Anda di halaman 1dari 38

SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)

LI 1. Memahami dan Menjelaskan Makroskopik dan Mikroskopik Sistem Reproduksi Perempuan


1.1 Makroskopik Sistem Reproduksi Perempuan
1.1.1 Organ Genitalia Interna

http://healthfavo.com/wp-content/uploads/2013/08/female-reproductive-system.jpg
Uterus
Uterus merupakan organ berongga yang berbentuk buah pir dan berdinding tebal,
dilapisi peritoneum (serosa). Organ muskuler yang tebal, memiliki rongga dan berada di antara vesika urinaria
disebelah anterior dan rektum disebelah posterior. Panjang uterus 7.5 cm dan lebar 4-5 cm dengan berat
sekitar 60 gram. Cavitas uteri berbentuk segitiga pada penampang koronal, berbentuk celah pada penampang
sagital. Selama kehamilan berfungsi sebagai tempat implantasi, retensi dan nutrisi konseptus. Pada saat
persalinan dengan adanya kontraksi dinding uterus dan pembukaan serviks uterus, isi konsepsi dikeluarkan.
Rongga pada cervix uteri yang disebut canalis cervicis uteri melalui ostium histologicumuteri internum dan
dengan vagina melalui ostium uteri. Uterus terdiri dari:
- corpus, bagian uterus di atas isthmus atau di bawah muara tuba uterina
Merupakan bagian terbesar uterus; dibagian anterior menempel pada vesika urinaria dan dibagian
posterior menempel pada intestinum; dibagian lateral menempel pada berbagai struktur yang berada
didalam ligamentum latum (tuba falopii – ligamentum rotundum – ligamentum ovarii proprium – vasa
uterina dan ureter ). Arteria uterina menyilang ureter sebelum berjalan di dinding lateral uterus. Titik
persilangan tersebut kira-kira 1.5 cm dari fornix lateralis. Cavum uteri berbentuk segitiga dengan
kubah yang berada pada bidang setinggi kedua ostium tuba falopii dan apex bagian bawah setinggi
ostium uteri internum. Dinding uterus terdiri dari 3 lapisan:
o Serosa (peritoneum visceralis) yang melekat pada ligamentum latum uteri di intraabdomen
o Miometrium, berupa otot polos tiga lapis (dari luar ke dalam arah serabut otot
longitudinal,anyaman dan sirkular)
o Endometrium yang melapisi dinding cavum uteri. Selama kehamilan, serabut otot tersebut tidak
bertambah banyak namun mengalami hipertrofi. Endometrium adalah lapisan berongga yang
lunak yang mengandung sejumlah kelenjar dan dilapisi dengan “ciliated collumnar epithelium”;
bentuk kelenjar dan stroma bervariasi sesuai dengan siklus haid; ketebalan pasca menstruasi dini
± 1-2 mm dan menjelang menstruasi ± 4-7 mm.
- fundus, bagian uterus yang terletak di atas muara tuba uterina
- cornu,
- isthmus,
- serviks uteri, bagian di bawah isthmus, bagian corpus yang menyempit
Bagian terbawah uterus, servik uteri dibagi menjadi 2 bagian: pars vaginalis (berbatasan /
menembus dinding dalam vagina) dan pars supravaginalis ; dibagian dalam servik terdapat kanalis
servikalis. Serviks uterus terdiri dari 3 komponen utama: otot polos, jalinan (kolagen dan glikosamin)
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
dan elastin. Bagian luar di dalam rongga vagina yaitu portiocervicis uteri (dinding) dengan lubang
ostium uteri externum (luar, arah vagina) dilapisi epitel skuamokolumnar mukosa serviks, dan ostium
uteri internum (dalam, arah cavum). Sebelum melahirkan (nullipara / primigravida) lubang ostium
externum bulat kecil, setelah pernah/riwayatmelahirkan (primipara/ multigravida) berbentuk garis
melintang. Posisi serviks mengarah ke kaudal-posterior, setinggi spina ischiadica. Kelenjar mukosa
serviks menghasilkan lendir getah serviks yang mengandung glikoprotein kaya karbohidrat (musin) dan
larutan berbagai garam, peptida dan air. Ketebalan mukosa dan viskositas lendir serviks dipengaruhi
siklus haid.

Dalam keadaan normal posisi uterus adalah antefleksi anteversi. Uterus pada kehamilan lanjut: fundus
berbentuk kubah, insersi tuba serta ligamentum rotundum dibagian atas corpus uteri dan terlihat pasokan
vaskular yang hipertrofis.
Vaskularisasi: disuplai oleh A.uterina cabang A.iliaca interna. A.uterina beranastomosis dengan A.ovarica dan
A.vaginalis. Sistem venanya mengikuti sistem pembuluh nadinya dan bermuara ke dalam V.iliaca interna.
Aliran Limf: Pembuluh limf dari fundus uteri berjalan bersama arteria ovarica dan mengaliran limf ke nodi para
aortici setinggi vertebrata L1. Pembuluh limf dari corpus uteri dan cervix uteri bermuarake nodi iliaci externi.
Nervasi: Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari hypogastricus inferior
Ligamenta penyangga uterus: ligamentum latum uteri, ligamentum rotundum uteri, ligamentum cardinale,
ligamentum ovarii, ligamentum sacrouterina propium, ligamentum infundibulo pelvicum, ligamentum
vesicouterina, ligamentum rectouterina.

Tuba Uterina/ Tuba Falopii


Tuba Falopii merupakan dua buah saluran muskuler yang terbentang dari sudut superior uterus kearah lateral
dengan panjang masing-masing sekitar 8-14 cm. Saluran telur (tuba uterina falopii) adalah saluran antara
rongga rahim dengan indung telur. Pada bagian ujungnya saluran telur berbentuk seperti jemari disebut
fimbria berfungsi menangkap sel telur yang dilepaskan indung telur saat ovulasi. Saluran ini menghubungan
cavum uteri dengan cavum peritoneale. Dibagi menjadi 4 bagian :
- Pars uterina/ interstitsialis (intramularis), bagian tuba yang berjalan dalam dinding uterus mulai pada
ostium internum tubae.
- Pars Isthmica (penamang melintang paling sempit), bagian tuba sebelah keluar dari dinding uterus
dan merupakan bagiantuba yang lurus dan sempit.
- Pars Ampullaris, bagian tuba antara pars isthmixca dan infundibulum dan merupakan bagian tuba yang
paling lebar dan berbentuk huruf S, yang merupakan tempat terjadinya pertemuan antara sel telur dan
sel sperma (fertilisasi). Kemudian embrio yang berkembang akan bergerak menuju rongga rahim dengan
bantuan sapuan rambut-rambut getar (silia) di dinding saluran telur dalam waktu 7 hari.
- Pars Infundibularis (fimbriae), bagian yang berbentuk corong dan lubangnya menghadap kerongga
perut, Bagian ini mempunyai fimbria yang berguna sebagai alat penangkap ovum.
Dinding Tuba Falopii terdiri dari 3 lapisan: lapisan serosa, lapisan muskularis, lapisan mucosa. Mukosa tuba
dilapisi selapis sel kolumnar yang sebagian memiliki bulu-getar (silia) dan sebagian lain memiliki kelenjar.
Vaskularisasi: Arteria uterine merupakan cabang arteria iliaca interna sedangkan arteria ovarica cabang dari
aorta abdominalis. Vena mengikuti arteri.
Aliran Limf: pembuluh limf mengikuti jalannya arteria dan bermuara ke nodi iliaci interni dan para aortici.
Nervasi: Saraf simpatis dan parasimpatis berasal dari plexus hypogastricus inferior.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Ovarium
Ovarium (indung telur) adalah sepasang organ berbentuk seperti buah almond
(bulat memanjang, agak pipih dengan ukuran 3x1,5x1) yang berada di samping uterus di dekat dinding lateral
pelvis (pelvis minor) dan berada pada lapisan posterior ligamentum latum, postero-caudal tuba falopii.
Ovarium berfungsi dalam pembentukan dan pematangan folikel menjadi ovum (dari sel epitel germinal
primordial di lapisan terluar epitel ovarium di korteks), ovulasi (pengeluaran ovum), sintesis dan sekresi
hormon-hormon steroid (estrogen oleh teka interna folikel, progesteron oleh korpus luteum pasca ovulasi).
Panjang kira-kira 2.5-5.0 cm dengan lebar kira-kira 1.5-3.0 cm. Masing-masing memiliki permukaan medial
dan lateral. Masing-masing ovarium memiliki tepi anterior (mesovarium) dan tepi posterior yang bebas.
Dilekatkan oleh mesovarium paga lig latum ( berupa lipatan peritoneum sebelahlateral kiri dan kanan uterus).
Difiksasi oleh:
- Lig suspensorium ovarii( Lig infudibulopelvicum), lig ini menggangtungkanuterus pada dinding panggul
antara sudut tuba.
- Lig teres uteri ( lig rotundum): Terdapat pada bagian atas lateral dari uterus,caudal dari tuba, kedua lig ini
melalui canalis inguinalis ke bagian cranial labiummayus
Ovarium terbungkus oleh tunica albuginea yang mirip dengan yang dijumpai pada testis. Bagian luar ovarium
disebut cortex yang memiliki gamet dan di bagian dalam disebut medula yang mengandung banyak pembuluh
darah besar serta saraf. Cortex ovarium relatif avaskular dan dijumpai sejumlah folikel ovarium kecil. Masing-
masing folikel mengandung ovum immature (oosit) yang terbungkus dengan satu atau beberapa lapisan sel.
Bila oosit hanya dilapisi oleh satu lapisan sel, sel tersebut dinamakan sel folikel, bila dilapisi oleh beberapa
lapisan sel-sel tersebut dinamakan sel granulosa. Dibagian cortex terdapat sejumlah folikel dengan berbagai
derajat maturasi. Pada folikel primordial, oosit dilapisi oleh satu lapisan sel pipih (sguamoues epithelium).
Folikel primer memiliki dua atau lebih lapisan sel granulosa kubis yang mengitari oosit. Folikel sekunder
mengandung ruang-ruang berisi cairan diantara sel granulosa. Ruangan tersebut sering mengalami penyatuan
(coalesence) membuat cavum sentral yang disebut sebagai antrum. Folikel d’graf atau folilkel vesikuler yang
matur memiliki antrum yang sangat dominan dan folikel biasanya menonjol keluar permukaan ovarium. Setiap
bulan, pada wanita dewasa, satu dari folikel yang matang mengeluarkan oosit dari ovarium, peristiwa ini
disebut Ovulasi.
Vaskularisasi: disuplai oleh A.ovarica (cabang aorta abdominalis), sedangkan venanya muncul dari hilus
ovarium sebagai pleksus pampiniformis, diteruskan ke V.ovarica dextra lalu ke V.cava inferior (kecuali
V.ovarica kiri yang terlebih dahulu bermuara ke V.renalis sinistra).
Aliran Limf: pembuluh limf ovarium mengikuti arteria ovarica dan mengalirkan limf ke nodi para aortici,
setinggi vertebra L1.
Nervasi: persarafan ovarium berasal dari plexus aorticus dan mengikuti perjalanan arteria ovarica

(S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6.Jakarta. EGC)

1.1.2 Organ Genitalia Externa


Vulva
Tampak dari luar (mulai dari mons pubis sampai tepi perineum), terdiri dari mons pubis, labia mayora, labia
minora, clitoris, hymen, vestibulum, orificium urethrae externum, kelenjar-kelenjar pada dinding vagina.
Mons pubis / mons veneris
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Lapisan lemak di bagian anterior symphisis os pubis. Pada masa pubertas daerah ini mulai ditumbuhi rambut
pubis. Selain berisi jaringan lemak, juga diisi oleh jaringan ikat, pembuluh darah dan saraf-saraf. Mons pubis
meluas ke bawah belakang ke labium mayora.
Labia mayora
Lapisan lemak lanjutan mons pubis ke arah bawah dan belakang (dorsocaudal), banyak mengandung pleksus
vena. Homolog embriologik dengan skrotum pada pria. Ligamentum rotundum uteri berakhir pada batas atas
labia mayora. Di bagian bawah perineum, labia mayora menyatu (pada commisura posterior). Suatu lipatan
kulit, ke berhubungan satu dengan yang lain membentuk comissura posterior labiorum majorum, yang
keventrocranial membentuk comissura anterior labiorum anterior majorum. Dapat dibedakan: facies lateralis,
mempunyai rambut dan banyak pimen sedangkan facies medialis, mempunyai glandula sebacea yg besar dan
tidak punya rambut. Terdapat jaringan pengikat, lemak dan jaringan menyerupai tunica dartos scroti. Cela
yang dibatasi oleh kedua labia mayora disebut rima pudendi.
Labia minora
Lipatan jaringan tipis di balik labia mayora dan tidak mempunyai folikel rambut. Ke dorsocaudal kedua labia
minora berhubungan satu dengan yang lain membentuk frenulum labiorum minorum. Ke venrocranial
berhubungan satu dengan yang lain membentuk preputium clitoridis menutupi glands clitoridis dari
ventrocranial. Dalam labium minus terdapat banyak pembuluh darah, glandula sebacea yang bermuara
langsung keluar, tidak ada folliculi rambut dan jaringan lemak serta banyak terdapat pembuluh darah, otot
polos dan ujung serabut saraf.
Clitoris
Terdiri dari caput/glans clitoridis yang terletak di bagian superior vulva, dan corpus clitoridis yang tertanam di
dalam dinding anterior vagina. Ujung proximal corpus cavernosum clitoridis melekat di dataran medial ramus
inferior ossis pubis dengan dataran lateralnya. Ke ventral kedua crura clitoridis bersatu membentuk corpus
clitoridis. Pada ujung distal corpus clitoridis terdapat corpus cavernosum glandis yang membentuk glans
clitoridis. Homolog embriologik dengan penis pada pria. Terdapat juga reseptor androgen pada clitoris. Banyak
pembuluh darah dan ujung serabut saraf, sangat sensitif.
Vestibulum vagina
Daerah yang terletak diantara kedua bulbi vestibuli dengan batas atas clitoris, batas bawah fourchet, batas
lateral labia minora.Berasal dari sinus urogenital. Terdapat 6 lubang/orificium, yaitu orificium urethrae
externum, introitus vaginae, ductus glandulae Bartholinii kanan-kiri dan duktus Skene kanan-kiri. Antara
fourchet dan vagina terdapat fossa navicularis. Kedalam vestibulun vagina bermuara: Urethrae, Gl vestibularis
mayor, Vagina, Gl vestibularis minor
Introitus / orificium vagina
Terletak di bagian bawah vestibulum. Pada gadis (virgo) tertutup lapisan tipis bermukosay aitu selaput dara /
hymen, utuh tanpa robekan. Hymen normal terdapat lubang kecil untuk aliran darah menstruasi, dapat
berbentuk bulan sabit, bulat, oval, cribiformis, septum atau fimbriae.Akibat coitus atau trauma lain, hymen
dapat robek dan bentuk lubang menjadi tidak beraturan dengan robekan (misalnya berbentuk fimbriae).
Bentuk himen postpartum disebut parous. Corrunculae myrtiformis adalah sisa-sisa selaput dara yang robek
yang tampak pada wanita pernah melahirkan / partus. Hymen yang abnormal, misalnya primer tidak
berlubang (hymenimperforata) menutup total lubang vagina, dapat menyebabkan darah menstruasi
terkumpul dirongga genitalia interna.
Vagina
Rongga muskulo membranosa berbentuk tabung mulai dari tepi cervix uteri di bagian kranial dorsal sampai
ke vulva di bagian kaudal ventral. Daerah di sekitar cervix disebut fornix, dibagi dalam 4 kuadran: fornix
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
anterior, fornix posterior, dan fornix lateral kanan dan kiri. Vagina memiliki dinding ventral dan dinding dorsal
yang elastis. Dilapisi epitel skuamosa berlapis, berubah mengikuti siklus haid.Fungsi vagina: untuk
mengeluarkan ekskresi uterus pada haid, untuk jalan lahir dan untuk kopulasi (persetubuhan). Bagian atas
vagina terbentuk dari duktus Mulleri, bawah dari sinus urogenitalis.
Batas dalam secara klinis yaitu fornices anterior, posterior dan lateralis di sekitar cervix uteri. Titik
Grayenbergh (G-spot), merupakan titik daerah sensorik di sekitar 1/3 anterior dinding vagina, sangat sensitif
terhadap stimulasi orgasmus vaginal. Vagina tidak hanya sebagai saluran kelamin pada perempuan, tetapi juga
dapat sebagaisaluran keluar dari uterus yang dapat mengalirkan darah menstruasi, sebagai jalan lahir
padawaktu partus.
Vaskularisasi:Arteri vaginalis, cabang arteria iliaca interna dan ramus vaginalis arteria uterina. Sedangkan pada
vena, vena vagina membentuk sebuah plexus venosus vaginalis di sekeliling vagina dan bermuara ke vena
iliaca interna.
Aliran Limf: Pembuluh limf dari sepertiga bagian atas vagina bermuara ke nodi iliaci externi dan interni,
pembuluh limf dari sepertiga bagian tengah vagina bermuara ke nodi iliaci interni, sedangkansepertiga bagian
bawahnya bermuara ke nodi inguinales superficiales.
Nervasi:Saraf yang mempersarafi vagina berasal dari plexus hypogastricus inferior.
Perineum
Daerah antara tepi bawah vulva dengan tepi depan anus. Batas otot-otot diafragma pelvis (m.levator ani,
m.coccygeus) dan diafragma urogenitalis (m.perinealis transversus profunda, m.constrictor urethra). Perineal
body adalah raphe median m.levator ani, antara anusdan vagina. Perineum meregang pada persalinan,
kadang perlu dipotong (episiotomi) untuk memperbesar jalan lahir dan mencegah ruptur.
(S. Snel, Richard. 2006. Anatomi Klinik Untuk Mahasiswa Kedokteran Edisi 6. Jakarta. EGC)

1.2 Mikroskopik
1.2.1 Organ Genitalia Interna
Uterus
Dari segi histologi, uterus terdiri dari tiga lapisan:
1. Lapisan serosa atau peritoneum viseral yang terdiri dari sel mesotelial.
2. Lapisan muscular atau miometrium yang merupakan lapisan paling tebal di uterus dan terdiri dari serat
otot halus yang dipisahkan oleh kolagen dan serat elastik. Berkas otot polos ini membentuk empat lapisan
yang tidak berbatas tegas. Lapisan pertama dan keempat terutama terdiri atas serat yang tersusun
memanjang, yaitu sejajar dengan sumbu panjang organ. Lapisan tengah mengandung pembuluh darah
yang lebih besar.
3. Lapisan endometrium yang terdiri atas epitel dan lamina propia yang mengandung kelenjar tubular
simpleks. Sel-sel epitel pelapisnya merupakan gabungan selapis sel-sel silindris sekretorus dan sel bersilia.
Jaringan ikat lamina propia kaya akan fibroblas dan mengandung banyak substansi dasar. Serat jaringan
ikatnya terutana berasal dari kolagen tipe III.
Lapisan endometrium dapat dibagi menjadi dua zona, (1) Lapisan fungsional yang merupakan bagian
tebal dari endometrium. Perubahan siklik dibagi menjadi beberapa tahap:
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)

http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/19_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/20_01.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/96_01.jpg
- Proliferatif (atau folikular), dibawah pengaruh estrogen ovarium, stratum functionale semakin tebal
dan kelenjar uterus memanjang dan berjalan lurus di permukaan. Arteri spiralis memanjang berkelok-
kelok.
- Sekretorik (atau luteal), dimulai setelah folikel matur. Perubahan d endometrium disebabkan oleh
pengaruh estrogen dan progesteron yang disekresi oleh korpus luteum fungsional, akibatnya stratum
functionale dan stratum basale endometrium menjadi lebih tebal karena bertambahnya sekresi
kelenjar dan edema lamina propria, epitel kelenjar uterus mengalami hipertrofi akibat adanya
akumulasi sekretorik yang kaya karbohidrat. Arteri spiralis terus berjalan ke bagian atas endometrium
dan tampak jelas karena dindingnya tebal. Selama fase sekretori, stratum functionale endometrium
ditandai oleh perubahan epitel permukaan silindris, kelenjar uterus dan lamina propria. Stratum basale
menunjukkan perubahan minimal.
- Menstruasi, endometrium di stratum functionale mengalami degenerasi dan terlepas. Endometrium
yang terlepas mengandung kepingan-kepingan stroma yang hancur, bekuan darah, dan kelenjar uterus
beserta produknya. Stratum basal endometrium tetap tidak terpengaruh selama fase ini. Bagian distal
arteri spiralis mengalami nekrosis, sedangkan bagian arteri yang lebih dalam tetap utuh.
(2) Lapisan basal yang paling dalam dan berdekatan dengan miometrium. Lapisan ini mengandung lamina
propia dan bagian awal kelenjar uterus. Lapisan ini berperan sebagai bahan regenerasi dari lapisan fungsional
dan akan tetap bertahan pada fase menstruasi. Endometrium adalah jaringan yang sangat dinamis pada
wanita usia reproduksi. Perubahan pada endometrium terus menerus terjadi sehubungan dengan respon
terhadap perubahan hormon, stromal, dan vaskular dengan tujuan akhir agar nantinya uterus sudah siap saat
terjadi pertumbuhan embrio pada kehamilan. Stimulasi estrogen dikaitkan erat dengan pertumbuhan dan
proliferasi endometrium, sedangkan progesteron diproduksi oleh korpus luteum setelah ovulasi mengahmbat
proliferasi dan menstimulasi sekresi di kelenjar dan juga perubahan predesidual di stroma.
Tuba uterina (tuba falopii), terdiri atas 4 segmen yaitu bagian Intramural (Pars Interstitial), Istmus, Ampula,
Infundibulum . Jari2/jumbai melebarke arah ovarium disebut fimbriae. Secara histologi, dinding tuba uterina
terdiri dari 3 lapisan: tunika mukosa, tunika muskularis, tunika serosa.
(Junqueira, L. C. and Carneiro, J., 2007. Histologi dasar. 10th ed. Jakarta: EGC.)
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)

http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/images/uem021he.jpg
http://www.ouhsc.edu/histology/Glass%20slides/21_01.jpg

Ovarium
Permukaan ovarium ditutupi oleh epitel selapis gepeng atau kuboid, yakni epitel germinal. Di bawah lapis
epitel germinal terdapat sebuah lapisan jaringan ikat padat yang tidak berbatas jelas membentuk tunika
albuginea. Jaringan korteks ovarium berada di bawah tunika albuginea. Di sini terdapat sejumlah besar folikel
ovarium sedang berkembang pada fase yang berbeda-beda.
Sebuah folikel ovarium terdiri atas sebuah oosit yang dikelilingi oleh satu atau lebih lapisan sel folikel.
Folikel dibagi ke dalam tiga fase perkembangan, yaitu folikel primordial, folikel berkembang, dan folikel de
Graaf atau matang.
Folikel primordial paling banyak dijumpai saat sebelum kelahiran. Terdiri atas sebuah oosit primer dengan
inti dan anak inti besar yang dibungkus oleh selapis sel folikel gepeng. Sementara folikel berkembang, stroma
ovarium yang mengelilingi folikel akan berdeferensiasi menjadi teka interna dan teka eksterna. Teka interna
kaya akan vaskular dan teka eksterna terutama terdiri atas jaringan ikat. Tidak ada pembuluh darah dalam
lapisan granulosa.
Sewaktu folikel berkembang pula, terbentuk ruang-ruang kecil di antara sel folikel yang berisi cairan
folikel. Folikel ini disebut folikel sekunder. Kemudian ruang-ruang ini menyatu dan akhirnya hanya membentuk
satu ruang besar yang disebut antrum. Sel-sel dari lapisan granulosa berkumpul pada satu bagian dinding
folikel, membentuk bukit kecil sel-sel, yaitu kumulus ooforus, yang mengandung oosit. Kumulus ooforus
ini menonjol kedalam antrum. Oosit tidak akan bertumbuh lagi dan dilapisi oleh sel granulosa tipis yang
disebut korona radiata. Folikel ini kini benama folikel de Graaf atau matang.
Proses ovulasi terdiri atas pecahnya folikel matang dan pelepasan ovum. Ovum bersama zona pelucida,
sel-sel yang meliputinya, dan beberapa cairan antrum meninggalkan ovarium dan masuk ke dalam tuba
uterina. Setelah ovulasi, sel granulosa dan sel-sel dari teka interna yang menetap dalam ovarium membentuk
kelenjar endokrin sementara yang disebut korpus luteum yang mensekresikan progesteron dan estrogen.
Struktur ovarium terdiri dari:
a) Korteks di bagian luar, terdiri dari:
- Stroma padat, mengandung folikel ovarium. Stroma berbentuk jala retikulin dengan sel bentuk gelendong.
- Sebelum pubertas hanya tdpt folikel primitif atau primer.
- Kematangan seks: adanya folikel yang berkembang dan hasil akhirnya berupa korpus luteum, folikel atretis.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
- Saat menopause folikel menghilang dan korteks jadi tipis dan terdiri dari jaringan ikat fibrosa
b) Medula dibagian dalam,tdd:
- Jaringan ikat fibroelastis berisi pembuluh darah besar, limf dan saraf.
Korpus Luteum
Bila tidak tjd fertilisasi maka korpus luteum hanya bertahan 10-14 hari dan berdegenerasi disebut korpus
luteum menstruasi
Bila terjadi fertilisasi, plasenta menghasilkan HCG dan menstimulasi korpus luteum untuk bertahan selama ±
6 bulan dan akan menurun tapi tidak hilang dan masih mensekresi progesteron sampai akhir kehamilan
disebut korpus luteum pregnans.
(Fawcett DW. 2004. Buku Ajar Histologi Bloom & Fawcett. 12th ed. Trans Tambayong J. Jakarta: EGC)

http://legacy.owensboro.kctcs.edu/gcaplan/anat2/histology/a%20ovary%203.jpg
https://secure.health.utas.edu.au/intranet/cds/cam202/Images/98-9824x200a.jpg
1.2.2 Organ Genitalia Externa
Vagina
Vagina adalah tabung fibromuskular dengan dinding yang terdiri dari tiga
lapisan: mukosa, muskularis dan adventitia dari vagina. MukosaEpitel
skuamosa bertingkat (dalam stratum basalis, intermediate stratum spinosum,
lapisan dangkal sel eosinofilik datar yang memang mengandung keratin tetapi
biasanyatidak membentuk lapisan tanduk yang benar) terletak pada lamina
propria yang sangatseluler (leukosit banyak). Menjelang muskularis beberapa
ruang kavernosa vaskular dapat dilihat (jaringan ereksi yang khas).
Muskularis Batin lapisan membujur melingkar dan luar otot polos yang
hadir. Inferior, otot, bulbo spongiosus lurik sukarela membentuk sphincter
sekitar vagina.
AdventitiaBagian dari adventitia berbatasan dengan muskularis cukup
padat dan berisi banyak seratelastis. Jaringan ikat longgar dengan pleksus
vena menonjol membentuk bagian luar adventitia.
http://www.lab.anhb.uwa.edu.au/mb140/corepages/femalerepro/images/vag02he.jpg

2. Memahami dan Menjelaskan Fisiologi dan Siklus Menstruasi Normal


SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
DAUR HAID
Sistem reproduksi wanita, tidak seperti pria menunjukkan perubahan siklik reguler yang secara teleologis
dapat dianggap sebagai persiapan periodik untuk pembuahan dan kehamilan. Pada manusia dan primata lain,
siklus ini adalah daur haid (siklus menstruasi), dan gambaran yang paling nyata adalah perdarahan vagina
periodik yang terjadi dengan terlepasnya mukosa rahim. Lama daur sangat bervariasi, tetapi angka rerata
adalah 28 hari dari permulaan satu periode haid sampai permulaan periode berikutnya.

http://antranik.org/wp-content/uploads/2012/03/complete-menstrual-cycle.png?c3f22f

Haid Normal
Darah haid terutama berasal dari arteri dengan hanya 25% darah berasal dari vena. Darah ini mengandung
sisa jaringan, prostaglandin, dan fibrinolisis dalam jumlah relatif besar dari jaringan endometrium. Fibrinolisis
melisiskan bekuan sehingga dalam keadaan normal, darah haid tidak mengandung bekuan kecuali bila
jumlahnya berlebihan. Lama haid biasanya 3-5 hari, tetapi pada wanita normal pengeluaran darah dapat
sesingkat 1 hari atau selama 8 hari. Jumlah darah yang keluar secara normal dapat berkisar dari sekedar bercak
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
sampai 80ml; jumlah rerata yang keluar adalah 30ml. pengeluaran lebih dari 80ml adalah abnormal. Jumlah
darah ynag keluar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor, yang meliputi ketebalan endometrium,
pengobatan, dan penyakit yang memengaruhi mekanisme pembekuan darah.

Siklus Anovulatorik
Pada beberapa keadaan, ovulasi tidak terjadi selama siklus haid. Siklus anovulatorik tersebut sering terjadi
pada 12-18 bulan pertama setelah menarche dan juga sebelum awitan menopause. Bila ovulasi tidak terjadi,
korpus luteum tidak akan terbentuk dan efek progesteron pada endometrium tidak akan timbul. Namun,
estrogen terus menyebabkan pertumbuhan endometrium dan endometrium proliferatif tersebut menjadi
cukup tebal untuk robek dan mulai terlepas. Waktu yang diperlukan untuk terjadinya perdarahan bervariasi,
namun biasanya terjadi kurang dari 28 hari dari periode haid terakhir. Jumlah darah yang keluar juga bervariasi
dan berkisar dari sedikit sampai relatif banyak.

Perubahan Siklik pada Serviks Uteri


Walaupun menyatu dengan korpus uteri, serviks uteri berbeda dalam beberapa hal. Mukosa serviks. Estrogen
menyebabkan mukus menipis dan lebih basa, yaitu perubahan yang meningkatkan ketahanan dan pergerakan
sperma. Progesteron menyebabkan mukus menebal, kental, dan banyak berisis sel. mukus menjadi paling tipis
saat ovulasi, dan elastisitasnya atau spinnbarkeit, meningkat sehingga pada pertengahan daur haid, datu
tetesan mukus dapat diregangkan menjadi sehelai benang tipis yang panjangnya dapat mencapai 8-12 cm
atau lebih. Selain itu, mukus ini mengering dengan pola yang bercabang-cabang dan menyerupai daun pakis,
bila selapis tipis dioleskan ke kaca objek. Setelah ovulasi dan selama kehamilan, mukus menjadi tebal dan tidak
membentuk pola pakis.

Siklus Vagina
Di bawah pengaruh estrogen, epitel vagina mengalami kornifikasi, dan pada apusan vagina dapat dilihat sel-
sel epitel kornifikasi. Di bawah pengaruh progesteron, terjadi sekresi mukus kental, dan epitel berproliferasi
serta disebuki oleh leukosit.

Menstruasi
Menstruasi adalah pengeluaran darah, mukus, dan debris sel dari mukosa uterus secara berkala. Menstruasi
adalah perdarahan periodik dari uterus yang dimulai sekitar 14 hari setelah ovulasi secara berkala akibat
terlepasnya lapisan endometrium uterus.
(Cunningham, F. G. et al, 2005. Obstetri Williams. Alih bahasa, Andry Hartono, Y.joko Suyono, Brahm U. Pendit
; editor bahasa Indonesia, Huriawati Hartanto et al. Edisi 21. Jakarta : EGC)

Peran Aksis Hipotalamus - Hipofisis Anterior – Ovarium


Ovarium memiliki dua unit endokrin terkait yaitu penghasil estrogen selama paruh pertama siklus, dan korpus
luteum, yang mengeluarkan progesteron dan estrogen selama paruh akhir siklus. Unit-unit ini secara
sekuensial dipicu oleh hubungan hormonal siklis yang rumit antara hipotalamus, hipofisis anterior, dan kedua
unit endokrin ovarium.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Fungsi gonad pada wanita secara langsung dikontrol oleh hormonhormon gonadotropik hipofisis anterior,
yaitu follicle-stimulatin hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH). Kedua hormon ini pada gilirannya diatur
oleh gonadotropin-releasing hormone (GnRH) dari hipotalamus yang sekresinya pulsatif serta efek umpan-
balik hormon-hormon gonad. Selama fase folikel, folikel ovarium mengeluarkan estrogen di bawah pengaruh
FSH, LH dan estrogen itu sendiri. Kadar estrogen yang rendah tetapi tetap terus meningkat tersebut pertama
menghambat sekresi FSH, yang menurun selama bagian terakhir fase folikel, dan kedua secara inkomplit
menekan sekresi LH, yang terus meningkat selama fase folikel. Pada saat pengeluaran estrogen mencapai
puncaknya, kadar estrogen yang tinggi itu akan memicu lonjakan sekresi LH pada pertengahan siklus. Lonjakan
LH ini menyebabkan ovulasi folikel yang matang. Sekresi estrogen merosot sewaktu folikel mati pada ovulasi.
Sel-sel folikel lama diubah menjadi korpus luteum, yang mengeluarkan progesteron serta estrogen
selama fase luteal. Progesteron sangat menghambat FSH dan LH, yang terus menurun selama fase luteal.
Korpus luteum bergenerasi dalam waktu sekitar dua minggu apabila ovum yang dikeluarkan tidak dibuahi atau
tertanam di uterus. Kadar progesteron dan estrogen menurun secara tajam pada saat korpus luteum
berdegenerasi, sehingga pengaruh inhibitorik pada sekresi FSH dan LH lenyap. Kadar kedua hormon hipofisis
anterior ini kembali meningkat dan merangsang berkembangnya folikel-folikel baru seiring dengan dimulainya
fase folikel. Fase-fase di uterus yang terjadi pada saat yang bersamaan mencerminkan pengaruh hormon-
hormon ovarium pada uterus. Pada awal fase folikel, lapisan endometrium yang kaya akan nutrien dan
pembuluh darah terlepas. Pelepasan ini terjadi akibat merosotnya estrogen dan progesteron ketika korpus
luteum tua dan berdegenerasi pada akhir fase luteal sebelumnya. Pada akhir fase folikel, kadar estrogen yang
meningkat menyebabkan endometrium menebal. Setelah ovulasi, progesteron dari korpus luteum
menimbulkan perubahan vaskuler dan sekretorik di endometrium yang telah dirangsang oleh estrogen untuk
menghasilkan lingkungan yang ideal untuk implantasi. Sewaktu korpus luteum berdegenerasi, dimulailah fase
folikel dan fase haid uterus yang baru.
(Sherwood, L., 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta: EGC)

Aspek Hormonal Dalam Siklus Menstruasi


Dari artikel penelitian yang ditulis oleh Razi Maulana (2008) mengutip dari sumber Syahrum et. al. (1994),
Greenspan et. al. (1998), dan (Deuster et.,al. (1999), menyatakan bahawa hormon adalah zat kimia yang
dihasilkan oleh kelenjar endokrin, yang langsung dialirkan dalam peredaran darah dan mempengaruhi organ
tertentu yang disebut organ target. Hormon-hormon yang berhubungan dengan siklus menstruasi ialah:
-GnRH (Gonadotropin Releasing Hormone)merupakan hormon yang diproduksi olehhipotalamus diotak.
GNRH akan merangsang pelepasan FSH (folicle stimulating hormone) di hipofisis. Bila kadar estrogen tinggi,
maka estrogen akan memberikan umpanbalik ke hipotalamus sehingga kadar GNRH akan menjadi rendah,
begitupun sebaliknya. Fungsi dari GnRH:
a. menstibmulasi produksi FSH dan LH
b. mengatur pelepasan FSH dan LH oleh kelenjar hipofisis
-PIH (prolactine inhibiting hormone) yang menghambat hipofisis untuk mengeluarkan prolaktin.
A. Hormon-hormon yang dihasilkan gonadotropin hipofisis meliputi :
1. Luteinizing Hormon (LH)
LH dihasilkan oleh sel-sel asidofilik (afinitas terhadap asam), bersama dengan FSH berfungsi mematangkan
folikel dan sel telur, merangsang terjadinya ovulasi, pembentukan korpus luteum, serta sintesis steroid seks.
Folikel yang melepaskan ovum selama ovulasi disebut korpus rubrum yang disusun oleh selsel lutein dan
disebut korpus. Fungsinya:
Laki-laki: menstimulasi produksi sperma dalam proses spermatogenesis dengan cara menstimulasi sel
intestisial leydig pada testis untuk mensekresikan testosteron
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Perempuan: membentuk korpus luteum dari folikel yang telah pecah, dan produksi progesteron oleh korpus
luteum
2. Folikel Stimulating Hormon (FSH)
FSH dihasilkan oleh sel-sel basofilik (afinitas terhadap basa). Hormon ini mempengaruhi ovarium sehingga
dapat berkembang dan berfungsi pada saat pubertas. FSH mengembangkan folikel primer yang mengandung
oosit primer dan keadaan padat (solid) tersebut menjadi folikel yang menghasilkan estrogen. Fungsinya:
Laki-laki: menstimulasi produksi sperma dengan cara mempengaruhi reseptor testosteron pada tubulus
semineferus
Perempuan: menstimulasi pertumbuhan dan pematangan folikel serta produksi estrogen pada corpus luteum
3. Prolaktin Releasing Hormon (PRH)
Secara pilogenetis, prolaktin adalah suatu hormon yang sangat tua serta memiliki susunan yang sama dengan
hormon pertumbuhan (Growth hormone, Somatogotropic hormone, thyroid stmulating hormone,
Somatotropin). Secara sinergis dengan estradia, prolaktin mempengaruhi payudara dan laktasi, serta
berperan pada pembentukan dan fungsi korpus luteum.
B. Steroid ovarium
Ovarium menghasilkan progesteron, androgen, dan estrogen. Banyak dari steroid yang dihasilkan ini juga
disekresi oleh kelenjar adrenal atau dapat dibentuk di jaringan perifer melalui pengubahan prekursor-
prekursor steroid lain; konsekuensinya, kadar plasma dari hormon-hormon ini tidak dapat langsung
mencerminkan aktivitas steroidogenik dari ovarium.
1. Estrogen
Fase pubertas terjadi perkembangan sifat seks primer. Kemudian juga terjadi perkembangan sifat seks
sekunder. Selanjutnya akan berlangsung siklus pada uterus, vagina dan kelenjar mammae. Hal ini disebabkan
oleh pengaruh hormon estrogen. Terhadap uterus, hormon estrogen menyebabkan endometriummengalami
proliferasi, yaitu lapisan endometrium berkembang dan menjadi lebih tebal. Hal ini diikuti dengan lebih
banyak kelenjar-kelenjar, pembuluh darah arteri maupun vena. Hormon estrogen dihasilkan oleh teka interna
folikel. Estradiol (E2) merupakan produk yang paling penting yang disekresi oleh ovarium karena memiliki
potensi biologik dan efek fisiologik yang beragam terhadap jaringan perifer sasaran. Peninggian kadar
estradiol plasma berkorelasi erat dengan peningkatan ukuran folikel pra-ovulasi. Setelah lonjakan LH, kadar
estradiol serum akan mencapai kadar terendah selama beberapa hari dan terjadi peningkatan kedua kadar
estradiol plasma yang akan mencapai puncaknya pada pertengahan fase luteal, yang akan mencerminkan
sekresi estrogen oleh korpus luteum. Studi kateterisasi telah menunjukkan bahwa peningkatan kadar estradiol
plasma pada fase pra-evolusi dan pertengahan fase luteal dari siklus. Fungsi estrogen:
- Uterus dan organ kelamin wanita: ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina, semuanya bertambah besar.
Selain itu, genitalia eksterna bertambah membesar, dengan deposisi lemak pada mons pubis dan labia
mayora dan disertai pembesaran labia minora.
- Tuba Fallopii: jaringan kelenjar lapisan tersebut berproliferasi, dan yang penting, estrogen menyebabkan
jumlah sel-sel epitel bersilia yang membatasi tuba fallopii bertambah banyak.
- Payudara: estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma payudara, (2) pertumbuhan sistem
duktus yang luas, (3) deposit lemak pada payudara
- Tulang rangka: menghambat aktivitas osteoklastik dan menyebabkan terjadinya penggabungan epifisis
dengan tulang panjang.
- Deposisi protein: peningkatan total protein tubuh, yang terbukti adanya keseimbangan nitrogen yang sedikit
positif apabaila diberikan estrogen
- Metabolisme dan penyimpanan lemak: meningkatkan laju kecepatan metabolisme seluruh tubuh. Juga
meningkatkan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
- Pada distribusi rambut: setelah pubertas akan tumbuh rambut pada aksila dan pubis
- Pada kulit: kulita berkembang menjadi tekstur yang halus dan lembut juga lebih vaskular
- Keseimbangan elektrolit: terjadinya retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal
2. Progesteron
Kadar progesteron adalah rendah selama fase folikuler, kurang dari 1 ng/ml (3,8 nmol/l) dan kadar
progesteron akan mencapai puncak yaitu antara 10-20 mg/ ml (32-64 nmol) pada pertengahan fase luteal.
Selama fase luteal, hampir semua progesteron dalam sirkulasi merupakan hasil sekresi langsung korpus
luteum. Pengukuran kadar progesteron plasma banyak dimanfaatkan untuk memantau ovulasi. Kadar
progesteron di atas 4-5 ng/ml (12,7-15.9 nmol/l) mengisyaratkan bahwa ovulasi telah terjadi. Perkembangan
uterus yang sudah dipengaruhi hormon estrogen selanjutnya dipengaruhi progesteron yang dihasilkan
korpus luteum menjadi stadium sekresi, yang mempersiapkan endometrium mencapai optimal. Kelenjar
mensekresi zat yang berguna untuk makanan dan proteksi terhadap embrio yang akan berimplantasi.
Pembuluh darah akan menjadi lebih panjang dan lebar. Fungsi progesteron:
- Uterus: meningkatkan perubahan sekretorik pada endometrium uterus, selama separuh terakhir siklus
seksual bulanan wanita, sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi. Selain
itu juga fungsinya mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi terus sehingga membantuk mencegah
terlepasnya implant
- Tuba fallopii: meningkatkan sekresi pada mukosa yang membatasi tuba fallopii. Sekresi ini dibutuhkan untuk
nutrisi ovum yang telah dibuahi dan sedang membelah sewaktu ovum bergerak dalam tuba fallopii sebelum
berimplantasi
- Payudara: meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara, sehingga berproliferasi dan sekretorik
3. Androgen
Androgen merangsang pertumbuhan rambut di daerah aksila dan pubes serta mampu meningkatkan libido.
Androgen terbentuk selama sintesis steroid di ovarium dan adrenal, sebagai pembekal estrogen. Androgen
pada wanita dapat berakibat maskulinisasi, maka pembentukan yang berlebih akan menyebabkan gangguan
yang berarti. Fase folikuler dan fase luteal kadar rata-rata testosteron plasma berkisar antara 0,2 ng/mg-
0,4ng/mg (0,69-1,39 nmol/l) dan sedikit meningkat pada fase pra-ovulasi.

(Maulana, R., 2008. Hubungan Karakteristik Wanita Usia Produktif dengan Premenstrual Syndrome (PMS) di
Poli Obstetri dan Gynekology BPK –RSUD dr. Zainoel Abidin Banda Aceh Tahun 2008.)

Faktor-faktor yang Berperan dalam Siklus Menstruasi


Produksi FSH dan LH berada di bawah pengaruh releasing hormone (FSHRH dan LH-RH) melalui rangsangan
hipotalamus ke hipofisis. Penyaluran RH ini sangat dipengaruhi oleh mekanisme umpan balik estrogen
terhadap hipotalamus. Begitu juga dengan pengaruh dari luar, seperti cahaya, bau-bauan melalui bulbus
olfakorius dan hal-hal psiko logik (Norwitz, 2001). Faktor-faktor lain yang ikut mempengaruhi termasuk ras,
usia menarche ibu, status nutrisi, lemak tubuh, teman dekat dan iklim. Studi menunjukkan pada level lemak
tubuh 17% sangat diperlukan bagi tubuh untuk memulai menstruasi.
1. Faktor enzim
Dalam fase proliferasi estrogen mempengaruhi tersimpannya enzimenzim hidrolitik dalam endometrium,
serta merangsang pembentukan glikogen dan asam-asam mukopolisakarida. Zat-zat yang terakhir ini ikut
berperan dalam pembangunan endometrium, khususnya dengan pembentukan stroma di bagian bawahnya.
Pada pertengahan fase luteal sintesis mukopolisakarida terhenti, yang berakibat mempertinggi permeabilitas
pembuluh-pembuluh darah yang sudah berkembang sejak permulaan fase proliferasi. Dengan demikian lebih
banyak zat-zat makanan mengalir ke stroma endometrium sebagai persiapan untuk implantasi ovum apabila
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
terjadi kehamilan. Jika kehamilan tidak terjadi, maka dengan menurunnya kadar progesterone, enzim-enzim
hidrolitik dilepaskan, karena itu timbul gangguan dalam metabolisme endometrium yang mengakibatkan
regresi endomentrium dan perdarahan.
2. Faktor vaskuler
Mulai fase proliferasi terjadi pembentukan sistem vaskularisasi dalam lapisan fungsional endometrium. Pada
pertumbuhan endometrium ikut tumbuh pula arteri-arteri, vena-vena. Dengan regresi endometrium timbul
statis dalam vena serta saluran-saluran yang menghubungkannya dengan arteri, dan akhirnya terjadi nekrosis
dan perdarahan dengan pembentukan hematom baik dari arteri maupun dari vena.
3. Faktor prostaglandin
Endometrium mengandung banyak prostaglandin E2 dan F2. dengan desintegrasi endometrium,
prostaglandin terlepas dan menyebabkan berkontraksinya miometrium sebagai suatu faktor untuk
membatasi perdarahan pada haid.
4. Ketidakseimbangan Hormon
Menstruasi iregular dapat disebabkan terlalu banyak atau sedikit hormon, yang dapat disebabkan oleh
masalah tiroid, sindrom polikistik ovarium, obat-obatan, perimenopause, sakit, gaya hidup, olah raga
berlebihan, dan stres.
5. Stres
Beban pikiran sangat berpengaruh terhadap kondisi tubuh, termasuk periode menstruasi. Kondisi pikiran yang
tidak stabil dapat menyebabkan kelenjar adrenal mengeluarkan kortisol. Hal ini berefek pada estrogen,
progesteron dan menurunkan produksi Gonadotropinreleasing hormone (GnRH) sehingga menghambat
terjadinya ovulasi atau menstruasi. Stress menyebabkan perubahan sistemik dalam tubuh, khususnya system
persarafan dalam hipotalamus melalui perubahan proklatin atau endogen opiat yang d apat memengaruhi
elevasi kortisol basal dan menurunkan hormone lutein (LH) yang menyebabkan amenorrhea.
6. Penyakit
Siklus menstruasi yang tidak teratur dalam waktu lama merupakan tanda-tanda adanya penyakit pada saluran
reproduksi. Misalnya, fibroid, kistas, endometriosis, polip, sindrom polikistik ovarium, infeksi pada saluran
reproduksi maupun kelainan genetik. Adanya penyakit-penyakit endokrin seperti diabetes, hipotiroid, serta
hipertiroid yang berhubungan dengan gangguan menstruasi. Prevalensi amenorrhea dan oligomenorrhea
lebih tinggi pada pasien diabetes. Penyakit polystic ovarium berhubungan dengan obesitas , resistensi insulin,
dan oligomenorrhea . Amenorrhea dan oligome norrhea pada perempuan dengan penyakit polystic ovarium
berhubungan dengan insensitivitas hormone insulin dan menjadikan perempuan tersebut obesitas .
Hipertiroid berhubungan dengan oligomenorrhea dan lebih lanjut menjadi amenorrhea. Hipotiroid
berhubungan dengan polymenorrhea dan menorraghia.
7. Perubahan rutinitas
Perubahan rutinitas dalam hidup dapat berpengaruh pada kondisi fisik. Misalnya, mereka yang harus berganti
jam kerja dari pagi menjadi malam. Hal ini biasa terjadi hingga tubuh menyesuaikan dengan pola atau rutinitas
baru.
8. Gaya hidup dan berat badan
Pilihan gaya hidup termasuk pola makan, mengkonsumsi alkohol, atau pemakai narkoba mempengaruhi
metabolisme progesteron dan estrogen. Terlalu banyak mengkonsumsi kafein dan rokok serta kelebihan dan
kekurangan berat badan juga berpengaruh pada kadar hormonal di tubuh. Pada kasus tertentu bahkan dapat
menghentikan menstruasi (amenorrhea) karena hipotalamus tidak dapat melepaskan GnRH. Masalah ini biasa
terjadi pada wanita yang sangat sibuk dan atlet.
9. Diet
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Diet dapat memengaruhi fungsi menstruasi. Vegetarian berhubungan dengan anovulasi, penurunan respons
hormone pituitary , fase folikel yang pendek, tidak normalnya siklus menstruasi (kurang dari 10 kali/tahun).
Diet rendah lemak berhubungan dengan panjangnya siklus menstruasi dan periode perdarahan. Diet rendah
kalori seperti daging merah dan rendah lemak berhubungan dengan amenorrhea.

(Wolfenden, Elizabeth M., 2010. Causes of Irregular Menstrual Bleeding. Available from:
http://www.livestrong.com/article/94169-causes-irregularmenstrual-bleeding/)
(Kusmiran, E. 2011. Kesehatan Reproduksi Remaja Dan Wanita. Jakarta: Salemba Medika.)

Siklus Menstruasi
1. Siklus Endomentrium
Siklus endo metrium menurut Bobak (2004), terdiri dari:
a. Fase proliferasi
Dinamakan juga fase folikuler, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium beraktivitas
membentuk dan mematangkan folikel-folikelnya serta uterus beraktivitas menumbuhkan lapisan
endometriumnya yang mulai pulih dan dibentuk pada fase regenerasi atau pascahaid. Pada siklus haid klasik,
fase proliferasi berlangsung setelah perdarahanhaid berakhir, dimulai pada hari ke-5 sampai 14 (terjadinya
proses ovulasi), misalnya hari ke-10 siklus 24 hari, hari ke-15 siklus 28 hari, hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan
endometrium secara lengkap kembali normal sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Dalam
fase ini endometrium tumbuh menjadi setebal ± 3,5 mm atau sekitar 8-10 kali lipat dari semula, yang akan
berakhir saat ovulasi.
Fase proliferasi tergantung pada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium. Fase proliferasi ini
berguna untuk menumbuhkan lapisan endometroium uteri agar siap mener ima sel ovum yang telah dibuahi
oleh sel sperma, sebagai persiapan terhadap terjadinya proses kehamilan. Pada fase ini terjadi pematangan
folikel-folikel di dalam ovarium akibat pengaruh aktivitas hormon FSH yang merangsang folikel-folikel tersebut
untuk menyintesis hormon estrogen dalam jumlah yang banyak. Peningkatan dan pengaruh dari aktivitas
hormon FSH pada fase ini juga mengakibatkan terbentuknya banyak reseptor hormon LH di lapisan sel -sel
granulosa dan cairan folikel- folikel dalam ovarium. Pembentuk an hormon estrogen yang terus meningkat
tersebut sampai kira-kira pada hari ke-13 siklus haid (menjelang terjadinya proses ovulasi ) akan
mengakibatkan terjadinya pengeluaran hormon LH yang banyak sebagai manifestasi umpan balik positif dari
hormon estrogen (positive feed back mechanism) terhadap adenohipofisis. Pada saat mendekati masa
terjadinya proses ovulasi, terjadi peningkatan kadar hormon LH di dalam serum dan cairan folikel-folikel yang
dihasilkan di dalamnya sehingga sebagian besar folikel di ovarium diharapkan mengalami pematangan (folikel
de Graaft).
Di samping itu, akan terjadi perubahan penting lainnya, yaitu peningkatan konsentrasi hormon estrogen
secara perlahan -lahan, kemudian melonjak tinggi secara tiba-tiba pada hari ke-14 siklus haid klasik (pada akhir
fase pfroliferasi), biasanya terjadi sekitar 16 -20 jam sbelum pecahnya folikel de Graaft, diikuti peningkatan
suhu basal badan sekitar 0,5oC. Adanya peningkatan pengeluaran kadar hormon LH yang mencapai puncaknya
(LH -Surge), estrogen dan progesteron menjelang terjadinya proses ovulasi akan memacu terjadinya proses
tersebut di ovarium pada hari ke-14 siklus haid.
Di sisi lain, aktivitas hormon estrogen yang terbentuk pada fase proliferasi tersebut dapat mempengaruhi
tersimpannya enzim -enzim dalam lapisan endometrium uteri serta merangsang pembentukan glikogen dan
asam-asam mukopolisakarida pada lapisan tersebut. Zat-zat ini akan turut serta dalam pembentukan dan
pembangunan lapisan endometrium uteri, khususnya pembentukan stroma di bagian dalam dari lapisan
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
endometrium uteri. Pada saat yang bersamaan terjadi pembentukan sistem vaskularisasi ke dalam lapisan
fungsional endometrium uteri.
Selama fase proliferasi dan terjadinya proses ovulasi di bawah pengaruh hormon estrogen terjadinya
pengeluaran getah atau lendir daei dinding serviks uteri dan vagina yang lebih encer dan bening. Pada saat
ovulasi getah tersebut mengalami penurunan konsentrasi protein (terutama albumin), sedangkan air dan
musin (pelumas) bertambah berangsur-angsur sehingga menyebabkan terjadinya penurunan viskositas
tersebut. Peristiwa ini diikuti dengan terjadinya proses-proses lainnya di dalam vagina , seperti perangsangan
peningkatan produksi asam laktat dam menurunkan nilai pH (derajat keasaman), yang akan memperkecil
resiko terjadinya infeksi di dalam vagina . Banyaknya getah yang dapat menyebabkan terjadinya kelainan yang
disebut keputihan karena pada flora normal di dalam vagina juga terdapat mikroorganisme yang bersifat
patogen potensial. Sebaliknya, se sudah terjadinya proses ovulasi (pada awal fase luteal) di bawah pengaruh
hormon progesteron getah atau lendir yang dikeluarkan dari serviks uteri dan vagina menjadi lebih kental dan
keruh.
Setelah terjadinya proses ovulasi, getah tersebut mengalami perubahan kembali dengan peningkatan
konsentrasi protein, sedangkan air dan musinnya berkurang berangsur-angsur sehingga menyebabkan
terjadinya peningkatan viskositas dan pengentalan dari getah yang dikeluarkan dari serviks uteri dan
vaginanya. Dengan kata lain, pada fase ini merupakan masa kesuburan perempuan.
b. Fase sekresi/luteal
Dinamakan juga fase sekresi atau fase prahaid, yaitu suatu fase yang menunjukan waktu (masa) ketika ovarium
beraktivitas membentuk korpus luteum dari sisa-sisa folikel-folikel matangnya ( folike l de Graaf) yang sudah
mengeluarkan sel ovumnya pada saat terjadinya ovulasi dan menghasilkan hormone progesterone yang akan
digunakan sebagai penunjang lapisan endometrium uteri untuk bersiap-siap menerima hasil konsepsi (jika
terjadi kehamilan) atau mela kukan proses deskuamasi dan penghambatan masuknya sel sperma (jika tidak
terjadi kehamilan).
Fase sekresi berlangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya
atau hari ke -14 (setelah terjadinya proses ovulasi) sampai hari ke-28, berlangsung fase luteal. Pada akhir fase
sekresi, endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalan seperti beludru yang
tebal dan halus. Endometrium menjadi kaya dengan darah dan sekresi kelenjar.
Pada fase ini mempunyai ciri khas tertentu, yaitu terbentuknya korpus luteum ovarium serta perubahan
bentuk (menjadi memanjang dan berkelokkelok) dan fungsi dari kelenjar-kelenjar di lapisan endometrium
uteri akibat pengaruh dari peningkatan hormone LH yang diikuti oleh pengeluaran hormone progesterone .
Adanya pengaruh aktivitas hormone progesterone dapat menyebabkan terjadinya perubahan sekretorik,
terutama pada lapisan endometrium uteri . Pengaruh aktivitas hormone progesterone selama fase luteal
dapat meningkatkan kosentrasi getah serviks uteri menjadi lebih kental dan membentuk jala-jala tebal di
uterus sehingga akan menghambat masuknya sel sperma ke dalam uterus. Bersamaan dengan hal ini,
hormone progesterone akan mempersempit daerah porsio dan serviks uteri sehingga pengaruh aktivitas
hormone progesterone yang lebih lama, akan menyebabkan degenerasi dari lapisan endometrium uteri dan
tidak memungkinkan terjadinya proses nidasi dari hasil konsepsi ke dinding uterusnya.
Pada saat setelah terjadinya proses ovulasi di ovarium, sel -sel granulose ovarium akan berubah menjadi sel-
sel luteal ovarium, yang berperan dalam peningkatan pengeluaran hormone progesterone selama fase luteal
siklus haid. Faktanya menunjukkan bahwa salah satu peran dari hormone progesterone adalah sebagai
pendukung utama terjadinya proses fertilisasi dan nidasi dari hasil konsepsi (zigot ) bila telah terjadi proses
kehamilan. Apabila proses kehamilan tersebut tidak terjadi, peningkatan hormone progesterone yang terjadi
tersebut akan mengikuti terjadinya penurunan hormone LH dan secara langsung hormon progesteron
(bersama dengan hormone estrogen ) akan melakukan penghambatan terhadap pengeluaran hormone FSH,
LH, LHRH, yang derajat hambatannya bergantung pada konsentrasi dan lamanya pengaruh hormone
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
progesterone tersebut. Kemudian melalui mekanisme ini secara otomatis hormon-hormon progesterone dan
estrogen juga akan menurunkan pengeluaran hormone LH, FSH, dan LHRH tersebut sehingga proses sintesis
dan sekresinya dari ketiga hormone hipofisis tersebut, yang memungkinkan terjadinya pertumbuhan folikel-
folikel dan proses ovulasi di ovarium selama fase luteal, akan berkurang atau berhenti, dan akan menghambat
juga perkembangan dari korpus luteum . Pada saat bersamaan, setelah terjadinya proses ovulasi, kadar
hormone estrogen mengalami penurunan. Hal ini disebabkan oleh terjadinya puncak peningkatan kadar
hormone LH dan aktivitasnya yang terbentuk ketika proses ovulasi terjadi dan berakibat terjadi proliferasi dari
sel-sel granulosa ovarium, yang secara langsung akan menghambat dan menurunkan proses sintesis hormone
estrogen dan FSH serta meningkatkan pembentukan hormone progesterone di ovarium.
Di akhir fase luteal , terjadi penurunan reseptor-reseptor dan aktivitas hormone LH di ovarium secara
berangsur -angsur, yang diikuti penurunan proses sintesis dan aktivitas hormone progesterone. Kemudian
diikuti penurunan hambatan terhadap proses sintesis hormone-hormon FSH dan estrogen yang telah terjadi
sebelumnya. Oleh karena itu, pada masa akhir fase luteal akan terjadi pembentukan kembali hormone FSH
dan estrogen dengan aktivitasaktivitasnya di ovarium dan uterus.
Pada saat yang bersamaan, peningkatan pengeluaran dan pengaruh hormone progesterone (bersama dengan
hormone estrogen) pada akhir fase luteal akan menyebabkan terjadinya penyempitan pembuluh-pembuluh
darah di lapisan endometrium uteri , yang kemudian dapat menimbulkan terjadinya proses iskhemia di lapisan
tersebut sehingga akan menghentikan proses metabolisme pada sel dan jaringannya. Akibatnya, terjadi
regresi atau deskuamasi pada lapisan t ersebut disertai perdarahan. Perdarahan yang terjadi ini merupakan
manifestasi dari terjadinya perdarahan haid.
c. Fase iskemi/premenstrual
Implantasi atau nidasi ovum yang dibuahi terjadi sekitar 7 sampai 10 hari setelah ovulasi. Apabila tidak terjadi
pembuahan dan implantasi, korpus luteum yang mensekresi estrogen dan progesteron menyusut. Seiring
penyusutan kadar estrogen dan progesteron yang cepat, arteri spiral menjadi spasme, sehingga suplai darah
ke endo metrium fungsional terhenti dan terjadi nekrosis. Lapisan fungsional terpisah dari lapisan basal dan
perdarahan menstruasi dimulai.
d. Fase menstruasi
Dinamakan juga fase deskuamasi atau fase haid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) terjadinya
proses deskuamasi pada lapisan endometrium uteri disertai pengeluaran darah dari dalam uterus dan
dikeluarkan melalui vagina.
Pada akhir fase luteal terutama saat-saat menjelang terjadinya perdarahan haid terjadi peningkatan hormon
estrogen yang dapat kembali menyebabkan perubahan sekretorik pada dinding uterus dan vagina, berupa
peningkatan produksi dan penurunan konsentrasi getah yang dikeluarkan dari serviks uteri dan vagina serta
peningkatan konsentrasi glikogen dalam serviks uteri dan vagina. Hal ini memungkinkan kembali te rjadinya
proses peningkatan pengeluaran getah yang lebih banyak dari serviks uteri dan vaginanya serta keputihan.
Terjadinya pengeluaran getah dari serviks uteri dan vagina tersebut sering bercampur dengan pengeluaran
beberapa tetesan darah yang sudah mulai keluar menjelang terjadinya proses perdarahan haid dari dalam
uterus dan menyebabkan terlihatnya cairan berwarna kuning dan keruh, yang keluar dari vaginanya. Sel-sel
darah merah yang telah rusak dan terkandung dari cairan yang keluar tersebut akan menyebabkan perubahan
sifat bakteri -bakteri flora normal yang ada di dalam vagina menjadi bersifat infeksius (patogen potensial) dan
memudahkannya untuk berkembang biak dengan pesat di dalam vagina.
Bakteri-bakteri infeksius yang terkandung dalam getah tersebut, kemudian dikeluarkan bersamaan dengan
pengeluaran jaringan dari lapisan endometrium uteri yang mengalami proses regresi atau deskuamasi dalam
bentuk perdarahn haid atau dalam bentuk keputihan yang keluar mendahului menjelang terjadinya haid.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Pada saat bersamaan, lapisan endometrium uteri mengalami iskhemia dan nekrosis, akibat terjadinya
gangguan metabolisme sel-sel atau jaringannya, yang disebabkan terhambatnya sirkulasi dari pembuluh -
pembuluh darah yang memperdarahi lapisan tersebut akibat dari pengaruh hormonal, ditambah dengan
penonjolan aktivitas kinerja dari prostaglandin F2a(PGF2a) yang timbul akibat terjadinya gangguan
keseimbangan antara prostaglandin-prostaglandin E2 (PGE 2) dan F2a(PGF2a) dengan prostasiklin (PGI2),
yang disintesis oleh sel-sel endometrium uteri (yang telah mengalami luteinisasi sebelumnya akibat pengaruh
dari hormon progesteron). Semua hal itu akan menjadikan lapisan endometrium uteri mengalami nekrosis
berat dan sangat memungkinkan untuk mengalami proses deskuamasi.
Pada fase menstruasi ini terjadi penyusutan dan lenyapnya korpus luteum ovarium (tempat menetapnya
reseptor -reseptor serta terjadinya proses pembentukan dan pengeluaran hormon progesteron dan LH
selama fase luteal).

e. Fase regenerasi .
Dinamakan juga fase pascahaid, yaitu suatu fase yang menunjukkan waktu (masa) terjadinya proses awal
pemulihan dan pembentukan kembali lapisan endometrium uteri setelah mengalami proses deskuamasi
sebelumnya. Bersamaan dengan proses regresis atau deskuamasi dan perdarahan haid pada fase menstruasi
tersebut, lapisan endometrium uteri juga melepaskan hormon prostaglandin E2 dan F2a yang akan
mengakibatkan berkontraksinya lapisan miometrium uteri sehingga banyak pembuluh darah yang terkandung
di dalamnya mengalami vasokonstriksi, akhirnya akan membatasi terjadinya proses perdarahan haid yang
sedang berlangsung.
Di sisi lain, proses penghentian perdarahan haid ini juga didukung oleh pengaktifan kembali pembentukan dan
pengeluaran hormon FSH dan estrogen sehingga memungkinkan kembali terjadinya pemacuan proses
proliferasi lapisan endometrium uteri dan memperkuata kontraksi otot-otot uterusnya. Hal ini secara umum
disebabkan oleh penurunan efek hambatan terhadap aktivitas adenohipofisis dan hipotalamus yang dihasilkan
dari hormon progesteron dan LH (yang telah terjadi pada fase luteal), saat terjadi perdarahan haid pada fase
menstruasi sehingga terjadi pengaktifan kembali dari hormon-hormon LHRH, FSH, dan estrogen. Kemudian
bersamaan dengan terjadinya proses penghentian perdarahan haid ini, dimulailah kembali fase regenerasi
dari siklus haid tersebut.
2. Siklus Ovulasi
Ovulasi merupakan peningkatan kadar estrogen yang menghambat pengeluaran FSH, kemudian hipofise
mengeluarkan LH (lutenizing hormon). Peningkatan kadar LH merangsang pelepasan oosit sekunder dari
folikel. Folikel primer primitif berisi oosit yang tidak matur (sel primordial). Sebelum ovulasi, satu sampai 30
folikel mulai matur didalam ovarium dibawah pengaruh FSHdan estrogen. Lonjakan LH sebelum terjadi ovulasi
mempengaruhi folikel yang terpilih. Di dalam folikel yang terpilih, oosit matur dan terjadi ovulasi, folikelyang
kosong memulai berformasi menjadi korpus luteum. Korpus luteum mencapai puncak aktivitas fungsional 8
hari setelah ovulasi, dan mensekresi baik hormon estrogen maupun progesteron. Apabila tidak terjadi
implantasi, korpus luteum berkurang dan kadar hormon menurun. Sehingga lapisan fungsional endo metrium
tidak dapat bertahan dan akhirnya luruh.
3. Siklus Hipofisis-hipotalamus
Menjelang akhir siklus menstruasi yang normal, kadar estrogen dan progesteron darah menurun. Kadar
hormon ovarium yang rendah dalam darah ini menstimulasi hipotalamus untuk mensekresi gonadotropin
realising hormone (Gn-RH). Sebaliknya, Gn-RH menstimulasi sekresi folikel stimulating hormone (FSH). FSH
menstimulasi perkembangan folikel de graaf ovarium dan produksi estrogennya. Kadar estrogen mulai
menurun dan Gn-RH hipotalamus memicu hipofisis anterior untuk mengeluarkan lutenizing hormone (LH). LH
mencapai puncak pada sekitar hari ke-13 atau ke-14 dari siklus 28 hari. Apabila tidak terjadi fertilisasi dan
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
implantasi ovum pada masa ini, korpus luteummenyusut, oleh karena itu kadar estrogen dan progesteron
menurun, maka terjadi menstruasi.
(Ganong, W.F. 2008. Buku Ajar fisiologi kedokteran.Edisi 22. Jakarta. EGC.
Guyton, AC. Hall JE. 2007. Buku Ajar fisiologi kedokteran.Edisi 11.Jakarta. EGC
Sherwood, L. 2011. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem. Edisi 2. Jakarta. EGC)

LI 3. Kelainan Siklus Haid


3.1 Definisi
Kelainan haid biasanya terjadi karena ketidak seimbangan hormon-hormon yang mengatur haid yang berasal
dari aksis hipotalamus-hipofisis-ovarium atau dapat juga disebabkan oleh kondisi medis alat genitalia.
Banyaknya perdarahan ditentukan oleh lebarnya pembukuan darah, banyaknya pembuluh darah yang
terbuka, dan tekanan intravaskular. Lamanya pedarahan ditentukan oleh daya penyembuhan luka atau daya
regenerasi. Daya regenerasi berkurang pada infeksi, mioma, polip dan pada karsinoma.

3.2 Klasifikasi

Ritmus abnormal seperti:


- Polimenorea - haid terlalu sering, interval < 21 hari
- Oligomenore - haid terlalu jarang, interval > 31 hari
- Amenorea - tidak haid
- Perdarahan tidak teratur, interval datangnya haid tidak tentu
- Perdarahan pertengahan siklus dalam bentuk spotting
a. Jumlah atau banyaknya darah (normal ganti pembalut 2-5x/hari)
- Hipermenorea - darah haid terlalu banyak, ganti pembalut >6 pembalut/hari dimana setiap pembalut
basah seluruhnya.
- Hipomenorea - darah haid terlalu sedikit, ganti pembalut < pembalut/hari
- Spotting
b. Lamanya perdarahan (normal 2 -5 hari)
- Menoragia - lamanya lebih dari 6 hari
- Brakhimenorea - lamanya < 2 hari
- Perdarahan sebelum dan sesudah haid
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
- Premenstrual spotting dan postmenstrual spotting

1. Kelainan dalam banyaknya darah dan lamanya perdarahan pada haid : Hipermenorea atau
menoragia dan Hipomenorea
2. Kelainan siklus : Polimenorea; Oligomenorea; Amenorea
3. Perdarahan di luar haid : Metroragia
4. Gangguan lain yang ada hubungan dengan haid : Pre menstrual tension (ketegangan pra haid);
Mastodinia; Mittelschmerz (rasa nyeri pada ovulasi) dan Dismenorea

1. Kelainan Dalam Banyaknya Darah Dan Lamanya Perdarahan Pada Haid


- Hipermenorea atau Menoragia
Definisi: Perdarahan haid lebih banyak dari normal atau lebih lama dari normal (lebih dari 8 hari), kadang
disertai dengan bekuan darah sewaktu menstruasi.
Sebab-sebab
o Hipoplasia uteri, dapat mengakibatkan amenorea, hipomenorea, menoragia. Terapi : uterotonika
o Asthenia, terjadi karena tonus otot kurang. Terapi : uterotonika, roborantia.
o Myoma uteri, disebabkan oleh : kontraksi otot rahim kurang, cavum uteri luas, bendunganpembuluh
darah balik.
o Hipertensi
o Dekompensio cordis
o Infeksi, misalnya : endometritis, salpingitis.
o Retofleksi uteri, dikarenakan bendungan pembuluh darah balik.
o Penyakit darah, misalnya Werlhoff, hemofili
Epidemiologi: (El-Hemaidi I1, Gharaibeh A, Shehata H. 2007. Menorrhagia and bleeding disorders. Curr Opin
Obstet Gynecol. 2007 Dec;19(6):513-20.)
Menoragia dialami oleh 30% wanita di usia produktif. Di Inggris, 20% perempuan dewasa dan 30% di
Amerika Serikat yang mendapat histerektomi sebelum umur 60 tahun memiliki masalah utama menoragia
setidaknya 50-70% dari kasus tersebut.
Tindakan Memberikan anti perdarahan seperti ergometrin tablet/injeksi.
- Hipomenorea
Definisi: perdarahan haid yang lebih pendek dan atau lebih kurang dari biasa.
Sebab-sebab Hipomenorea disebabkan oleh karena kesuburan endometrium kurang akibat dari kurang
gizi,penyakit menahun maupun gangguan hormonal.
Tindakan Merujuk ke fasilitas yang lebih tinggi dan lengkap.

2. Kelainan Siklus
- Polimenorea atau Epimenoragia
Definisi: siklus haid yang lebih memendek dari biasa yaitu kurang 21 hari, sedangkan jumlahperdarahan
relatif sama atau lebih banyak dari biasa.
Sebab-sebab Polimenorea merupakan gangguan hormonal dengan umur korpus luteum memendek
sehinggasiklus menstruasi juga lebih pendek atau bisa disebabkan akibat stadium proliferasi pendek atau
stadium sekresi pendek atau karena keduanya.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Terapi Stadium proliferasi dapat diperpanjang dengan hormon estrogen dan stadium sekresi menggunakan
hormon kombinasi estrogen dan progesteron.
- Oligomenorea
Definisi: siklus menstruasi memanjang lebih dari 35 hari, sedangkan jumlah perdarahan tetap sama.
Sebab-sebab Perpanjangan stadium folikuller; perpanjangan stadium luteal; kedua stadium menjadi
panjang; pengaruh psikis; pengaruh penyakit: TBC
Terapi Oligomenorea yang disebabkan ovulatoar tidak memerlukan terapi, sedangkan bila
mendekatiamenorea diusahakan dengan ovulasi.
- Amenorea
Definisi: keadaan tidak datang haid selama 3 bulan berturut-turut. Klasifikasi:
o Amenorea Primer, apabila belum pernah datang haid sampai umur 18 tahun.
o Amenorea Sekunder, apabila berhenti haid setelah menarche atau pernah mengalami haidtetapi
berhenti berturut-turut selama 3 bulan.
Sebab-sebab Fisiologis; terjadi sebelum pubertas, dalam kehamilan, dalam masa laktasi maupun dalam masa
menopause; gangguan pada aksis hipotalamus-hipofisis ovarium ; kelainan kongenital ; gangguansistem
hormonal; penyakit-penyakit lain; ketidakstabilan emosi; kurang zat makanan yang mempunyai nilai gizi
lebih.
Epidemiologi: Sekitar 3-4% dari populasi dengan usia reproduktif dapat ditemukan adanya amenore yang
bersifat patologik. Amenore didiagnosa pada perempuan yang tidak menstruasi :
1.sampai usia 13 tahun dan belum menunjukkan tanda – tanda pubertas
2.sampai usia 15 tahun walaupun sudah menunjukkan tanda pubertas lain
3. sudah menstruasi,tetapi tidak menstruasi lagi selama interval 3 siklus atau lebih atau selama 6 bulan
Amenorea primer merupakan suatu keadaan dimana tidak terjadi menstruasi pada wanita yang berusia 16
tahun ke atas dengan karaktersitik seksual sekunder normal, atau umur 14 tahun ke atas tanpa adanya
perkembangan karakteristik seksual sekunder. Amenorea primer terjadi pada 0.1 – 2.5% wanita usia
reproduksi.
Amenorea sekunderAmenorea sekunder adalah hilangnya menstruasi setelah menarche. Yaitutidak
terjadinya menstruasi selama lebih dari 6 bulan pada wanita yangbiasanya mendapat siklus menstruasi
teratur atau bisa sampai 12 bulanpada wanita yang biasanya mengalami oligomenorrhoea. Angka
kejadianberkisar antara 1 – 5%.
Terapi, tergantung dengan etiologinya. Secara umum dapat diberikanhormon-hormon yang merangsang
ovulasi, iradiasi dari ovarium dan pengembalian keadaan umum, menyeimbangkan antara kerja-rekreasi dan
istirahat.
3. Perdarahan di luar haid
- Metroragia
Definisi: perdarahan yang tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid. Klasifikasi
a. Metroragia oleh karena adanya kehamilan; seperti abortus, kehamilan ektopik.
b. Metroragia diluar kehamilan.
Sebab-sebab
1) Metroragia diluar kehamilan dapat disebabkan oleh luka yang tidak sembuh; carcinoma corpusuteri,
carcinoma cervicitis; peradangan dari haemorrhagis (seperti kolpitis haemorrhagia,endometritis
haemorrhagia); hormonal.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
2) Perdarahan fungsional : a) Perdarahan Anovulatoar; disebabkan oleh psikis, neurogen, hypofiser, ovarial
(tumor atau ovarium yang polikistik) dan kelainan gizi, metabolik, penyakitakut maupun kronis. b)
Perdarahan Ovulatoar; akibat korpus luteum persisten, kelainanpelepasan endometrium, hipertensi,
kelainan darah dan penyakit akut ataupun kronis.
Terapi kuretase dan hormonal.
4. Gangguan Lain Yang Ada Hubungan Dengan Haid
- Pre Menstrual Tension (Ketegangan Pra Haid)
Ketegangan sebelum haid terjadi beberapa hari sebelum haid bahkan sampai menstruasi berlangsung.
Terjadi karena ketidakseimbangan hormon estrogen dan progesterom menjelang menstruasi. Pre menstrual
tension terjadi pada umur 30-40 tahun.
Gejala klinik gelisah, susah tidur; perutkembung, mual muntah; payudara tegang dan sakit; terkadang
merasa tertekan.
Terapi Olahraga, perubahan diet (tanpa garam, kopi dan alkohol); mengurangi stress; konsumsi
antidepressan bila perlu; menekan fungsi ovulasi dengan kontrasepsi oral, progestin; konsultasidengan
tenaga ahli, KIEM untuk pemeriksaan lebih lanjut.
- Mastodinia atau Mastalgia
Definisi: rasa tegang pada payudara menjelang haid.
Sebab-sebab, Disebabkan oleh dominasi hormon estrogen, sehingga terjadi retensi air dan garam yang
disertai hiperemia didaerah payudara.
- Mittelschmerz (Rasa Nyeri pada Ovulasi)
Definisi: rasa sakit yang timbul pada wanita saat ovulasi, berlangsung beberapa jam sampai beberapa hari di
pertengahan siklus menstruasi. Hal ini terjadi karena pecahnya folikel Graff. Lamanya bisa beberapa jam
bahkan sampai 2-3 hari. Terkadang Mittelschmerz diikuti olehperdarahan yang berasal dari proses ovulasi
dengan gejala klinis seperti kehamilan ektopik yang pecah.
- Dismenorea
Definisi Adalah nyeri sewaktu haid. Dismenorea terjadi pada 30-75 % wanita dan memerlukan
pengobatan.Etiologi dan patogenesis dari dismenore sampai sekarang belum jelas. Klasifikasi
1) Dismenorea Primer (dismenore sejati, intrinsik, esensial ataupun fungsional); adalah nyeri haid yang
terjadi sejak menarche dan tidak terdapat kelainan pada alat kandungan. Sebab : psikis; (konstitusionil:
anemia, kelelahan, TBC); (obstetric : cervic sempit, hyperanteflexio, retroflexio); endokrin (peningkatan
kadar prostalandin, hormon steroid seks, kadar vasopresin tinggi). Etiologi : nyeri haid dari bagian perut
menjalar ke daerah pinggang dan paha, terkadang disertai dengan mual dan muntah, diare, sakit kepala dan
emosi labil. Terapi : psikoterapi, analgetika, hormonal.
2) Dismenorea Sekunder; terjadi pada wanita yang sebelumnya tidak mengalami dismenore. Hal ini terjadi
pada kasus infeksi, mioma submucosa, polip corpus uteri, endometriosis, retroflexiouteri fixata, gynatresi,
stenosis kanalis servikalis, adanya AKDR, tumor ovarium. Terapi : causal (mencari dan menghilangkan
penyebabnya).
Epidemiologi: Dismenorea dapat mempengaruhi lebih dari setengah wanita haid, dan prevalensi yang
dilaporkan telah sangat bervariasi. Sebuah survei dari 113 pasien dalam praktek pengaturan keluarga
menunjukkan prevalensi dismenorea adalah29%-44%, wanita berusia 18-45 tahun telah dilaporkan memiliki
angka prevalensi tertinggi yaitu 90%. Klein dan Litt melaporkan, prevalensi dismenorea pada remaja umur
12-17 tahun adalah59,7%. Pasien melaporkan nyeri saat haid, dimana sebanyak 12% nyeri haid sudah parah,
37% nyeri haid sedang, dan 49% nyeri haid masih ringan. Dismenorea menyebabkan 14% dari pasien sering
ketidakhadiran di sekolah atau tidak menjalani kegiatan. Meskipun remaja kulit hitam tidak melaporkan
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
kejadian peningkatan dismenorea, mereka tidak hadir di sekolah lebih sering (23,6%) dibandingkan remaja
kulit putih(12,3%), bahkan setelah disesuaikan untuk status sosial ekonomi. Studi prevalensi di Thailand
melaporkan kejadian dismenorea adalah 84,2% pada remaja perempuan pubertas. Jumlah ketidakhadiran di
sekolah sebesar 21,1% yang dihubungkan dengan beratnya gejala.
(Kamir, Anton Calis. 2009. Dysmenorrhea. Available from: http://www.emedicine.com/med/topic606.htm )

Perdarahan uterus disfungsional biasanya disebabkan oleh gangguan fungsi ovarium primer atau sekunder
yang disebabkan adanya kelainan pada salah satu tempat pada sistem sumbu hipotalamus – hipofisis –
ovarium dan jarang akibat dari gangguan fungsi korteks ginjal dan kelenjar tiroid. Perdarahan uterus
disfungsional umumnya merupakan keadaan anovulator tetapi dapat juga terjadi pada keadaan ovulatoir
bila ada defek pada fase folikular atau fase luteal.
Penyebab Perdarahan Uterus Abnormal Berdasaran Kelompok Usia
Kelompok Usia Penyebab
Prapubertas Pubertas prekoks (kelainan hipotalamus, hipofisis, atau ovarium)
Remaja Siklus Anovulatorik
Usia subur Penyulit Kehamilan (abortus, penyakit trofoblastik, kehamilan
ektopik)
Perimenopause Siklus anovulatorik, pelepasan irregular endometrium, lesi
organik
Pascamenopause Lesi organik, atrofi endometrium
Buku Ajar Patologi, Robins.2004

3.3 Etiologi
Gangguan haid dapat disebabkan oleh kelainan organik maupun bukan kelainan organik (fungsional).
o Tidak di temukan kelainan organik - disebut sebagai perdarahan uterus disfungsional (PUD).
- PUD pada usia reproduksi
- PUD Pada usia perimenars
- PUD pada usia perimenopause
o Ada kelainan organik
Hipoplasia uteri, mioma submukosum, endometriosis, polip serviks, adenoma endometrium,
adneksitis, Ca endometrium, hipertensi,vitium kordis, trombositopenia, terapi sulih hormon (TSH),kontrasepsi
hormonal, non hormonal, faktor pembekuan darah.

3.4 Epidemiologi PUD


Perdarahan uterus disfungsional tidak memiliki kegemaran untuk ras, namun dari segi umur yang paling
umum yaitu pada usia ekstrim tahun reproduksi wanita, baik di awal atau mendekati akhir, tetapi mungkin
terjadi pada setiap saat selama hidup reproduksinya. Sebagian besar kasus perdarahan uterus disfungsional
pada remaja putri terjadi selama 2 tahun pertama setelah onset menstruasi, ketika sumbu dewasa mereka
hipotalamus-hipofisis mungkin gagal untuk merespon estrogen dan progesteron.
(Estephan.Amir dkk.2005.Dysfunctional Uterine Bleeding.
dari http://emedicine.medscape.com/article/795587-clinical.)
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)

3.5 Patofisiologi
AMENOREA

Kelainan
Kegagalan fungsi genetik
hipotalamus-hipofisis
Penyakit
stress, obat-
Testikular obatan, dll
hipogonadotropin feminization Disgenesis gonad

Siklus
FSH & LH Ovarium gagal menstruasi
berkembang terganggu
Tidak punya Testis
uterus menggantikan
Ovarium tidak
ovarium
terangsang Tidak terjadi
Ovarium berupa siklus
jaringan pengikat menstruasi

Estrogen & Tidak dapat mengalami


progesteron menstruasi
tidak Tidak terjadi
dihasilkan menstruasi

Siklus
menstruasi Amenore sekunder
Amenore primer
tidak terjadi

Tanda seks MK: ansietas,


sekunder nyeri, kerusakan
tidak terjadi integritas jaringan

MK: gangguan citra


tubuh

Patogenesis Perdarahan Uterus Disfungsional


- Anovulatorik
Kegagalan Ovulasi. Siklus anovulatorik sangat sering terjadi di kedua ujung usia subur; pada setiap disfungsi
sumbu hipotalamus-hipofiisis-ovumn adrenal, atau tiroid; pada lesi ovarium fungsional yang menghasilkan
esterogen berlebihan; pada malnutrisi, obesitas, atau peyakit berat; pada stress fisik atau emosi berat. Pada
banyak kasus penyebab kegagalan ovulasi tidak diketahui, tetapi apapun sebabnya, hal ini menyebabkan
kelebihan estrogen relatif terhadap progesteron. Oleh karena itu, endometrium mengalami fase proliferatif
yang tidak diikuti oleh fase sekretorik yang normal. Kelenjar endometrium mungkin mengalami perubahan
kistik ringan atau di tempat lain mungkin tampak kacau dengan stroma yang relatif sedikit, yang memerlukan
progesteron untuk mempertahankannya. Endometrium yang kurang ditopang ini mengalami kolaps secara
parsial, disertai ruptur arteri spiral dan perdarahan.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)

- Ovulatorik
Fase luteal tidak adekuat. Korpus luteum mungkin gagal mengalami pematangan secara normal atau
mengalami rgresi secara prematur sehingga terjadi kekurangan relatif progesteron. Endometrium dibawah
kondisi ini mengalami perlambatan terbentuknya pase sekretorik.
DISMENOREA
Bila tidak terjadi kehamilan Penyakit :endometriosis,
inflamasi pelvis,
adenomiosis, kista
Regresi korpus luteum ovarium, kelainan otak

Progesterone menurun Dismenore


sekunder

Labilisasi membrane lisosom


Nyeri haid
(mudah pecah)

MK:nyeri MK:Intoleran
Enzim fosfolipase A2 aktivitas
meningkat

Hidrolisis senyawa
fosfolipid

Terbentuk asam arakidonat


Meningkatkan sensitisasi &
menurunkan ambang rasa sakit
prostaglandin pada ujng saraf aferen nervus
pelvicus

PGE 2 PGF 2α

PGE 2 & PGF 2α dalam darah MK:


meningkat intoleransi
aktivitas

Miometrium terangsang

Meningkatkan kontraksi & MK: nyeri


disritmia uterus

Nyeri MK:
iskemia Dismenore primer
haid ansietas

Manifestasi Klinik Perdarahan Uterus Disfungsional


Keluhan dan Gejala Masalah
Nyeri Pelvik Abortus, Kehamilan ektopik
Mual, Peningkatan frekuensi berkemih Hamil
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Peningkatan berat badan, fatigue, gangguan toleransi terhadap Hipotiroid
dingin
Penurunan berat badan, banyak keringat, palpitasi Hipertiroid
Riwayat konsumsi antikoagulan Koagulopati
Gangguan pembekuan darah
Riwayat hepatitis, ikterik Penyakit hati
Hirsustisme, acne, akantosis nigricans, obesitas Sindron Ovarium Polikistik
Pendarahan pasca coitus Displasia serviks, polip, endoserviks
Galaktorea, sakit kepala, gangguan lapang pandang Tumor hipofisis

Prolaktin ↑ Gamma linoleic acid (GLA) ↓

Estrogen ↑ dan
Gangguan metabolism prostaglandin
progesteron↓

Proses kimia tubuh Neurotransmitter otak


terganggu terganggu

Metabolism vit.B6 (anti


depresi) terganggu

Deficit vit. B6

Produksi
serotonin
terganggu

Pre menstrual
Serotonin ↓ depresi sindrom

Kelemahan umum Nyeri payudara Acne Mood labil

MK: intoleransi MK: nyeri MK: gangguan MK:


aktivitas integritas kulit ansietas

3.6 Manifestasi klinis


- Hipermenore (Menorraghia): Kram selama haid yang tidak bisa dihilangkan dengan obat-obatan.
Penderita juga sering merasakan kelemahan, pusing, muntah dan mual berulang selama haid.
- Hypomenorhoe (kriptomenorrhea): Waktu haid singkat, jumlah darah haid sangat sedikit (<30cc), kadang-
kadang hanya berupa spotting.
- Polimenorea (Epimenoragia): Gejala berupa siklus kurang dari 21 hari (lebih pendek dari 25 hari).
- Oligomenorrhoe: Haid jarang, yaitu setiap 35 hari sekali, Perdarahan haid biasanya berkurang
- Amenorea
- Metroragia: Adanya perdarahan tidak teratur dan tidak ada hubungannya dengan haid namun keadaan
ini sering dianggap oleh wanita sebagai haid walaupun berupa bercak.
- Pra Menstruasi Syndrom: Perasaan malas bergerak, badan menjadi lemas, serta mudah merasa lelah.
Nafsu makan meningkat dan suka makan makanan yang rasanya asam. Emosi menjadi labil. Biasanya
perempuan mudah uring-uringan, sensitif, dan perasaan negatif lainnya.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
- Dismenore:
Dismenore primer:perasaan malas bergerak, badan lemas, mudah capek, ingin makan terus, emosi jadi
lebih labil, sensitif, mudah marah. Bukan itu saja, pengaruh pelepasan dinding rahim selama menstruasi
juga kerap memunculkan rasa pegal dan sakit pada pinggang serta membuat kepala terasa nyeri, kram
perut bagian bawah yang menjalar ke punggung atau kaki dan biasanya disertai gejala gastrointestinal
dan gejala neurologis seperti kelemahan umum.
Dismenore sekunder: terjadi selama siklus pertama atau kedua setelah menarche (haid pertama), yang
merupakan indikasi adanya obstruksi outflow kongenital. Dismenorea dimulai setelah berusia 25 tahun.
Terdapat ketidaknormalan (abnormality) pelvis dengan pemeriksaan fisik: pertimbangkan kemungkinan
endometriosis, pelvic inflammatory disease, pelvic adhesion (perlengketan pelvis), dan adenomyosis.

Diagnosis, Pemeriksaan Fisik dan Penunjang Perdarahan Uterus Disfungsional


Anamnesis
Pada pasien yang mengalami perdarahan uterus disfungsional, anamnesis perlu dilakukan untuk menegakkan
diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding.
Riwayat detail menstruasi :
- Jumlah hari mestruasi
- Jumlah pembalut yang digunakan per hari
- Dampak terhadap kehidupan sehari-hari
- Riwayat pendarahan pada gusi, mudah memar, dan perdarahan yang panjang akibat luka ringan
- Gejala penambahan berat badan, konstipasi, rambut rontok, kelelahan
- Galaktorea
- Riwayat seksual dan penggunaan kontrasepsi
Pemeriksaan
Pemeriksaan fisik pertama kali dilakukan untuk menilai stabilitas keadaan hemodinamik,selanjutnya dilakukan
pemeriksaan untuk:
o Menilai
− Indeks Massa Tubuh (IMT > 27 termasuk obesitas)
− Tanda-tanda Hiperandrogen
− Pembesaran kelenjar thyroid atau manofestasi hiper atau hypothyroid
− Galaktorea
− Gangguan Lapang Pandang (karena adenoma hypofisis)
− Faktor resiko keganasan (obesitas, hipertensi, DM, dll)
o Menyingkirkan
− Kehamilan, kehamilan ektopik, abortus, penyakit trofoblas
− Servisitis, endometritis
− Polip dan mioma uteri
− Keganasan serviks dan uterus
− Hiperplasia endometrium
− Gangguan pembekuan darah
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Pemeriksaan Ginekologi
Pemeriksaan ginekologi yang teliti perlu dilakukan termasuk pemeriksaan pap smear, dan harus disingkirkan
adanya mioma uteri, polip, hiperplasia endometrium, atau keganasan.

Primer Sekunder Tersier


Laboratorium -Hb -Darah lengkap -Prolaktin
-Tes kehamilan hemostatis (BT-CT, -Tiroid (TSH, FT4)
-urin lainnya sesuai -Hemostasis (PT,
fasilitas) aPTT,dll)
USG -USG -USG
transabdominal Transabdominal
Pemeriksaan -USG transvaginal -USG transvaginal
Penunjang SIS -SIS
-Doppler
Penilaian -Mikrokuret -Mikrokuret/ D&K
Endometrium -D&K -Histeroskopi
-Endometrial
sampling
Penilaian serviks -IVA -Pap smear -Pap smear
bila ada patologi -Kolposkopi

 Pemeriksaan Lab
- TSH (Thyroid Stimulating Hormone)
TSH bertugas mengatur sintesis hormon tiroid. Pemeriksaan TSH berfungsi untuk mengetahui fungsi
kelenjar tiroid. Hipotiroid yang biasa ditandai dengan meningkatnya TSH, menyebabkan haid tidak teratur
termasuk amenorrhea. Gangguan fungsi tiroid ini dapat menyebabkan peningkatan produksi prolaktin.
- Prolaktin
Produksi prolaktin yang berlebihan atau disebut hiperprolaktinemia pada wanita dapat menyebabkan
gangguan siklus haid.
- Luteinizing Hormone (LH) dan Folicle Stimulating Hormone (FSH)
Pemeriksaan LH dan FSH berguna untuk mengetahui keadaan hipergonadotropik hipogonadisme dan
hipogonadotropik hipogonadisme. Hipergonadotropik hipogonadisme dapat menyebabkan gagal
ovarium yang mengakibatkan menopause dini, sedangkan hipogonadotropik hipogonadisme dapat
mengakibatkan amenorrhea hipotalamus yang disebabkan oleh gangguan poros hipotalamus-pituitari-
ovarium.
- Progesteron
Pemeriksaan progesteron dapat mengetahui terjadinya defisiensi estrogen, lesi pada struktur
endometrium dan sumbatan pada uterus yang menyebabkan amenorrhea.

Amenorrhea dapat menyebabkan ketidaknyamanan, namun dengan pemeriksaan laboratorium dan


konsultasi dokter dapat diketahui penyebabnya sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat untuk
menormalkan kembali siklus haid.
 Pemeriksaan penunjang
- Foto Rontgen dari thorak terhadap tuberkulosis pulmonum dan dari sella tursika untuk mengetahui
apakah ada perubahan pada sella tersebut.
- Pemeriksaan sitologi vagina untuk mengetahui adanya estrogen
- Tes toleransi glukosa untuk mengetahui adanya diabetes melitus
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
- Pemeriksaan mata untuk mengetahui keadaan retina, dan luasnya lapangan visus jika ada kemungkinan
tumor hipofisis
- Pemeriksaan metabolisme basal pemeriksaan T3 dan T4 untuk mengetahui fungsi glandula tiroidea
- Laparoskopi : untuk mengetahui adanya hipoplasia uteri yang berat, aplasia uteri, disgenesis ovarium,
tumor ovarium, ovarium polikistik (Sindrom Dtein-Leventhal)
- Pemeriksaan kromatin seks
- Pembuatan kariogram
- Pemeriksaan kadar hormon untuk mengetahui funsi glandula tiroid.
Langkah diagnostik PUD

Metroragia
1. Anamnesis
- Tanyakan bagaimana mulainya perdarahan, apakah didahului oleh siklus yang pendek atau oleh
oligomenorea/amenorea
- Sifat perdarahan (banyak atau sedikit2,sakit atau tidak)
- Lama perdarahan, dsb.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
2. Pemeriksaan umum
Perlu diperhatikan tanda2 yang meninjuk kearah kemungkinan penyakit metabolic, penyakit endokrin,
penyakit menahun, dll.
3. Pemeriksaan ginekologik
Perlu dilihat apakah tidak ada kelainan2 organik, yang menyebabkan perdarahan abnormal (polip, ulkus,
tumor, kehamilan terganggu)

Penatalaksanaan Perdarahan Uterus Disfungsional


Tujuan terapi
- mengontrol perdarahan
- mencegah perdarahan berulang
- mencegah komplikasi
- mengembalikan kekurangan zat besi dalam tubuh
- menjaga kesuburan.
Tatalaksana awal dari perdarahan akut adalah pemulihan kondisi hemodinamik dari ibu. Pemberian estrogen
dosis tinggi adalah tatalaksana yang sering dilakukan. Regimen estrogen tersebut efektif di dalam
menghentikan episode perdarahan. Bagaimanapun juga penyebab perdarahan harus dicari dan dihentikan.
Apabila pasien memiliki kontraindikasi untuk terapi estrogen, maka penggunaan progesteron dianjurkan.
Untuk perdarahan disfungsional yang berlangsung dalam jangka waktu lama, terapi yang diberikan tergantung
dari status ovulasi pasien, usia, risiko kesehatan, dan pilihan kontrasepsi. Kontrasepsi oral kombinasi dapat
digunakan untuk terapinya. Pasien yang menerima terapi hormonal sebaiknya dievaluasi 3 bulan setelah
terapi diberikan, dan kemudian 6 bulan untuk reevaluasi efek yang terjadi. Terapi operasi dapat disarankan
untuk kasus yang resisten terhadap terapi obat-obatan. Secara singkat langkah-langkah tersebut dapat
diuraikan sebagai berikut :
1. Perbaikan Keadaan Umum
Pada perdarahan yang banyak sering ditemukan keadaan umum yang buruk. Pada perdarahan uterus
disfungsional akut, anemia (Hb <8 g/dL) yang terjadi harus segera diatasi dengan transfusi darah. Pada
perdarahan uterus disfungsional kronis keadaan anemia ringan seringkali dapat diatasi dengan diberikan
sediaan besi, sedangkan anemia berat membutuhkan transfusi darah
2. Penghentian Pendarahan
Hormon Steroid Seks
- Estrogen
Dipakai pada perdarahan uterus disfungsional untuk menghentikan perdarahan karena memiliki berbagai
khasiat yaitu healing effect, pembentukan mukopolisakarida pada dinding pembuluh darah, vasokonstriksi
(karena merangsang prostaglandin), meningkatkan pembentukan thrombin dan fibrin. Dosis pemberian
estrogen pada perdarahan uterus disfungsional adalah 25 mg IV setiap 4-6 jam untuk 24 jam diikuti dengan
oral terapi yaitu 1 tablet perhari selama 5-7 hari (untuk semua produk estrogen dengan kandungan ≤ 35 mg
ethynil estradiol).
- Progestin
Berbagai jenis progestin sintetik telah dilaporkan dapat menghentikan perdarahan. Beberapa sedian tersebut
antara lain noretisteron, MPA, megestrol asetat, dihidrogesteron dan linestrenol. Noretisteron dapat
menghentikan perdarahan setelah 24-48 jam dengan dosis 20-30 mg/hari, medroksiprogesteron asetat
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
dengan dosis 10-20 mg/hari selama 10 hari, megestrol asetat dengan didrogesteron dengan dosis 10-20
mg/hari selama 10 hari, serta linestrenol dengan dosis 15 mg/hari selama 10 hari.
- Androgen
Merupakan pilihan lain bagi penderita yang tak cocok dengan estrogen dan progesteron. Sediaan yang dapat
dipakai antara lain adalah isoksasol (danazol) dan metil testosteron (danazol merupakan suatu turunan 17-α-
etinil-testosteron). Dosis yang diberikan adalah 200 mg/hari selama 12 minggu. Perlu diingat bahwa
pemakaian jangka panjang sediaan androgen akan berakibat maskulinisasi.
Penghambat sintesis prostaglandin.
Pada peristiwa perdarahan, prostaglandin penting peranannya pada vaskularisasi endometrium. Dalam hal ini
PgE2 dan PgF2α meningkat secara bermakna. Dengan dasar itu, penghambat sintesis prostaglandin atau obat
anti inflamasi non steroid telah dipakai untuk pengobatan perdarahan uterus disfungsional, terutama
perdarahan uterus disfungsional anovulatorik. Untuk itu asam mefenamat dan naproksen seringkali dipakai
dosis 3 x 500 mg/hari selama 3-5 hari atau ethamsylate 500 mg 4 kali sehari terbukti mampu mengurangi
perdarahan.
Antifibrinolitik
Sistem pembekuan darah juga ikut berperan secara lokal pada perdarahan uterus disfungsional. Peran ini
tampil melalui aktivitas fibrinolitik yang diakibatkan oleh kerja enzimatik. Proses ini berfungsi sebagai
mekanisme pertahanan dasar untuk mengatasi penumpukan fibrin. Unsur utama pada system fibrinolitik itu
adalah plasminogen, yang bila diaktifkan akan mengeluarkan protease plasmin. Enzim tersebut akan
menghambat aktivasi palsminogen menjadi plasmin, sehingga proses fibrinolisis akhirnya akan terhambat
pula. Sediaan yang ada untuk keperluan ini adalah asam amino kaproat (dosis yang diberikan adalah 4 x 1-1,5
gr/hari selama 4-7 hari)
Operatif
Jenis pengobatan ini mencakup: dilatasi dan kuretase, ablasi laser dan histerektomi. Dilatasi dan kuretase
merupakan tahap yang ringan dari jenis pengobatan operatif pada perdarahan uterus disfungsional. Tujuan
pokok dari kuretase pada perdarahan uterus disfungsional adalah untuk diagnostik, terutama pada umur
diatas 35 tahun atau perimenopause. Hal ini berhubungan dengan meningkatnya frekuensi keganasan pada
usia tersebut. Tindakan ini dapat menghentikan perdarahan karena menghilangkan daerah nekrotik pada
endometrium. Ternyata dengan cara tersebut perdarahan akut berhasil dihentikan pada 40-60% kasus.
Namun demikian tindakan kuretase pada perdarahan uterus disfungsional masih diperdebatkan, karena yang
diselesaikan hanyalah masalah pada organ sasaran tanpa menghilangkan kausa. Oleh karena itu kemungkinan
kambuhnya cukup tinggi (30-40%) sehingga acapkali diperlukan kuretase berulang. Beberapa ahli bahkan tidak
menganjurkan kuretase sebagai pilihan utama untuk menghentikan perdarahan pada perdarahan uterus
disfungsional, kecuali jika pengobatan hormonal gagal menghentikan perdarahan.
Pada ablasi endometrium dengan laser ketiga lapisan endometrium diablasikan dengan cara vaporasi
neodymium YAG laser. Endometrium akan hilang permanen, sehingga penderita akan mengalami henti haid
yang permanen pula. Cara ini dipilih untuk penderita yang punya kontraindikasi pembedahan dan tampak
cukup efektif sebagai pilihan lain dari histerektomi, tetapi bukan sebagai pengganti histerektomi
Tindakan histerektomi pada penderita perdarahan uterus disfungsional harus memperhatikan usia dan paritas
penderita. Pada penderita muda tindakan ini merupakan pilihan terakhir. Sebaliknya pada penderita
perimenopause atau menopause, histerektomi harus dipertimbangkan bagi semua kasus perdarahan yang
menetap atau berulang. Selain itu histerektomi juga dilakukan untuk perdarahan uterus disfungsional dengan
gambaran histologis endometrium hiperplasia atipik dan kegagalan pengobatan hormonal maupun dilatasi
dan kuretase. Histerektomi mempunyai tingkat mortalitas 6/ 10.000 operasi. Satu penelitian menemukan
bahwa histerektomi berhubungan dengan tingkat morbiditas dan membutuhkan waktu penyembuhan yang
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
lebih lama dibanding ablasi endometrium. Beberapa studi sebelumnya menemukan bahwa fungsi seksual
meningkat setelah histerektomi dimana terdapat peningkatan aktifitas seksual. Histerektomi merupakan
metode popular untuk mengatasi perdarahan uterus disfungsional, terutama di negara-negara industri
3. Mengembalikan keseimbangan fungsi hormon reproduksi
Usaha ini meliputi pengembalian siklus haid abnormal menjadi normal, pengubahan siklus anovulatorik
menjadi ovulatorik atau perbaikan suasana sehingga terpenuhi persyaratan untuk pemicuan ovulasi.
- Siklus ovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional ovulatorik secara klinis tampil sebagai polimenorea, oligomenorea,
menoragia dan perdarahan pertengahan siklus, perdarahan bercak prahaid atau pasca haid. Perdarahan
pertengahan siklus diatasi dengan estrogen konjugasi 0,625-1,25 mg/hari atau etinilestradiol 50 mikrogram/
hari dari hari ke 10 hingga hari ke 15. Perdarahan bercak prahaid diobati dengan progesteron (medroksi
progestron asetat atau didrogestron) dengan dosis 10 mg/hari dari hari ke 17 hingga hari ke 26. Beberapa
penulis menggunakan progesteron dan estrogen pada polimenorea dan menoragia dengan dosis yang sesuai
dengan kontrasepsi oral, mulai hari ke 5 hingga hari ke 25 siklus haid.8
- Siklus anovulatorik
Perdarahan uterus disfungsional anovulatorik mempunyai dasar kelainan kekurangan progesteron. Oleh
karena itu pengobatan untuk mengembalikan fungsi hormon reproduksi dilakukan dengan pemberian
progesteron, seperti medroksi progesterone asetat dengan dosis 10-20 mg/hari mulai hari ke 16-25 siklus
haid. Dapat pula digunakan didrogesteron dengan dosis 10-20 mg/hari dari hari 16-25 siklus haid, linestrenol
dengan dosis 5-15 mg/hari selama 10 hari mulai hari hari ke 16-25 siklus haid. Pengobatan hormonal ini
diberikan untuk 3 siklus haid. Jika gagal setelah pemberian 3 siklus dan ovulasi tetap tak terjadi, dilakukan
pemicuan ovulasi. Pada penderita yang tidak menginginkan anak keadaan ini diatur dengan penambahan
estrogen dosis 0,625-1,25 mg/hari atau kontrasepsi oral selama 10 hari, dari hari ke 5 sampai hari ke 25.8
Penanganan terapi berdasarkan usia
PUD pada Usia Perimenarche
Pada usia perimenarche (rata-rata 11 tahun ) hingga memasuki usia reproduksi , berlangsung sampai 3- 5
tahun setelah menarche dan ditandai dengan siklus yang tidak teratur baik lama maupun jumlah darahnya.
 Pada keadaan yang tidak akut dapat diberikan antiprostaglandin, antiinflamasi nonsteroid (NSAID), atau
asam traneksamat. Pemberian tablet estrogen – progesteron kombinasi, atau tablet progesterone saja
maupun analog GnRH (agonis atau antagonis) hanya bila tidak ada perbaikan.
 Pada keadaan akut, dimana Hb sampai <8 gr%, maka pasien harus :
o Dirawat dan diberikan transfusi darah.
o Untuk mengurangi perdarahan diberikan sediaan :
 Estrogen- progesterone kombinasi, misalnya 17β estradiol 2x2 mg, atau
 Estrogen equin konjugasi 2x1.25 mg, atau
 Estropipete 1x 1,25 mg dikombinasikan dengan noretisteron asetat 2x5 mg ;atau
 Medroksiprogesteron asetat (MPA) 2x10 mg, atau juga dapat diberikan
 normegestrol asetat 2x5 mg dan cukup diberikan selama 3 hari

Bila perdarahan akut telah berkurang atau selesai , lakukan pengaturan siklus, dengan pemberian tablet
progesterone pada hari 16-25 selama 3 bulan. MPA atau didrogesterone (10mg/ hari) sedangnkan
noretisterone 5mg/ hari.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)

PUD pada Usia Reproduksi


Pada usia ini dapat terjadi siklus yang berovulasi (65%) dan terdapat siklus yang tidak berovulasi. Pada keadaan
akut penanganan sama seperti PUD pada usia perimenarche .
- Pada PUD dengan siklus yang berovulasi umumnya lebih ringan dan jarang hingga akut. PUD yang terjadi
paling sering berupa perdarahan bercak (spotting) pada pertengahan siklus. Pengobatan dapat diberikan
berupa :
o 17-β estradiol 1x2 mg, atau estrogen equin konjugasi 1x1,25 mg, atau estropipete 1x1,25 mg, dari hari ke
10-15 siklus haid
o Pada perdarahan bercak prahaid dapat diberikan MPA 1x10 mg, atau didrogesteron 1x10 mg, atau
Noretisteron asetat 1x5 mg; atau juga Normegestrol asetat 1x5 mg yang diberikan mulai hari 16-25 siklus.
o Pada perdarahban bercak pascahaid dapat diberikan 17-β estradiol 1x 2mg, atau estrogen equin konjugasi
1x 1,25 mg, atau estropipete 1x 1,25 mg yang diberikan mulai hari 2- 8 siklus haid.
PUD pada usia perimenopause
Perimenopause atau usia antara masa pramenopause dan pascamenopause, yaitu sekitar menopause (usia
40-50 tahun). PUD ini hampir 95% terjadi siklus yang tidak berovulasi (folikel persisten). Sehingga setiap
perdarahan atau gangguan haid yang terjadi pada usia perimenopause harus dipikirkan adanaya keganasan
pada endometrium.
Pada keadaan tidak akut pasien dipersiapkan untuk dilakukan tindakan D & C (Dilatasi dan kuretase).
Perubahan pada endometrium juga dapat dilihat dengan USG. Bila ditemukan ketebalan endometrium lebih
dari 5 mm berarti telah terjadi hiperplasia endometrium.
Jika hasil pemeriksaan patologi anatomi menggambarkan suatu hiperplasia kistikm atau hiperplasia
adenomatosa, maka pertama kali dapat dicoba pemberian progesteron seperti MPA dengan dosis 3x10 mg /
hari selama 6 bulan, atau dapat juga diberikan depo medroksiprogesterone asetat (DPMA)
Bila ketebalan endometrium kurang dari 6 mm dapat langsung diberikan kombinasi estrogen- progesteron,
seperti estrogen equin konyugasi 1x0,3 mg , atau 17-β estradiol 1x2 mg + MPA 1x10 mg yang dibekian secara
berkelanjutan selama 6 bulan. Bila tidak ada perbaikan, maka perlu dilakukan tindakan D&C . dan pengobatan
selanjutnya bergantung pada hasil patologi anatomi yang diperoleh. Namun pasien dengan faktor risiko
kanker endometrium seperti kegemukan, DM, dan hipertensi sebaiknya tetap dilakukak D&C , meskipun
ketebalan endometrium <5 mm.

Berdasarkan banyaknya perdarahan


Jika Perdarahan Uterus Disfungsional telah ditegakkan dan perdarahannya tidak banyak serta tidak terdapat
diskrasia perdarahan, dapat dilakukan observasi tanpa melakukan intervensi terlebih dahulu.
 Apabila pasien mengalami perdarahan sedang , pasien dapat diberikan :
o Kontrasepsi Oral Estrogen dosis tinggi selama 3 minggu atau
o Regimen 3-4 pil kontrasepsi oral dosis rendah per hari selama 1 minggu kemudian diikuti dengan
penurunan ke dosis lazim sampai 3 minggu.
 Apabila pasien mengalami perdarahan berat :
o Pasien perlu dirawat di rumah sakit, tirah baring.
o Diberikan suntikan estradiol valerate (10mg) dan hydroxyprogesterone caproate (500 mg)
intramuskular ; atau
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
o Conjugated estrogens (25 mg) intravena atau intramuskular.
o Berikan preparat besi untuk mencegah anemia
Untuk mencegah kekambuhan perlu diberikan kontrasepsi oral siklik selama 2-3 bulan atau dapat dilakukan
induksi mentruasi setiap 2-3 bulan dengan 10 mg hydroxyprogesterone acetate oral, 1-2 kali per hari selama
10 hari .
Jika pemberian terapi hormon gagal mengontrol perdarahan uterus, perlu dilakukan evaluasi dan pemeriksaan
biopsi endometrium, histeroskopi, atau dilatasi dan kuretase untuk diagnosis lebih lanjut dan terapi.

Komplikasi Perdarahan Uterus Disfungsional


Perdarahan uterus disfungsional yang lama dan berat dapat menyebabkan anemia defisiensi besi pada 30%
individu. Ketidakseimbangan hormonal yang berkelanjutan yang mungkin menghambat ovulasi dapat
menyebabkan infertilitas. Pada 1-2% individu dengan ketidakseimbangan estrogen dan progesteron yang
kronik, akan meningkatkan resiko terjadinya kanker endometrium

Prognosis Perdarahan Uterus Disfungsional


Pada dasarnya keseimbangan hormonal akan dicapai dengan pengobatan yang tepat. Meskipun terapi
medikal digunakan pertama kali, lebih dari setengah wanita dengan menoragia akan melakukan histerektomi
dalam waktu 5 tahun di ginekologist. Beberapa pasien yang menggunakan kontrasepsi transvaginal sebagai
manajemen perdarahan uterus disfungsional dapat mengalami 89-95% perbaikan. Jika kehamilan diinginkan,
infertilitas dapat diatasi dengan obat fertilitas. Sebaliknya, bila kehamilan tidak diinginkan dan
penatalaksanaan konserfatif tidak efektif, ablasi endometrial dapat mengurangi perdarahan uterus yang
berlebihan sampai 88%. Ablasi endometrial efektif untuk jangka pendek, dan 48 bulan setelah ablasi ,29%
individu memerlukan prosedur lain.

LI 4. Haid dan Istihadhah dalam Hukum Islam


Istihadhah
a. Makna Istihadhah
Istihadhah ialah keluarnya darah terus menerus pada seorang wanita tanpa henti sama sekali atau berhenti
sebentar sehari atau dua hari dalam sebulan.

b. Kondisi wanita mustahadhah


1. Sebelum mengalami istihadhah, dia mempunyai haid yang jelas waktunya. Dalam kodisi ini hendaklah dia
berpedoman kepada jadwal haidnya yang telah diketahui sebelumnya. Maka pada masa itu dihitung sebagai
haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid. Adapun selain masa tersebut merupakan istihadhah yang
berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.
Misalnya, seorang wanita biasanya haid selama enam hari pada setiap awal bulan, tiba-tiba mengalami
istihadhah dan darahnya keluar terus menerus. Maka masa haidnya dihitung enam hari pada setiap awal
bulan, sedang selainnya merupakan istihadhah. Berdasarkan hadits Aisyah bahwa Fatimah binti Abi Hubaisy
bertanya kepada Nabi saw,

.‫ي‬ ‫َد َر األ َ َت تهحيضين َي ها ث م هس هلي و‬ ‫ لَ هإن ع رق هكن دَ هعي صل‬: ‫ض ط َه َر ع ال صلَة ا َل‬ َ ‫ل لاله هإ نه ي أ‬ ‫َا‬
‫ي‬
‫صهل‬ َ‫غت‬ ‫ا‬ ‫ََيا َم ن‬ ‫الولَ َة‬ ‫ذَ هلك‬ ‫َ؟‬ ‫فَل أ َفَأ‬ ‫ست َ حارسَو‬
‫ك‬
‫الََ هتي‬ َ َ‫َ أ َ َد‬

“Ya Rasulullah, sungguh aku mengalami istihadhah maka tidak pernah suci, apakah aku meninggalkan shalat?”
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Nabi saw menjawab, “Tidak, itu adalah darah penyakit. Namun tinggalkanlah shalat sebanyak hari yang
biasanya kamu haid sebelum itu, kemudian mandilah dan lakukan shalat.” (HR. Al-Bukhari).

2. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya sebelum mengalami istihadhah, karena istihadhah tersebut
terus menerus terjadi padanya mulai dari saat pertama kali dia mendapatkan darah. Dalam kondisi ini
hendaknya dia melakukan tamyiz (pembedaan), seperti jika darahnya berwarna hitam, atau kental, atau
berbau maka yang terjadi adalah haid dan berlaku baginya hukum-hukum haid. Dan jika tidak demikian, yang
terjadi adalah istihadhah dan berlaku baginya hukum-hukum istihadhah.
Misalnya, seorang wanita pada saat pertama kali mendapat darah dan darah itu keluar terus menerus, akan
tetapi ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya berwarna hitam kemudian setelah itu berwarna
merah, atau ia dapati selama sepuluh hari dalam sebulan darahnya kental kemudian setelah itu encer, atau ia
dapati selama sepuluh hari dalam sebulan berbau darah haid tetapi setelah itu tidak berbau. Maka haidnya
yaitu darah yang berwarna hitam (pada kasus pertama), darah kental (pada kasus kedua) dan darah yang
berbau (pada kasus ketiga). Sedangkan selain hal tersebut, dianggap sebagai darah istihadhah.
Berdasarkan sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

. ‫ي َ ع رق‬ ‫اكن اآلخر فتو ئهي و‬ ‫ةه‬ ‫هن‬ ‫َم هس‬ ‫س ود ي ف كا َن‬ َ‫هإذا كان دَ َم ه إهن‬
‫فَإ هنَ و‬ ‫ض‬ ‫فَإ هذ‬ ‫ع‬
‫ال‬ ‫هكيأ‬ ‫َعر إهذا ذَ هلك‬ ‫الح َي ة َه‬
‫صله ه‬
‫َ َما‬ َ‫صل‬ ‫َا‬ ‫ض َأ‬

“Darah haid yaitu apabila berwarna hitam yang dapat diketahui. Jika demikian maka tinggalkan shalat. Tetapi
jika selainnya maka berwudhulah dan lakukan shalat karena itu darah penyakit.” (HR. Abu Dawud, an-
Nasa`Abu dan dinyatakan shahih oleh Ibnu Hibban dan al-Hakim).

3. Tidak mempunyai haid yang jelas waktunya dan tidak bisa dibedakan secara tepat darahnya. Seperti jika
istihadhah yang dialaminya terjadi terus menerus mulai dari saat pertama kali melihat darah sementara
darahnya memiliki satu sifat saja atau berubah-ubah dan tidak mungkin dianggap sebagai darah haid. Dalam
kondisi ini, hendaklah ia mengambil kebiasaan kaum wanita pada umumnya. Maka masa haidnya adalah enam
atau tujuh hari pada setiap bulan dihitung mulai dari saat pertama kali mendapati darah. Sedang selebihnya
merupakan istihadhah.
Misalnya seorang wanita saat pertama kali melihat darah pada tanggal lima dan darah itu keluar terus
menerus tanpa dapat dibedakan secara tepat mana yang darah haid baik melalui warna ataupun dengan cara
lain. Maka haidnya pada setiap bulan dihitung selama enam hari atau tujuh hari dimulai dari tanggal lima
tersebut.
Hal ini berdasarkan hadits Hamnah binti Jahsy bahwa ia berkata kepada Nabi saw, “Ya Rasulullah, sungguh aku
sedang mengalami istihadhah yang deras sekali. Lalu bagaimana pendapatmu tentangnya karena ia telah
menghalangiku shalat dan berpuasa?” Beliau bersabda, “Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan)
kapas dengan meletakkannya pada farji, karena hal itu dapat menyerap darah.” Hamnah berkata, “Darahnya
lebih banyak dari itu.” Nabi saw pun bersabda, “Ini hanyalah salah satu usikan setan. Maka hitunglah haidmu
enam atau tujuh hari menurut ilmu Allah Taala, lalu mandilah sampai kamu merasa telah bersih dan suci,
kemudian shalatlah selama 24 atau 23 hari, dan puasalah.” (HR. Ahmad, Abu Dawud dan at-Tirmidzi. Menurut
Ahmad dan at-Tirmidzi hadits ini shahih, sedang menurut al-Bukhari hasan).

c. Hukum-hukum istihadhah
Dari penjelasan terdahulu, dapat kita mengerti kapan darah itu sebagai darah haid dan kapan sebagai darah
istihadhah. Jika yang terjadi adalah darah haid maka berlaku baginya hukum-hukum haid, sedangkan jika yang
terjadi darah istihadhah maka yang berlaku pun hukum-hukum istihadhah.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Hukum-hukum haid yang penting telah dijelaskan di muka. Adapun hukum-hukum istihadhah seperti halnya
hukum-hukum keadaan suci. Tidak ada perbedaan antara wanita mustahdhah dan wanita suci, kecuali dalam
hal-hal berikut:
1. Wanita mustahdhah wajib berwudhu setiap kali hendak shalat. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada
Fatimah binti Abu Hubaisy.


‫هلك ه صل ة‬ ‫ث مت و‬
‫ضئهي‬
‫ل‬

“Kemudian berwudhulah kamu setiap kali hendak shalat.” (Hr. Al-Bukhari)


Hal itu memberikan pemahaman bahwa wanita mustahadhah tidak berwudhu untuk shalat yang telah
tertentu waktunya kecuali jika telah masuk waktunya. Sedangkan shalat yang tidak tertentu waktunya, maka
ia berwudhu pada saat hendak melakukannya.

2. Ketika hendak berwudhu, membersihkan sisa-sisa darah dan melekatkan kain dengan kapas (atau
pembalut) pada farjinya untuk mencegah keluarnya darah. Berdasarkan sabda Nabi saw kepada
Hamnah. “Aku beritahukan kepadamu (untuk menggunakan) kapas, karena hal itu dapat menyerap darah.”
Hamnah berkata, “Darahnya lebih banyak dari itu.” Nabi bersabda, “Gunakan kain.” Kata Hamnah, “Darahnya
masih banyak pula.” Nabi pun bersabda, “Maka pakailah penahan.”
Kalaupun masih ada darah yang keluar setelah tindakan tersebut, maka tidak apa-apa hukumnya. Karena
sabda Nabi saw kepada Fatimah binti Abu Hubaisy:

‫َ ث م ي إوهن ق ط َر علَى ال َيهر‬


‫هلك ه صل ة‬ ‫ضك هس هلي وت‬ َ ‫اهجت َ نه بهي ال صلَةَ أ‬
‫ص‬. ‫ح‬ َ‫الد‬ ‫ل‬
‫ه‬ ‫ص‬ ‫ضئهي‬
‫ل‬ َ َ‫ث َم ا غت‬ ‫ََيا َم‬
‫َ َم‬ ‫َو‬ ‫ت َح ََي‬

“Tinggalkan shalat selama hari-hari haidmu, kemudian mandilah dan berwudhulah untuk setiap kali shalat,
lalu shalatlah meskipun darah menetes di atas alas.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

3. Jima’ (senggama). Para ulama berbeda pendapat tentang kebolehannya pada kondisi bila ditinggalkan tidak
dikhawatirkan menyebabkan zina. Yang benar adalah boleh secara mutlak. Karena ada banyak wanita,
mencapai sepuluh atau lebih, mengalami istihadhah pada zaman nabi, sementara Allah dan rasulNya tidak
melarang jima’ dengan mereka. FirmanNya,
“Hendaknya kamu menjauhkan diri dari wanita di waktu haid…” (Al-Baqarah: 222).
Ayat ini menunjukkan bahwa di luar keadaan haid, suami tidak wajib menjauhkan diri dari sitri. Kalaupun shalat
saja boleh dilakukan wanita mustahadhah maka jima’ pun tentu lebih boleh. Dan tidak benar jima’ wanita
mustahadhah dikiaskan dengan jima’ wanita haid, karena keduanya tidak sama, bahkan menurut pendapat
para ulama yang menyatakan haram. Sebab, mengkiaskan sesuatu dengan hal yang berbeda adalah tidak sah.

(Rujukan: Darah kebiasaan wanita, Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin).

Haid (Menstruasi)
Yaitu darah yang keluar dari seorang wanita secara alami, tanpa suatu sebab dan pada waktu-waktu tertentu.
Menurut bahasa berarti sesuatu yang mengalir. Sedangkan menurut istilah syara’ ialah darah yang terjadi
pada wanita secara alami, bukan karena suatu sebab, dan pada waktu tertentu. Para ulama berbeda pendapat
dalam menentukan masa atau lamanya haid.
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
1. Usia wanita yang mengalami haid tidak tertentu, kapan seorang wanita melihat pada dirinya darah haid
maka ia telah dianggap haid, walaupun belum berusia 9 tahun atau berusia di atas 50 tahun.
2. Batas minimal dan maksimal masa haid tidak tentu, kapan seorang wanita melihat darah kebiasaan
tersebut bukan karena luka dan sebagainya maka darah itu adalah darah haid tanpa diukur dengan masa
tertentu. Kecuali jika haid itu berlanjut dan tidak berhenti atau berhenti dalam waktu singkat itu disebut
istihadhah.
3. Haid itu akan berhenti dengan keluarnya lender putih yaitu cairan wanita, maka terdapat dua
kemungkinan; bila itu terjadi dalam masa haid dan ia menganggapnya sebagai daraah haid yang ia kenal,
maka itu berarti darah haid, dan bila terjadi diluar kebiasaan waktu haid dan ia tidak menganggapnya
sebagai darah haid yang ia kenal, maka darah itu tidak ada hukumnya karena termasuk sesuatu yang sedikit
(yang dimaafkan).
Hukum haid itu banyak, antara lain:
- Sholat : wanita haid haram mengerjakan sholat, baik fardu maupun sunah dan tidak sah sholatnya.
- Puasa : wanita haid diharamkan berpuasa, baik wajib maupun sunah, tidak sah puasa yang
dilakukannya.
- Thawaf : wanita haid diharamkan melakukan thawaf, baik wajib maupun sunah, dan tidak sah
thawafnya.
- Thawaf wada : jika seorang wanita telah mengerjakan seluruh manasik haji dan umroh, lalu datang
haid sebelum kembali kenegerinya dan haid ini telah berlangsung sampai waktu pulang, maka ia boleh
berangkat tanpa thawaf wada.
- Berdiam di mesjid : wanita haid diharamkan berdiam dalam masjid , juga dalam tempat sholat Ied.
- Jima’ : diharamkan bagi sang suami melakukan jima dengan isterinya yang sedang haid.
- Thalak : diharamkan seorang suami mentalak isterinya yang sedang haid.
- Iddah talak dihitung dengan haid.
- Kewajiban mandi : wanita haid jika telah suci diwajibkan mandi dengan membersihkan seluruh
badannya.

LI 5. Batasan Ibadah dalam Keadaan Suci dan Tidak Suci menurut Hukum Islam
Tata Cara Bersuci Dari Haid Dan Junub
Cara mandi bagi wanita yang sudah selesai haidnya atau telah berjunub adalah sama dengan cara laki-laki
mandi junub, hanya bagi wanita tidak wajib atasnya melepas ikatan atau kepangan (jalinan) rambutnya,
sebagaimana dijelaskan dalam hadits Ummu Salamah ra. berikut ini: "Seorang wanita berkata kepada
Rasulullah SAW: "Sesungguhnya aku adalah orang yang mengikat rambut kepalaku. Apakah aku (harus)
membuka ikatan rambut ku untuk mandi janabat." Rasulullah menjawab: "Sungguh cukup bagimu menuang
mengguyur) atas kepalamu tiga tuangan dengan air kemudian engkau siram seluruh badanmu, maka sungguh
dengan berbuat demikian) engkau telah bersuci." {HR. Muslim, Ahmad, dan Tirmidzi dan dia berkata hadits ini
adalah hasan shahih). Dalam riwayat lain hadits ini dari jalan Abdurrazaq dengan lafadz: "Apakah aku harus
(harus) melepaskannya (ikatan rambutku) untuk mandi janabat?" disunahkan bagi wanita apabila mandi dari
haid atau nifas memakai kapas yang ditaruh padanya minyak wangi lalu digunakan untuk membersihkan bekas
darah agar tidak meninggalkan bau.
Tidaklah mandi haid atau junub dinamakan mandi syari, kecuali dengan dua hal:
-Niat, karena dengan niat terbedakan dari kebiasan dengan ibadah, dalilnya hadits Umar bin Khaththab
radhiallahu anhu: "bahwasanya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Sesungguhnya amalan itu
tergantung dari niatnya."{HR. Al-Jamaah}
SKENARIO 3 ENDOKRIN (GANGGUAN HAID) AYUNIN NOVANIA (1102016038)
Maknanya adalah bahwasanya sahnya amalan itu dengan niat, amal tanpa niat tidak dianggap syari. Yang perlu
diingat bahwa niat adalah amalan hati bukan amalan lisan, jadi tidak perlu diucapkan.
-Membersihkan seluruh anggota badan (mandi) dalam mengamalkan firman Allah SWT: "Dan apabila kalian
junub maka mandilah. {Al-Maidah :6}
Dan juga firman Allah SWT: "Mereka bertanya kepadamu tentang haid , katakanlah haid itu kotoran yang
menyakitkan) maka dari itu jauhkanlah diri kalian dari wanita (istri) yang sedang haiddan janganlah engkau
mendekati mereka, sampai mereka bersuci (mandi)." {Al-Baqarah : 222}
Adapun tata cara mandi yang disunnahkan oleh Rasulullah shallallahu alaihi wasallam adalah
1. mencuci kedua tangan sekali, dua kali atau tiga kali.
2. lalu mencuci kemaluan dengan tangan kiri, setelah itu tangan bekas menggsok kemaluan tersebut
digosokan ke bumi.
3. kemudian berwudhu seperti wudhunyaorang yang mau shalat. Boleh mengakhirkan kedua kaki (dalam
berwudhu tidak mencuci kaki)sampai mandi selesaibaru kemudian mencuci kedua kaki.
4. membasahi kepala sampai pangkal rambutdengan menyela-nyelanya dengan jari-jemari.
5. setelah itu menuangkan air di atas kepala sebanyak tiga kali.
6. kemudian menyiram seluruh tubuh, dimulai dengan bagian kanan tubuh lalu bagian kiri sambil
membersihkan kedua ketiak, telinga bagian dalam, pusar dan jari jemari kaki serta menggosok bagian tubuh
yang mungkin digosok.
7. selesai mandi, mencuci kedua kaki bagi yang mengakhirkannya (tidak mencucinya tatkala berwudhu)
8. membersihkan/mengeringkan air yang ada di badan dengan tangan (dan boleh dengan handuk atau
lainnya)
Batasan Shalat bagi penderita Istihadhah
Dalam Batasan Umum:
Salat wajib dikerjakan sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan syarak, namun dalam keadaan
khusus, seperti tidak adanya kemampuan karena sakit dan lainnya, misalnya, tidak mampu ditunaikan dengan
berdiri, boleh dilakukan dengan berdiri sambil bersandar, dan seterusnya sesuai dengan kadar
kemampuannya.
Penggunaan Obat utk Mencegah Haid
- Niat, untuk kesempurnaan ibadah haji = mubah.
- Niat, puasa Ramadhan sebulan penuh = makruh, tetapi bagi wanita yang sulit mengqadhanya pada hari lain
= mubah.
- Selain dua alasan di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan yang menjurus pada
pelanggaran hukum agama = Haram.
FATWA MUI TENTANG PENGGUNAAN PIL PENUNDA HAID
- Penggunaan pil anti haid untuk kesempurnaan ibadah haji hukumnya mubah.
- Pengunaan pil anti haid dengan maksud agar dapat mencukupi puasa Ramadhan sebulan penuh, hukumnya
makruh, tetapi bagi wanita yang sukar mengqadha puasanya pada hari lain, hukumnya mubah.
- Penggunaan pil anti haid selain dua hal di atas, hukumnya tergantung pada niatnya. Bila untuk perbuatan
yang menjurus pada pelanggaran hukum agama, hukumnya haram

Anda mungkin juga menyukai