Anda di halaman 1dari 7

1610008

MODUL 8 BLOK 15-16 – IKTERUS NEONATORUM

Hiperbilirubinemia neonatal: naiknya kadar bilirubin serum total melebihi normal (≥5mg/dl),
berhubungan dengan penyakit spt anemia hemolitik, kelainan endokrin metabolic, kelainan anatomi
organ hati dan infeksi.

Ikterus neonatorum: pewarnaan kulit pada kulit dan mukosa akibat ↑ kadar bilirubin dalam
serum/darah. Secara klinis akan tampak pada bayi baru lahir bila bilirubin serum 5-7mg/dl

Etiologi:

 Terbanyak: penyakit hemolitik  inkompatibilitas ABO dan defisiensi enzim glukosa-6-fosfat-


dehidrogenase (G6PD)
 Penyebab Ikterus Neonatorum:
o Peningkatan produksi bilirubin
 Kausa hemolitik (↑Bil indirek, >6% retikulosit, konsentrasi hb <13g/dl)
 Tes Coomb’s +: inkompatibilitas Rh, inkompatibilitas ABO, minor antigen
 Tes Coomb’s -: sferositosis, eliptosiosis, defek eritrosit (def G6PD, def
piruvat kinase), obat (pediazole, streptomisin), abnormalitas eritrosit
(hemoglobinopati), sepsis
 Kausa non hemolitik ((↑Bil indirek, retkolosit nomal)
 Kelainan ekstravaskuler: sefalhematoma, memar, perdarahan SSP
 Polisitemia: transfuse darah ibu-janin, transfuse darah antar janin
kembar, keterlambatan penjepitan tali pusat
 Ggg sirkulasi enterohepatik: fibrosis kistik, atresia ileum, stenosis
pylorus
o ↓ Pembentukan bilirubin direk (↑Bil indirek, retikulosit normal)
 Icterus fisiologi, sindroma criggler-najjar tipe 1 dan 2, sindroma gilbert,
hipotiroid
o Ggg ekskresi bilirubin (↑Bil indirek dan direk, tes coomb’s -, bil direk >2mg/dl / 20%
total bil serum, bil direk pd urin)
 Obstruksi bilier: atresia bilier, choledocal cyst, sclerosis kolangitis primer
 Infeksi: sepsis, ISK, sifilis
 Kelainan metabolism: def enzim a-1 antitripsin, fibrosis kistik, galaktosemia
 Abnormalitas kromosom: turner syndrome, sindroma trisomy kromosom 18, 21
 Obat: aspirin, asetaminofen, sulfa
 Proses defekatif dlm hepatosit yg menyebabkan icterus:
o Defek kemampuan sel untuk menangkan dan mengabsorbsi bilirubin (defek genetic):
giblert syndrome
o Ketidakmampuan sel mengkonjugasi bilirubin krn defisiensi enzyme glukoronil
transferase: criggler najjar syndrome dan neonatal hiperbilirubinemia
o Ggg transfer dan ekskresi bil glukoronida ke saluran bilier: dubin Johnson dan rotor
syndrome
Epidemiologi:

 Jaundice: 60% bayi baru lahir sehat dgn usia gestasi ≥35mgg. Sebagian besar fisiologis.
 RSCM 2003: prevalensi ikters neonatorum 58% (bil >4mg/dl), 29,3% (bil >12mg/dl)
 Bayi kurang bulan: icterus 95%, hiperbilirubinemia 56%

Faktor Risiko:

1. Faktor Maternal:
a. Gol darah ABO / inkompatibilitas ABO
b. Busui, asi eksklusif
c. Obat: diazepam
d. Etnis: asia timur, native American
e. Penyakit maternal: DM gestasional
2. Faktor Perinatal
a. Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
b. Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
3. Faktor neonatal:
a. Trauma saat lahir: sefalhematoma, memar
b. Obat: sulfisoxasole, asetil dgn eritromisin suksinat
c. Kehilangan BB massif setelah kelahiran
d. Infeksi TORCH
e. Laki2
f. Polisitemia
g. Premature
h. Saudara kandung hiperbilirubinemia
i. Icterus pasca 24jam kelahiran
j. Penyakit autoimun/hemolitik (def G6PD)

Klasifikasi:

Ikterus Fisiologis Ikterus Patologis Ikterus Karena ASI


 Icterus usia 3-13hari  24 jam pasca lahir  Awitan lambat, punncak
 Tanda patologis –  Akumulasi bil serum hari ke 6-14
 Terjadi stlh 24 jam >5mg/dl  Total bil serum 12-
pertama  Bil total serum >17mg/dl 20mg/dl sifatnya non
 Pada BCB (bayi ckup pd bayi ASI patologis
blan) nilai puncak 6-  Icterus menetap 8 hari  Penyebab blm diketahui
8mg/dl pada BCB / 15 hari pada secara pasti tapi
 BKB nilai 10-12 bahkan BKB diperkirakan karena b-
sampai 15 mg/dl  Bil direk >2mg/dl glukoronidase dan asam
 Akumulasi bil serum  Icterus pada 2 hari lemak non esterifikasi yg
<5mg/dl pertama ada di ASI menghambat
 Bayi kurang bulan metabolism bilirubin
 Tinja pucat  Asi mengandung
metabolic progesterone
(3-alfa-20-pregnadiol) yg
menghambat kerja
enzim uridin-bifosfo-
glukoronilransferase
(UDGPT) shg konjugasi
terhambat
 Bil serum menurun 2
mgg pasca lahor

Perkiraan Klinis Derajat Ikterus:

Usia Ikterus Terlihat Pada Klasifikasi


Hari 1 Bagian tubuh manapun Berat
Hari 2 Lengan dan tungkai
Hari 3, dst Tangan dan kaki

Pemeriksaan Penunjang:

1. Bilirubin serum: GOLD STANDARD. Untuk mengatahui perlunya intervensi lebih lanjut.
2. Bilirubometer transkutan: untuk skrining. Instrument spektrofotometri yg bekerja dgn prinsip
memanfaatkan bilirubin yg menyerap cahaya dengan panjang gelombang 40nm, cahaya yg
dipantulkan merupakan representasi warna kulit neonates yg diperiksa
3. Pemeriksaan bilirubin bebas dan CO
a. Bilirubin bebas: agar tatalaksana dapat terarah
b. CO: pengeluaran konsentrasi CO yg dikeluarkan melalui pernapasan dpt digunakan sbg
indkes produksi bilirubin
c. SADT, hitung jenis, morfologi dan hitung jumlah retikulosit
d. Comb test
e. G6PD

Patogenesis & Patofiisologi

Patogenesis Kasus:
 produksi bilirubin meningkat pada neonatus
 BKB  def sementara enzim glukoronil transferasi & aktifitas enzim blm sempurna
 Perfusi darah intra hepar terganggu krn memasuki masa peralihan dari fetus ke neonatus  ggg
fungsi hepar
 Usus neonatus msh steril blm ada bakteri yg mengubah bilirubin direk mjd sterkobilin
Penatalaksanaan:
Tujuan:
 Mengendalikan agar kadar bilirubin serum tdk mencapai nilai yg menimbulkan
kernikterus/ensefalopati bilirubin
 Mengobati etiologi ikterus
1. Terapi sinar: BCB BST>12mg/dl atau BCB BST≥10mg/dl tanpa lihat usia
a. Mekanisme Kerja:
i. Mengubah bilirubin mjd bentuk larut air untuk diekskresikan melalui
empedu/urin
ii. Ketika bilirubin mengabsorbsi cahaya tjd reaksi isomerasi  terdapat konversi
ireversibel mjd isomer kimia lumirubin dgn cepat diberihkan dari plasma melalui
empedu
iii. Sebagian kecil bilirubin plasma tdk terkonjugas diubah oleh cahaya mjd
dopyrole yg disekresikan lewat urin
iv. Menggunakan panjang gelombang 425-475 nm.
v. Intensitas cahaya yang biasa digunakan adalah 6-12 uwatt/cm2 per nm
vi. Cahaya diberikan pada jarak 35-50 cm di atas bayi.
vii. Jumlah bola lampu yang digunakan → antara 6-8 buah, terdiri dari biru
( F20T12), cahaya biru khusus (F20T12/BB) atau daylight fluorescent tubes
viii. Penyinaran dilakukan tiap 6-8 jam, posisi diubah2, tidak lebih dari 100jam
ix. Kedua mata ditutup , namun gonad tidak perlu
x. Selama penyinaran kadar bilirubin dan Hb dipantau berkala dan dihentikan bila
bilirubin <10mg/dl
2. Transfusi Tukar
a. Definisi : Tindakan pengambilan sejumlah kecil darah yang dilanjutkan dengan
pengembalian darah dari donor dalam jumlah yang sama yang dilakukan berulang-ulang
sampai sebagian besar darah penderita tertukar
b. Tujuan : mencegah terjadinya ensefalopati bilirubin dengan cara mengeluarkan
bilirubin indirek dari sirkulasi (hiperbilirubinemia) dan membantu mengeluarkan
antibodi maternal dari sirkulasi bayi → mencegha hemolisis lebih lanjut dan
memperbaiki anemia (bayi isoimunisasi)
c. Macam trasnfusi:
i. Double volume: butuh 2x vol darah diharapkan dpt mengganti kurang lebih 90%
dari sirkulasi bayi dan 88% mengganti hb bayi
ii. Iso volume: hanya butuh sebanyak vol darah bayi, dpt mengganti %Hb bayi
iii. Partial exchange: memberikan cairan koloid/kristaloid pd kasus polisitemia /
darah anemia
d. Jumlah darah yg dipakai untuk transfuse tukar berkisar 140-280cc/kgBB
e. Komplikasi: emboli, aritmia, hipo/hiperkalsemia/bacteremia  krn banyak jd udh mulai
ditinggalin kata simpo sih
3. Tatalaksana hiperbilirubinemia pada BKB
a. Makin muda usia gestasi, usia eritrosit lebih singkat serta kemampuan hepar untuk
ambilan dan konjugasi bilirubin belum optimal
b. Kejadian kuning pada BKB memiliki awitan lebih dini, mencapai puncak lebih lambat,
kadar puncak lebih tinggi dan perlu lebih banyak waktu untuk menghilang (2 mgg)

TATALAKSANA KASUS:
 Pertahankan suhu 36,5-37,5
 Asi dihentikan 2x24 jam, berikan PASI dgn cupfeeder untuk mencegah bingung putting
 Selama tdk menyusui IBU memerah ASI untuk mencegah mastitis tiap 3 jam
 Monitor kadar bil total, direk, indirek, berkala
 Albumin: mengikat bil indirek bebas untuk diangkut ke hepar

 Fototerapi blue lamps (420-450nm jarak 30-40cm) untuk isomerasi bilirubin agar larut dlm
plasma dhg mudah di ekskresi

Pencegahan:

 Beri ASI pada semua BCB dan hamper cukup bulan sedikitnya 8-12x/hari selama bbrp hari
pertama. Rendahnya asupan kalori dan atau keadaan dehidrasi berhubungan dgn proses
menyusui dpt menyebabkan icterus neonatorum
 Pemeriksaan sistematik pada neonates yg punya risiko tinggi icterus
 Ikterus pada bayi ASI:
o Inisiasi menyusui dini (IMD) untuk melancarkan proses menyusu
o Dukung pemberian ASI eksklusif dan optimalkan manajemen laktasi
o Edukasi tanda lapar dini pada ibu: bibir berkecap, memasukan tangan ke mulut, gelisah,
bersuara
o Identifikasi faktor risiko icterus

Komplikasi:

 Kerusakan sel syaraf


 Ensefalopati bilirubin

Anda mungkin juga menyukai