyak
1 unit.
Tabel 1. 24. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama & Madrasah Tsanawyah Menurut Status Tahun 2007
2 Obi Barat 1 1
3 Obi Utara 1 1 2 2 2
4 Obi Selatan 2 2 4 2 2
5 Obi Timur 2 2
6 Bacan 1 2 3 1 1
7 Bacan Selatan 2 2 2 2
8 Mandoli Utara 2 2
9 Mandioli Selatan 1 1
10 Kep Botanglomang 1 1 1 1
11 Bacan Timur 1 3 4 1 1
12 Bacan Timur Selatan 2 1 3
13 Bacan Timur Tengah 1 2 3 1 1
14 Bacan Barat 1 1
15 Bacan Barat Utara 1 1 1 1
16 Kasiruta Barat 1 1
17 Kasiruta Timur 1 1
18 Gane Barat 1 1 3 3
19 Gane Barat Selatan 2 2 4 1 1
20 Gane Barat Utara 2 2 4 1 1
21 Kep Joronga 1 1 1 1
22 Gane Timur 2 2 4 1 1
23 Gane Timur Selatan 1 1
24 Gane Timur Tengah 1 1
25 Kayoa 2 2 1 1
26 Kayoa Utara 1 1 1 1
27 Kayoa Selatan 2 2 1 1
28 Kayoa Barat 2 2
29 Pulau Makian 3 2 5 1 1 2
30 Makian Barat 2 1 3 1 1
Jumlah 38 27 65 2 23 25
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan
Sebaran Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) terdapat hampir di semua Kecamatan dengan
jumlah total 44 unit, kecuali di Kecamatan Obi Barat, Obi Timur, Bacan Barat Utara, Kasiruta
Barat dan Kayoa Utara yang tidak memiliki SLTA atau sederajat dan terbanyak terdapat di
Kecamatan Pulau Makian sebanyak 5 unit.
Tabel 1.25. Jumlah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Madrasah Aliyah Menurut Status Tahun 2007
14 Bacan Barat 1 1
15 Bacan Barat Utara
16 Kasiruta Barat
17 Kasiruta Timur 1 1
18 Gane Barat 1 1 1 1
19 Gane Barat Selatan 1 1
20 Gane Barat Utara 2 2
21 Kep Joronga 1 1
22 Gane Timur 1 1
23 Gane Timur Selatan 1 1
24 Gane Timur Tengah 1 1
25 Kayoa 1 1 2
26 Kayoa Utara
27 Kayoa Selatan 1 1 2
28 Kayoa Barat 1 1
29 Pulau Makian 3 3 1 1 2
30 Makian Barat 1 1 2
Jumlah 23 11 34 1 9 10
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas Pendidikan Kabupaten Halmahera Selatan
25 Kayoa - - - 32 1 2 4
26 Kayoa Utara - - - - 1 1 3
27 Kayoa Selatan - - - - - 1 2
28 Kayoa Barat - - - 5 1 - 1
29 Pulau Makian - - - 12 1 - 1
30 Makian Barat - - - 10 1 - 4
Jumlah 1 0 0 293 27 26 75
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Dinas Kesehatan Kabupaten Halmahera Selatan
Terdapat 2 (dua) unit Perbankan yang beroperasi di Ibukota Kabupaten yaitu Bank
Pembangunan Daerah Maluku Cabang Labuha dan Bank Rakyat Indonesia Unit Labuha yang
terdapat di Kecamatan Bacan.
Pelayanan system perpipaan air minum dilakukan oleh PDAM Halmahera Selatan. Wilayah
pelayanan eksisting PDAM Halmahera Selatan meliputi : Kota Labuha, Kecamatan Obi, Kecamatan
Gane Barat, Kecamatan Gane Timur dan Kecamatan Kayoa. Gambaran kondisi eksisting SPAM PDAM
Halmahera Selatan pada Tahun 2007 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 1.27. Kondisi Eksisting Pelayanan PDAM Cabang dan Unit Kabupaten Halmahera Selatan
Tabel 1.28. Perhitungan Kebutuhan Air Minum Kabupaten Halmahera Selatan Per Kecamatan Tahun 2008
Berdasarkan data di atas, dimana tingkat pelayanan air minum oleh PDAM baru ± 1%, maka dapat
disimpulkan bahwa pemenuhan kebutuhan air minum masyarakat Kabupaten Halmahera Selatan
saat ini sebagian besar dilakukan oleh pihak diluar PDAM, yaitu masyarakat sendiri dengan
memanfaatkan air tanah dan mata air. Gambar 5.27 dapat menjelaskan hubungan antara pelayanan
air minum dan pihak yang menyediakan air minum.
Gambar 1.10. Lokasi Bak Mata Air dan Rumah Gensetdi Desa Kebun Raja Kecamatan Gane Timur
Gambar 1.11. Lokasi Bak Penampung dan Rumah Pompa di Desa Saketa Kecamtan Gane Barat
Gambar 1.12. Konsep Pelayanan air minum Kabupaten Halmahera Selatan Eksisting
Pelayanan Air
Minum
Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa masih banyak penduduk maupun daerah yang belum
mempunyai sarana air limbah/yang aman bagi lingkungan.
A. Organisasi Pengelolaan
1. Kegiatan penduduk di luar kota Labuha dari segi pengelolaan persampahan tidak
menimbulkan masalah dikarenakan jumlah penduduk yang masih relatif kecil
dibandingkan dengan luas wilayahnya,
Dimasa yang akan datang, sejalan dengan tuntutan perkembangan jaman dan demi kelestarian
lingkungan, maka strategi pengelolaan sistem persampahan untuk seluruh wilayah kabupaten
Halmahera Selatan harus dilakukan secara terintegrasi dengan segala keterbatasannya.
Seperti yang telah diterangkan pada uraian diatas bahwa untuk saat ini sistem pengelolaan
sampah yang dimiliki, hanya melayani kota Labuha. Fasilitas yang dimiliki oleh pengelola yang
berlokasi dikota Labuha, antara lain terdiri atas :
1. Lokasi pembuangan akhir (TPA) yang berlokasi di Marabose. Lahan TPA ini merupakan
lahan PEMDA.
2. Sistem pengangkutan sampah yang dilakukan dengan menggunakan 3 unit truk, akan
tetapi hanya beroperasi 1 unit; dan didukung oleh 40 gerobak dorong (yang juga
berfungsi sebagai TPS) yang melayani perumahan dan bangunan lainnya. Jenis truk yang
digunakan adalah Truk terbuka, yang mengangkut sampah dari permukiman dan daerah
komersial.
3. 10 personil yang bertugas secara bergantian dengan sistem shift (pagi, siang dan sore).
Sampah yang terkumpul di kawasan perumahan dan bangunan serta fasilitas umum diangkut
oleh petugas menuju lokasi TPA. Pengangkutan dilakukan setiap hari. Setiap truk dioperasikan
oleh 4 petugas pengumpul sampah dan 1 orang supir.
Menurut informasi yang diperoleh, dimasa yang akan datang, pengelola akan merencanakan
pembangunan/pengadaan Tempat Pembuangan Sementara (TPS).
Gambar 1.13. Contoh Tipikal Truk Pengangkut Sampah dari TPS menuju TPA
Kebutuhan akan adanya saluran induk pencegah banjir di Kabupaten Halmahera Selatan
dapat disebabkan masih banyaknya lahan-lahan kosong yang dapat berfungsi sebagai
daerah serapan air. Namun perisitiwa bencana banjir di Kecamatan Bacan Utara dan
Kawasan Kota Labuha merupakan indikasi kebutuhan atas penyediaan saluran induk banjir.
Kemungkinan perkembangan kegiatan pertanian dan perkebunan juga menjadi kebutuhan
akan penyediaan jaringan primer pengairan.
Tabel 1.29. Jumlah Mesin Listrik dan Kapasitasnya Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Jaringan telepon sebagai salah satu sarana dan prasarana telekomunikasi bagi penduduk sampai
tahun 2007 masih terkonsentrasi di Kecamatan Bacan yang telah dilayani oleh jaringan Sentral
Telepon Otomat PT TELKOM melalui Sistem Sambungan Langsung Jarak Jauh (SLJJ), dengan luas
servis area yang masih terbatas pada wilayah perkotaan.
Tabel 1.30. Performasi Jaringan Telekomunikasi Di Kabupaten Halmahera Selatan Tahun 2007
Kap.
No Kecamatan Keadaan
Kap. Jaringan Pelanggan
Sentral
1 Obi - - - -
2 Obi Barat - - - -
3 Obi Utara - - - -
4 Obi Selatan - - - -
5 Obi Timur - - - -
6 Bacan Baik 880 964 552
7 Bacan Selatan - - - -
8 Mandoli Utara - - - -
9 Mandioli Selatan - - - -
10 Kep Botanglomang - - - -
11 Bacan Timur - - - -
12 Bacan Timur Selatan - - - -
13 Bacan Timur Tengah - - - -
14 Bacan Barat - - - -
15 Bacan Barat Utara - - - -
16 Kasiruta Barat - - - -
17 Kasiruta Timur - - - -
18 Gane Barat - - - -
19 Gane Barat Selatan - - - -
20 Gane Barat Utara - - - -
21 Kep Joronga - - - -
22 Gane Timur - - - -
23 Gane Timur Selatan - - - -
24 Gane Timur Tengah - - - -
25 Kayoa - - - -
26 Kayoa Utara - - - -
27 Kayoa Selatan - - - -
28 Kayoa Barat - - - -
29 Pulau Makian - - - -
30 Makian Barat - - - -
Sumber : Kabupaten Halmahera Selatan Dalam Angka Tahun 2008, dan Kantor TELKOM Kab Halmahera Selatan
Gambaran menara telekomunikasi yang ada di kawasan Perkotaan Labuha antara lain terdapat di
Amasing, seperti yang terlihat pada foto berikut ini.
Sedang daerah dekat Pondok Pesantren atau dekat benteng Fort Bernevald terdapat juga menara
telekomunikasi seperti berikut ini:
B. Sekretariat Dewan
C. Sekretariat KPU
D. RSUD
A. Sekretariat Daerah
C. Dinas Daerah
Dinas daerah pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 dijelaskan sebagai
berikut:
a. Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah;
b. Dinas daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah
berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan;
c. Dinas daerah dalam melaksanakan tugas untuk menyelenggarakan fungsi
sebagai berikut:
1) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya;
2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai
dengan lingkup tugasnya;
3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;
4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
d. Dinas daerah dipimpin oleh Kepala Dinas;
e. Kepala Dinas berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada
Bupati/Walikota melalui sekretaris daerah;
f. Pada Dinas daerah dapat dibentuk unit pelaksana teknis dinas untuk
melaksanakan sebagian kegiatan teknis operasional dan/atau kegiatan teknis
penunjang yang mempunyai wilayah kerja satu atau beberapa kecamatan.
Namun demikian permasalahan yang ada adalah semua fasilitas tersebut belum memberikan
dampak positif ekonomi terhadap perkembangan Kabupaten Halmahera Selatan, dimana hal ini
terlihat dari kurangnya interaksi wilayah lain terhadap Kabupaten Halmahera Selatan (dilihat dari
hasil OD nasional), ataupun di dalam wilayah Kabupaten Halmahera Selatan itu sendiri.
kendala bagi pengembangan dari wilayah Kabupaten Halmahera Selatan itu sendiri dari segi
ekonomi yang disebabkan limitasi fisik bagi pembangunan.
Namun permasalahannya adalah lahan – lahan yang sesuai tersebut banyak berada di kawasan
lindung.
1. Kawasan Hutan Lindung, Taman Wisata Alam dan pegunungan termasuk Gunung Sibela
termasuk kedalam kawasan Non Budidaya termasuk kawasan – kawasan yang berada pada
kemiringan lahan > 40 %.
Kepadatan penduduk tertinggi terjadi di Kecamatan Kayoa Selatan (tahun 2009 sebesar 262,36
jiwa/Km2 dan tahun 2028 sebesar 477,34 jiwa/Km2), Kecamatan Pulau Makian (tahun 2009 sebesar
209,21 jiwa/Km2 dan tahun 2028 sebesar 380,65 jiwa/Km2) dan Kecamatan Kayoa Barat (tahun
2009 sebesar 175,13 jiwa/Km2 dan tahun 2028 sebesar 318,64 jiwa/Km2). Sedangkan kepadatan
penduduk terendah terjadi di Kecamatan Bacan Timur (tahun 2009 sebesar 1,02 jiwa/Km2 dan tahun
2028 sebesar 1,86 jiwa/Km2), Kecamatan Obi Selatan (tahun 2009 sebesar 3,29 jiwa/Km2 dan tahun
2028 sebesar 5,98 jiwa/Km2) dan Kecamatan Obi (tahun 2009 sebesar 13,25 jiwa/Km2 dan tahun
2028 sebesar 24,11 jiwa/Km2).
Jika dilihat dari jumlah penduduk, luas wilayah dan posisi geografis kecamatan-kecamatan dengan
kepadatan tinggi tersebut dapat disimpulkan bahwa adanya konsentrasi penduduk di kecamatan-
kecamatan yang memiliki luas wilayah yang tidak terlalu luas tersebut disebabkan karena posisi
kecamatan-kecamatan tersebut yang memiliki posisi lebih dekat dengan Kota Ternate dibandingkan
dengan ibukota Kabupaten Halmahera Selatan.
Salah satu permasalahan pada sektor kependudukan yaitu berdasarkan data stastistik jumlah usia
produktif di kabupaten Halmahera Selatan pada tahun 2007 mencapai 54 %. Hal tersebut
menunjukkan bahwa beban pemerintah dalam penyediaan lapangan kerja sangatlah besar. Beban
tersebut akan menjadi semakin berat apabila Sumber Daya Manusia (SDM) yang tersedia tidak
memiliki keahlian atau pengetahuan yang memadai.
Didalam Era Globalisasi Pendidikan serta keahlian sangat dibutuhkan dalam dunia usaha, dimana
apabila penduduk lokal tidak memiliki kompetensi untuk memenuhi persyaratan posisi/jabatan
maka posisi/jabatan tersebut dipastikan akan diduduki oleh pendatang. Hal tersebut berlaku untuk
seluruh jenis pekerjaan mulai dari tingkat bawah sampai dengan top management.
Ditinjau dari nilai APK dan APM diseluruh Kecamatan yang terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan
khususnya pada tingkat SLTA hanya mencapai 49,05 %. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa
usia tingkat SLTA (15-18 tahun) sebanyak lebih dari 50 % belum mendapat kesempatan belajar.
Permasalahan pada sektor pertambangan adalah potensi-potensi pertambangan berada pada lokasi
kawasan lindung dan hutan produksi yang juga tidak bisa dialihkan fungsinya selain keterbatasan
kemampuan lingkungan pada pulau-pulau yang relatif kecil.
Permasalahan yang ada saat ini adalah dari letak geografis tersebut Kabupaten Halmahera Selatan
yang wilayahnya terdiri dari banyak pulau belum masih memiliki keterbatasan aksesibilitas
penunjang pergerakan manusia dan barang baik dari segi kuantitas maupun kualitas sehingga belum
meratanya pembangunan.
Permasalahannya adalah daya tarik wisata di Kabupaten Halmahera Selatan belum diketahui publik
dan masih sulitnya aksesibilitas menuju kesana.
• mampu menjawab isu-isu strategis baik yang ada sekarang maupun yang
diperkirakan akan timbul di masa yang akan datang; dan
• tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan.
a. Pertanian darat, dengan komoditas utama yaitu padi sawah, kakao, cengkeh, kelapa dan
pala;
b. Budidaya pertanian laut, dengan komoditas utama yaitu rumput laut, mutiara, teripang dan
keramba jaring apung;
c. Tangkapan laut, dengan komoditas utama yaitu tuna, kerapu, lobster, cumi-cumi;
d. Pariwisata, dengan daya tarik utama yaitu wisata alam, seni, budaya, dan sejarah dengan
obyek seperti situs kerajaan, benteng, masjid, taman irigasi, meriam, dan lain-lain;
e. Pertambangan dengan potensi utama yaitu mineral, batubara, minyak dan gas bumi serta
panas bumi.
a. mengembangkan sistem jaringan sumber daya air yang sudah ada yang
disesuaikan dengan kondisi geografis wilayah.
b. mengembangkan sistem jaringan sumberdaya air pada kawasan potensial
untuk kegiatan pertanian tanaman pangan;
c. memenuhi kebutuhan air baku bagi penyediaan air untuk keperluan
irgasi, air minum dan kegiatan industri.
Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial ekonomi masyarakat di
wilayah kabupaten, yang dapat terdiri atas :
1. PKN yang berada di wilayah kabupaten
2. PKW yang berada di wilayah kabupaten
3. PKL yang berada di wilayah kabupaten
4. PKSN yang berada di wilayah kabupaten
5. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada
pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:
a. Pusat Kegiatan Lokal promosi (PKLP, yaitu Pusat Pelayanan Kawasan (PPK)
yang akan dipromosikan untuk kemudian hari ditetapkan sebagai Pusat
Kegiatan Lokal
b. Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) yang memiliki skala pelayanan kegiatan
skala kecamatan atau beberapa desa
c. Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) yang pusat permukiman yang berfungsi
untuk melayani kegiatan skala antar desa.
Sistem jaringan prasarana wilayah kabupaten meliputi sistem prasarana transportasi, energi,
telekomunikasi, dan sumber daya air yang mengintegrasikannya dan memberikan layanan bagi
fungsi kegiatan yang ada di wilayah kabupaten. Rencana struktur ruang wilayah kabupaten berfungsi
:
1. Sebagai arahan pembentuk sistem pusat kegiatan wilayah kabupaten yang
memberikan layanan bagi kawasan perkotaan dan kawasan perdesaan di sekitarnya
yang berada dalam wilayah kabupaten; dan
2. Sistem perletakan jaringan prasarana wilayah yang yang menunjang keterkaitannya
serta memberikan layanan bagi fungsi kegiatan yang ada dalam wilayah kabupaten,
terutama pada pusat-pusat kegiatan/perkotaan yang ada.
1. Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) yaitu kawasan perkotaan Labuha di pulau Bacan.
a. Jaringan jalan kolektor primer-1 yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan yaitu Ruas
Jalan Labuha – Babang; dan
b. Jaringan jalan kolektor primer-2 yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan, terdiri atas:
i. Ruas jalan Mafa – Matuting – Saketa - Batulak;
ii. Ruas jalan Labuha – Sawadai;
iii. Ruas jalan Babang – Songa – Wayatim – Pigaraja – Wayaua – Sawadai;
iv. Ruas jalan Babang – Yaba – Indari – Belang belang – Labuha; dan
v. Ruas jalan Lalubi – Sumber Makmur – Samo; dan Sumber Makmur – Fida
c. Jaringan jalan kolektor primer-3 yang ada di Kabupaten Halmahera Selatan, terdiri atas:
i. Ruas jalan Matuting – Bisui – Gane Luar – Liboba – Gane Dalam – Pasipale –
Saketa;
ii. Ruas jalan Gurapin – Modayama;
iii. Ruas jalan keliling pulau Makian; dan
iv. Ruas jalan keliling pulau Obi.
a. rencana transportasi Triple “S” berupa jalan primer (kolektor primer tingkat 2) yang
menghubungkan Sofifi – Saketa, dan penyeberangan antara Saketa – Sayoang.
b. moda transportasi pada sistem transportasi Triple “S” bertujuan untuk mengintegralkan
antara transportasi darat jarak jauh yang didukung transportasi laut berupa sarana
penyeberangan.
c. untuk mewujudkan rencana ini maka diperlukan peningkatan sektor-sektor antara lain :
1. peningkatan fungsi jalan Sofifi - Saketa sesuai dengan statusnya, baik dari
segi geometrik maupun tingkat pelayanannya.
2. peningkatan kelengkapan sarana dan prasarana pendukung untuk
pelabuhan penyeberangan.
3. penyediaan armada kapal penyeberangan (feri).
i. Ternate – Babang (Bacan Timur) – Laiwui (Obi) – Dofa (Mangoli Barat) – Falabisahaya
(Mangoli Barat) – Bobong (Taliabu Timur) – Sanana (Kep. Sula) – Namlea (P. Buru) –
Ambon.
ii. Ternate – Payahe (Kota Tidore Kepulauan) – Saketa (Gane Barat) – Maffa (Gane
Timar) – Weda (Halmahera Tengah) – Patáni - Gebe – Buli (Halmahera Timur) –
Subaim (Halmahera Timur) – Tobelo (Halmahera Utara) – Daruba (Morotai).
a. Bandar Udara Tersier, yaitu Bandar Udara Oesman Sadik di Kecamatan Bacan,
dan
a. pembangunan sumber dan distribusi air bersih untuk memenuhi kebutuhan air
terutama untuk kawasan industri, perdagangan, jasa, fasilitas umum dan permukiman
perkotaan; dan
c. sumber air baku yang direncanakan adalah sumur air baku eksisting dari Sungai
Mandoang dan mata air.
b. Pembangunan bangunan pengambilan air pada sumber air baku pada Sungai
Mandoang dan mata air.
b. Pembuatan bendali pada alur anak-anak sungai untuk mengatur debit yang
masuk ke sungai utama; dan
1. Sistem jaringan drainase perkotaan merupakan sistem jaringan yang harus ditinjau secara
makro dan tidak dapat dipisahkan dari saluran primer yang ada di seluruh wilayah kota.
1. Sebagai alokasi ruang untuk berbagai kegiatan sosial ekonomi masyarakat dan
kegiatan pelestarian lingkungan dalam wilayah kabupaten;
2. Mengatur keseimbangan dan keserasian peruntukan ruang;
3. Sebagai dasar penyusunan indikasi program utama jangka menengah lima tahunan
untuk dua puluh tahun; serta
4. Sebagai dasar dalam pemberian izin pemanfaatan ruang pada wilayah kabupaten.
1. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWN beserta rencana
rincinya;
2. Merujuk rencana pola ruang yang ditetapkan dalam RTRWP beserta rencana
rincinya;
3. Mengakomodasi kebijakan pengembangan kawasan andalan nasional yang berada di
wilayah kabupaten bersangkutan;
4. Memperhatikan rencana pola ruang wilayah kabupaten/kota yang berbatasan;
5. Mengacu pada klasifikasi pola ruang wilayah kabupaten yang terdiri atas kawasan
lindung dan kawasan budi daya, sebagai berikut:
a. Kawasan lindung yang terdiri atas :
• Kawasan hutan lindung
• Kawasan yang memberikan perlindungan terhadap kawasan
bawahannya, meliputi: kawasan bergambut dan kawasan resapan air;
• Kawasan perlindungan setempat, meliputi: sempadan pantai,
sempadan sungai, kawasan sekitar danau atau waduk, kawasan
sekitar mata air, serta kawasan lindung spiritual dan kearifan lokal
lainnya
• Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya meliputi:
kawasan suaka alam, kawasan suaka alam laut dan perairan lainnya,
suaka margasatwa dan suaka margasatwa laut, cagar alam dan cagar
alam laut, kawasan pantai berhutan bakau, taman nasional dan
taman nasional laut, taman hutan raya, taman wisata alam dan
1. Kawasan hutan tersebar di seluruh kabupaten dan di hampir seluruh pulau dengan luas
kurang lebih 173.203,32 Ha; dan
a. Daratan sepanjang tepian laut dengan jarak paling sedikit 100 (seratus) meter
dari titik pasang air laut tertinggi ke arah darat; dan
b. Daratan sepanjang tepian laut yang bentuk dan kondisi fisik pantainya curam
atau terjal dengan jarak proporsional terhadap bentuk dan kondisi fisik pantai.
a. Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebih paling sedikit 5 (lima)
meter dari kaki tanggul sebelah luar;
d. Daratan sepanjang tepian Sungai Inggoi dalam kawasan perkotaan Labuha yang
diatur secara khusus pada lokasi-lokasi permukiman nelayan.
a. Daratan dengan jarak 50 (lima puluh) meter sampai dengan 100 (seratus) meter
dari titik pasang air danau atau waduk tertinggi; atau
4. Kawasan sekitar mata air terdapat di Kabupaten Halmahera Selatan yang berlokasi
menyebar pada setiap kecamatan.
Peta 4.5. Rencana Kawasan Suaka Alam, Pelestarian Alam Dan Cagar Budaya
1. Kawasan hutan produksi tetap, tersebar di Kecamatan Gane Barat Utara, Gane
Timur, Bacan, Bacan Barat, Bacan Barat Utara, Bacan Selatan, Bacan Timur, Bacan
Timur Selatan, Bacan Timur Tengah, Gane Barat, Gane Barat Selatan, Gane Timur
Selatan, Gane Timur Tengah, Kasiruta Barat, Kasiruta Timur, Kayoa, Kayoa Barat,
Kayoa Selatan, Kayoa Utara, Kepulauan Batanglomang, Kepulauan Joronga, Makian,
Makian Barat, Mandioli Selatan, Mandioli Utara, Obi, Obi Barat, Obi Selatan, Obi
Timur, dan Obi Utara dengan luas kurang lebih 185.278 Ha.
2. Kawasan hutan produksi terbatas, tersebar di Kecamatan Gane Barat Utara, Gane
Timur, Bacan, Bacan Barat, Bacan Barat Utara, Bacan Selatan, Bacan Timur, Bacan
Timur Selatan, Bacan Timur Tengah, Gane Barat, Gane Barat Selatan, Gane Timur
Selatan, Gane Timur Tengah, Kasiruta Barat, Kasiruta Timur, Kayoa, Kayoa Barat,
Kayoa Selatan, Kayoa Utara, Kepulauan Batanglomang, Kep Joronga, Makian, Makian
Barat, Mandioli Selatan, Mandioli Utara, Obi, Obi Barat, Obi Selatan, dan Obi Timur
dengan luas kurang lebih 178.361 Ha.
1. Kawasan peruntukan industri menengah, terdiri atas industri pengolahan rumput laut
di Kecamatan Obi, Kecamatan Kepulauan Botanglomang dan Kecamatan Kepulauan
Joronga; industri pengolahan padi di Kecamatan Gane Timur, Kecamatan Bacan dan
Kecamatan Obi; industri pengolahan kakao di Kecamatan Bacan Timur dan
Kecamatan Gane Barat;industri prngolahan cengkih di Kecamatan Obi, Kecamatan
Obi Selatan dan Pulau Kasiruta;industri pengolahan kelapa di Kecamatan Bacan
Timur, Kecamatan Gane Barat, Kecamatan Obi dan Kecamatan Kayoa; dan industri
pengolahan ikan di Kecamatan Bacan dan Kecamatan Bacan Selatan
2. Kawasan peruntukan industri kecil, terdiri atas industri pengolahan gula aren, olahan
sagu, abon ikan, kerupuk ikan dan pengolahan batu aji di Kecamatan Bacan; dan
industri anyaman di Kecamatan Bacan Selatan.