Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori Pada Katarak.


Mata kuliah: Keperawatan Medikal Bedah III
Dosen: Wardatul Washilah, S.,Kep.Ns.,M.Kep

Di susun oleh :
Kelompok 10

1. Abdur Rakhim Mahaldis


2. Husnul Hotimah
3. Khaliqatul Bariyah

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


STIKES HAFSHAWATY PESANTREN ZAINUL HASAN
PROBOLINGGO
2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah kami panjatkan puja dan puji syukur kehadirat Allah


SWT. Atas segala limpah rahmat dan hidayahnya. Sehingga kami dapat
menyelesaikan penyusunan makalah ini, dan sholawat serta salam semoga
selalu tercurah limpahkan kepada proklamator sedunia, pejuang tangguh
yang tak gentar menghadapi segala rintangan demi umat manusia, yakni
Nabi Muhammad SAW.
Adapun maksud penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas di STIKES Hafshawaty,kami susun dalam bentuk kajian ilmiah
dengan judul” Asuhan Keperawatan Sistem Persepsi Sensori Pada
Katarak.” dan dengan selesainya penyusunan makalah ini, kami juga tidak
lupa menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. KH. Moh. Hasan Mutawakkil Alallah, SH.MM sebagai pengasuh pondok
pesantren Zainul Hasan Genggong
2. Dr. H.Nur Hamim, S.km,S.Kep.Ns.,M.Kes sebagai ketua STIKES
Hafshawaty Zainul Hasan Genggong
3. Shinta Wahyusari S.Kep.,NS.M.Kep.,SpkepMat sebagai Ketua Prodi S1
Keperawatan
4. Rizka Yunita ,S.kep.,Ns.,M.kep Sebagai Wali Kelas Prodi S1 Keperawatan
5. Wardatul Washilah, S.,Kep.Ns.,M.Kep sebahai pembimbing mata kuliah
Keperawatan medikel bedah III
Pada akhirnya atas penulisan materi ini kami menyadari bahwa
sepenuhnya belum sempurna. Oleh karena itu, kami dengan rendah hati
mengharap kritik dan saran dari pihak dosen dan para audien untuk
perbaikan dan penyempurnaan pada materi makalah ini.

Probolinggo, 13 April 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Cover
Kata pengantar................................................................................................i
Daftar isi.........................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang.....................................................................................
1.2 Rumusan masalah ...............................................................................
1.3 Tujuan.................................................................................................
1.4 Manfaat ...............................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Anatomi mata.....................................................................................
2.2 Fisiologi..............................................................................................
2.3 Definisi katarak...................................................................................
2.4 Etiologi katarak ..................................................................................
2.5 Tanda dan gejala katarak...................................................................
2.6 Patofisiologi katarak ..........................................................................
2.7 Diagnosa keperawatan katarak ..........................................................
2.8 Tindakan keperawatan .......................................................................
2.9 Pemeriksaan katarak ..........................................................................
2.10...........................................................................Rehabilitasi katarak
2.11.....................................................................Fungsi adfokasi katarak
2.12.....................................................................Healt education katarak

BAB III PENUTUP


3.1 Kesimpulan.........................................................................................
3.2 Saran....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Katarak menjadi penyebab kebutaan nomor satu didunia karena


penyakit ini menyerang tanpa disadari oleh penderitanya.Katarak terjadi
secara perlahan - lahan. Katarak baru terasa mengganggu setelah tiga
sampai lima tahun menyerang lensa mata (Tamsuri, 2008)
        Pada tahun 2020 diperkirakan penderita penyakit mata dan kebutaan
meningkat dua kali lipat. Padahal 7,5% kebutaan didunia dapat dicegah
dan diobati. Kebutaan merupakan masalah kesehatan masyarakat dan
sosial ekonomi yang serius bagi setiap negara. Studi yang dilakukan Eye
Disease evalence Research Group (2004) memperkirakan, pada 2020
jumlah penderita penyakit mata dan kebutaan didunia akan mencapai 55
juta jiwa. Prediksi tersebut menyebutkan, penyakit mata dan kebutaan
meningkat terutama bagi mereka yang telah berumur diatas 65 tahun.
Semakin tinggi usia, semakin tinggi pula resiko kesehatan mata. WHO
memiliki catatan mengejutkan mengenai kondisi kebutaan didunia,
khususnya dinegara berkembang.
      Saat ini terdapat 45 juta penderita kebutaan di dunia, 60% diantaranya
berada di negara miskin atau berkembang. Ironisnya Indonesia menjadi
Negara tertinggi di Asia Tenggara dengan angka sebesar 1,5%. Menurut
Spesialis Mata dari RS Pondok Indah Dr Ratna Sitompul SpM, tingginya
angka kebutaan di Indonesiadisebabkan usia harapan hidup orang
Indonesia semakin meningkat. “karena beberapa penyakit mata disebabkan
proses penuaan. “Artinya semakin banyak jumlah penduduk usia tua,
semakin banyak pula penduduk yang berpotensi mengalami penyakit mata.
      Hingga kini penyakit mata yang banyak ditemui di Indonesia adalah
katarak (0,8%), glukoma (0,2%) serta kelainan refraksi (0,14%). Katarak
merupakan kelainan mata yang terjadi karena perubahan lensa mata yang
keruh.Dalam keadaan normal jernih dan tembus cahaya.Selama ini katarak
banyak diderita mereka yang berusia tua.Karena itu, penyakit ini sering
diremehkan kaum muda. Hal ini diperkuat berdasarkan data dari
Departemen Kesehatan Indonsia (Depkes) bahwa 1,5 juta orang Indonesia
mengalami kebutaan karena katarak dan rata - rata diderita yang berusia 40
- 55 tahun.
      Penderita rata - rata berasal dari ekonomi lemah sehingga banyak
diantara mereka tidak tersentuh pelayanan kesehatan. Dan kebanyakan
katarak terjadi karena proses degeneratif atau semakin bertambahnya usia
seseorang. Bahkan, dari data statistik lebih dari 90 persen orang berusia di
atas 65 tahun menderita katarak, sekitar 55 persen orang berusia 75 - 85
tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak (Irawan, 2008).

1.2 rumusan masalah


Berdasarkan latar belakang di atas penulis dapat menyimpulkan
rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apa Anatomi mata ?
2. Apa saja Fisiologi mata ?
3. Bagaimana Definisi katarak?
4. Apa saja Etiologi katarak ?
5. Apa saja Tanda dan gejala katarak ?
6. Bagaimana Patofisiologi katarak ?
7. Apa Diagnosa keperawatan katarak ?
8. Bagaimana Tindakan keperawatan katarak ?
9. Apa saja Pemeriksaan katarak ?
10. Bagaimana Rehabilitasi katarak ?
11. Apa saja Fungsi advokasi katarak ?
12. Bagaimana Health education katarak ?
1.3 Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui asuhan keperawatan sistem persepsi sensori pada
katarak.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui Anatomi mata.
2. Untuk mengetahui Fisiologi mata.
3. Untuk mengetahui Definisi katarak
4. Untuk mengetahui Etiologi katarak
5. Untuk mengetahui Tanda dan gejala katarak
6. Untuk mengetahui Patofisiologi katarak
7. Untuk mengetahui Diagnosa keperawatan katarak
8. Untuk mengetahui Tindakan keperawatan katarak
9. Untuk mengetahui Pemeriksaan katarak
10. Untuk mengetahui Rehabilitasi katarak
11. Untuk mengetahui Fungsi adfokasi katarak
12. Untuk mengetahui Healt education katarak

1.4 manfaat
Berdasarkan tujuan di atas penulis dapat menyimpulkan manfaat
sebagai berikut :
1. Bagi institusi pendidikan, hasil makalah ini dapat dijadikan sebagai
bahan bacaan di bidang kesehatan sebagai bahan informasi.
2. Bagi pembaca dapat mengetahui dan memahami mengenai asuhan
keperawatan sistem persepsi sensori pada katarak.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi mata

2.2 Fisiologi mata

Bola mata merupakan organ sferis dengan diameter kurang lebih 2,5
cm, yang terletak pada bagian anterior orbit. Bola mata terdiri dari
beberapa lapisan. Kuat dan tidak elastic yang menyususn sclera ini akan
mempertahankan bentuk bola mata dan memberikan proteksi terhadap
bangunan - bangunan halus dibawahnya.
Didalam mata ada 3 lapisan yaitu :
1.    Lapisan luar, yang terdiri dari :
 Sclera
 Kornea
2.    Lapisan tengah, yang terdiri dari :
 Koroid
 Badan (korpus) siliare
 Iris
3.    Lapisan dalam, yang terdiri dari :
 Retina
 Fundus optic ,Lensa dan Badan vitreus
              Pada mata terdapat 7 otot volunter dari orbit, 6 diantaranya adapat
memutar bola mata pada beberapa perintah dan mengkoordinasi
pergerakan mata.Pergerakan mata yang terkoordinasi dan visus yang
adekuat diperlukan untuk smemungkinkan fovea sentralis pada masing -
masing mata untuk menerima gambaran pada waktu yang sama.gambaran
berfokus dari fovea masing - masing mata, ditranmisikan ke area optic
darikorteks serebri, tempat otak menginterpretasikan dua gambaran
sebagai suatu gambaran (Istiqomah, 2003).

2.3 Definisi katarak

Katarak berasal dari yunabni katarhakies, inggris cataract, dan latin


cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh.
Katarak adalah setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang diapat terjadi
akibat hidrasi (penambahan cairan) lensa, denaturasi protein lensa terjadi
akibat kedua-duanya.
Biasanya kekeruhan mengenai kedua mata dan berjalan progresif
ataupun tidak mengelami perubahan dalam waktu yang lama.
Pada katarak sebaiknya dilakukan pemeriksaan tajam penglihatan
sebelum dilakukan pembedahan untuk melihat aoakah kekeruhan
sebanding dengan turunnya tajam penglihatan. Pada katarak nukleartitis
dengan miopia tinggi akan terlihat tajam penglihatan yang tidak sesuai,
sehingga mungkin penglihatan yang turun akibat kelainan pada retina dan
bila dilakukan pembedahan memberikan hasil tajam penglihatan yang
tidak memuaskan sebaliknya pada katarak kortikal posterior yang kecil
akan mengakibatkan penurunan tajam penglihatan yang sangat berat pada
penerangan yang sedang ataupun keras akan tetapi bila pasien ada
ditemoat yang gelap maka tajam penglihatan akan memperlihatkan anyak
kemajuannya
2.4 Etiologi
Katarak umumnya merupakan penyakit pada usia lanjut, akan
tetapi dapat juga akibat kelainan kongenital, atau penyulit penyakit mata
lokal menahun. Bermacam-macam penyakit mata dapat mengakibatkan
katarak seperti glaukoma, ablasi, kufaitis, retinitis pikmentosa bahan
toksik khusus (kimia dan fisika). Katarak dapat berhubungan proses
penyakit intraokular lainnya.
Kelainan sistemik atau metabolik yang dapat menimbulkan katarak
adalah diabetes millitus, galaktosemi, dan distrofi miyotonik.
Katarak dapat ditemukan dalam keadaan tanpa adanya kelainan
mata atau sistemik (katarak senil, juvenil, herediter) atau kelainan
kongenital mata terdapat beberapa faktor yang dapat merupakan penyebab
terbentuknya katarak lebih cepat, seperti:
 Diabetes
 Radang mata.
 Trauma mata.
 Riwayat keluarga dengan katarak.
 Pemakayan steroid lama (oral atau tertentu lainnya).
 Merokok
 Pembedahan mata lainnya.
 Terpajan banyak sinar ultra violet (matahari).

2.5 Tanda dan gejala

Pasien dengan katarak mengaluh, gangguan penglihatan lainnya berupa:


 Merasa silau.
 Berkabut, berasap.
 Sukar melihat dimalam hari atau penerangan redup.
 Melihat ganda.
 Melihat warna terganggu.
 Melihat halo sekitar sinar.
 Penglihatan menurun.
Kekeruhan lensa ini mengakibatkan menyebabkan lensa tidak transparan,
sehingga pupil akan berwarna putih atau abu-abu. Pada mata akan
tampak kekeruhan lensa dalam macam-macam bentuk dan tingkat.
Kekeruhan ini juga dapat ditemukan pada berbagai lokalisasi dilensa
seperti kortek dan nukleus. (Istiqomah, 2003).

2.6 Patofisiologi

Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih,


transparan, berbentuk seperti kancing baju dan mempunyai kekuatan
refraksi yang besar. Lensa mengandung tiga komponen anatomis. Pada
zona sentral terdapat nukleus, di perifer ada korteks, dan yang
mengelilingi keduanya adalah kapsul anterior dan posterior. Dengan
bertambahnya usia, nucleus mengalami perubahan warna menjadi coklat
kekuningan. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior
dan posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk
katarak yang paling bermakna, Nampak seperti kristal salju pada jendela.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang
memanjang dari badan silier ke sekitar daerah diluar lensa, misalnya dapat
menyebabkan penglihatan mengalamui distorsi. Perubahan kimia dalam
protein lensa dapat menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan
pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori
menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air
ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan
mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim
akan menurun dengan (Widya ukisaru, 2015).
PATHWAY

Trauma Trauma Perubahan kuman

Perubahan serabut Kompresi sentral (serat) Jumlah protein

Keruh Densitas Membentuk massa

Keruh

Pembedahan Katarak

Menghambat jalan cahaya

Pre Operasi Post Operasi Penenglihatan menurun


 Kecemasan - Gangguan rasa
meningkat nyaman (nyeri)
Buta
 Kurang - Resiko tinggi
pengetahuan terjadinya infeksi
 Gangguan sensori persepsi visual
- Resiko tinggi
 Risiko tinggi cidera fisik
terjadinya injuri :
 Peningkatan TIO.
 Perdarahan
intraokuler.
2.7 Tindakan keperawatan
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan
merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari
berbagai sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status
kesehatan klien. Adapun data-data dari pengkajian katarak adalah :
a. Aktivitas / istirahat : Gejalanya yaitu perubahan aktivitas biasanya /
hobi sehubungan dengan gangguan penglihatan.
b. Makanan / cairan : Gejalanya yaitu mual / muntah (glaucoma akut)
c. Neurosensori : Gejalanya yaitu gangguan penglihatan (kabur/tak
jelas).sinar terang menyebabkan silau dengan kehilangan bertahap
penglihatanperifer,kesulitan memfokus kerja dengan dekat/merasa di
ruang gelap (katarak). Penglihatan berawan/kabur,tampak lingkaran
cahaya/pelangi sekitar sinar,kehilangan penglihatan perifer,fotofobia
(glaucoma akut). Dan tandanya yaitu tampak kecoklatan atau putih
susu pada pupil (katarak),pupil menyepit dan merah/mata keras
dengan kornea berawan(glaucoma darurat),dan peningkatan air mata.
d. Nyeri / kenyamanan : Gejala yaitu ketidak nyamanan ringan/mata
berair (glaukoma kronis),nyeri tiba-tiba/berat menetap atau tekanan
pada dan sekitar mata,sakit kepala (glaucoma akut).
e. Penyuluhan / pembelajaran : Gejala yaitu riwayat keluarga
glaucoma ,diabetes,gangguan sistem vaskuler,riwayat
stress,alergi,gangguan vasomotor (contoh peningkatan tekanan darah
vena), dan ketidakseimbangan endokrin,diabetes (glaucoma).

2.8 Pemeriksaan diagnostik


Pemeriksaan yang dilakukan pada pasien katarak adalah periksaan
sinar celah (slidlamp), funduskopi pada kedua mata bila mungkin.
Tonometer selain dari pemeriksaan prabedah yang diperlukan lainnya
seperti adanya infeksi pada kelopak mata, konjungtiva, karena dapat
menyulit yang berat berupa panoftalmitis pasca bedah dan fisik umum.
Pemeriksaan lain meliputi :
1. Kartu mata snellen /mesin telebinokuler : mungkin terganggu dengan
kerusakan kornea, lensa, akueus/vitreus humor, kesalahan refraksi,
penyakit sistem saraf, penglihatan ke retina.
2. Lapang Penglihatan : penuruan mngkin karena massa tumor, karotis,
glukoma.
3. Pengukuran Tonografi : TIO (12 – 25 mmHg).
4. Pengukuran Gonioskopi membedakan sudut terbuka dari sudut
tertutup glukoma.
5. Tes Provokatif : menentukan adanya/ tipe gllukoma
6. Oftalmoskopi : mengkaji struktur internal okuler, atrofi lempeng
optik, papiledema, perdarahan.
7. Darah lengkap, LED : menunjukkan anemi sistemik / infeksi.
8. EKG, kolesterol serum, lipid
9. Tes toleransi glukosa : kotrol DM

2.9 Diagnosa keperawatan


1. Risiko tinggi terhadap cedera b/d peningkatan TIO, perdarahan

intraokuler, kehilangan vitreous.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b/d prosedur invasif (bedah

pengangkatan katarak).

3. Gangguan sensori-perseptual : penglihatan b/d gangguan penerimaan

sensori/status organ indra, lingkungan secara terapeutik dibatasi d/d

menurunnya ketajaman, gangguan penglihatan, perubahan respons

biasanya terhadap rangsang.s

4. Kurang pengetahuan (Kebutuhan Belajar) tentang kondisi, prognosis,

pengobatan b/d  tidak mengenal sumber informasi , salah interprestasi

informasi, keterbatasan kognitif.


2.10 Rehabilitasi
Ada beberapa penyakit yang memang tidak bisa kita cegah,tetapi
kita bisa membantu dengan melakukan rehabilitasi. Angka kebutaan yang
terjadi di Indonesia mencapai 80 persen disebabkan oleh katarak,karena
itu gangguan pada penglihatan merupakan hal penting yang perlu
diperhatikan. Rahabilitasi yaitu melakukan pengangkatan lensa kemudian
menggantikan dengan lensa buatan sehingga kita bisa melihat kembali.
Jika rehabilitasi ini dilakukan pada katarak,ini sangat membantu manusia
menjadi produktif kembali,artinya bisa melihat. Angka yang meningkat
tahun 1996 sekitar 1,5 persen,sekarang menjadi 3 persen rata-rata,tapi
dilihat dari per-provinsi jawa timur sekitar 4,4 persen,sementara di
Jakarta masih 1,9 persen.

2.11 Fungsi adfokasi


a. Sebagai penghubung pasien dalam proses pembuatan
keputusan,dengan cara : memastikan informasi yang diberikan pada
pasien dipahami dan berguna bagi pasien dalam pengambilan
keputusan,memberikan berbagai alternative pilihan disertai penjelasan
keuntungan dan kerugian dari setiap keputusan,dan menerima semua
keputusan pasien.
b. Sebagai mediator (penghubung) antara pasie dan orang-orang
disekeliling pasien,dengan cara: mengatur pelayanan keperawatan
yang dibutuhkan pasien dengan tenaga kesehatan lain,mengklarifikasi
komunikasi antara pasien,keluarga,dan tenaga kesehatan lain agar
setiap individu memiliki pemahaman yang sama,dan menjelaskan
kepada pasien peran tenaga kesehatan yang merawatnya.
c. Sebagai orang yang bertindak atas nama pasien dengan cara:
memberikan lingkungan yang sesuai dengan kondisi
pasien,melindungi pasien dari tindakan yang dapat merugikan
pasien,dan memenuhi semua kebutuhan pasien selama dalam
perawatan.
2.12 Health education

Masalah kesehatan mata di Indonesia telah menjadi masalah


social akibat angka kebutaan yang cukup tinggi, dengan penyebab
utamanya katarak 71%. Katarak adalah opasitas lensa atau kekeruhan
lensa. Kondisi ini akan mengakibatkan penglihatan mata terganggu dan
dapat mempengaruhi jarak pandang mata. Salah satu cara penanganan
katarak ialah dengan operasi.
Pendidikan kesehatan yang bisa diberikan pada pasien katarak :
1. Persepsi Penderita Katarak Terhadap Operasi Katarak Massal.
2. Motivasi Penderita Katarak Mengikuti Operasi Katarak Massal.
3. Yakinkan hubungan Persepsi Penderita Katarak Dengan Motivasi
Mengikuti Operasi Katarak Massal.
BAB III
PENUTUP

1.1 Kesimpulan
Katarak adalah suatu kekeruhan pada lensa mata yang
mengakibatkan penglihatan kabur dan buram. Katarak disebabkan
oleh proses degenerasi yang berkaitan dengan factor
usia,virus,genetic,gangguan pertumbuhan,dan metabolic seperti
diabetes mellitus,traumatic,obat-obatan steroid,dan terpajan sinar
ultraviolet.

3.2 Saran
1. Bagi Institusi Pendidikan
Sebaiknya pihak yang bersangkutan memberikan pengarahan
yang lebih mengenai asuhan keperawatan sistem persepsi sensori
pada katarak
2. Bagi Mahasiswa
Mengenai makalah yang kami buat, bila ada kesalahan maupun
ketidak lengkapan materi mengenai masalah asuhan keperawatan
sistem persepsi sensori pada katarak. Kami mohon maaf, kamipun
sadar bahwa makalah yang kami buat tidaklah sempurna. Oleh
karena itu kami mengharap kritik dan saran yang membangun.
DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.Heather. 20018. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2015-
2017. Jakarta: Prima Medika
Istiqomah, 2003.Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Mata. EGC : Jakarta
Muttaqin, 2009.Asuhan Keperawatan Perioperatif  Konsep, Proses, dan Aplikasi.
Salemba Medika ; Jakarta
Tamsuri, 2008.Klien Gangguan Mata & Penglihatan Keperawatan Medikal
Bedah.EGC : Jakarta.
Wilda Nur Mahmudah, dkk. 2018 Jurnal Kesehatan Pasak Bumi Kalimantan
JKPBK Vol. 1. No. (Publikasi Artikel Scince dan Art Kesehatan, Bermutu,
Unggul, Manfaat dan Inovatif).
Widya ukisaru, 2015. Asuhan Keperawatan Katarak. EGC : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai