Anda di halaman 1dari 13

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Teoritis

Kesiapan Peningkatan Perkembangan Usia Remaja

Oleh:
Kelompok 1
Arjuna Gagola
Alfany N. Torar
Anggun Supriadi Kadir
Christiana A. Bojoh
Chindy K. Tampilang
Clara M. Sahede
Chanly Adrian

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MANADO


JURUSAN KEPERAWATAN
POFESI NERS LANJUTAN
2021
LAPORAN PENDAHULUAN
PENINGKATAN PERKEMBANGAN INFANT
A. Definisi Perkembangan Pada Usia Infant
Perkembangan merupakan perubahan terjadi dari individu dengan bertambahnya
kemampuan dan fungsi tubuh dari yang sederhana ke yang lebih kompleks, sebagai hasil
dari proses pematangan. Di dalam proses perkembangan terdapat pematangan sel-sel tubuh,
organ-organ, dan sistem organ yang berkembang sehingga masing-masing dapat melakukan
fungsinya (Chamida, 2009).
Menurut Monks (2001) dalam buku tulisan Desmita (2009), pengertian perkembangan
menunjuk pada suatu proses kearah yang lebih sempurna dan tidak dapat diulang kembali.
Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak dapat diputar
kembali. Perkembangan juga diartikan sebagai proses yang kekal dan tetap yang menuju
kearah suatu organisasi pada tingkat integrasi yang lebih tinggi, berdasarkan pertumbuhan,
pematangan,dan belajar (Desmita, 2009).
Fase Infancy adalah periode pertama kehidupan sesudah kelahiran ketika individu yang
bersangkutan relatif sangat tidak berdaya dan bergantung sekali pada orang tuanya. Istilah
ini biasanya diterapkan hanya pada tahun yang pertama. Skinner mengemukakan bahwa fase
infancy adalah masa dua tahun pertama setelah kelahiran.

B. Tahap Perkembangan Infant dan Toodler


Pada usia infant, perkembangannya meliputi perkembangan pada motorik kasar, motorik
halus, perilaku sosial, dan bahasa (Kemenkes RI, 2010).
1. Perkembangan Motorik Kasar
Merupakan bagian dari aktivitas motorik yang melibatkan keterampilan otot-otot
besar atau kasar. Kemampuan menggunakan oto-otot besar bagi anak merupakan
kemampuan gerak dasar (Suhartini, 2007). Perkembangan motorik kasar pada tiap tahap
perkembangan anak adalah sebagai berikut:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik kasar pada usia ini dimulai dengan kemampuan
mengangkat kepala saat tengkurap, mencoba duduk sebentar dengan ditopang,
mampu duduk dengan kepala tegak, jatuh terduduk di pangkuan ketika disokong
pada posisi berdiri, kontrol kepala sempurna, mengangkat kepala sambil berbaring
terlentang, berguling dari telentang ke miring, posisi lengan dan tungkai kurang
fleksi, dan berusaha untuk merangkak (Hidayat,2008).
b. Usia 4-8 Bulan
Perkembangan motorik kasar awal pada bulan ini data dilihat pada perubahan
dalam aktivitas, seperti posisi telungkup pada alas dan sudah mulai mengangkat
kepala dengan melakukan gerakan menekan kedua tangannya. Pada bulan ke-4 sudah
mampu memalingkan kepala ke kanan dan ke kiri; duduk dengan kepala tegak;
membalikkan badan; bangkit dengan kepala tegak; menumpu badan pada kaki
dengan lengan berayun ke depan dan ke belakang; berguling dari telentang ke
tengkurap; serta duduk dengan bantuan dalam waktu yang singkat (Hidayat,2008).
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik kasar dapat diawali dengan duduk tanpa pegangan, berdiri
dengan pegangan, bangkit lalu berdiri, beridiri 2 detik, dan berdiri sendiri
(Hidayat,2008).

2. Perkembangan Motorik Halus


Segala aspek kemampuan yang melibatkan otot-otot kecil dan bagian tubuh tertentu
saja. Namun memerlukan koordinasi yang cermat (Chamida, 2009). Perkembangan
motorik halus pada tiap tahap perkembangan anak adalah sebagai berikut:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah dapat melakukan hal-hal seperti
memegang suatu objek, mengikuti objek dari sisi ke sisi, mencoba memegang dan
memasukkan benda ke dalam mulut, memegang benda tapi terlepas, memerhatikan
tangan dan kaki, memegang benda dengan kedua tangan, serta menahan benda di
tangan walaupun hanya sebentar (Hidayat,2008).
b. Usia 4-8 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah sudah mulai mengamati benda,
menggunakan ibu jari dan jari telunjuk untuk memegang, mengekplorasi benda yang
sedang dipegagng, mengambil objek dengan tangan tetangkup, mampu menahan
kedua benda di kedua tangan secara simultan, menggunakan bahu dan tangan sebagai
satu kesatuan, serta memindahkan objek dari satu tangan ke tangan yang lain
(Hidayat,2008).
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan motorik halus pada usia ini adalah mencari atau meraih benda
kecil, bila diberi kubus mampu memindahkan, mengambil, memegang dengan
telunjuk dan ibu jari, membenturkannya, serta meletakkan bedan atau kubus ke
tempatnya (Hidayat,2008).

3. Perkembangan Perilaku Sosial


Kemampuan mandiri bayi dalam bersosialisasi dan berinteraksi dengan
lingkungannya. Perkembangan pda masa bayi ini ditunjukkan dengan adanya tanda-
tanda tersenyum dan mulai menatap wajah orang lain untuk mengenali seseorang
(Chamida, 2009). Perkembangan perilaku pada tahap tumbuh kembang tiap usia adalah
sebagai berikut:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan perilaku sosial pada usia ini dapat diawali dengan kemampuan
mengamati tangannya; tersenyum spontan dan membalas senyum bila diajak
tersenyum; mengenal ibunya dengan penglihatan, penciuman, pendengaran, dan
kontak; tersenyum pada wajah manusia; waktu tidur dalam sehari lebih sedikit
daripada waktu terjaga; membentuk siklus tidur bangun; menangis bila terjadi
sesuatu yang aneh; membedakan wajah- wajah yang dikenal dan tidak dikenal;
sennag menatap wajah-wajah yang dikenalnya; serta terdiam bila ada orang yang tak
dikenal (asing) (Hidayat,2008).
b. Usia 4-8 Bulan
Perkembangan perilaku sosial pada usia ini antara lain anak merasa takut dan
terganggu dengan keberadaan orang asing, mulai bermain dengan mainan, mudah
frustasi, serta memukul-mukul lengan dan kaki jika sedang kesal (Hidayat,2008).
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan perilaku sosial pada usia ini dimulai dengan kemampuan bertepuk
tangan, menyatakan keinginan, sudah mulai minum dengan cangkir, menirukan
kegiatan orang, bermain bola atau lainnya dengan orang lain (Hidayat,2008).
4. Perkembangan Bahasa
Kemampuan untuk bayi dalam memberikan respon terhadap suara, megikuti perintah
dan berbicara spontan. Perkembangan bahasa pada masa ini dapat ditunjukkan dengan
adanya kemampuan bersuara (menangis) dan bereaksi terhadap suara atau bel (Chamida,
2009). Berikut ini akan disebutkan perkembangan bahasa pada tiap tahap usia anak:
a. Usia 1-4 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini ditandai dengan adanya kemampuan bersuara
dan tersenyum, mengucapkan huruf hidup, berceloteh, mengucapkan kata “ooh/aah”,
tertawa dan berteriak, mengoceh spontan, serta bereaksi dengan mengoceh
(Hidayat,2008).
b. Usia 4-8 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah dapat menirukan bunyi atau kata-kata,
menoleh kearah suara atau sumber bunyi, tertawa, menjerit, menggunakan vokalisai
semakin banyak, serta menggunakan kata yang terdiri atas dua suku kata dan dapat
membuat dua bunyi vocal yang bersamaan seperti “ba-ba” (Hidayat,2008).
c. Usia 8-12 Bulan
Perkembangan bahasa pada usia ini adalah mampu mengucapkan kata “papa” dan
“mama” yang belum spesifik, mengoceh hingga mengatakannya secara spesifik,
serta dapat mengucapkan 1-2 kata (Hidayat,2008).
C. Ciri-Ciri Masa Infant
Ciri-ciri masa infancy dapat membedakan masa bayi dari periode-periode sebelumnya
dan sesudahnya. Hurlock menggolongkan ciri-ciri masa infancy antara lain sebagai berikut :
1. Masa bayi adalah Masa Dasar yang Sesungguhnya
Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat
ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi yang terbentuk. Ada empat alasan
yang menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi adalah
penting. Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang
dengan bertambahnya usia anak; sebaliknya, pola-pola yang terbentuk pada permulaan
kehidupan cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau
bermanfaat.
Kedua, kalau pola perilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang
buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal itu diperbaiki akan semakin mudah
bagi anak untuk berubah. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi
kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan selamanya mempengaruhi
penyesuaian pribadi dan sosial.
Dan keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memainkan peran yang
penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan dikendalikan sehingga
perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya penyesuaian
pribadi dan sosial yang baik.
2. Masa Bayi adalah Masa Dimana Pertumbuhan dan Perubahan Berjalan Pesat
Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun secara psikologis. Pertumbuhan
dan perubahan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik. Tidak
ada perubahan yang lebih menonjol selain dalam kemampuan bayi untuk mengenali
dan bereaksi kepada orang-orang dan objek-objek dalam lingkungan.
3. Masa Bayi adalah Masa Berkurangnya Ketergantungan
Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek dari pesatnya
perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan
dan menggerakkan benda-benda. Kemandirian juga meningkat dengan berkembangnya
kemampuan bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada yang
lain.
Gerakan-gerakan bayi yang acak dan menyeluruh kembali menjadi gerakan yang
terkoordinir sehingga memungkinkan bayi melakukan sendiri hal-hal yang sebelumnya
harus dilakukan orang lain.
4. Masa Bayi adalah Masa Meningkatnya Individualitas
Individualitas tampak dalam penampilan dan pola-pola perilaku dan
memungkinkan bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan
kemampuannya.

5. Masa Bayi adalah Permulaan Sosialisasi


Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat berubah menjadi keinginan
untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Bayi mengembangkan ikatan emosi yang
kuat dengan ibunya jauh sebelum periode masa bayi berakhir. Dari pemuasan perilaku
akrab inilah berkembang hubungan dengan orang lain yang hangat dan kekal.
6. Masa Bayi adalah Permulaan Berkembangnya Penggologan Peran-Seks
Hampir dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlakukan sebagai anak laki-laki dan
anak perempuan diperlakukan sebagai anak perempuan. Tekanan pada anak perempuan
untuk bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya sejak masa bayi tidak terlampau kuat
seperti tekanan pada anak laki-laki, meskipun penggolongan peran-seks merupakan
bagian dari awal pendidikan anak perempuan. Secara tidak langsung anak perempuan
peran-seksnya sudah ditetapkan pada masa bayi dengan memperbolehkan mereka
menangis dan menunjukkan tanda-tanda lain “kelemahan wanita” yang tidak
diperkenankan pada bayi laki-laki.

D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tumbuh Kembang


Dalam proses pertumbuhan dan perkembangan, setiap individu akan mengalami siklus
yang berbeda pada kehidupan manusia. Peristiwa tersebut dapat secara cepat maupun lambat
tergantung dari individu atau lingkungan. Proses dan pelambatan tersebut dapat dipengaruhi
oleh faktor herediter, faktor lingkungan, dan faktor hormonal (Hidayat,2008).
1. Faktor Herediter
Faktor herediter merupakan faktor yang dapat diturunkan sebagai dasar dalam
mencapai tumbuh kembang anak di samping faktor-faktor lain. Faktor herediter meliputi
bawaan, jenis kelamin, ras dan suku bangsa. Faktor ini dapat ditentukan dengan
intensitas, kecepatan dalam pembelahan sel telur, tingkat sensitivitas jaringan terhadap
rangsangan, usia pubertas, dan berhentinya pertumbuhan tulang.
Pertumbuhan dan perkembangan anak dengan jenis kelamin laki-laki setelah lahir
akan cenderung lebih cepat dibandingkan dengan anak permepuan akan mengalami
pertumbuhan yang lebih cepat ketika mereka mencapai masa pubertas.
Ras atau suku bangsa juga memiliki peran dalam memengaruhi pertumbuhan dan
perkembangan, hal ini dapat dilihat pada suku bangsa tertentu yang memiliki
kecenderungan lebih besar atau tinggi, seperti orang Asia cenderung lebih pendek dan
kecil dibandingkan dengan orang Eropa atau lainnya (Hidayat,2008).
2. Faktor Lingkungan
Faktor lingkungan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam
menentukan tercapai dan tidaknya potensi yang sudah dimiliki. Faktor lingkungan ini
dapat meliputi lingkungan prenatal (lingkungan dalam kandungan) dan lingkungan
postnatal (yaitu, lingkungan setelah bayi lahir).
Lingkungan Prenatal
Lingkungan prenatal merupakan lingkungandalam kandungan, mulai dari konsepsi
sampai lahir yang meliputi gizi pada waktu ibu hamil, lingkungan mekanis, zat kimia
atau toksin, dan hormonal.
a. Lingkungan mekanis
Lingkungan mekanis adalah segala hal yang memengaruhi janin atau posisi dalam
uteus.
 Radiasi dapat menyebabkan kerusakan pada organ otak janin
 Infeksi dalam kandungan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
janin
 Kekurangan oksigen pada janin mengakibatkan gangguan dalam plasenta
sehingga kemungkinan bayi lahir dengan berat badan yang kurang
 Faktor imunitas dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin
karena menyebabkan terjadinya abortus atau karena icterus
 Stres dapat memengaruhi kegagalan tumbuh kembang janin
b. Zat kimia atau toksin
Hal ini berkaitan dengan penggunaan obat-obatan, alkohol, atau kebiasaan
merokok oleh ibu hamil.
c. Hormonal
Hormon-hormon ini mencakup hormone somatotropin, plasenta, tiroid, dan
insulin. Peran hormone somatotropin (growth hormone), yaitu disekresi kelenjar
hipofisis janin sekitar minggu ke-9 dan produksinya meningkat pada minggu ke-20.
Hormone plasenta (human placental lactogen) berperan dalam nutrisi plasenta.
(Hidayat,2008)
Lingkungan Postnatal
Selain faktor lingkungan intrauteri terdapat lingkungan setelah lahir yang juga dapat
memengaruhi tumbuh kembang anak, seperti budaya lingkungan, sosial ekonomi
keluarga, nutrisi, iklim atau cuaca, olahraga, posisi anak dalam keluarga dan status
kesehatan.
a. Budaya Lingkungan
Budaya lingkungan dalam hal ini adalah budaya di masyarakat yang
memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan angka. Budaya lingkungan dapat
menentukan bagaimana sesorang atau masyarakat memprediksikan pola hidup sehat,
hal ini dapat terlihat apabila kehidupan atau perilaku mengikuti budaya yang ada
sehingga kemungkinan besar dapat menghambat dalam aspek pertumbuhan dan
perkembangan.sebagai contoh, anak yang dalam usia tumbuh kembang membutuhkan
makanan yang bergizi, namun karena terdapat adat atau budaya tertentu yang
melarang makan dalam masa tertentu padahal makanan tersebut dibutuhkan untuk
perbaikan gizi, maka tentu akan mengganggu atau menghambat masa tumbuh
kembang.

b. Status Sosial Ekonomi


Status sosial ekonomi juga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Anak dengan keluarga yang memiliki sosial ekonomi tinggi umumnya
pemenuhan kebutuhan gizinya cukup baik dibandingkan dengan anak dengan sosial
ekonomi rendah. Demikian juga dengan anak berpendidikan rendah, tentu akan sulit
untuk menerima arahan dalam pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau
tidak meyakini pentingnya pemenuhan gizi dan mereka sering tidak mau atau tidak
meyakini pentingnya pemenuhan kebutuhan gizi atau pentingnya pelayanan kesehatan
lain yang menunjang dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan anak.

c. Nutrisi
Nutrisi adalah salah satu komponen yang penting dalam menunjang
keberlangsungan proses pertumbuhan dan perkembangan. Nutrisi menjadi kebutuhan
untuk tumbuh dan perkembangan selama masa pertumbuhan. Dalam nutrisi terdapat
kebutuhan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan sperti
protein, karbohidrat, lemak, mineral, vitamin, dan air. Apabila kebutuhan nutrisi
seseorang tidak atau kurang terpenuhi maka dapat menghambat pertumbuhan dan
perkembangannya.

d. Iklim dan Cuaca


Iklim dan cuaca dapat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Misalnya
pada saat musim tertentu kebutuhan gizi dapat dengan mudah diperoleh, namun pada
saat musim yang lain justru sebaliknya. Sebagai contoh, saat musim kemarau
penyediaan air bersih atau sumber makan sangatlah sulit.

e. Olahraga atau Latihan Fisik


Olahraga atau latihan fisik dapat memacu perkembangan anak karena dapat
meningkatkan sirkulasi darah sehingga suplai oksigen ke seluruh tubuh dapat teratur
serta dapat meningkatkan stimulasi perkembangan tulang, otot, dan pertumbuhan
selainnya. Dari aspek sosial, anak menjadi mudah berinteraksi dengan teman sesuai
dengan jenis olahraganya.

f. Posisi Anak dalam Keluarga


Posisi anak dalam keluarga dapat memengaruhi pertumbuhan dan perkembangan.
Secara umum, anak pertama atau tunggal memiliki kemampuan intelektual lebih
menonjol cepat berkembang karena sering berinteraksi dengan orang dewasa, namun
dalam perkembangan motoriknya kadang-kadang terlambat karena tidak ada stimulasi
yang biasanya dilakukan saudara kandungnya.
Sedangkan anak kedua atau anak tengah, kecenderungan orangtua yang merasa
sudah biasa dalam cerawat anak lebih percaya diri sehingga kemampuan anak untuk
beradaptasi lebih cepat dan mudah, meskipun dalam perkembangan intelektual
biasanya kurang apabila dibandingkan dengan anak pertamanya, kecenderungan
tersebut juga bergantung pada keluarga.

g. Status Kesehatan
Status kesehatan anak dapat berpengaruh pada pencapaian pertumbuhan dan
perkembangan. Hal ini dapat terlihat apabila anak berada dalam kondisi sehat dan
sejahtera, maka percepatan untuk tumbuh kembang menjadi sangat mudah dan
sebaliknya. Sebagai contoh, pada saat tertentu anak seharusnya mencapai puncak
dalam pertumbuhan dan perkembangan, namun apabila saat itu pula terjadi penyakit
kronis yang ada pada diri anak maka pencapaian kemampuan untuk maksimal dalam
tumbuh kembang akan terhambat karena anak memiliki masa kritis.
Beberapa kondisi yang dapat memengaruhi tumbuh kembang anak misalnya
adanya kelainan perkembangan fisik (bibir sumbing, starbimus atau juling, kaki
bengkok, dan lain-lain), adanya kelainan dalam perkembangan saraf (seperti
gangguan motorik, gangguan bicara, atau gangguan personal sosial), adanya kelainan
perkembangan mental (seperti retardasi mental), adanya kelainan perkembangan
perilaku (sperti hiperaktif, gangguan belajar atau depresi), dan lain-lain.
(Hidayat,2008)
3. Faktor Hormonal
Faktor hormonal yang berperan dalam tumbuh kembang anak antara lain hormone
somatotropin, tiroid, dan glukokotikoid. Hormone somatotropin (growth hormone)
berperan dalam memengaruhi pertumbuhan tinggi badan dengan menstimulasi terjadinya
proliferasi sel kartilago dan sistem skeletal. Hormone tiroid berperan mentimulasi
metabolism tubuh. Hormone glukokortikoid mempunyai fungsi menstimulasi
pertumbuhan sel intertisial dari tesis (untuk memproduksi testosterone) dan ovarium
(untuk memproduksi estrogen), selanjutnya hormone tersebut akan menstimulasi
perkembangan seks, baik pada anak laki-laki maupun perempuan yang sesuai dengan
peran hormonnya (Hidayat,2008).
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
PENINGKATAN PERKEMBANGAN INFANT

Standar Asuhan Keperawatan Usia Inflant


A. Tahap Bayi (Basic Trust Vs Miss Trust)
Adalah tahap perkembangan bayi usia 0-18 bulan dimana pada usia ini bayi belajar
terhadap kepercayaan dan ketidakpercayaan. Masa ini merupakan krisis pertama yang
dihadapi oleh bayi.

B. Karakteristik Perilaku
1. Menangis ketika ditinggalkan oleh ibunya
2. Menangis saat basah, lapar, haus, dingin, panas, sakit.
3. Menolak atau menangis saat digendong oleh orang yang tidak dikenalnya
4. Segera terdiam saat digendong, dipeluk atau dibuai
5. Saat menangis mudah dibujuk untuk diam kembali
6. Menyembunyikan wajah dan tidak langsung menangis saat bertemu dengan orang yang
tidak dikenalnya
7. Mendengarkan musik atau bernyanyi dengan senang
8. Menoleh mencari sumber suara saat namanya dipanggil
9. Saat diajak bermain memperlihatkan wajah senang
10. Saat diberikan mainan meraih mainan atau mendorong dan membantingnya.

Diagnosa keperawatan : Kesiapan peningkatan perkembangan infant

C. Intervensi
Intervensi Generalis
1. Segera menggendong, memeluk dan membuai bayi saat bayi menangis
2. Memenuhi kebutuhan dasar bayi (lapar, haus, basah, sakit)
3. Memberi selimut saat bayi kedingingan
4. Mengajak berbicara dengan bayi
5. Memanggil bayi sesuai dengan namanya
6. Mengajak bayi bermain (bersuara lucu, menggerakkan benda, memperlihatkan benda
berwarna menarik, benda berbunyi)
7. Keluarga bersabar dan tidak melampiaskan kekesalan atau kemarahan pada bayi
8. Segera membawa bayi kepada pusat layanan kesehatan bila bayi mengalami masalah
kesehatan atau sakit.

Intervensi Spesialis
1. Terapi stimulasi perkembangan psikososial anak usia 0-18 bulan.

DAFTAR PUSTAKA

Chamida, Atein N. 2009. Deteksi Dini Gnagguan Pertumbuhan dan Pekembangan Anak.
Yogyakarta: Jurusan Pendidikan Luar Biasa UNY.
Hidayat, A Aziz. 2008. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak Untuk Pendidikan Kesehatan. Jakarta:
Salemba Medika.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. 2012. Profil Data Kesehatan Dan Intervensi Dini
Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: Kemenkes RI.
Marmi, Rahrjo.K. 2012. Asuhan Neonatus, Bayi ,Balita, dan Anak Prasekolah. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
NAEYC. 2005. Developmentally Appropriate Practice (DAP). Available: https//
www.naeyc.org/DAP 15 Nov, 2012.

Nursalam. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Suhrtini, B. 2007. Tahap Perkembangan Motorik Bayi. Yogyakarta: FKIK Universitas Negeri
Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai