INDONESIA
Kelompok 1
1. Dedi Kurniawan
(1704290032)
2. Ramjanne Sitepu
(1704290052
Latar Belakang
Gula merupakan salah satu komoditas strategis dalam
perekonomian Indonesia. Gula juga merupakan salah satu
kebutuhan pokok masyarakat dan sumber kalori yang relatif
murah. Karena merupakan kebutuhan pokok, maka dinamika
harga gula akan mempunyai pengaruh langsung terhadap laju
inflasi.
Walaupun pada dua tahun terakhir, kinerja industri gula
nasional menunjukkan peningkatan, pada dekade terakhir
secara umum kinerjanya mengalami penurunan, baik dari sisi
areal, produksi maupun tingkat efisiensi.
A. Permasalahan yang di Hadapi
di Indonesia
Penurunan produksi gula di Indonesia merupakan suatu akibat
dari proses yang kompleks, yaitu dari segi sosial, ekonomi, dan
teknologi.
1. Harga Gula Impor yang Lebih Murah
Masuknya gula dari luar negeri dengan harga yang lebih
rendah dari harga produksi dalam negeri menyebabkan
produksi gula nasional kurang mampu bersaing. Gula impor
membanjir justru pada saat petani sedang panen, dan pabrik
sedang giling.
2. Kurangnya Lahan Perkebunan Tebu
Pulau Jawa yang semula sebagai sentral produksi gula nasional
semakin bergeser dengan semakin sulitnya diperoleh lahan yang memadai
untuk areal produksi tebu. Lahan yang memiliki sifat sesuai untuk tebu
lebih banyak digunakan untuk komoditi lain yang lebih menguntungkan
dibanding tebu.
3. Kurangnya Modal untuk Petani Tebu
Kurangnya modal petani dan sering terlambatnya pencairan kredit
semakin menambah rendahnya mutu penerapan teknologi tebu.
B. Upaya Menanggulangi
Permasalahan yang ada di Indonesia
1. Peningkatan Kuantitas dan Kualitas Gula tebu
Untuk menjamin kualitas pemerintah menerapkan
Standar Nasional Indonesia (SNI) untuk komoditi Gula
Kristal Putih (GKP) produksi lokal. Data yang dirilis Pusat
Penelitian Perkebunan Gula Indonesia (P3GI), menyebutkan
pada musim giling 2008, belum semua pabrik gula memenuhi
standar ICUMSA dari SNI sebesar 300 IU. Hal ini
menyebabkan ketergantungan terhadap impor semakin
meningkat.
2. Penyuluhan Keuntungan Budidaya Tebu
Adanya kebebasan bagi petani untuk memilih komoditas yang akan
diusahakan, telah menyebabkan luas areal pertanaman tebu dan produksi
gula di Indonesia menurun.
Penyuluhan kepada petani tebu pada daerah – daerah tertentu (yang
cocok dengan tanaman tebu) tentang keuntungan budidaya tebu
merupakan solusi yang baik untuk meningkatkan produksi gula tebu.
3. Perluasan Area Lahan
Perluasan area perkebunan tebu juga harus dilakukan untuk
meningkatkan hasil produktifitas tebu. Selama ini perkebunan tebu
terkonsentrasi hanya di pulau Jawa.
Dengan perkembangan yang terus berjalan, pemerintah mulai
mengembangkan perkebunan tebu di luar pulau Jawa yang karakteristiknya
sesuai untuk lahan perkebunan tebu dengan pola tumpang tindih.
4. Kenaikan Harga Masuk Gula Impor (Bea)
Fasilitas berupa pembebasan dan keringanan bea masuk
atas gula kristal mentah (raw sugar) impor untuk bahan baku
industri sudah waktunya dihentikan. Diperlukan kebijakan
impor gula dan jalur distribusi gula impor yang mampu
melindungi petani dari kemerosotan harga tebu, serta
peninjauan kembali tarif bea masuk yang proposional.
Kesimpulan dan Saran
A. Kesimpulan
Ketidakmapuan industri gula dalam memenuhi kebutuhan nasional, akibat dari:
Terbatasya areal lahan tebu
Banyaknya penyelundupan gula illegal
Belum optimalnya peran pemerintah dalam menstabilkan harga gula nasional
Membentuk forum komunikasi industri pengolahan gula di pusat dan kelompok
kerja di daerah.
Membangun industri raw sugar di luar negeri untuk mendukung produksi industri
gula internasional.
B. Saran
Seharusnya pemerintah lebih mengutamakan kepentingan rakyat khususnya para
petani tebu dalam memenuhi pasokan gula dalam negeri. Impor gula boleh dilakukan
asalkan tidak menjadikan gula impor tersebut menjadi gula pokok (yang dikonsumsi)
masyarakat.
TERIMAKASIH
Mata kuliah :
Agroindustri
Pemanfaatan Agroindustri
Karet dan Latex
Disususn oleh :
• Ramjanne Sitepu 1704290052
• Dedi Kurniawan 1704290032
Indonesia adalah negara produsen karet alam terbesar ke dua di dunia setelah
Thailand, padahal luas areal kebun karet Indonesia terluas di dunia (+ 3,4 juta
hektar pada tahun 2010). Karet merupakan komoditas perkebunan yang
sangat penting peranannya di Indonesia. Selain sebagai sumber lapangan kerja bagi seki
tar 1,4 juta kepala keluarga (KK), komoditas ini juga memberikan kontribusi yang signifikan
sebagai salah satu sumber devisa non-migas, pemasok bahan baku karet dan
berperan penting dalam mendorong pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru di wilayah-
wilayah pengembangan karet.
Maka dari itu, Melihat perkembangan serta pemanfaatan dan kontribusi yang signifikan
serta prospek usaha karet yang cukup menjanjikan diperlukan juga proses yang berbasis
dengan ekologi agar tercipta proses terpadu dari tanaman karet sampai kepada produk
hasilnya.
Pemanfaatan getah
pohoh karet lateks
Daun karet berwarna hijau. Apabila akan rontok berubah warna menjadi kuning atau merah. Biasanya tanaman
karet mempunyai “jadwal“ kerontokan daun pada setiap musim kemarau. Di musim rontok ini kebun karet
menjadi indah karena daun – daun karet berubah warna dan jatuh berguguran dalam kuantitas yang banyak.
Adapun dedaunan dari pohon karet ini dapat diolah menjadi kompos yang secara langsung dapat digunakan
untuk menyuburkan lahan tanaman karet (Nazarrudin dan Paimin, 2006).
Pemanfaatan biji pohon karet
Pemanfaatan
biji karet yang
ada pada saat
ini sudah
cukup memiliki
banyakragam,
namun
pengolahannya
masih jauh dari Bungkil dan Biji karet dapat
dimanfaatkan sebagai makanan Komposisi nutrisi biji karet
skala yang
ternak, dan khusus untuk biji karet Protein % 27,0
diharapkan. dapat dijadikan bahan konsumsi
Lemak % 32,3
manusia dengan terlebih dahulu
menghilangkan kandungan Karbohidrat % 15,9
Sianidanya. Air % 9,1
Sebagai pangan
•Mampu membentuk ekologi hutan, yang pada umumnya terdapat pada daerah
lahan kering beriklim basah, sehingga karet cukup baik untuk menanggulangi
lahan kritis.