Anda di halaman 1dari 20

MODUL I BLOK 15-16 – SALPINGITIS

PRASYARAT
1. Anatomi sistem reproduksi wanita
• Vagina
o Panjang: 7-9cm
o Letak: cavitas pelvis, inferior dari uterus
o Fungsi: menghubungkan antara serviks uterus sampai dengan vestibulum
vagina, berperan dalam kopulasi
o Relasi:
§ Anterior terhadap fundus vesica urinaria dan urethra
§ Lateral terhadap levator ani, fascia pelvic profunda, dan ureter
§ Posterior terhadap canalis analis, rectum, retro-uterine pouch
o Vaskularisasi:
§ A. uterina
§ A. vaginalis & A. pudenda interna
o Vagina tidak memiliki glandula, sehingga mendapat sekret/mucus dari
cervix baik dalam keadaan normal maupun patologis
o Epitel vagina hasilkan glikogen untuk dipecah oleh Lactobacillus sp. agar
pH menjadi asam (berfungsi untuk system pertahanan)
o Persyarafan
§ N. perinealis profundus (somatic, mempersarafi 1/5 – 1/4 bagian
inferior)
§ Plexus nervosus uterovaginalis (visceral, 3/4 - 4/5 bagian superior)
ü Persyarafan simpatis: segmenta Thoracica inferior melalui
n. Splanchnicus lumbalis, Plexus intermesentericus, plexus
hypogastricus, plexus pelvicus
ü Persyarafan parasimpatis: segmenta sacralis S2-S4 melalui
nn. Splanchnici pelvici ke plexus hypogastricus inferior dan
plexus uterovaginalis
ü Persyarafan aferen visceral: menghantarkan impuls nyeri
melalui syaraf parasimpatis
• Uterus
o Letak: pada cavitas pelvis
o Ukuran:
§ Panjang: 7,5 cm
§ Lebar: 5 cm
§ Tebal: 2 cm
§ Berat: 90 gram
o Terbagi menjadi 2 bagian:
§ Corpus uteri, termasuk didalamnya:
ü Fundus uteri
§ Cervix uteri, termasuk didalamnya:
ü Isthmus: dari ostium anatomicum uteri internum sampai
ostium histologicum uteri internum
ü Portio supravaginalis cervicis (antara isthmus dan vagina)
ü Portio vaginalis cervicis (mengelilingi ostium uteri)
o Ligamentum yang melekat pada corpus uteri:
§ Lig. Teres uteri
§ Lig. Ovarii proprium
o Ligamentum yang melekat pada cervix uteri:
§ Lig. Cardinale
§ Lig. Rectouterina
o Lapisan-lapisan dinding uterus (dalam ke luar)
§ Endometrium
§ Myometrium
§ Perimetrium
o Uterus terletak dalam posisi:
§ Anteversio: Anterosuperior terhadap sumbu vagina
§ Anteflexio: Fleksi ke anterior terhadap sumbu cervix uteri
o Vaskularisasi:
§ A. Uterina, a. Ovarica
o Persyarafan: Plexus Frankenhausen (untuk kontraksi otonom saat
persalinan)

• Tuba uterina
o Panjang ±10cm
o Letak: Di antara kedua lapisan lig. Latum bagian atas (tergantung di
dalam Mesosalpinx)
o Terbagi atas 4 bagian:
§ Infundibulum tubae uterinae (memiliki fimbriae tubae uterinae)
§ Ampulla tubae uterinae
§ Isthmus tubae uterinae
§ Intramural tubae uterinae
o Fungsi: sebagai saluran spermatozoa, ovum, dan hasil konsepsi
o Perdarahan:
§ A. ovarica à aspek lateral tuba
§ A. uterina cabang ascendens à aspek medial
§ V. ovarica dan plexus venosus uterinus
o Persyarafan:
§ Plexus ovaricus
§ Plexus uterinus
• Ovarium
o Letak: dinding lateral pelvis, pada fossa ovarii (Waldeyer)
o Memiliki 2 facies:
§ Facies medialis
§ Facies lateralis
o Memiliki 2 ekstremitas:
§ Ekstremitas uterina ovarii
§ Ekstremitas tubaria ovarii
o Memiliki 2 margo:
§ Margo mesovaricus
§ Margo liber
o Penyokong:
§ Mesovarium
§ Lig. Suspensorium ovarii: berisi vasa ovarica, plexus nervosus
ovaricus
§ Lig. Ovarii propium
o Vaskularisasi:
§ A. ovarica
§ Vena ovarica dextra & sinistra
2. Histologi sistem genitalia wanita
• Tuba uterina
o Dindingnya terdiri dari beberapa lapisan:
§ Tunika mukosa à epitel selapis silindris, terdiri atas:
ü peg cell à sekretorik cell à nutrisi spermatozoa dan oosit
sekunder
ü cilliated cell à kinocilia bergerak ke arah uterus
§ Lamina propria mukosa à jaringan ikat longgar lymphoid dan
kolagen
§ Tunica muscularis otot polos cir long
§ Tunica serosa: mesotel serabut saraf dan vaskuler
o Dibagi menjadi 4 bagian:
§ Pars intramuralis
ü Bagian yang berada dalam dinding uterus
ü Tunika muskularisnya paling tebal
ü Tunika mukosanya paling tak berkelok sehingga lumennya
hamper teratur
§ Isthmus
ü Bagian paling panjang dan lumennya paling sempit
§ Pars ampullaris
ü Bagian yang paling lebar
ü Tunika mukosanya paling berkelok
§ Infundibulum, terdapat fimbriae tubae uterinae
• Vagina
o Dindingnya terdiri atas:
§ Tunika mukosa:
ü Epitel berlapis gepeng tak berkeratin
ü Lamina propria: jaringan penyambung jarang kaya akan
serabut elastis
§ Tunika muskularis: otot polos longitudinal dan sirkuler
§ Tunika adventitia: Jaringan ikat padat kaya serabut elastis
3. Fisiologi system reproduksi wanita
• Hierarki hormone reproduksi wanita
1. Hipotalamus à GnRH, menuju ke
2. Hipofisis pars anterior à FSH dan LH, menuju ke
3. Ovarium à Estrogen dan progesterone

• Fungsi hormon estrogen


o Uterus dan organ genitalia eksterna
§ Perubahan fungsi dan struktur organ genitalia pada masa pubertas
§ Perubahan epitel vagina menjadi epitel berlapis gepeng tak
berkeratin sehingga tahan trauma dan infeksi (cornifikasi)
§ Rangsang reepitelisasi endometrium dan lapisan mukosa tuba
fallopi, proliferasi stroma endometrium, bantu perkembangan
glandula uterina
§ Rangsang pertumbuhan interstitial glandula mammae dan
reepitelisasi saluran-saluran kelenjar mammae
o Rangsang pertumbuhan tulang dengan menstimulasi osteoprotegerin yang
menghambat resorpsi tulang
o Sedikit meningkatkan total body protein
o Meningkatkan metabolisme tubuh & deposit lemak seubkutan terutama
pada payudara, bokong, paha
o Menghaluskan tekstur kulit dan meningkatkan pertumbuhan kapiler kulit
o Retensi Na dan air
• Fungsi hormone progesteron
o Merangsang perubahan endometrium selama siklus menstruasi dan
kehamilan
o Menurunkan frekuensi & intensitas kontraksi uterus
o Meningkatkan sekresi mucus pada tuba uterina
o Rangsang pertumbuhan alveoli pada glandula mammae
• Mekanisme pertahanan traktus genitalia wanita
o Pertahanan pasif
§ Mukus
§ Epitel
§ pH asam
o Pertahanan aktif
§ Respon inflamasi
ü Humoral à sekretori IgA, IgM, IgG
ü Seluler à limfosit T
§ Sekresi laktoferin

4. Mikrobiologi bakteri normal vagina dan bakteri pathogen tersering


• Lactobacillus sp.
o Merupakan microflora normal fakultatif yang berperan penting dalam
menjaga ekosistem vagina normal. Karakteristik Lactobacillus sp.:
§ Batang gram (+)
§ Memroduksi asam laktat, yang menyebabkan vagina menjadi
asam
§ Memroduksi hydrogen peroksida (H2O2), dan bacteriocins
o Apabila terjadi ketidakseimbangan microbiota dalam vagina sehat,
maka akan terjadi pertumbuhan bakteri anaerob menyebabkan keadaan
patologis Bacterial vaginosis
• Gardnerella vaginalis
o Merupakan bakteri anaerob patologis penyebab tersering infeksi pada
vagina (Bacterial vaginosis)
o Karakteristik bakteri:
§ Pleomorphic bacillus, ukuran 1,5 – 2,5 x 0,5 µm
§ Non motil
§ Tidak berspora dan tidak berkapsul
§ Fakultatif anaerob
§ Gram variable à dinding sel tipis, mengandung peptidoglikan,
tapi tak memiliki lipopolisakarida
§ Termasuk flora normal vagina
§ Dapat menyebabkan non specific, noninflammatory vaginosis
o Faktor virulensi:
§ Toksin:
ü Cytolytic: Gardnerella vaginalis Haemolysin (GvH),
Vaginoslysin (VLY)
ü Inhibisi chemotaxis Leukocyte polymorphonuclear
ü Pore-forming toxin
§ Enzim:
ü Sialidase
ü Neuraminidase
ü Proline aminopeptidase
o Patogenesis dan patofisiologi bacterial vaginosis:
1. Apabila jumlah Lactobacilli yang menghasilkan asam laktat dan
hydrogen peroksidase menurun, pH vagina akan menjadi basa,
sehingga terjadi pertumbuhan berlebih bakteri anaerob
2. Toksin sitolitik bakteri akan menyebabkan lisis sel-sel host
sehingga terjadi kerusakan sel epithelial yang membentuk clue
cell.
Toksin inhibisi chemotaxis Leukocyte polymorphonuclear, dan
pore-forming toxin akan menghasilkan anti GvH IgA sehingga
tidak terjadi inflamasi.
3. Enzim yang dihasilkan oleh bakteri anaerob:
ü Proteolytic carboxylase enzyme à mencerna vaginal
peptides sehingga dihasilkan zat amine yang mudah
menguap dan berbau tak sedap, serta meningkatkan
transudasi vaginal
ü Sialidase à merusak mucin, membentuk biofilm yang
mempermudah adhesi bakteri (clue cell) (adhesi juga
dipermudah oleh pH vagina yang basa)
o Pemeriksaan mikrobiologis
§ Apus secret vagina: ditemukan clue cells
§ Pewarnaan gram: bakteri gram negative/variable
§ Kultur: Isolasi G.vaginalis dapat dilakukan di medium selektif
Human blood bilayer Tween Agar (HBT) lalu diinkubasi pada
suhu 350C dalam 5-10% CO2 selama 48-72 jam
Hasil (+) didapatkan koloni kecil abu-abu, opak, dikelilingi zona
beta hemolisis.
Selanjutnya dapat dilakukan isolasi dengan menggunakan medium
diferensial, yaitu Vaginalis Agar (V-agar), basal media yang
mengandung 5% darah
• Neisseria gonorrhoea
o Salah satu bakteri pathogen tersering yang menyerang organ genital,
termasuk penyebab infeksi menular seksual
o Karakteristik:
§ Kokus, gram (-) ukuran sekitar 0,8 µm
§ Susunan berpasangan seperti biji kopi
§ Non motil
§ Fakultatif anaerob
§ Hanya memfermentasi glukosa
§ Pada sediaan apus biasanya ditemukan di dalam leukosit
§ Koloni pada agar Mueller-Hinton: koloni cembung, mengilap,
menonjol, dapat transparan atau opak dengan diameter 1-5 mm
o Faktor virulensi:
§ Pili: Struktur tipis memanjang pada permukaan bakteri yang
memperkuat penempelan bakteri pada sel host dan resisten
terhadap fagositosis
§ Por: suatu lubang pada permukaan bakteri untuk memasukkan
nutrisi
§ OPA: suatu protein permukaan atau di dalam membran yang
meningkatkan perlekatan bakteri dalam koloninya maupun
terhadap sel host
§ Lipooligosakarida (LOS): merupakan rantai antigen O pendek
yang bersifat endotoksik. Bakteri ini dapat mengubah tampilan
LOS sehingga mnyerupai sel normal manusia à bakteri sulit
dikenali sel imun
o Patogenesis dan patofisiologi ascending infection N. gonorrhoeae
1. N. gonorrhoea yang memiliki pili akan menyerang membran
mukosa, melakukan perlekatan (dengan pili dan OPA)
2. Biasanya yang pertama terserang adalah endocervix, bakteri
melakukan invasi organ tersebut kemudian menyebar ke uretra dan
vagina
3. Sel-sel imun akan sulit mengenali invasi bakteri sehingga
menyebabkan infeksi berlangsung secara kronis, yang dapat
ditandai dengan adanya sekret mukopurulen yang keluar melalui
vagina
4. Bakteri kemudian dapat naik menyebabkan salpingitis, fibrosis,
dan tertutupnya tuba falopii. Sekitar 20% wanita penderita
salpingitis gonokokus akan mengalami infertilitas
• Chlamydia trachomatis
o Pada infeksi genital wanita, C. trachomatis akan menyebabkan terjadinya
urethritis, cervicitis dan penyakit radang panggul yang seringkali
asimptomatik sampai menimbulkan infertilitas atau kehamilan ektopik
o Karakteristik:
§ Intraseluler obligat dengan manusia sebagai host definitive
§ Menyerupai gram (-) (Gram variable à kandungan lemak lebih
banyak ketimbang bakteri gram (-), tak memiliki peptidoglikan)
§ Tidak memetabolisme energi (tak menghasilkan ATP)
§ Bereplikasi dalam sel host dengan siklus hidup tertentu
§ Dapat diwarnai dengan pewarnaan Giemsa (badan inklusi akan
berwarna ungu)
§ Dikultur dengan kultur sel eukariotik (kultur McCoy) atau pada
media embrionik kuning telur
o Siklus hidup:
1. Chlamydia memiliki beberapa adhesin seperti Heparan sulfate-
like proteoglycans, dan major outer membrane protein (MOMP)
diduga dapat menginisiasi interaksi antara EB dengan permukaan
sel host.
2. Suatu bentuk infektif dari Chlamydia, disebut Elementary Body
(EB) memiliki protein membran dengan afinitas tinggi terhadap sel
epitel, sehingga mudah masuk ke dalam sel tersebut
3. Terdapat lebih dari satu mekanisme EB dapat memasuki sel host,
diantaranya adalah receptor-mediated endocytosis melalui
clathrin-coated pits atau melalui pinositosis tanpa pits
4. Fusi lisosom dihambat oleh suatu mekanisme yang belum
diketahui, menyebabkan terbentuk membrane proteksi di sekeliling
EB
5. Segera setelah masuk sel host, EB akan membentuk suatu badan
yang lebih besar bernama Reticulare body (RB), yang terus
melakukan pembelahan biner. Vakuola akan penuh dengan EB
yang dibentuk RB, membentuk badan inklusi pada sitoplasma
host
6. EB yang baru akan dilepaskan dari sel host untuk menginfeksi sel
host yang lain

SKENARIO
Anamnesis
• Wanita, 27 tahun à insidensi
• Pekerjaan: Buruh pasar
• KU: demam (à inflamasi; suspek infeksi/ trauma/ keganasan/ autoimun) sejak 3 hari yg
lalu + nyeri pd perut bag bawah (suspek kelainan pd: colon sigmoid; appendix; caecum;
ureter; vesica urinaria; uterus; tuba uterina; ovarium)
• Disertai dgn adanya keputihan yg gatal & berbau (à suspek kelainan pada organ
genitalia à susp. infeksi)
• Blm pernah mengalami nyeri perut bwh spt ini
• Sering mengalami keputihan, hilang-timbul, diobati sendiri dgn beli obat di apotek
• Disangkal adanya perdarahan per vaginam(à cari kemungkinan keganasan; trauma; luka
pd genitalia), nyeri saat berhubungan(à cari kemungkinan kelainan pada vagina, cervix),
dan ggg menstruasi(à cari kemungkinan ggg hormonal)
• Haid terakhir sekitar 2mgg y.l, siklus teratur, terkadang terasa nyeri pd 1-2 hari pertama
haid à normal
• Pasien menikah sbnyk 3x, memiliki 2 org anak, terkecil: 5 thn(à cari kemungkinan
komplikasi: obstruksi)
• Sdg tdk menggunakan kontrasepsi apapun(àcari kemungkinan kelainan akibat
penggunaan kontrasepsi, spt IUD/hormon)
Pemeriksaan Fisik
• Keadaan umum: sakit sedang
• Kesadaran: kompos mentis
• Status gizi: baik
• Tanda vital: TD:110/80; N:100x/mnt regular isi cukup; R:26x/mnt; S:38,3°C à febris à
inflamasi
• Status generalis:
o Kepala: konjungtiva tdk anemis
o Leher: tdk ada pembesaran KGB
o Thoraks: dbn
o Abdomen: datar, soepel, nyeri tekan + pd daerah suprapubic(à organ genitalia pd
suprapubik: uterus, tuba uterine, ovarium), timpanis, bising usus + normal
• Ekstremitas: dbn
• Genitalia:
o Genitalia eksterna: dbn à bkn kelainan pd genitalia eksterna
o Pemeriksaan ginekologis bimanual: nyeri pada adneksa uterus sisi kiri dan kanan
+(à kemungkinan kelainan pd tuba uterina), nyeri goyang cervix
+(àkemungkinan uterus jg bs terkena)
• Pemeriksaan in spekulo: tampak secret putih kental keluar dari cervix (à berasal dari
cervix atau saluran di atasnya)

DASAR DIAGNOSIS

• Anamnesis:
o Wanita, 27 thn, memiliki 2 anak
o Demam
o Nyeri pada perut bawah
o Keputihan dgn sekret kental & berbau
o Sering keputihan; hilang timbul; hanya diobati dgn obat yg dibeli sendiri dari
apotek
• Pemeriksaan fisik
o Demam
o Abdomen: nyeri tekan pada suprapubik
o Genitalia:
§ Nyeri pada adneksa uterus kiri & kanan
§ Nyeri goyang cervix
o Sekret putih kental keluar dari cervix

DIAGNOSIS BANDING

1. Salpingitis
2. Pelvic Inflammatory Disease
3. Endometritis

SALPINGITIS

DEFINISI

Peradangan pada tuba falopii yang biasanya disebabkan oleh agen infeksi

ETIOLOGI

Biasanya merupakan infeksi gabungan beberapa bakteri. Bakteri tersering adalah Neisseria
gonorrhoeae dan Chlamydia trachomatis.

Mikroorganisme lainnya adalah:

• Gardnerella vaginalis
• E. coli
• H. influenzae
• Streptococcus B hemoliticus
• Streptococcus non hemolitik
• Prevotella bivia
• Spesies Bacteroides
• Spesies Peptostreptococcus
• Mycoplasma hominis
• Ureaplasma urealyticum

KLASIFIKASI (TIDAK ADA DI MODUL)

• Berdasarkan sifatnya:
o Akut: tuba falopi menjadi merah dan bengkak, mengeluarkan cairan ekstra
sehingga dinding tabung sering menempel pada struktur terdekat.
o Kronis: biasanya mengikuti serangan akut. Infeksi lebih ringan, tahan lama dan
mungkin tidak menghasilkan banyak gejala yang nyata.
• Berdasarkan etiologinya:
o Spesifik: disebabkan Neisseria gonorrhoeae
o Non-spesifik: disebabkan mikroorganisme lainnya

EPIDEMIOLOGI

• Salah satu infeksi organ genitalia wanita yang paling sering ditemui pada wanita usia
reproduktif
• Kira-kira 1 juta kasus baru ditemukan di AS setiap tahunnya dengan rentang usia 15-25
tahun
• Salpingitis merupakan jenis tersering dari Pelvic Inflammatory Disease

FAKTOR RESIKO

• Wanita yang aktif berhubungan seksual beresiko tanpa proteksi


• Pertama kali melakukan hubungan seksual pada usia sangat muda
• Berganti-ganti pasangan seksual
• Pernah menderita penyakit menular seksual
• Sosioekonomi rendah, Pendidikan rendah

PATOGENESIS (HARUS MENYEBUTKAN PER BAKTERI JUGA)

• Ascending infection dari bakteri yang berkoloni di endocervix ke endometrium lalu ke


tuba uterina
• Yang dapat mempermudah terjadinya infeksi:
o Pemasangan IUD (AKDR = Alat Kontrasepsi Dalam Rahim)
o Biopsi endometrium
o Perubahan hormon selama mens
o Menstruasi retrograde (arah terbalik)
o Kuretase

PATOFISIOLOGI
GEJALA KLINIS
• GK dapat bervariasi dari asimptomatik sampai:
o Nyeri parah di perut (sudut kanan atau kiri bawah) pada satu atau kedua
sisi
o Peritonitis difusa
o Gejala menyerupai ISK
o Vaginal discharge (warna/bau tidak biasa)
o Dysmenorrhoea (nyeri haid)
o Demam
o Berkeringat
o Menggigil
o Keputihan
o Nyeri saat hubungan seksual (dispareunia)
o Infertilitas
• Keparahan gejala tak selalu berbanding lurus dengan tingkat keparahan penyakit
• GK pada infeksi C. trachomatis biasanya sudah parah, pasien datang dengan keluhan
infertil

PEMERIKSAAN PENUNJANG

• Pemeriksaan Hematologi rutin biasanya hanya menunjukkan adanya peningkatan LED


dan C-reactive protein (CRP)
• Pemeriksaan kultur sering ditemukan adanya infeksi N. gonorrhoeae atau C.
trachomatis
• Pada pemeriksaan USG atau radiologi dapat ditemukan penebalan dinding tuba falopii
• GOLD STANDARD: Laparoskopi dapat menegakkan diagnosis dan letak spesifik
infeksi/inflamasi
• Dapat dilakukan Biopsi apabila terdapat indikasi
PENATALAKSANAAN

1. Tujuan penatalaksanaan
• Mengurangi gejala
• Eradikasi bakteri penyebab
• Mencegah komplikasi (mencegah infertilitas tuba)
2. Non farmakologi
• Tirah baring
• Pengangkatan AKDR dianjurkan segera setelah terapi antimikroba diberikan
3. Farmakologi
• Indikasi rawat inap
o Diagnosis tidak pasti dan pembedahan darurat seperti appendicitis dan
kehamilan ektopik harus disingkirkan
o Dicurigai adanya abses pelvis
o Penyakit sudah berat sehingga tidak memungkinkan terapi rawat jalan
o Pasien hamil
o Pasien tidak mampu mengikuti atau mentoleransi regimen pada waktu
rawat jalan
o Pasien tak memberikan respons terhadap pengobatan rawat jalan
o Pasien memiliki penyakit penyulit medik seperti DM atau penyakit katup
jantung
• Apabila rawat jalan:
o Gunakan salah satu antibiotik sebagai berikut:
§ Cefotaksitin: 2 gram, IM ATAU
§ Amoksisilin: 3 gram, PO ATAU
§ Ampisilin: 3,5 gram per os ATAU
§ Procain Penisilin G dalam aqua: 4,8 juta unit, IM oada dua tempat
o Diikuti dengan (jangan gunakan selama kehamilan):
§ Doksisiklin: 100 mg, PO, 2dd selama 10-14 hari
§ Tetrasiklin: 500 mg, PO, 4dd selama 10 hari (dapat dipakai
meskipun kurang aktif dalam melawan organisme anaerob
tertentu)
o Analgesik apabila pasien merasa nyeri
o Evaluasi klinis dilakukan dalam 48-72 jam, bila tidak ada respon lanjutkan
ke rawat inap
o Setelah terapi berakhir lakukan biakan serviks dan pemeriksaan serviks
lanjutan
• Regimen rawat inap meliputi:
o Regimen A (pilihan paling baik untuk broad spectrum)
§ Cefotetan 2 gram IV 2dd, ATAU
§ Cefoxitin 2 gram IV 4dd DIIKUTI
§ Doksisiklin 100 mg IV atau PO 2dd
§ Hentikan cefoxitin 24 jam setelah gejala pasien membaik,
lanjutkan dengan melakukan doksisiklin 100 mg PO untuk 14
hari.
o Regimen B (lebih spesifik untuk anaerob, indikasi bila terdapat TOA)
§ Clindamycin 900 mg IV 3dd,
§ Gentamicin loading dose 2 mg / kg IV atau IM, kemudian 1,5 mg
/ kg IV 3dd
• Contoh resep pasien rawat inap
o R/ Cefoxitin inj. 1 gr vial No. VIII
ʃ pro inj 2 vial tiap 6 jam
o R/ Doxycycline tab 100 mg No. XXX
ʃ 2dd tab1 pc
o R/ Paracetamol tab 500 mg No. XXX
ʃ 3dd tab2 pc prn

4. Konseling dan edukasi


• Pasien boleh dipulangkan bila sudah mampu menyesuaikan diri dengan terapi oral
• Identifikasi Neisseria gonorrhoeae pada biakan serviks merupakan pemeriksaan
lanjutan yang penting untuk Gonorrhoeae

PENCEGAHAN

• Melindungi diri dari penyakit menular seksual dengan cara menghindari seks bebas.
(Penggunaan kontrasepsi)
• Apabila mengalami infeksi saluran genital bagian bawah maka sebaiknya segera diobati
karena dapat menyebar hingga ke saluran reproduksi bagian atas.
• Terapi untuk pasangan seksual sangat dianjurkan untuk mencegah berulangnya infeksi

KOMPLIKASI

• Abses tuba falopii


• Kehamilan ektopik
• Pecahnya tuba falopii

PROGNOSIS

• Quo ad vitam: ad bonam


• Quo ad functionam: ad bonam
• Quo ad sanationam: ad bonam

Anda mungkin juga menyukai