Anda di halaman 1dari 196

Anatomi

Uterus
• Organ muskular berongga, berbentuk mirip buah pir, dan berdinding tebal.
• Embrio dan janin berkembang dalam uterus, dinding muskularnya beradaptasi
terhadap pertumbuhan janin kemudian memberikan kekuatan untuk pengeluaran
janin selama persalinan.
• Uterus yang tidak hamil biasanya terletak dalam pelvis minor, dengan corpusnya
terletak pada vesica urinaria dan cervixnya di antara vesica urinaria dan rectum
• Uterus dewasa biasanya terletak anteversi (berujung di anterosuperior relatif
terhadap axis vagina) dan antefleksi (fleksi atau membengkok ke anterior relatif
terhadap cervix) sehingga massanya terletak pada vesica.
• Posisi uterus berubah sesuai tingkat kepenuhan vesica dan rectum .
• Meskipun ukurannya bervariasi, uterus memiliki panjang kira-kira 7 ,5 cm, lebar 5
cm, dan tebal 2 cm, serca berat sekitar 90 g.
• Uterus dapat dibagi menjadi dua bagian utama (Gbr. 3.26): corpus dan cervix.
• Corpus uteri, yang membentuk dua pertiga superior organ , meliputi
fundus uteri, bagian bundar yang terletak di atas ostium tuba uterina.
• Corpus terletak di antara lapisan-lapisan ligamentum latum dan dapat
bergerak secara bebas (G br. 3 .31 B) .
• Corpus memiliki dua permukaan: vesical (dihubungkan dengan vesica)
dan intestinal. Corpus dibatasi dari cervix oleh isthmus uteri, suatu
segmen yang relative terkonstriksi, dengan panjang sekitar 1cm (Gbr.
3.26 dan 3.31 H).
• Cervix uteri ; dalah sepertiga inferior uterus yang relatif sempit,
silindris, panjang sekitar 2,5 cm pada perempuan dewasa yang tidak
hamil.
• Untuk tujuan deskriptif, dua bagian diuraikan: pars supravaginalis di
antara isthmus dan vagina, dan pars vaginalis, yang menonjol ke
dalam vagina
• Pars vaginalis yang bundar mengelilingi ostium uteri dan sebaliknya
dikelilingi oleh ruang sempit, fornix vaginae
• Pars supravaginalis dipisahkan dari vesica di anterior oleh jaringan ikat
longgar dan dari rectum di posterior oleh excavation rectouterina
Dinding corpus uteri terdiri dari tiga lapisan:
• Perimetrium :
• lapisan serosa atau serosa luar
• terdiri dari peritoneum yang disokong oleh lapisan ti pis jaringan ikat.
• Myometrium
• selubung tengah otot polos
• Menjadi sangat terdistensi (lebih luas tetapi lebih tipis) selama kehamilan.
• Cabang utama pembuluh darah dan saraf uterus terletak pada lapisan tersebut.
• Selama persalinan, kontraksi myometrium secara hormonal dirangsang pada interval penurunan panjang
untuk mendilatasi os cervical dan mengeluarkan janin dan plasenta.
• Selama menstruasi , kontraksi myometrium dapat menimbulkan kram.
• Endometrium
• lapisan mukosa dalam
• Sangat kuat menempel pada myometrium di bawahnya.
• Endometrium secara aktif terlibat pada siklus menstruasi, yang berbeda strukturnya pada setiap stadium
siklus.
• Jika terjadi konsepsi, blastokista tertanam pada lapisan ini; jika tidak terjadi konsepsi, permukaan dalam
lapisan tersebut luruh melalui menstruasi.
Perdarahan Uterus
• Suplai darah uterus terutama berasal dari arteria uterina, dengan
suplai kolateral potensial dari arteria ovarica
https://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/14/anatomi-dan-fisiologi-organ-genetalia-wanita/
https://bocahradiography.wordpress.com/2012/05/14/anatomi-dan-fisiologi-organ-genetalia-wanita/
Tuba uterin
• Tuba uterin membawa oosit (ovum), dikeluarkan setiap bulan dari
ovarium selama usia subur, dari cavitas peritonealis periovarian ke
cavitas uteri.
• Tuba urerina juga menjadi tempat terjadinya fertilisasi.
• Tuba memanjang ke lateral dari cornus uteri dan bermuara ke dalam
cavitas peritonealis di dekat ovarium
• Tuba uterina (panjang kira-kira 10 cm) terletak dalam mesosalpinx
pada ujung bebas ligamentum latum .
Tuba uterina dapat dibagi menjadi empat
bagian, dari lateral ke medial
• lnfundibulum:
• ujung distal berbentuk corong pada tuba yang bermuara kc dalam cavitas
peritonealis melalui ostium abdominalis; prosesus seperti jari pada ujung berfimbria
infundibulum (fimbria) menyebar pada permukaan medial ovarium; satu fimbria
ovarian besar melekat pada polus superior ovarium.
• Ampulla: bagian tuba yang paling lebar dan panjang, yang dimulai pada
ujung medial infundibulum; fertilisasi oosit biasanya terjadi dalam ampula.
• Isthmus: bagian tuba yang berdinding tebal, yang masuk cornu uteri.
• Bagian uterina: segmen intramural pendek pada tuba yang berjalan
melalui dinding uterus dan bermuara melalui ostium uteri ke dalam cavitas
uteri pada cornu uteri.
Vagina
• suatu saluran muskulomembranosa (panjang 7- 9 cm), memanjang dari
cervix ureri kc vestibu!um, celah di anrara labia minora. Vagi na terdiri dari
ostium urethrae externum dan ostium vaginae dan muara dua kelenjar
vestibular besar
• Ujung superior vagina mengelilingi cervix
• Vagina:
• Berperan sebagai saluran untuk cairan menstruasi.
• Membentuk bagian inferior canalis pelvicus (jalan lahir)
• Menerima penis dan ejakulat selama hubungan seksual.
• Di superior berhubungan dengan canalis cervicalis (suatu kanal fusiform yang
memanjang dari isthmus uteri ke ostium uteri) dan di inferior dengan vestibulum
• 4 otot menekan vagina dan bekerja sebagai sfingter:
• M. pubovaginalis, M. sphincter urethrae externum, M. sphincter urethrovaginalis,
M. bulbospongiosus
• Hubungan Vagina :
• Anterior : fundus vesicae dan urethrae
• Lateral : M. levator ani, fascia pelvicus visceralis, dan ureter
• Posterior (inferior- superior) :canalis analis, rectum, dan excavation rectouterine
• Perdarahan Vagina
• Superior vagina : berasal dari arteria uterine; arteri yang memperdarahi pars media
• Inferior vagina : berasal dari arteria vaginalis dan arteria pudenda interna
Payudara
• Payudara adalah struktur superfisial yang paling menonjol pada dinding
toraks anterior, terutama pada perempuan.
• Glandula mammaria berada pada jaringan subkutan yang menutupi
musculus pectoralis major dan minor.
• Jumlah lemak yang mengelilingi jaringan glandular menentukan ukuran
payudara non-laktasi.
• Puncak tonjulan payudara adalah puting (papilla mammae) ; dikelilingi
oleh area berpigmen sirkular pada kulit yang di sebut areola
• Glandula mammaria sangat kuat menempel pada dermis kulit di atasnya,
terutama oleh ligamentum kulit substansial (L. retinacula cutis),
ligamentum suspensorium (Cooper) .
• Selama pubertas (usia 8-15 tahun) ,
• payudara secara normal membesar, sebagian karena perkembangan glandular tetapi
terutama akibat peningkatan deposisi lemak
• Areola dan puting juga membesar.
• Ukuran dan bentuk payudara ditentukan oleh faktor genetik, etnik, dan zat gizi.
• Areola mengandung banyak glandula sebacea, yang membesar selama
kehamilan dan menyekresi zat berminyak yang memberikan pelumas
pelindung untuk areola dan puting, yang sangat mudah mengalami Iuka
clan iritasi saat ibu dan bayi mulai masuk dalam fase menyusui
• Puting
• Puting adalah tonjolan konikal atau silindris di pusat areola.
• Puting tidak memiliki lemak, rambut, atau kelenjar keringat
• Ujung puting mengalami fisura dengan ductus lactiferi bermuara ke dalamnya
• Puting sebagian besar terdiri dari serabut otot polos yang tersusun sirkular yang
menekan ductus lactiferi selama laktasi dan menegakkan puting jika ada stimulasi ,
dan ketika bayi mulai menghisap
• Alveoli yang menyekresi susu tersusun dalam kelompok kelompok
menyerupai anggur.
• Sebagian besar perempuan, payudara sedikit membesar selama
periode menstruasi akibat peningkatan pelepasan hormone
gonadotropik, FSH, dan LH pada jaringan glandular
• Pembuluh darah payudara
• Suplai arterial payudara berasal dari :
• Cabang mammaria medial cabang-cabang perforantes dan cabang-cabang intercostalis
anterior pada arteria thoracica interna, yang berasal dari arteria subclavia
• Arteria thoracica lateral dan arteri thoracoacromialis, cabang cbang arteria axillaris
• Arteria intercostalis posterior, cabang-cabang aorta thoracica pada spatium intercostale
II, III, dan IV
Ovarium
• Terletak di dekat kedua dinding lateral pelvis dan berhubungan dengan
ligamentum latum uteri melalui mesovarium.

• Mempunyai 2 ujung :
• Atas-lateral di dekat fimbrae : extremitas tubalis ovarii
• Bawah-medial di dekat uterus : extremitas uterina ovarii

• Extremitas tubalis ovarii berhubungan langsung dengan fimbrae ovarica.


• Dari extremitas tersebut terbentang ligamentum suspensorium
ovarii yang merupakan perluasan dari ligamentum latum uteri.
• Extremitas uterina ovarii berhubungan dengan bagian atas
uterus melalui ligamentum ovarii propium.
• Keseluruhan ovarium itu dibungkus oleh epithelium
germinativum.
• Mempunyai 2 permukaan :
• Facies medialis
• Facies lateralis
• Batas kedua permukaan tersebut :
• Margo mesovaricus ovarii, yang berhubungan dengan
mesovarium
• Margo liber ovarii, yang terletak bebas
• Gubernaculum akan menjadi ligamentum teres uteri dan
ligamentum ovarii propium.

• Pembuluh darah yang memperdarahi ovarium : a. ovarica


(cabang aorta abdominalis)

• Venanya membentuk anyaman : pleksus venosus pampiniformis


 v. ovarica.

• V. ovarica kanan  langsung ke v. cava inferior

• V. Ovarica kiri  v. renalis kiri  v. cava inferior


• Cairan limfe dari ovarium dialirkan bersama-sama cairan limfe
dari tuba uterina dan bagian atas uterus  nodi lymphoidei
aortici laterales.

• Ovarium dipersarafi  pleksus ovaricus (berasal dari pleksus


hypogastricus)

• Impuls afferen diteruskan ke SSP melalui rami dorsales nervi


thoracici X.
Tuba Uterina
• Merupakan saluran sepanjang 10 cm yang terbentang ke arah
lateral mulai dari batas fundus – corpus uteri, membuka ke
cavum peritonei  ostium abdominale tubae uterina.

• Pada ostium ini terdapar fimbrae tubae uterinae.

• Fimbrae yang paling besar , meluas ke arah extremitas tubalis


ovarii  fimbrae ovarica.
• Pada fimbrae tubae uterinae sering ditemukan vesikel kecil
bertangkai  appendices vesiculosae.

• Ovum yang dilepaskan sewaktu ovulasi akan ditangkap fimbrae


tubae uterinae  ostium abdominale tubae uterinae 
infundibulum  ampulla  isthmus tubae uterinae  pars
uterina tubae uterinae  ostium uterinum tubae uterinae.

• Ampulla  bag. paling lebar dan paling panjang.

• Tuba uterina tergantung pada lipatan peritoneum yang disebut


mesosalpinx.
• Pada mesosalpinx antara tuba uterina dan ovarium terdapat
sejumlah saluran kecil  epophoron.

• Pada mesosalpinx dekat uterus, juga terdapat beberapa saluran


kecil  parophoron (sisa ductus mesonephricus) biasanya
hanya dapat dilihat dengan mikroskop.

• Tuba uterina diperdarahi : cabang-cabang a. ovarica dan a.


uterina.

• Venanya v. ovarica dan v. uterina.


• Limfenya dialirkan bersama-sama cairan limfe dari ovarium 
nodi lymphoidei aortici laterales  nodi lymphoidei lumbales.

• Persarafannya diurus oleh cabang-cabang plexus ovaricus dan


pleksus hypogastricus.

• Impuls afferen dihantarkan ke SSP melalui n. thoracicus XI-XII


dan n. Lumbalis I.
Uterus
• Terdiri dari 3 bagian :
• Fundus
• Corpus
• Cervix uteri

• Dalam corpus uteri, pada perbatasan antara cervix dan corpus uteri, ada sedikit
penyempitan disebut isthmus uteri.

• Di bawah isthmus terdapat canalis cervicis uteri.


• Lekukan antara rektum dan uterus : excavatio rectouterina
(cavum douglas).

• Lekukan antara vesica urinaria dan uterus : excavatio


vesicouterina.

• Rongga cavitas uteri terletak di dalam corpus uteri dan


berbentuk segitiga dari depan ke belakang. Alasnya terletak di
atas, pada fundus uteri, di kedua ujungnya terdapat ostium
uterinum tubae uterinae. Puncaknya terletak di bawah : ostium
anatomicum uteri internum (ostium uteri internum).
• Cervix uteri terbagi 2 bagian :
• Portio vaginalis cervicis
• Portio supravaginalis cervicis

• Lubang keluar portio vaginalis cervisis  ostium uteri :


• Labium anterius ostii uteri
• Labium posterius ostii uteri

• Uterus mengarah ke depan : anteversio


• Uterus mengarah ke belakang : retroversio
• Uterus membungkuk ke depan : anteflexio
• Uterus membungkuk ke belakang : retroflexio

• Umumnya, uterus berada dalam posisi anteversio dan anteflexio


• Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan :
• Perimetrium (tunica serosa)
• Berasal dari peritoneum yang membungkus dan melekat erat
pada fundus uteri, bagian depan corpus uteri, dan seluruh
bagian belakang uterus.
• Myometrium (tunica muscularis)
• Terdiri dari jaringan otot polos yang berlanjut dengan lapisan
otot vagina di bawahnya.
• Fundus uteri dan bagian tengah corpus uteri mempunyai
lapisan otot yang tebal, semantara daerah di sekitar ostium
uterinum tubae uterinae mengandung lapisan otot yang tipis.
• Endometrium (tunica mucosa)
• Merupakan lapisan yang tipis yang permukaannya halus,
melekat erat pada dasarnya, dan mengandung sejumlah
kelenjar uterus yang aktivitasnya dipengaruhi oleh siklus
menstruasi.
• Uterus terutama didarahi oleh a. uterina (cabang a. illiaca
interna) .

• Darah dari uterus diangkut oleh v. uterinae dan dialirkan


menuju plexus venosus, kemudian ke v. illiaca interna.

• Persarafan uterus terutama berasal dari plexus uterovaginalis.


Vagina
• Vagina merupakan saluran sepanjang kurang-lebih 9 cm.

• Karena cervix uteri menonjol ke dalam vagina, terbentuk celah di antara


cervix uteri dan dinding vagina. Celah tersebut dinamakan fornix vaginae.

• Bentuk hymen bervariasi, antara lain :


• Hymen annularis/circularis
• Hymen septus (jika septumnya lebar, dinamakan hymen
bifenestratus/biforis)
• Hymen cribiformis
• Hymen denticulatus
• Hymen imperforatus
• Sisanya hymen disebut carunculae hymenales.

• Perdarahan vagina :
• a. uterina (bagian atas)
• a. vaginalis, a. vesicalis inferior, a. rectalis media, a.
pudenda interna (bagian tengah dan bawah)
Histologi
Ovarium
• Tergantung dalam ligamentum latum uterus melalui mesovarium
• Dilapisi oleh epitel germinal  berasal dari epitel mesotel yang
meliputi ovarium yang sedang berkembang
• Di bawah epitel ini  tunika albuginea:
• Kapsula jaringan ikat kolagen padat tak beraturan
• Sedikit PD
• Serat kolagen tersusu lebih kurang sejajar permukaan ovarium
• Ovarium terbagi 2:
• Korteks
• Medula
Korteks ovarium
• Terdiri atas stroma jaringan ikat yang ditempati oleh folikel ovarium dalam
berbagai tahapan perkembangan

Folikel Ovarium
• Dikelilingi jaringan stroma
• Terdiri atas : oosit primer yang dikelilingi sel-sel folikel(sel granulosa)
• 2 tahap perkembangan folikular berdasarkan pertumbuhan folikel:
• Folikel yang tidak tumbuh/ folikel primordial
• Folikel dalam pertumbuhan :
• Folikel primer unilaminar dan multilaminar (Perkembangan tidak bergantung pada FSH)
• Folikel sekunder (antral)
Perkembangannya dipengaruhi FSH
• Folikel Graaf (matur)
Folikel primordial
• Terdiri atas sebuah oosit primer diliputi oleh selapis sel folikel gepeng
• Folikel yang paling primitif
• Jumlahnya sangat banyak sebelum dilahirkan, kemudian akan berkurang
jumlahnya
• Oosit primer
• Sel bulat dengan diameter 25 micrometer
• Memiliki sebuah inti besar yang asentris mengandung sebuah nucleolus
• Nukleoplasma tampak vesikuler  krn kromosomnya tidak mengulir(uncoiled)
• Organelnya terdiri atas banyak mitokondria, kompleks golgi, retikulum endoplasma kasar
(RER) dgn beberapa ribosom, dan lamela berbentuk cincin (sesekali)
• Sel folikel gepeng
• Meliputi seluruh oosit primer
• Saling berikatan dengan desmosome
• Dipisahkan dari stroma jaringan ikat oleh lamina basal
Folikel primer
• Oosit primer
• Tumbuh hingga diameter 100-150 micrometer dengan inti besar (disebut vesikel germinal)
• Sejumlah kompleks golgi tersebar dalam sel, RER semakin banyak ribosomnya, ribosom
bebas jadi banyak, mitokondria banyak di sekujur sel
• Sel sel folikel
• Bentuknya menjadi kuboid
• Satu lapis sel folikel yang mengitari oosit  folikel primer unilaminar
• Saat sel-sel folikel berproliferasi menjadi berlapis disekitar oosi  folikel primer
multilaminar  kemudian sel folikel akan disebut sel-sel granulosa
• Sel-sel granulosa berproliferatif disebabkan oleh molekul pemberi sinyal aktivin yang
diprduksi oleh oosit primer
• Pada tahap ini, suatu substansi amorf (zona pelusida) timbul  memisahkan
oosit dari sel-sel folikel yang mengitarinya
• Sel-sel stroma  menyusun diri di sekitar folikel primer multilaminar 
teka interna dan teka eksterna diluarnya
• Teka interna
• terdiri dari lapisan seluler dengan banyak kapiler darah
• Memiliki reseptor LH pada plasmalemma permukaannya
• Mempunyai karakteristik ultrastructural sel-sel produsen steroid
• Memproduksi hormon seks lelaki androstenedion  memasuki sel-sel granulosa
 dikonversi oleh enzim aromatase  jadi estrogen estradiol
• Teka eksterna
• Terdiri atas jaringan ikat fibrosa
Folikel sekunder (antral)
• Mirip dengan folikel primer, kecuali adanya pengumpulan likuor folikuli di antara
sel-sel granulosa
• Folikel primer multilaminar terus berkembang dan membesar hingga capai
diamerer 200 micrometer
• Beberapa ruang antarsel kemudian terbentuk dalam massa sel granulosa dan
akan terisi cairan (likuor folikuli)
• Setelah folikel primer multilaminar menunjukan adanya likuor folikuli  folikel
sekunder
• Jika dibawah pengaruh FSH  jumlah lapisan sel-sel granulosa meningkat
• Bertambahnya produksi cairan  butiran likuor folikuli menyatu membentuk
sebuah ruangan berisi cairan  disebut antrum
• Satu lapis sel-sel granulosa yang langsung mengitari oosit primer disebut
korona radiata
• Akhir stadium ini
• Sel-sel stromal membesar
• Teka interna diinvasi oleh kapilar-kapilar yang membawa nutrisi untuk stroma
• Sebagian folikel akan mengalami atresia, tapi beberapa folikel tidak
berdegenerasi, namun membentuk kelenjar interstisial  akan mensekresi
sejumlah kecil androgen hingga saat menopause
• Beberapa folikel sekunder tetap berkembang menjadi folikel matang
Folikel graaf (matur)
• Terjadi karena proliferasi berkelanjutan sel-sel granulosa dan
pembentukan berlanjut likuor folikuli
• Diameter folikel mencapai hingga 2,5 cm saat ovulasi
• Dapat terlihat sebagai sebuah benjolan transparan pada permukaan
ovarium, berukuran nyaris seperti ovarium sendiri
• Sel-sel folikel pada dinding folikel menyusun membrana granulosa
• Pembentukan berlanjut likuor folikuli cumulus ooforus yang terdiri
atas oosit primer, korona radiata, dan sel-sel folikelnya terlepas dari
dasarnya mengapung dengan bebas dalam likuor folikuli
Medula ovarium
• Jaringan ikat fibroelastis yang banyak pembuluh darah, ditempati oleh
sel-sel jaringan ikat, sel-sel interstisial, dan sel-sel hilus
• Sel-sel hilus :
• kelompokan sel epiteloid lainnya di medula ovarium.
• Menyeresi androgen
Tuba fallopi
• Berperan sebagai pipa penyalur bagi spermatozoa untuk mencapai oosit primer dan menyalurkan
telur yang telah dibuahi ke uterus
• Terbagi dalam 4 daerah :
• Infundibulum : ujung terbukanya berakhir dengan tonjolan-tonjolan berumbai yang disebut fimbria 
membantu menangkap oosit sekunder
• Ampula : tempat pembuahan terjadi
• Ismus : bagian sempit antara ampula dan uterus
• Bagian interstisial : berjalan menembus dinding uterus untuk membuka ke dalam lumen uterus
• Tuba fallopi dilapisi peritoneum visceral yang dindingnya terdiri dari 3 lapisan :
• Mukosa
• Muskularis
• Serosa
• Epitel kolumnar selapis  melapisi lumen paling tinggi daerah infundibulum
• 2 jenis sel yg menyusun epitel
• Sel-sel pasak : tidak bersilia, berfungsi sekretori, menghasilkan lingkungan yang bernutrisi dan aman untuk memelihara
spermatozoa dalam perjalanan migrasinya mencapai oosit sekunder
• Silia sel kolumnar bersilia : menyapu Bersama-sama ke arah uterus. Ovum yang telah dibuahi, spermatozoa, dan cairan
viskosa yang diproduksi oleh sel pasak semua terdorong ke arah uterus
Uterus
• Merupakan organ muscular yang terdiri atas fundus, korpus, dan
serviks(leher Rahim)
• Korpus : bagian lebar tempat membukanya saluran telur/tuba fallopi
• Fundus : bagian yang membulat, yang menjadi dasar terletak di atas pintu
keluar saluran telurnya
• Serviks : bagian sirkular sempit yang menonjol dan membuka ke dalam vagina
• Dinding uterus pada fundus dan korpus terdiri atas endometrium,
miometrium, adventisia/serosa
Endometrium
• Terdiri atas epitel silindris selapis dan lamina propia
• Epitel terdiri atas sel-sel silindris sekretorik tak bersilia dan sel-sel
bersilia
• Lamina propia : berisi kelenjar tubular simpleks bercabang yang
menjulur hingga miometrium
• 2 lapisan endometrium
• Lapisan superfisial fungsional : tebal, yang dilepaskan saat menstruasi
• Lapisan basal : lebih tipis, unsur kelenjar dan jaringan ikatnya berproliferasi 
meregenerasi lapisan funsional selama setiap siklus menstruasi
Miometrium
• Terdiri atas lapisan otot longitudinal dalam, sirkular tengah, dan
longitudinal luar

Lapisan serosa dan Adventisia Uterus


• Lapsan adventisia terletak di retro-peritoneum
• Lapisan serosa terletak di intraperitoneum
Serviks uterus
• Ujung terminal uterus, yang menonjol ke vagina
• Lumen serviks dilapisi epitel silindris selapis yang bersekresi mucus
• Permukaan luar serviks yang menonjol ke vagina, dilapisi epitel
gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk
Vagina
• Bangunan tubular fibromuscular dengan panjang 8-9 cm
berhubungan dengan uterus di sebelah proksimal dan membuka ke
vestibulum genitalia eksterna sebelah distal
• 3 lapisan : mukosa, muskularis, adventisia
• Lumen vagina dilapisi epitel gepeng berlapis tanpa lapisan tanduk
• Lapisan muskularis terdiri atas sel-sel otot yang tersusun longitudinal
• Lapisan adventisia disusun oleh jaringan ikat fibroelastic padat
Payudara
OVARIUM
• Dilapisi oleh epitel germinal atau epitel kuboid rendah
• Dibawahnya terdapat tunika albuginea: kapsula
jaringan ikat padat tidak beraturan yang mengandung
sedikit PD dan serat kolagennya tersusun +- sejajar
ovarium
• KORTEKS
• terdapat stroma (jar ikat) dan juga folikel2 ovarium dlm berbagai tahapan.
• sebelum pubertas, semua folikel ada dlm tahap primordial. Kemudian ketika
hormon LHRH atau GnRH diproduksi sbg neurosekret o/ neuron daerah
nukelus arkuata dan preoptik hipotalamus  mulai pubertas. LHRH ini tdk
hanya sbg pencetus mulainya pubertas tp jg yg memaintain siklus haid. LHRH
jg menyebabkan penglepasan LH dan FSH.
• MEDULA
• terdiri dr jar ikat fibroelastis yg banyak PD dan ditempati o/ sel jar ikat, sel
interstitial, dan sel hilus
Perkembangan folikel ovarium
• Dikelilingi o/ jar stroma dan terdiri atas oosit primer yg
dikelilingi sel-sel folikel (sel granulosa)
• Pentahapan folikel:
• Folikel yg tidak tumbuh atau folikel primordial
• Folikel dlm pertumbuhan
• Folikel primer unilaminar dan multilaminar
• Folikel sekunder
• Folikel Graaf
• Pengontrol pertumbuhan:
• Sel folikel ovarium  folikel primer
• FSH  folikel sekunder dan Graaf
Folikel primordial
• Folikel paling primitif yg jumlahnya amat banyak sebelum
dilahirkan.
• Ciri-ciri:
• Mengandung oosit primer yg diliputi o/ selapis sel gepeng
• Inti besar asentris mengandung nukleolus
• Kromosom uncoiled
• Organel mengandung banyak mitokondria, kompleks Golgi, RER,
dan sesekali lamela berbentuk cincin
Folikel primer
• Intinya besar
• Kaya akan RER, mitokondria, kompleks Golgi
• Dilapisi o/ sel folikel kuboid
• Unilaminar
• Multilaminar
• Adanya zona pelusida
• Sel-sel stroma mulai menyusun diri di sekitar folikel primer
multilaminar membentuk:
• Teka eksterna  terdiri atas jar ikat fibrosa
• Teka interna  terdiri atas PD, terdapat reseptor LH di
plasmalemanya, produsen steroid (banyak butiran lipid di RES-
nya)
Folikel sekunder
• Perkembangannya dikontol oleh FSH yg dilepaskan basofil
hipofisis anterior
• FSH menyebabkan penebalan sel granulosa
• Mulai munculnya cairan folikuli yg mengandung progesteron,
estradiol, inhibin, folliostatin, dan aktivin (meregulasi
pengelepasan FSH dan LH)
• FSH bersama estrogen akan menginduksi sel granulosa utk
membuat reseptor LH di plasmalemanya
• Perkembangannya:
• Terus berkembang
• Menetap di folikel yg atretik namun tdk degenerasi 
membentuk kelenjar interstisial
Folikel Graaf
• Folikel Graaf dpt terlihat spt benjolan transparan
• Sel-sel folikel pd dinding folikel menyusun membrana
granulosa
• Cairan folikel sudah menyatu seperti membentuk kolam dan
oosit akan lepas dari dasarnya dan mengapung bebas dlm
cairan folikel
Korpus luteum
• Korpus hemoragikum
• Sisa folikel Graaf kolaps  berlipat-lipat. Sebagian PD pecah
mengalir ke ruang folikel membentuk bekuan di tengah
• Kadar LH yg msh tinggi mengubah korpus hemoragikum 
korpus luteum yg b’fx sbg kel endokrin
• Terdiri atas sel-sel lutein-granulosa dan lutein-teka
Korpus luteum
Sel lutein-granulosa Sel lutein-teka

• 80% populasi sel-sel • 20% populasi sel-sel


granulosa luteal
• Di tengah folikel • Di perifer folikel
• Punya mikrovilus yg • Warna gelap, kecil
panjang • Produksi progesteron,
• Memiliki organel utk androgen, dan estrogen
membentuk steroid
(RES, RER, mitokondria,
kompleks Golgi) utk
membentuk androgen
menjadi estrogen
Korpus albikans
• Korpus luteum menstruasi dan juga kehamilan akan diinvasi o/
fibroblas menjadi fibrotik dan berhenti berfungsi
• Sisanya akan mengalami autolisis (luteolisis)
TUBA FALLOPI
Tube uterina
• Tube uterina memiliki 4 daerah yaitu infundibulum, ampula,
isthmus, bagian intramural.
• Tube uterina dilapisi peritoneum viseral. Dindingnya memiliki 3
lapisan yaitu mukosa, muskularis, dan serosa.
• Epitel kolumnar selapis yg melapisi tube uterina dibagi menjadi
dua jenis:
• Sel pasak tdk bersilia  sekretori, menciptakan ling
bernutrisi utk spermatozoa dan ovum
• Sel pasak bersilia  mendorong ovum ke arah uterus
UTERUS
Uterus
• Berbentuk spt buah pir atau alpukat
• Terletak di garis tengah panggul
• Terbagi dalam tiga daerah
• Korpus  bag lebar tempat membukanya sal telur
• Fundus  bag yg membulat yg menjadi dasar terletak di atas
pintu keluar sal telurnya
• Serviks  bag sirkular sempit yg menonjol dan membuka ke
dlm vagina
• Badan dan fundus uteri terdiri dari:
• Endometrium
• Miometrium
• Adventitia atau serosa
Endometrium
• Merupakan lapisan mukosa uterus
• Epitel silindris selapis dgn dua jenis yaitu:
• Sekretorik tidak bersilia
• Bersilia
• Lamina propia berisi kelenjar tubular simpleks bercabang
• Endometrium terdiri atas dua lapisan:
• Lapisan fungsional  lapisan superficial, tebal, yg
dilepaskan saat haid. Dipasok o/ arteri helikal
• Lapisan basal  lebih tipis yg unsur kelenjar dan
jaringan ikatnya berproliferasi. Dipasok o/ arteri rekta
Miometrium

Luar Longitudinal

Sirkular Banyak PD berisi arteri arkuata/


Tengah
stratum vaskulare
Dalam Longitudinal

• Dengan mengecilnya uterus ke arah serviks, jumlah jar otot


berkurang dan digantikan o/ jar ikat fibrosa
• Jumlah dan ukuran sel-sel otot miometrium berhub dgn kadar
estrogen
Lapisan serosa dan adventisia
Lapisan adventitia Lapisan serosa
• Uterus miring ke anterior • Fundus dan bagian
dan menempel thd VU posterior korpus dilapisi
 sebagian besar bag lapisan serosa, terdiri
anterior ditutupi lapisan atas lapisan mesotel
adventitia (jar ikat tanpa gepeng di atas jar ikat
penutup epitel) areolar
• Letaknya • Letaknya
retroperitoneum intraperitoneum
SERVIX
VAGINA
PLASENTA
MAMMAE
Fisiologi
• Fungsi :
– Produksi ovum (oogenesis)
– Resepsi sperma
– Transport sperma & ovum ke tempat untuk fertilisasi
– Mjaga pkembangan fetus sampai dpt btahan di dunia luar (gestasi
atau hamil), tmasuk formasi plasenta, organ antara ibu & fetus
– Melahirkan bayi (parturisi)
– Memberi gizi yg baik (nourishing) kepada infant setelah lahir dgn
produksi susu (laktasi)
Pengaruh Hormon

Estrogen Progesteron
• Menstimulasi • Mempersiapkan endometrium
pertumbuhan kelenjar menerima implantasi zigot
endometrium • Produksi mukus
• Membentuk karakteristik serviks tebal
seks sekunder wanita • Mempertahankan kehamilan
• Produksi mukus serviks • Menurunkan kontraktilitas
yang elastis uterus
• Mempercepat • Menghambat keluarnya air susu
metabolisme umum selama kehamilan
• Mempertahankan • Berperan cukup penting pada
ketebalan dinding vagina regulasi menstruasi
• Mempertahankan massa
tulang
Estrogen lebih berperan pada pengaturan sistemik dan seks
sekunder sedangkan progesteron pada implantasi dan
kehamilan.
Human Chorionic Gonadotropin
• Diekspresikan di sinsitiotrofoblast & sitotrofoblas (2 minggu setelah
ovulasi)
• Hormon ini mempertahankan corpus luteum sebelum plasenta
berkembang (trimester I).
• Diproduksi di plasenta & ginjal fetus
• Disebut juga hormon kehamilan dgn BM 36000-40000 Da
• Serum hCG m↑ slama trimester 1 & pucaknya minggu ke 10 masa
gestasi
• 2 sub-unit : α  trimester 2 & 3 & β  awal trimester
KADAR NORMAL HCG (darah;urine)
USIA KADAR HCG (mIU/mL)
KEHAMILAN

<1 5-50
2 50-500
3 100-10.000
4 1000-30.000
5 3500-115.000
6-8 12.000-270.000
12 15.000-220.000
Pria & wanita
tidak hamil <5

DD↑ : kehamilan, kehamilan ektopik, mola hidatidosa,


koriokarsinoma (uterus, tetsis, ovarium), tumor

DD↓ : aborsi imkomplit, kmatian fetus, aborsi bmasalah


Menstruasi (Haid)
• Adalah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (deskuamasi)
endometrium.

• Panjang siklus haid ialah jarak antara tanggal mulainya haid yang lalu dan mulai haid
berikutnya.

• Hari mulainya perdarahan  hari pertama siklus.

• Siklus haid normal = 28 hari  variasi cukup luas

• Usia menarche antara 10 – 16 tahun, rata-rata 12.5 tahun  dipengaruhi faktor


keturunan, keadaan gizi, dan kesehatan umum.
Aspek Endokrin dalam Siklus Haid
Siklus Haid Normal
• Fase folikuler

• Beberapa folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat  kadar estrogen
berangsur-angsur meningkat  menekan sekresi FSH dan secara inkomplit menekan
LH.

• Saat ovulasi

• Pada saat pengeluaran estrogen mencapai puncaknya (kadar estrogen tinggi) 


memicu lonjakan LH  ovulasi folikel yang matang.
• LH yang meninggi itu menetap kira-kira 24 jam dan menurun
pada fase luteal.

• Fase luteal

• Setelah ovulasi  folikel mati  sekresi estrogen merosot.

• Sel-sel folikel lama  korpus luteum  mengeluarkan estrogen


& progesteron

• Progesteron menghambat LH & FSH  mencegah pematangan


folikel dan ovulasi baru selama fase luteal.
• Korpus luteum berfungsi selama dua minggu  jika tidak
ada pembuahan  degenerasi  kadar estrogen dan
progesteron ↓  sekresi LH dan FSH kembali ↑  mulai
fase folikel baru.
Siklus Menstruasi dan
Follicular =
FSH menstimulasi pematangan Ovulasi
fase
Luteal = fase
perkembangan
folikel ovariumpematangan ovarium
menjadi folikel corpus luteum
d’Graff LH yang meningkat akan
mencetuskan lepasnya ovum dari
Progesteron dihasilkan
folikel d’Graff oleh corpus
(ovulasi)
Estrogen dihasilkan oleh folikel luteum. Jika tidak ada fertilisasi,
yang sedang berkembang. Semakin dalam kira-kira 10 hari corpus
matang folikel, estrogen semakin luteum akan berdegenerasi dan
banyak dan menekan FSH. progesteron akan turun.

Proliferatif =
Menstruasi = Sekretori = kelenjar
pertumbuhan endometrium jadi
keluarnya darah
kelenjar berlekuk dan
endometrium
endometrium menghasilkan mukus
Mekanisme Haid
• Hormon steroid estrogen dan progesteron mempengaruhi
pertumbuhan endometrium.

• Di bawah pengaruh estrogen endometrium memasuki fase


proliferasi; sesudah ovulasi, endometrium memasuki fase
sekresi.

• Kadar estrogen dan progesteron ↓ pada akhir siklus haid 


regresi endometrium  perdarahan  Haid
Faktor-faktor yang mempengaruhi
mekanisme haid:
• Faktor-faktor enzim
• Fase proliferasi  estrogen mempengaruhi tersimpannya enzim-enzim
hidrolitik dalam endometrium, merangsang pembentukan glikogen & asam-
asam mukopolisakarida (untuk pembangunan endometrium: stroma).

• Fase luteal  sintesis mukopolisakarida terhenti  permeabilitas pembuluh


darah ↑  banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma (persiapan implantasi
jika terjadi kehamilan).

• Tidak terjadi kehamilan  progesteron ↓  enzim-enzim hidrolitik dilepaskan


 merusak sel-sel yang berperan dalam sintesis protein  gangguan
metabolisme endometrium  regresi  perdarahan.
• Faktor-faktor vaskular
• Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi (arteri-
arteri, vena-vena, dan hubungan antaranya) dalam lapisan
endometrium.
• Regresi endometrium  statis dalam vena dan saluran-saluran yang
menghubungkannya dengan arteri  nekrosis & perdarahan

• Faktor prostaglandin
• Endometrium banyak mengandung prostaglandin E2 dan F2.
• Disintegrasi endometrium  prostaglandin terlepas  miometrium
kontraksi  membatasi perdarahan haid.
Fisiologi Reproduksi
dan Kehamilan
Spermatogenesis
• Berlangsung di testis, tepatnya di dinding saluran
tubulus seminiferus.
• Spermatogonium berada di lapisan basal lamina tubulus
seminiferus.
• Sel tipe A akan tetap di basal, sedangkan sel B akan
menjadi spermatosit primer.
• FSH dan LH dihasilkan hipofisis anterior.
• Testosteron dan androgen dihasilkan testis.
• FSH menstimulasi spermatogenesis dengan
menstimulasi sel sustentacular memproduksi Androgen
Binding Protein (ABP) sehingga sel-sel spermatogenik
lebih sensitif terhadap efek stimulasi testosteron.
• LH yang berikatan dengan sel Leydig, merangsang sel
Leydig memproduksi testosteron dan androgen yang
mendukung spermatogenesis
Spermatogenesis
Oogenesis
Masa subur
• Adalah masa dimana akan terjadi kehamilan pada saat fertilisasi.
Pada masa itulah, sel telur yang dihasilkan berada dalam keadaan
siap untuk dibuahi.
Proses Fertilisasi
Terbentuknya Zigot

1. Spermatozoa melepaskan
hyaluronidase dan enzim akrosom yang
memungkinkan spermatozoa
menembus zona pellucida.
2. Setelah menembus zona
pellucida, membran plasma
sperma akan bergabung dengan
oosit.
3. Terjadi reaksi kortikal sehingga inti sperma akan
dikelilingi sitoplasma oosit dan tidak ada sperma baru
yang dapat menembus zona pellucida. Terbentuk zigot.
Meiosis II akan berlangsung
setelah sperma bergabung dengan
oosit II.

Setelah pronukleus sperma dan


ovum bergabung, terbentuk zigot.

Zigot akan mengalami pembelahan


DNA diikuti pembelahan secara
mitosis.

Selanjutnya zigot akan


berimplantasi pada dinding uterus
untuk menjalani pertumbuhan dan
perkembangan lebih lanjut.
Nidasi dan implantasi

Inner cell mass adalah calon embryonic


disc, yang selanjutnya akan berkembang
menjadi fetus.

Trofoblas adalah lapisan pelindung blastokist di


bagian luar.
Implantasi
• Implantasi adalah proses penetrasi sitotrofoblas dan
sinsitiotrofoblas pada endometrium.
• Implantasi membutuhkan waktu sekitar 5 hari, selesai pada hari
ke-12 setelah ovulasi.
• Setelah implantasi terjadi, produksi hormon human chorionic
gonadotropin (hCG) oleh trofoblas akan meningkat.
 Sel2 trofoblas sekresi enzim2  berkontak dg endometrium 
cerna endometrium  pembentukan tonjolan2 spt jari dr sel
trofoblas
 Trofoblas membuat lubang untuk blastokista di endometrium
dan menyediakan gizi untuk embrio dengan menguraikan
jaringan endometrium yg kaya gizi
 Sbg respon terhadap zat yg dikeluarkan blastokista, sel
endometrium mensekresi prostaglandin untuk me↑
vaskularisasi , menyebabkan edema & me↑ simpanan zat gizi
 Jaringan endometrium yg mengalami perubahan  desidua
Plasentasi
Plasenta adalah organ sementara yang berasal dari jaringan ibu dan
fetus yang berfungsi sebagai tempat pertukaran sirkulasi darah.

Terbentuk sempurna pada sekitar bulan ke-4 kehamilan

Bagian-bagian endometrium dalam kehamilan:


• Decidua basalis: bagian endometrium di antara villi chorionic dan
stratum basalis.
• Decidua capsularis: melapisi rongga uterus di lokasi implantasi.
Pembentukan Plasenta
 Terbentuk dari jar.desidua (ibu) & korion (janin)
 Pd hari ke-12, embrio sudah tertanam sepenuhnya di
desidua dan jar. trofoblas telah mencapai ketebalan 2 lapis
 korion
 Krn sekresi enzim, korion membentuk rongga2  dinding
kapiler di desidua erosi  rongga terisi genangan darah
ibu yg tidak membeku krn adanya antikoagulan dari korion
 Jar.korion membentuk tonjolan spt jari di genangan darah
& memasukkan kapiler ke dalamnya  vilus plasenta yg
dikelilingi selapis membran tipis sebagai sawar pertukaran
antara ibu dan janin
 sirkulasi janin melalui korda umbilikalis  penghubung
janin dan plasenta
Hormon Plasenta
Hormon Fungsi
Human chorionic -Mempertahankan korpus luteum
gonadotropin -Merangsang sekresi testosteron oleh testis pada janin
(HcG)
Estrogen -Merangsang pertumbuhan miometrium
-Meningkatkan kekuata uterus untuk persalinan
-Membantu mempersiapkan kel. Mammae untuk laktasi
Progestron -Menekan kontraksi uterus
-Mendorong pembentukan mukus serviks
-Membantu mempersiapkan kel. Mammae untuk laktasi
Human chorionic -Membantu mempersiapkan kel. Mammae untuk laktasi
somato- - ↓ penggunaan glukosa ibu => aliran glukosa janin↑
mammotropin
Relaksin - melunakkan serviks sbg persiapan dilatasi saat
(persiapan persalinan
persalinan) - Melemaskan jar.ikat antara tulang2 panggul
Selaput Amnion
 Selaput amnion merupakan jaringan avaskuler yang
juga meliputi tali pusat
 Bagian dalam berhubungan dengan cairan,
merupakan jar. Sel kuboid yg berasal dr ektoderm,
berfungsi mentransfer cairan metabolik
 Bagian luar adalah jar.mesenkim yg berasal dr
mesoderm, berfungsi menghasilkan zat antibakteri &
kolagen => selaput lentur dan kuat
 Selaput amnion yg meliputi permukaan plasenta akan
mendapatkan difusi dari pembuluh darah korion di
permukaan
Cairan Amnion
 Merupakan pelindung dan bantalan untuk proteksi
dan menunjang pertumbuhan yang telah dibentuk
sejak awal kehamilan
 Kadar cairan amnion tdk berbeda dari serum ibunya
=> merupakan difusi dari ibu
 Vol cairan pd kehamilan aterm rata2 : 800ml, pH 7,2
dan berat jenis 1,008
 Fungsi :
◦ menghambat bakteri karena mengandung fosfat dan seng
◦ Deteksi dini kelainan kromosom & DNA
Ex : polihidramnion (>2L) => trisomi 18, diabetes
oligohidramnion => kelainan ginjal janin, trisomi 21/13,
hipoksia janin
◦ Test AFP janin => deteksi sindrom down
Skrining pra-kehamilan dan saat kehamilan
Diagnosa Kehamilan Normal
Manifestations of pregnancy classified into three groups:
presumptive, probable, and positive.
1. PRESUMPTIVE MANIFESTATION
Symptoms:
• Ammenorhea: cessation of menses due to increase of
estro/progesterone by corpus luteum
• Delayed menses: emotional tension, chronic disease, opioid, dopaminergic meds,
endocrine disorders, genitourinary tumors
• Nausea & Vomiting: 50% pregnancy, most marked in 2-12 wks
gestation; severe in morning; precipitated by odors & pungent
smell
• Extreme: sign of multiple gestation/molar pregnancy (hyperemis gravidarum:
dehydration + ketonuria)  hospitalizaiton + relieve w/ antiemetic
• Breast:
• Mastodynia/tenderness: due to increased hormonal response of ducts
& alveolar system. Circulatory increases  engorgement & venous
prominence
• Similar tenderness experienced just before menses
• Enlargement of circumlacteal sebaceous gl of areola (Montgomery’s
tubercles)
• At 6-8 wks gestation: hormone stimulation
• Secondary breasts: prominent size & coloration along nipple line,
hypertrophy of axillary breast tissue  lump in axilla
• Colostrum secretion: begin after 16 wks gestation
• Quickening: 1st perception of fetal movement at 18-20 wks in primips, 14-
16 wks multips
• Mistaken w/ intestinal peristalsis
• Urinary tract: bladder irritability, freq nocturia,  increase bladder
circulation & pressure from enlarged uterus
• Mistaken UTI
Signs:
• Increased basal body temperature
• Skin:
• Cholasma: darkening skin over forehead, bridge of nose,
cheekbones (>16 wks gestation, precipitated by sunlight
exposures)
• Linea nigra: darkening of nipples and lower midline
abdomen from umbilicus  pubis (darkened linea alba)
• Increased MSH
• Stretchmarks/striae in breast, abd, thigh: separation of
collagen tissue  irregular scars due to greater tension
• Multips: + silvery due to cicratics of prev striae
• Spider telangiectasia/angioma, palmar erythema
• Could be in pts w/ liver failure
Diagnosa Kehamilan Normal
2. PROBABLE MANIFESTATION
Symptoms: same as presumptive
Signs:
1. Pelvic organs:
• Chadwick’s sign: congestion of pelvic vascularization  bluish/purplish
vagina/cervix
• Leukorrhea: increased vaginal discharge (+ epith/ cell & cervical mucus) 
hormone stimulation
• Bones & ligaments of pelvis: slight & definite relaxation of joints (mostly in
symphysis pubic)
2. Abdominal enlargement: progressive 7-28 weeks
3. Uterine contractions:
• Globular  rotates to right
• Painless uterine contraction (Braxton Hicks): tightening or pressure begins
about 2-8 wks; increased in regularity, disappear w/ walking/exercise
True labor: contraction more intense
Diagnosa Kehamilan Normal
3. POSITIVE MANIFESTATION • Embryonic period (10 wks LMP) 
human appearance
• Not produced until 1st trimester
• Pregnancy test
• Fetal Heart tones (FHTS)
• Early: changes in lvl of hCG (beta)
• Hand held dopplers in 10 wks
• hCG produced by
gestation
syncytiothrophoblast 8 dys after
• N fetal HR: 120-160 bpm fertilization  detected in maternal
• Detected by fetoscope by 18-20 wks serum after implantation (~8-11
gestation days after conception)
• Palpation of fetus • Urinary pregnancy test: Most
common to confirm
• After 22 wks  fetal outline can be
palpated through abdominal wall • Identifies B-hCG (1-5 minutes
for result)
• Fetal movement palpated after 18
wks • Qualitative +/- based on color
change
• US of fetus
• hCG lvl = 5-50 mIU/mL
• Cardiac activity at 5-6 wks
• First voided morning urine
• Limb buds at 7-8 wks sample used
• Finger & limb movement at 9-10
wks
ANC (Kontrol Kehamilan)
• Untuk menghindari risiko komplikasi pd kehamilan & persalinan,
dianjurkan tiap bumil u/ kunjungan antenatal komprehensif
berkualitas minimal 4 kali, minimal 1 kali kunjungan diantar
suami/pasangan atau anggota keluarga sbg berikut:

• Anjurkan ibu u/ px diri ke dokter setidaknya 1x u/ deteksi kelainan medis scr umum
• Memantau kehamilan gunakan buku KIA, diisi tiap kali melakukan kunjungan antenatal,
berikan pd ibu u/ disimpan & bawa kembali pd kunjungan berikutnya
• + info perencanaan persalinan & pencegahan komplikasi (P4k) pd ibu
• Anjurkan mengikuti kelas Ibu

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
• Kunjungan 1: lengkapi
riwayat medis spt tertera d
tabel:
• Kunjungan berikutnya,
perhatikan catatan
kunjungan sebelumnya +
tanya keluhan ibu slm
kehamilan berlangsung

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Pemeriksaan Fisik Umum
Pemeriksaan fisik umum pada kunjungan Pemeriksaan fisik umum pada
pertama: kunjungan berikutnya:
• Tanda vital: (tekanan darah, suhu badan, • Tanda vital: (tekanan darah,
frekuensi nadi, frekuensi napas) suhu badan, frekuensi nadi,
pernafasan napas)
• Berat badan
• Tinggi badan • Berat badan

• Lingkar lengan atas (LILA) • Edema


• Pemeriksaan terkait
• Muka : apakah ada edema atau terlihat pucat
masalah yang telah
• Status generalis atau pemeriksaan fisik teridentifikasi pada
umum lengkap, meliputi: kunjungan sebelumnya
• kepala, mata, higiene mulut dan gigi, karies,
• tiroid, jantung, paru,
• payudara (apakah terdapat benjolan, bekas operasi
di daerah areola, bagaimana kondisi puting),
• abdomen (terutama bekas operasi terkait uterus),
• tulang belakang, ekstremitas (edema,varises,
refleks patella), serta
• kebersihan kulit

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Pemeriksaan Fisik Obstetri
Pemeriksaan fisik obstetri pada kunjungan pertama:
• Tinggi fundus uteri (menggunakan pita ukur bila usia kehamilan > 20
minggu)
• Vulva/perineum: varises, kondiloma, edema, hemoroid, atau kelainan
lainnya.
• Pemeriksaan dalam untuk menilai: serviks*, uterus*, adneksa*, kelenjar
bartholin, kelenjar skene , dan uretra (*bila usia kehamilan < 2 minggu)
• Pemeriksaan inspekulo untuk menilai: serviks, tanda-tanda infeksi, dan
cairan dari ostium uteri

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Pemeriksaan fisik obstetri pada setiap kunjungan berikutnya:
• Pantau tumbuh kembang janin dengan mengukur tinggi fundus
uteri. Sesuaikan dengan grafik tinggi fundus (jika tersedia),
atau lihat gambar berikut:
• Palpasi abdomen menggunakan manuver Leopold I-IV:
• Leopold I : menentukan tinggi fundus uteri dan bagian janin yang
terletak di fundus uteri (dilakukan sejak awal trimester I)
• Leopold II : menentukan bagian janin pada sisi kiri dan kanan
ibu(dilakukan mulai akhir trimester II)
• Leopold III : menentukan bagian janin yang terletak di bagian bawah
uterus (dilakukan mulai akhir trimester II)
• Leopold IV : menentukan berapa jauh masuknya janin ke pintu atas
panggul (dilakukan bila usia kehamilan > 36 minggu)
• Auskultasi denyut jantung janin menggunakan fetoskop atau
doppler (jika usia kehamilan > 16 minggu)

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Pemeriksaan Penunjang
• pemeriksaan laboratorium (rutin maupun sesuai indikasi) + pemeriksaan
ultrasonografi.
Lakukan pemeriksaan laboratorium rutin (untuk semua ibu hamil) pada
kunjungan pertama:
• Kadar Hb
• Golongan darah ABO & rhesus
• Tes HIV:
• ditawarkan pada ibu hamil di daerah epidemi meluas dan terkonsentrasi,
• di daerah epidemi rendah tes HIV ditawarkan pada ibu hamil dengan IMS dan TB
• Rapid test atau apusan darah tebal dan tipis untuk malaria:
• ibu yang tinggal di atau memiliki riwayat bepergian kedaerah endemik malaria dalam
2 minggu terakhir

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Lakukan pemeriksaan Lakukan pemeriksaan
laboratorium sesuai indikasi: ultrasonografi (USG).
• Urinalisis Pemeriksaan USG
• terutama protein urin pada direkomendasikan:
trimester kedua dan ketiga • Pada awal kehamilan (idealnya
• jika terdapat hipertensi sebelum usia kehamilan 15
• Kadar hemoglobin pada minggu)
trimester ketiga terutama jika • menentukan usia gestasi,
dicurigai anemia • viabilitas janin,
• Pemeriksaan sputum bakteri • letak dan jumlah janin
tahan asam (BTA) • deteksi abnormalitas janin yang
• ibu dengan riwayat defisiensi berat
imun, batuk > 2 minggu atau • Pada usia kehamilan sekitar 20
• LILA < 23,5 cm minggu untuk deteksi anomali
• Tes sifilis janin
• Gula darah puasa • Pada trimester ketiga untuk
perencanaan persalinan
Lakukan rujukan untuk
pemeriksaan USG jika alat atau
tenaga kesehatan tidak tersedia

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Catatan:
Tabel di atas adalah pedoman untuk ibu yang menjalani asuhan antenatal sesuai jadwal.
Jika ada jadwal kunjungan yang terlewatkan, lengkapi tatalaksana yang terlewatkan pada
kunjungan berikutnya.
Lakukan rujukan sesuai indikasi jika menemukan kelainan pada pemeriksaan terutama jika
kelainan tersebut tidak membaik pada kunjungan berikutnya.
( = rutin, (*) = sesuai indikasi, (*) = rutin untuk daerah endemis
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Identifikasi
Komplikasi &
Rujukan

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Untuk kehamilan dengan masalah kesehatan/komplikasi yang
membutuhkan rujukan, lakukan langkah-langkah berikut:
• Rujuk ke dokter untuk konsultasi
• Bantu ibu menentukan pilihan yang tepat untuk konsultasi (dokter
puskesmas, dokter spesialis obstetri dan ginekologi, dsb)
• Lampirkan kartu kesehatan ibu hamil berikut surat rujukan
• Minta ibu untuk kembali setelah konsultasi dan membawa surat dengan
hasil dari rujukan
• Teruskan pemantauan kondisi ibu dan bayi selama kehamilan
• Lakukan perencanaan dini jika ibu perlu bersalin di fasilitas kesehatan
rujukan:
• Menyepakati rencana kelahiran di antara pengambil keputusan dalam
keluarga (terutama suami dan ibu atau ibu mertua)
• Mempersiapkan/mengatur transportasi ke tempat persalinan, terutama
pada malam hari atau selama musim hujan
• Merencanakan pendanaan untuk biaya transportasi dan perawatan
• Mempersiapkan asuhan bayi setelah persalinan jika dibutuhkan

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
untuk kehamilan dengan kondisi kegawatdaruratan yang
membutuhkan RUJUKAN SEGERA:
• Rujuk segera ke fasilitas kesehatan terdekat di mana
tersedia pelayanan kegawatdaruratan obstetri yang
sesuai.
• Sambil menunggu transportasi, berikan pertolongan awal
kegawatdaruratan, jika perlu berikan pengobatan.
• Mulai berikan cairan infus intravena
• Temani ibu hamil dan anggota keluarganya
• Bawa obat dan kebutuhan-kebutuhan lain
• Bawa catatan medis atau kartu kesehatan ibu hamil, surat
rujukan, dan pendanaan yang cukup

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
N.Petrenko, MD, PhD. Normal & Complicated
Labour.
http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/inter
nal/ginecology2/classes_stud/en/nurse/adn/pt
n/2/Nursing%20Care%20of%20Childbearing%2
0Family/02.%20Unit%20test%20II.htm
N.Petrenko, MD, PhD. Normal & Complicated
Labour.
http://intranet.tdmu.edu.ua/data/kafedra/in
ternal/ginecology2/classes_stud/en/nurse/ad
n/ptn/2/Nursing%20Care%20of%20Childbear
ing%20Family/02.%20Unit%20test%20II.htm
Menentukan Usia kehamilan
HPHT
• Tanggal perkiraan lahir: Rumus Naegele
• Hari +7, Bulan -3, Tahun +1
• Mis: HPHT 4 Januari 2017  4+7=11; 01 -3bln = 10; 2017+1tahun =
2018  11 Oktober 2018
Tinggi fundus uteri
• Cara Bartholinen
• Mgg 12: 3 jari di atas simfisis
• 16: pertengahan simfisis – pusat
• 20: 1 jari d bawah pusat
• 24: 1 jari di atas pusat
• 26: 3 jari
• 32: pertengahan pusat – proc. Xiphoideus
• 36: 3 jari di bawah proc xiphoideus
• 40: 4 jari di bawah proc xyphoideus

Dasar-dasar Phantoom. Seksi diktat senat mahasiswa FK Undip


TL KEHAMILAN NORMAL
Suplemen & pencegahan penyakit
Zat besi & Folat Kalsium
• Beri ibu 60 mg zat besi elemental • Di area dengan asupan
segera setelah mual/muntah
berkurang + 400 μg asam folat kalsium rendah,
1x/hari sesegera mungkin selama suplementasi kalsium 1,5-2
kehamilan. g/hari dianjurkan
• Catatan: 60 mg besi elemental = 320 • pencegahan preeklampsia
mg sulfas ferosus. bagi semua ibu hamil,
• Efek samping umum dari zat besi: terutama yang memiliki risiko
gangguan saluran cerna (mual, tinggi (riwayat preeklampsia di
muntah, diare, konstipasi). kehamilan sebelumnya,
diabetes, hipertensi kronik,
• Tablet zat besi sebaiknya tidak
penyakit ginjal, penyakit
diminum + teh/kopi = mengganggu
autoimun, atau kehamilan
penyerapan.
ganda)
• Idealnya asam folat sudah mulai
diberikan sejak 2 bulan sebelum
hamil (saat perencanaan
kehamilan).
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
Aspirin Vaksin TT
• Pemberian 75 mg aspirin • Beri ibu vaksin tetanus
tiap hari dianjurkan untuk toksoid (TT) sesuai status
pencegahan preeklampsia imunisasinya.
bagi ibu dengan risiko • Pemberian imunisasi pada
tinggi, dimulai dari usia wanita usia subur atau ibu
kehamilan 20 minggu hamil harus didahului
dengan skrining untuk
mengetahui jumlah dosis
(dan status) imunisasi
tetanus toksoid (TT) yang
telah diperoleh selama
hidupnya.
• Pemberian imunisasi TT tidak
mempunyai interval (selang
waktu) maksimal, hanya
terdapat interval minimal
antar dosis TT.

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
• Jika ibu belum pernah imunisasi atau status
imunisasinya tidak diketahui, berikan dosis vaksin (0,5
ml IM di lengan atas) sesuai tabel berikut.

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
• Dosis booster mungkin diperlukan pada ibu yang sudah pernah diimunisasi.
Pemberian dosis booster 0,5 ml IM disesuaikan dengan jumlah vaksinasi
yang pernah diterima sebelumnya seperti pada tabel berikut:

Vaksin TT aman & tidak mempunyai KI dalam pemberiannya.


Meskipun demikian imunisasi TT jangan diberikan pada ibu dengan riwayat reaksi berat terhadap imunisasi
TT pada masa lalunya (contoh: kejang, koma, demam >400C, nyeri/bengkak ekstensif di lokasi bekas
suntikan).
Ibu dengan panas tinggi dan sakit berat dapat diimunisasi segera setelah sembuh.

Selalu sedia KIPI Kit (ADS 1ml, epinefrin 1:1000 dan infus set (NaCl 0.9% jarum infus, jarum suntik 23 G)
Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
KIE
Pastikan bahwa ibu memahami hal-hal • Perdarahan per vaginam
berikut: • Gangguan penglihatan
• Persiapan persalinan, termasuk: • Pembengkakan pada wajah/tangan
• Siapa yang akan menolong persalinan • Nyeri abdomen (epigastrium)
• Dimana akan melahirkan • Mual dan muntah berlebihan
• Siapa yang akan membantu dan • Demam
menemani dalam persalinan • Janin tidak bergerak sebanyak biasanya
• Kemungkinan kesiapan donor darah bila • Pemberian makanan bayi, air susu
timbul permasalahan
ibu (ASI) eksklusif, dan inisiasi
• Metode transportasi bila diperlukan
rujukan menyusu dini (IMD)
• Dukungan biaya • Catatan: Konseling pemberian
makanan bayi sebaiknya dimulai
• Pentingnya peran suami atau pasangan sejak usia kehamilan 12 minggu
dan keluarga selama kehamilan dan dan dimantapkan sebelum
persalinan. kehamilan 34 minggu.
• Tanda-tanda bahaya yang perlu
diwaspadai:
• Sakit kepala lebih dari biasa

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
• Penyakit yang dapat mempengaruhi kesehatan ibu dan janin misalnya
hipertensi, TBC, HIV, serta infeksi menular seksual lainnya.
• Perlunya menghentikan kebiasaan yang berisiko bagi kesehatan, seperti
merokok dan minum alkohol.
• Program KB terutama penggunaan kontrasepsi pascasalin
• Informasi terkait kekerasan terhadap perempuan
• Kesehatan ibu termasuk kebersihan, aktivitas, dan nutrisi
• Menjaga kebersihan tubuh dengan mandi teratur dua kali sehari,
mengganti pakaian dalam yang bersih dan kering, dan membasuh vagina
• Minum cukup cairan
• Peningkatan konsumsi makanan hingga 300 kalori/hari dari menu
seimbang. Contoh: nasi tim dari 4 sendok makan beras, ½ pasang hati
ayam, 1 potong tahu, wortel parut, bayam, 1 sendok teh minyak goreng,
dan 400 ml air.
• Latihan fisik normal tidak berlebihan, istirahat jika lelah.
• Hubungan suami-istri boleh dilanjutkan selama kehamilan (dianjurkan
memakai kondom)

Buku Saku Pelayanan Kesehatan Ibu di Fasilitas Kesehatan Dasar dan Rujukan
LO 6. KELAINAN PAYUDARA
• Mastitis
• Inverted Nipple
• Cracked Nipple
Mastitis
• Mastitis laktasi → masuknya bakteri melalui luka pada waktu
menyusui
• Mastitis non laktasi → infeksi pada kulit disekitar areola dan putting
(co, kista sebasea dan hidradenitis superatif)
Mastitis laktasi
Produksi ASI yang tidak dikeluarkan akibat berbagai sebab (co, obstruksi
ductus, frekuensi dan lama pemberiannya kurang, isapan bayi yang tidak
kuat, produksi ASI berlebih, dan rasa sakit waktu menyusui) → ASI yang tidak
dikeluarkan merupakan media yang baik untuk tumbuhnya bakteri
Mastitis dibagi 3 kelompok berdasarkan banyaknya leukosit dan jumlah
bakteri yang dikeluarkan dari ASI:
• ASI yang tidak keluar, <106 leukosit dan <103 bakteri
• Inflamasi non infeksi, >106 leukosit dan <103 bakteri
• Infectious mastitis, >106 leukosit dan <103 bakteri
Etiologi → Staphylococcus aureus, Staphylococcus albus, E. coli,
Streptococcus
Faktor predisposisi • Usia 21 – 35 th
• Teknik pemberian ASI • Kehamilan anak 1
• Riwayat mastitis
• Pengeluaran ASI yang terlambat
• Nutrisi: diet tinggi lemak, garam,
dan anemia
• Stress dan Lelah
• Trauma
Terapi
• Supportive counseling
• Pengeluaran ASI secara efektif, pemberian ab, atau pengobatan
simptomatik
• Abses payudara: insisi dan drainase, dan pemberian ab yang sesuai
Mastitis non laktasi
• Infeksi periareola
Terjadi pada wanita perokok → periductal mastitis
Gejala: inflamasi daerah periareola dengan/tanpa massa, abses periareola,
mammary duct fistula, retraksi putting dan keluarnya pus dari putting.
Tatalaksana: pengangkatan ductus yang terinfeksi
• Mammart duct fistula
Timbul akibat insisi atau drainase abses payudara non laktasi
Tatalaksana: eksisi fistel dan duktus yang terlibat
• peripheral non lactating breast abscesses
Jarang terjadi, biasanya disertai penyakit lain (DM, RA, terapi steroid, trauma)
sering pada perempuan muda
Terapi: insisi dan drainase, aspirasi dengan USG
• Selulitis dengan atau tanpa abses
Pada perempuan dengan BB lebih, payudara besar, pernah operasi atau radiasi
pada payudara.
Terapi: eksisi kulit yang terlibat
• Tuberkulosis
Kuman mencapai payudara dari KGB aksila, leher, mediastinum atau dari iga
(dibawah payudara)
Terapi: eksisi dan obat TBC
• Granulomatous lobular mastitis
Masaa multiple, lunak, nyeri, dan berbentuk mikroabses pada lobules payudara.
Etiologi: corynobacterium.
Terapi: antibiotic yang sensitif dari hasil resistensi
Nipple dicharge
• Keluar cairan dari puting (bisa putih, serous, kuning, atau serosanguinous
merah).
• Ada yang berhubungan dengan proses keganasan, bila terdapat:
• Teraba massa yang mencurigakan kearah keganasan
• Cairan keluar dari satu ductus payudara
• Usia >50th
• Laki laki
Perlu dilakukan pemeriksaan sitologi, USG dan mamografi untuk penegakkan
diagnosis keganasan
• Diagnosis:
• Lavase ductal
• Duktoskopi
• Etiologi: intraductal papilloma, multiple intraductal papilloma,
juvenile papillomatosis, intraductal karsinoma
• Pada kehamilan → cairan dapat keluar berwarna merah (n) akibat
dari payudara yang berkembang selama kehamilan
• Terapi: operasi, eksisi pada ductus, jika suatu keganasan di
tatalaksana sesuai dengan stadium keganasannya
Penyakit Paget
• Penyakit Paget pada payudara (Penyakit Paget pada puting atau
penyakit Paget mammae) adalah jenis kanker langka lingkaran kulit
puting menjadi lebih gelap di sekitarnya (areola).
• Dapat terjadi pada pria dan wanita (lebih banyak)
• Gejala penyakit Paget:
• Gatal, kesemutan, atau kemerahan pada puting dan / atau areola
• Kulit mengelupas, berkerak, atau menebal pada atau di sekitar puting
• Puting pipih
• Keluarnya cairan kekuningan atau berdarah dari puting susu
• Tatalaksana: mastectomy
Cracked nipples
• Sore or cracked nipples → akibat dari posisi atau perlekatan yang
salah, infeksi atau dermatitis pada puting, masalah anatomi (tongue
tie pada bayi atau kerusakan puting akibat penggunaan pompa
payudara yang salah)
• Hal yang perlu dilakukan pada cracked nipples:
• Sebelum menyusui:
1. Menawarkan ASI sebelum bayi menangis, ketika bayi menunjukkan isyarat
makan dini
2. Memposisikan diri dengan nyaman dan santai
3. Memijat payudara secara lembut dan berikan air hangat untuk membantu
ASI mengalir
4. Oleskan ASI pada sekitar aerola untuk melumasi putting susu
• Saat menyusui
1. Menawarkan puting yang lebih tidak sakit
2. Memastikan posisi dan perlekatan bayi tepat
3. Pada putting yang sakit, dapat diistirahatkan dari bayi selama 12 – 24 jam
untuk mengistirahatkan puting dan memungkinkan penyembuhan puting
dimulai
• Setelah menyusui
1. Memeriksa putting apakah ada tanda stress pada putting (garis merah/ atau
terlihat tergencet)
2. Mengoles beberapa tetes susu pada puting
• Hindari:
• Memakai atau mengoles sesuatu pada puting yang bersifat mengeringkan
atau dapat merusak kulit puting (prodak alcohol, handuk tekstur kasar)
• Memakai bra yang tidak pas
• Memakai pompa payudara yang memiliki daya isap yang kuat dan dapat
melukai puting
Mastitis
• Inflammation of parenchyma of
breast
• Infectious: bacteria, fungi, parasites
• Non-infectious: plasma cell
mastitis, granulomatous mastitis,
lymphocytic mastitis
• Nonpyogenic & non-infx Pathophysiology: bacteria gain access to the
mastitis: more subtle breast tissue through:
presentation (pain or lump; or the ducts;
incidental finding on screening when there is inspissation of secretions;
through fissures in the nipples, which
mammography)
usually develop during the early weeks of
• Uncommon, most cases of mastitis nursing;
& breast abscess occur during or from various forms of dermatitis
lactation, diabetic patients, heavy involving the nipple
smokers • Immediate source of organisms is
almost always infant’s nose & throat
• Infecting organisms can be cultured
from the milk
Breast Imaging Expert Radiology Series. Lawrence W. Bassett, Mary C Mahoney, Sophia Apple, Carl D'Orsi
J M Dixon ABC of breast diseases
• Breast infection is now much less common than it used to
be.
• It is seen occasionally in neonates; most commonly affects
women aged between 18 and 50 divided into: lactational &
non lactational infection.
• Infection can affect the skin overlying the breast:
• primary event
• secondary either to a lesion in the skin: sebaceous cyst, or to an
underlying skin condition, such as hidradenitis suppurativa.
• If an abscess develops, a small incision placed as
peripherally as possible to avoid damaging the breast bud
leads to rapid resolution.

J M Dixon ABC of breast diseases


Lactating Infection
• Better maternal & infant hygiene + early treatment antibiotics = reduced
the incidence of abscess formation during lactation.
• Infection is more frequent following a first child
• Commonly seen within the first six weeks of breastfeeding,
• Lactating infection presents with:
• Pain, swelling and tenderness.
• There is usually a history of a cracked nipple or skin abrasion
• S aureus is the most common organism responsible, but S epidermidis and
streptococci are occasionally isolated.
• Drainage of milk from the affected area is reduced.
• Promotion of milk drainage + early antibiotic therapy are the
cornerstones of treatment.
• Tetracycline, ciprofloxacin and chloramphenicol should not be used to treat
lactating breast infection as they may enter breast milk and can harm the
baby.
• The pain of lactation mastitis is helped by the application of gel packs

J M Dixon ABC of breast diseases


• If infection does not settle after one course of antibiotics, no
pus is detected on ultrasonography, clinical and imaging
assessments indicate that the lesion is infective or
inflammatory = antibiotic should be changed to cover other
possible pathogens, including MRSA.
• If inflammation or an associated mass lesion persists, further
investigation is required to exclude an underlying inflammatory
carcinoma
Breast Abscess (Suppurative stage)
• Erythema increases + breast are very tender + chills & fever
Non-lactating infection: subareolar breast ducts.
• Aerobic or anaerobic organisms then infect
Periareolar infection the damaged tissues.
• Most commonly seen in young women • All non-lactating women’s ducts are
(mean age 32). plugged with keratin, so duct
• Histologically: + active inflammation obstruction cannot be important
around non-dilated subareolar breast • Squamous metaplasia is likely to be a
ducts – a condition that is called consequence of infection, not the cause
periductal mastitis. of it.
• Has been confused with and called duct
ectasia: • Initial presentation of periductal
• duct ectasia is a separate condition affecting mastitis: periareolar inflammation (with
older women or without an associated mass) or with
• characterised by subareolar duct dilatation an established abscess.
• less pronounced and less active periductal
• Associated features: breast pain, nipple
inflammation.
retraction at the site of the diseased
• Current evidence suggests that smoking duct and nipple discharge.
is the most important factor in the
aetiology of periductal mastitis but not
in duct ectasia
• Substances in cigarette smoke may either
directly or indirectly damage the wall of the
J M Dixon ABC of breast diseases
Treatment of Periareolar inflammatory
• Course antibiotics that includes anaerobic cover + investigated
by ultrasonography;
• any abscess should be managed by aspiration or incision and drainage
• If the skin overlying the abscess is necrotic then the dead skin
should be excised
• If the mass is solid on ultrasonography or inflammation does not
resolve after appropriate treatment, care should be taken to exclude
an underlying neoplasm
• Abscesses associated with periductal mastitis recur commonly
because treatment by aspiration or incision does not remove
the underlying diseased duct and most patients continue to
smoke.
• Recurrent episodes of periareolar sepsis should be treated by
excision of diseased ducts under antibiotic cover by an
experienced breast surgeon.

J M Dixon ABC of breast diseases


non-puerperal peripheral infection:
• less commonly seen.
• Seen in older women with underlying chronic medical
conditions:
• diabetes, rheumatoid arthritis;
• women taking steroids or underwent a recent breast
intervention
Complication of periareolar inflammation
Mammary duct fistula
• A mammary duct fistula is a communication between the skin,
usually in the periareolar region, and a major subareolar breast duct
(Figure 4.13).
• A fistula can develop after incision and drainage of a non-lactating
abscess, it can follow spontaneous discharge of a periareolar
inflammatory mass, or it can result from biopsy of a periductal
inflammatory mass.
Treatment:
• Opening the fistula (fistulotomy) or excising of the fistula
(fistulectomy) and diseased duct or ducts under antibiotic cover.
• The best results are from fistula excision rather than fistulotomy
(Figure 4.15).
• Recurrence is common after surgery.
• The lowest rates of recurrence and best cosmetic results are
achieved by specialist breast surgeons.

J M Dixon ABC of breast diseases


J M Dixon ABC of breast diseases
J M Dixon ABC of breast diseases
Radiographic features of Mastitis
• On mammography:
• ill-defined regions of increased density
and skin thickening.
• US
• ill-defined area of hyperechogenicity =
infiltrated and inflamed fat lobules
• hypoechoic areas in the glandular
parenchyma, and associated mild skin
thickening are seen.
• Inflammatory axillary lymph nodes may
also be encountered.
• Occasionally abscess formation may be
visible.
Cracked nipple
• Nipple may become painful due to: • Local cleanliness during pregnancy & in
• Loss of surface epithelium puerperium (before & after breastfeeding to
prevent crust)
• Fissure situated at the tip or base of nipple
These 2 coexist = cracked nipple • Treatment:
• Correct attachment  immediate relief &
• Caused by: rapid healing
• Unclean hygiene  crust over nipple • Severe  use breast pump
• Retracted nipple • Inflamed nipple due to trush = miconazole
• Trauma from baby’s mouth due to incorrect lotion applied
attachment to breast (assymptomatic but • If fails to heal, use breast pump
painful when infant suck)
• Nipple shield can be used
• When infected  mastitis *spread to deeper
tissue • Persistent nipple ulcer  biopsy

• Prophylaxis:

Hiralal Konar. DC Dutta's Textbook of Obstetrics


Inverted Nipple
• Inverted nipple: non-projectile nipple
• The nipple is located on a plane lower than the areola.
• The nipple is invaginated and instead of pointing outward, is retracted into
the breast parenchymal and stromal tissue.
• The terms retraction and inversion often are used interchangeably, but such
usage is inexact.
• Retraction: only a slit shape area is pulled inward, whereas
• Inversion: entire nipple is pulled inward occasionally, far enough to lie below the
surface of the breast
• Inverted nipple may be seen in different forms and structures related to:
• the severity of fibrosis, lack of soft tissue bulk, and lactiferous ductus.
• In some cases, the nipple may be temporarily protruded if stimulated, but in
others, the inversion remains regardless of stimulus.

Ercan Karacaoglu. Correction of Inverted Nipple: Comparison of Techniques with


Novel Approaches: Yeditepe University/School of Medicine Department of Plastic
Surgery; Turkey. http://cdn.intechopen.com/pdfs-wm/33480.pdf
Classification, grading, pathologic basis of deformity
Nipple inversion can be either acquired or congenital.
• Acquired inverted nipple: Nipple inversion secondary to the previous breast surgery,
infiltrating ductal carcinoma, and mastitis are examples of the acquired types.
• Congenital inverted nipple: Congenital inverted nipple is the most frequent type.
The prevalance is reported as 2-10% (Lee et al., 2003; Alaxander & Campbell 1997).
Congenital inverted nipple is clinically classified into 3 groups:

Grade I nipple Grade II nipple Grade III nipple

• Easily pulled out manually & • Popped out by palpation but • severe form in which inversion
maintains its projection quite not as easily as in grade I. and retraction are significant.
well without traction. • The nipple tends to retract. • Manually popping out the
• The nipple is popped out by • The nipple has moderate nipple is extremely difficult.
gentle palpation around the fibrosis and the lactiferous • A traction suture is needed to
areola. ductus is mildly retracted but keep these nipples protruded.
• The soft tissue is intact in this does not need to be cut to • The fibrosis beneath the nipple
form and the lactiferous ducts release the fibrosis. is significant and the soft tissue
are normal. • These nipples have been shown is markedly insufficient.
to have rich collagenous • Histo examination: terminal
stromata with numerous lactiferous ductus and lobular
bundles of smooth muscle. units are atrophic and replaced
with severe fibrosis

(Sanghoo Yoon, 1999, Kim et al., 2003)


LO 7. KELAINAN PAYUDARA
• Inflamasi/abses
• Fibrokista
• FAM
• Tumor filoides
• Paget’s
• Ginekomastia
• Ca Mammae)
Nipple discharge
• Physiologic discharge
• Nonspontaneous, bilateral, induced from multiple ducts
• Colors: white, yellow, green, brown, bluish-gray-black
• Copious milky (non-assc w/ pregnancy): indicative galactorrhea (secondary to medications:
oral contraceptives, phenothiazines, antihypertensives or pituitary tumor (prolactinoma))
• Bloody discharge: intraductal papilloma, periductal mastitis, duct ectasia
• Pathologic discharge usually spontaneous & unilateral, arises from single duct.
• Suspicious lesion on mammography  cytology or core biopsy of lesion
• Spontaneous or inducible discharge from a single duct warrants surgery if it has
any of the following char:
• Bloody
• Persistent (2x/wk)
• + mass
• Woman >40

Atluri P. The Surgical Review: An Integrated Basic and Clinical Science Study Guide. 506 p.
Tumor of Breast
FIBROADENOMA
• Most common benign neoplasm of the female breast.
• Increase in estrogen activity is thought to contribute to its
development
• Similar lesions may appear with fibrocystic changes
(fibroadenomatoid changes).
• Fibroadenomas usually appear in young women; the peak incidence is
in the third decade of life
• Clinically: solitary, discrete, movable masses.
• may enlarge late in the menstrual cycle and during
pregnancy.
• After menopause they may regress and calcify.
• Cytogenetic studies reveal that the stromal cells are
monoclonal = represent the neoplastic element of
these tumors.
• Perhaps the neoplastic stromal cells secrete growth
factors that induce proliferation of epithelial cells.
• Fibroadenomas almost never become malignant.
Morphology Histologically
• The fibroadenoma occurs as a • loose fibroblastic stroma
discrete, usually solitary, freely containing ductlike, epithelium-
movable nodule, 1 to 10 cm in lined spaces
diameter. • These ductlike or glandular spaces
• Rarely, multiple tumors are are lined with single or multiple
encountered and, equally layers of regular + well-defined
rarely, they may exceed 10 cm cells w/ intact basement
in diameter (giant membrane.
fibroadenoma).
• Ductal spaces are open, round to
• Whatever their size, they are oval, and fairly regular
usually easily "shelled out.” (pericanalicular fibroadenoma)
Grossly • Others are compressed by
• all are firm, with a uniform tan- extensive proliferation of the
white color on cut section, stroma; cross-section: slits or
punctuated by softer yellow-pink irregular, star-shaped structures
specks representing the glandular (intracanalicular fibroadenoma)
areas
Phyllodes Tumor
• less common than fibroadenomas
• thought to arise from the periductal stroma and not from preexisting
fibroadenomas.
• They may be small (3-4 cm in diameter), but most grow to large, possibly
massive size, distending the breast.
• Some become lobulated and cystic; because on gross section they exhibit
leaflike clefts and slits, they have been designated phyllodes (Greek for
"leaflike") tumors.
• The most ominous change:
• appearance of increased stromal cellularity with anaplasia and high
mitotic activity
• rapid increase in size, usually with invasion of adjacent breast tissue by
malignant stroma.
• Most of these tumors remain localized and are cured by excision;
• malignant lesions may recur, but they also tend to remain localized.
• Only the most malignant, about 15% of cases, metastasize to distant
sites.
Paget disease
• Paget’s disease is an eczematoid change
of the nipple associated with an
underlying malignancy
• Paget’s disease may be localised or
occupy a large area
• Clinically, Paget’s disease always affects
the nipple from the start, whereas
eczema affects the areolar region initially
• only rarely involves nipple skin

J M Dixon ABC of breast diseases


Gynecomastia
• The growth of breast tissue in males to any extent in all ages
• Benign and usually reversible.
• It is commonly seen during puberty and old age.
• Occurs in 30–60% of boys aged 10–16 years and usually requires no
treatment, as 80% of cases resolve spontaneously within two years.
• Embarrassment or persistent enlargement is an indication for surgical
referral.
• Senescent gynaecomastia commonly affects men aged between 50 and 80,
and in most it does not seem to be associated with any significant
endocrine abnormality.

J M Dixon ABC of breast diseases


• Breast enlargement without pain or tenderness and without an easily
identifiable cause = indication for blood, hormone and biochemical
measurement.
• Mammography and ultrasound: differentiate between breast enlargement
due to fat or gynaecomastia and are valuable if malignancy is suspected.
• drug-related gynaecomastia = withdrawal of the drug or change to an
alternative treatment
• Gynaecomastia is seen in body builders who take anabolic steroids;
• some have learnt that by taking tamoxifen they can combat this.
• Both tamoxifen anddanazol improve symptoms in patients with
gynaecomastia, but recurrence after stopping drugs can be a problem.
• Tamoxifen at a dose of 10 mg is effective and produces fewer side
effects than 20 mg of tamoxifen or danazol, so it is the drug of first
choice.
• Surgery for gynaecomastia is not easy, should follow recognised protocols
and should be performed by experienced breast or plastic surgeons.

J M Dixon ABC of breast diseases


Benjolan Mammae

Anda mungkin juga menyukai