Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang


Arsitektur pada zaman modern sekarang ini dihadapkan pada masalah situasi krisi energy karena
sumber daya alam yang dieksploitasi sejak industrialisasi dunia kini terasa gejalanya. Perubahan iklim, pemanasan
global, dan bencana lainnya menjadi salah satu penyebabnya. Seprtinya pernyataan tentang situasi krisis
berkelanjutan melalui konferensi internasional yang menghasilkan pernyataan :
“... Sustainable development is development that meets the needs of the present without compromising the
ability of future generation to meet their own needs...” (bruntdland report, 1987 )
Pemanasan global merupakan isu utama yang saat ini sedang di pecahkan cara
mengatasinya. Arsitektur juga dapat berefek negatif terhadap kondisi lingkungan, oleh sebab itu perlu adanya
konsep arsitektur baru yang ramah lingkungan. Green architecture merupakan salah satu solusinya.
Bagian dari arsitektur hijau adalah arsitektur bioklimatik yang merupakan perancangan gedung yang
menyesuaikan dengan iklim tempat bangunan berada. Namun saat ini sedikit yang mengetahui bahawa arsitektur
bioklimatik juga memilki aspek keindahan tersendiri yang juga memiliki fungsi yang menguntungkan bangunan
tersebut.
Penghematan energi dalam masa kontemporer ini sudah seharusnya merupakan bagian
dari gaya hidup kita karena harga energi yang semakin mahal. Termasuk diantaranya adalah
kegiatan atau upaya penghematan energi operasionalisasi bangunan. Untuk itu maka dibutuhkan
kiat dan strategi perancangan bangunan yang berorientasi pada aspek konservasi energi.
Pengertian konservasi energi tidak sekedar hanya penghematan pemakaian energi tetapi juga
dalam hal mengupayakan penggunaan sumber energi yang masih berkesinambungan
(sustainable), misalnya perhatian pada penggunaan sumber energi matahari, angin, biogas untuk
operasional teknik pada bangunan. Artinya pada bangunan juga harus diterapkan strategi desain
yang mengarah pada peluang penggunaan energi yang terbarukan tersebut. Penting bagi arsitek-
arsitek muda untuk mengetahui aspek estetika dari arsitektur bioklimatik ini sehingga pada masa depan dapat
terciptanya bangunan yang ramah lingkungan serta sesuai dengan iklim pada daerah-daerah
setempat.

I.2 Rumusan Masalah

Arsitektur Berkelanjutan 1
1. Apa itu arsitektur bioklimatik?
2. Bagaimana sejarah dan perkembangan arsitektur bioklimatik?
3. Apa saja prinsip-prinsip desain dalam arsitektur bioklimatik?
4. Siapa saja tokoh-tokoh arsitektur bioklimatik dan karya-karyanya?

I.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui devinisi dan prinsip green arsitekture dan bioklimatik.
2. Untuk mengetahui sejarah dan perkembangan arsitektur bioklimatik
3. Mengetahui bangunan-bangunan yang menerapkan konsep perancangan arsitektur
bioklimatik
4. Mengenal tokoh-tokoh arsitektur bioklimatik dan karya-karyanya

I.4 Manfaat
Menambah informasi dan pengetahuan baru tentang arsitektur bioklimatik yaitu bagaimana
cara mendisain bangunan hemat energy, ramah lingkungan dan nyaman bagi penghuni bangunan
itu sendiri dalam kondisi iklim daerah setempat.

Arsitektur Berkelanjutan 2
BAB II
PEMBAHASAN

II.1 Arsitektur Hijau (Green Architecture)

Green Architecture
(Sumber : http://www. Green Architecture.com)

Green Architecture adalah konsep arsitektur yang berusaha meminimalkan pengaruh


buruk terhadap lingkungan alam maupun manusia dan menghasilkan tempat hidup yang lebih
baik dan lebih sehat, yang dilakukan dengan cara memanfaatkan sumber energi dan sumber daya
alam secara efisien dan optimal. 
Konsep Green Architecture bertanggung jawab terhadap lingkungan, memiliki tingkat
keselarasan yang tinggi antara strukturnya dengan lingkungan, dan penggunaan sistem utilitas
yang sangat baik. 

Prinsip Bangunan Berkonsep “Green Architecture”


Prinsip – prinsip bangunan yang berkonsep Green Architecture adalah sebagai berikut :
1.  Hemat energi / Conserving energy : Pengoperasian bangunan harus meminimalkan
penggunaan bahan bakar atau energi listrik ( sebisa mungkin memaksimalkan energi alam
sekitar lokasi bangunan ).
2. Memperhatikan kondisi iklim / Working with climate : Mendisain bagunan harus berdasarkan
iklim yang berlaku di lokasi tapak kita, dan sumber energi yang ada.
3.    Minimizing new resources : mendisain dengan mengoptimalkan kebutuhan sumberdaya alam
yang baru, agar sumberdaya tersebut tidak habis dan dapat digunakan di masa mendatang/
Penggunaan material bangunan yang tidak berbahaya bagi ekosistem dan sumber daya alam.

Arsitektur Berkelanjutan 3
4.     Tidak berdampak negatif bagi kesehatan dan kenyamanan penghuni bangunan tersebut /
Respect for site : Bangunan yang akan dibangun, nantinya jangan sampai merusak kondisi
tapak aslinya, sehingga jika nanti bangunan itu sudah tidak terpakai, tapak aslinya masih ada
dan tidak berubah.( tidak merusak lingkungan yang ada ).
5.  Merespon  keadaan tapak dari bangunan / Respect for user : Dalam merancang bangunan
harus memperhatikan semua pengguna bangunan dan memenuhi semua kebutuhannya.
6.   Menetapkan seluruh prinsip – prinsip green architecture secara keseluruhan / Holism :
Ketentuan diatas tidak baku, artinya dapat kita pergunakan sesuai kebutuhan bangunan kita.

Sifat Dari Arsitektur Berkonsepkan “Green Architecture”


Sifat – sifat bangunan berkonsep Green Architecture adalah sebagai berikut :

A.Sustainable ( Berkelanjutan )
Berkelanjutan berarti bangunan arsitektur hijau tetap bertahan dan berfungsi seiring
zaman, konsisten terhadap konsepnya yang menyatu dengan alam tanpa adanya perubahan –
perubuhan yang signifikan tanpa merusak alam sekitar.

B. Earthfriendly ( Ramah lingkungan )


Suatu bangunan belum bisa dianggap sebagai bangunan berkonsep arsitektur hijau
apabila bangunan tersebut tidak bersifat ramah lingkungan. Maksud tidak bersifat ramah
terhadap lingkungan disini tidak hanya dalam perusakkan terhadap lingkungan. Tetapi juga
menyangkut masalah pemakaian energi.Oleh karena itu bangunan berkonsep arsitektur hijau
mempunyai sifat ramah terhadap lingkungan sekitar, energi dan aspek – aspek pendukung
lainnya.

C. High performance building


Bangunan berkonsep arsitektur hijau mempunyai satu sifat yang tidak kalah pentingnya
dengan sifat – sifat lainnya. Sifat ini adalah “High performance building’’. Salah satu fungsinya
ialah untuk meminimaliskan penggunaan energi dengan memenfaatkan energi yang berasal dari
alam (Energy of nature) dan dengan dipadukan dengan teknologi tinggi (High technology
performance). Contohnya :

Arsitektur Berkelanjutan 4
- Penggunaan panel surya (Solar cell) untuk memanfaatkan energi panas matahari sebagai
sumber pembangkit tenaga listrik rumahan.
- Penggunaan material – material yang dapat di daur ulang, penggunaan konstruksi –
konstruksi maupun bentuk fisik dan fasad bangunan tersebut yang dapat mendukung
konsep arsitektur hijau.

Secara sederhana konsep green architecture bisa diterapkan dalam rancangan rumah
sederhana sekalipun, hanya apakah ada goodwill atau tidak untuk penerapannya. Konsep-konsep
sederhana seperti rumah hemat listrik, hemat air, dan sebagainya dapat mulai diterapkan untuk
mengantisipasi berkurangnya sumber listrik dan air di kehidupan sehari-hari.
Green architecture saat ini lebih menjadi suatu kebutuhan daripada sekedar sebuah pola
labelisasi style atau gaya saja, menjadi suatu keharusan ketika buruknya kualitas lingkungan
hidup terus menjadi permasalahan lingkungan saat ini. Kadang disayangkan ketika green
architecture yang seharusnya merupakan sebuah prinsip sebagai perwujudan moral seorang
arsitek telah terperangkap pada pola labelisasi style.

Gbr.1 Green House Arsiekture

(Sumber : http://www. Green House Architecture.com)

II.2 Devinisi Arsitektur Bioklimatik


Dalam esiklopedia nasional indonesia, “Arsitektur adalah ilmu dan seni merancang
bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang fungsional, terstruktur dengan baik serta memiliki
nilai-nilai estetika ” (ensiklopedia nasionalindonesia, 1990).

Arsitektur Berkelanjutan 5
Menurut yeang kenneth, “bioclimatology is the study of the relationship between climate and life,
particulary the effect of climate on the health and activity of living things ”. Artinya,
”bioklimatik adalah ilmu yang mempelajari hubungan antara iklim dan kehidupan terutama efek
dari iklim pada kesehatan dan aktifitak sehari-hari”.
Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana
sistim struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi nyaman
bagi penghuninya. Penggunaan perangkat elektro-mekanik yang menggunakan energy
berlebihan sebaiknya digunakan seminimal mungkin, sebaliknya memaksimalkan pemanfaatan
energy dari alam sekitar bangunan tersebut. Tema bioklimatik merupakan salah satu langkah
menuju ke arah yang lebih baik dan sehat, dengan menerapkan perancangan yang baik yang
memiliki keindahan/estetika (venustas), kekuatan (firmitas), dan kegunaan / fungsi (utilitas
arsitektur bioklimatik merupakan arsitektur modern yang di pengaruhi oleh iklim.
Arsitektur bioklimatik juga dikatakan sebagai cabang dari arsitektur hijau (green
architecture) yang diterapkan dalam kota dengan mengedepankan sistim alami bagi kebutuhan
ventilasi dan pencahayaan bangunan.

Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada hakekatnya
bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang responsif terhadap
lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan manusia dan penggunaan energi secara pasif.

Dalam merancang sebuah desain bangunan juga harus memikirkan penerapan desain
bangunan yang beradaptasi dengan lingkungan atau iklim setempat. Penghematan energi dengan
melihat kondisi yang ada di sekitar maupun berdampak baik pada kesehatan. Dengan strategi
perancangan tertentu, bangunan dapat memodifikasi iklim luar yang tidak nyaman menjadi iklim
ruang yang nyaman tanpa banyak menkonsumsi energi. Kebutuhan energi perkapita dan nasional
dapat di tekan jika secara nasional bangunan di rancang dengan konsep hemat energi.

Selain itu yang dapat kita temui pada bangunan bioklimatik yaitu mempunyai ventilasi
alami agar udara yang dihasilkan alami, tumbuhan dan lanskap membuat bangunan lebih sejuk
serta memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan o2, dan
pelepasan co2, demikian juga dengan adanya solar window atau solar collector heat di
tempatkan didepan fisik gedung untuk menyerap panas matahari. Maka muncullah desain yang
benar2 menerapkan desain hemat energi. Konsep disain arsitektur bioklimatik ini merupakan

Arsitektur Berkelanjutan 6
perancangan yang tidak menyebabkan meningkatnya konsumsi energi dan kerusakan
lingkungan, berupa polusi udara, polusi suara, melainkan menciptakan rancangan arsitektur yang
ramah lingkungan serta arsitektur yang alami.
Arsitektur bioklimatik adalah suatu pendekatan yang mengarahkan arsitek untuk
mendapatkan penyelesaian desain dengan memperhatikan hubungan antara bentuk arsitektur
dengan lingkungannya dalam kaitanyan iklim daerah tersebut. Pada akhirnya bentuk arsitektur
yang dihasilkan juga dipengaruhi oleh budaya setempat, dan hal ini akan berpengaruh pada
ekspresi arsitektur yang akan ditampilakan dari suatu bangunan, selain itu pendekatan
bioklimtaik akan mengurangi ketergantungan karya arsitektur terhadap sumber – sumber energi
yang tidak dapat dipengaruhi hal ini dapat dikonseptualisasikan sebagai desain bangunan yang
memanfaatkan berbagai elemen biofisik. Unsur-unsur biofisik terutama diambil dari ekosfer,
bukan litosfer yaitu, panas, cahaya, lanskap, udara, hujan dan bahan

Konsep Arsitektur Bioklimatik

(Sumber: http://www. Arsitektur Bioklimatik.com)

II.3 Perkembangan Arsitektur Bioklimatik


Perkembangan arsitektur bioklimatik berawal dari 1960-an. Arsitektur bioklimatik
merupakan arsitektur modern yang dipengaruhi oleh iklim. Arsitektur bioklimatik merupakan pencermian
kembali arsitektur frank loyd wright yang terkenal dengan arsitektur yang berhubungan dengan alam
dan lingkungan dengan prinsip utamanya bahwa didalam seni membangun tidak hanya efisiensinya saja yang
dipentingkan tetapi juga ketenangannya, keselarasan, kebijaksanaan, kekuatan bangunan dan kegiatan yang sesuai
dengan bangunannya, “oscar niemeyer dengan falsafah arsitekturnya yaitu penyesuaian terhadap keadaan alam

Arsitektur Berkelanjutan 7
dan lingkungan, penguasaan secara fungsional, dan kematangan dalam pengolahan secara pemilihan bentuk,
bahan dan arsitektur”.
 Akhirnya dari frank wright dan oscar niemeyer lahirlah arsitek lain seperti victor  olgay
pada tahun 1963 mulai memperkenalkan arsitektur bioklimatik. Setalah tahun1990-an kenneth yeang mulai
menerapkan arsitektur bioklimatik pada bangunan tinggi bioklimatik yang memenangkan penghargaan aga khan
award tahun 1966 dan award pada tahun 1966.

II.4 Prinsip Desain Arsitektur Bioklimatik


 Penampilan bentuk arsitektur sebagian besar dipengaruhi oleh lingkungan setempat
 Meminimalkan ketergantungan pada sumber energi yang tidak dapat diperbaharui.
 Penghematan energi dari segi bentunk bangunan, penempatan bangunan,dan pemilihan material.
 Mengikuti pengaruh dari budaya setempat.

Hal-hal yang harus dipehatikan dalam mendesain dengan tema bioklimatik strategi pengendalian
iklim

 Memperhatikan keuntungan matahari


 Meminimalkan perlakuan aliran panas
 Meminimalkan pembesaran bukaan/bidang terhadap matahari
 Memperhatikan ventilasi
 Memperhatikan penguapan pendinginan, sistem atap.

Inti dan tujuan dari arsitektur bioklimatik, yaitu: rancangan bioklimatik merupakan
rancangan didasarkan pada respon terhadap siklus dan iklim setempat. Merancang yang
didasarkan iklim mempunyai dasar: menghemat penggunaan energi sehingga mempunyai
konsumsi biaya yang rendah dalam operasionalnya. Masalah ekologi desain dengan iklim
menggunakan perangkat non mekanik sehingga ramah lingkungan. (bio) regionalisme dari
rancangan terhadap iklim merupakan cara pandang sebuah komunitas masyarakat terhadap
lingkungan binaan. Perancangan dengan menggunakan konteks bioklimatik mempunyai
ketergantungan terhadap kondisi unik dari alam sekitarnya. Dengan memahami karakteristik
alam lingkungannya, hasil rancangan merupakan sistem yang dipersiapkan untuk beradaptasi

Arsitektur Berkelanjutan 8
secara maksimal terhadap perubahan-perubahan yang terjadi dalam alam lingkungannya.
Kondisi-kondisi spesifik dari iklim lingkungannya akan menggambarkan faktor-faktor kritis
yang harus ditangani dalam rancangan bangunan tersebut. Tempat hunian mempunyai tingkat
kebutuhan terhadap kenyamanan yang cukup tinggi. Terutama dalam kenyamanan fisik.

Pendekatan arsitektur bioklimatik


Pendekatan desain arsitektur bioklimatik dengan demikian menjadi alternative yang dapat
digunakan sebagai salah satu tipe desain arsitektur yang hemat energi ditinjau dari penggunaan
energi saat pengoperasian bangunan yang bersangkutan. Sebagai bagian dari kelompok eko-
arsitektur, maka tujuan dari arsitektur bioklimatik juga menghadirkan bangunan yang ramah
lingkungan, diantaranya turut berperan serta dalam meredam efek rumah kaca pada lingkungan
urban, misalnya melalui upaya pengurangan produksi gas co2 dan cfc ke atmosfer. 

Diagram Bioklimatik
(Sumber: http://www. Arsitektur Bioklimatik.com)

Arsitektur Berkelanjutan 9
Dalam praktek proses perancangan arsitektur bioklimatik, digunakanlah diagram bioklimatik
sebagai bagian dari strategi teknik perancangan bangunan hemat energi.
Kontrol akan variabel iklim dalam koridor kenyamanan termis dilakukan melalui
penggunaan diagram bioklimatik. Pada diagram tersebut tergambar area zona nyaman termis
menurut fungsi waktu harian, untuk kondisi rencana di dalam ruang maupun keadaan di ruang
luar.

II.5 Prinsip-Prinsip Arsitektur Bioklimatik Secara Ekologi Menurut Kenneth Yeang


1. Penempatan core menurut ken yeang,
Posisi service core sangat penting dalam merancang bangunan tingkat tinggi.service core bukan hanya
sebagai bagian struktur, juga mempenagruhikenyamanan ternal.posisi core dapat diklasifikasikan dalam tiga
bentuk, yaitu :
1. Core pusat
2. Core ganda
3. Core tunggal terletak pada sisi bangunan.

Core pusat core ganda core tunggal


Gbr.2 Konsep Core Yang Digunakan
(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

Core ganda memiliki banyak keuntungan, dengan memakai dua core dapat dijadikan
sebagai penghalang panas yang masuk ke dalam bangunan. Penelitian harus menunjukkan penggunaan
pengkondisian udara secara minimum dari penempatan service core ganda yang tampilan jendala menghadap
utara dan selatan, dan core ditempatkan pada sisi timur dan barat. Penerapan ini juga dapat diterapkan pada
daerah beriklim sejuk.
2. Menentukan orientasi

Arsitektur Berkelanjutan 10
Bangunan tingkat tinggi mendapatkan penyinaran matahari secara penuh dan radiasi panas. Orientasi
bangunan sangat penting untuk menciptakan konservasi energi. Secara umum, susunan bangunan dengan bukaan
menghadap utara danselatan memberikan keuntungan dalam mengurangi insulasipanas.orientasi bangunan yang
terbaik adalah meletakkan luaspermukaan bangunan terkecil menghadap timur -barat memberikan
dinding eksternal pada luar ruangan atau pada emperan terbuka. Kemudian untuk daerah tropis peletakan core
lebih disenangi pada poros timur-barat. Hal ini dimaksudkan daerah buffer dan dapat menghemat ac
dalam bangunan.

Gbr.3 Orientasi Matahari Terhadap Bangunan


(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

3. Penempatan bukaan jendela


Bukaan jendela harus sebaiknya menghadap utara dan selatan sangat penting untuk
mendapatkan orientasi pandangan. Jika memperhatikan alasan easthetic, curtain wall bisa
digunakan pada fasad bangunan yang tidak menghadap matahari. Pada daerah iklim sejuk, ruang
transisional bisa menggunakan kaca pada bagian fasad yang lain maka teras juga berfungsi
sebagai ‘ruang sinar matahari’, berkumpulnya panas matahari, sperti rumah kaca. Penempatan
bukaan jendela pada bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 13 berikut ini.

Gbr.4 Penempatan Bukaan Jendela


(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

Arsitektur Berkelanjutan 11
Menggunakan kaca jendela yang sejajar dengan dinding luar dengan menggunakan kaca
dengan sistem metrical bioclimatic window (mbw). Mbw didesain sebagai sistem elemen dengan
fungsi yang dikhususkan untuk ventilasi, perlindungan tata surya, penerangan alami, area
visualisasi, dan kebebasan pribadi serta sistem luar yang aktif.
Sistem mbw disadur dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Sistem ini bermaksud
mengatur kondisi ternal ruangan dengan menggunakan maksud bioklimatik teknik, yaitu:
 Penurunan perolehan panas oleh radiasi surya.
 Control perolehan panas oleh konveksi dan penggunaan ventilasi silang ataupun dengan
pemilihan cerobong asap.
Dengan penggunaan teknik diatas, maka pencahayaan lebih maksimal dan udara pada malam
hari dapat menjadi lebih sejuk.
4. Penggunaan balkon

Gbr.5 Penempatan Balkon


(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

Menempatkan balkon akan membuat area tersebut menjadi bersih dari panel – panel
sehingga mengurangi sisi panas yang menggunakan panas. Karena adanya teras – teras yang
lebar akan mudah membuat taman dan menanam tanaman yang dapat dijadikan pembayang sinar
yang alami, dan sebagai daerah fleksibel akan mudah untuk menambah fasilitas – fasilitas yang
akan tercipta dimasa yang akan datang.
5. Membuat ruang transisional
Menurut yeang, ruang transisional dapat diletakkan ditengah dan sekeliling sisi bangunan
sebagai ruang udara dan atrium. Ruang ini dapat menjadi ruang perantaran antara ruang dalam
dan ruang luar bangunan. Ruang ini bisa menjadi koridor luar seperti rumah – rumah toko tua

Arsitektur Berkelanjutan 12
awal abad sembilan belas di daerah tropis. Membuat ruang transisional pada fasad bangunan
bioklimatik dapat dilihat pada gambar 15 berikut ini.

Gbr.6 Pembuatan Ruang Transisional


(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

Menurut yeang, penempatan teras pada bagian dengan tingkat panas yang tinggi dapat
mengurangi penggunaan panel – panel anti panas. Hal ini dapat memberikan akses ke teras yang
dapat juga digunakan sebagai area evakuasi jika terjadi bencana seperti kebakaran. Penggunaan
balkon pada bangunan bioklimatik dapat dilihat pada gambar 14 berikut ini.atrium sebaiknya
tertutup, tetapi diletakkan diantara ruangan. Puncak bangunan sebaiknya dilindungi oleh sirip –
sirip atap yang mendorong angin masuk kedalam bangunan. Hal ini juga bisa di desain sebagai
fungsi wind scoops untuk mengendalikan pengudaraan alami yang masuk kedalam bagian
gedung.
6. Desain pada dinding
Penggunaan mebran yang menghubungkan bangunan dengan lingkungan dapat dijadikan
sebagai kulit pelindung. Pada iklim sejuk dinding luar harus dapat menahan dinginnya musim
dingin dan panasnya musim panas. Pada kasus ini, dinding luar harus seperti pelindung insulasi
yang bagus tetapi harus dapat dibuka pada musim kemarau. Pada daerah tropis dinding luar
harus bisa digerakkan yang mengendalikan dan cross ventilation untuk kenyamanan dalam
bangunan. Desain dinding pada bangunan bioklimatik.

Arsitektur Berkelanjutan 13
Gbr.7 Penggunaan Membran Pada Dinding
(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

7. Hubungan terhadap landscape


Menurut yeang, lantai dasar bangunan tropis seharusnya lebih terbuka keluar dan
menggunakan ventilasi yang alami karena hubungan lantai dasar dengan jalan juga penting.
Fungsi atrium dalam ruangan pada lantai dasar dapat mengurangi tinggkat kepadatan jalan.
Tumbuhan dan lanskap digunakan tidak hanya untuk kepentingan ekologis dan eastetik semata,
tetapi juga membuat bangunan menjadi lebih sejuk. Hubungan terhadap landscape dapat dilihat
pada gambar 17 berikut ini.

Gbr.8 Penggunaan Ventilasi Alami Dan Vegetasi Pada Bangunan

(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

Mengintegrasikan antara elemen boitik tanaman dengan elemen boitik, yaitu : bangunan.
Hal ini dapat memberikan efek dingin pada bangunan dan membantu proses penyerapan o2 dan
pelepasan co2.

8. Menggunakan alat pembayang pasif

Menurut yeang, pembayang sinar matahari adalah esensi pembiasan sinar matahari pada
dinding yang menghadap matahri secara langsung (pada daerah tropis berada disisi timur dan
barat) sedangkan croos ventilation seharusnya digunakan (bahkan diruang ber-ac) meningkatkan
udara segar dan mengalirkan udara panas keluar.

Arsitektur Berkelanjutan 14
Gbr.9 Pembuat Alat Pembayang Pasif

(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

Pemberian ventilasi yang cukup pada ruangan dengan peraturan volumetric aliran udara.
Dengan adanya ventilasi, maka udara panas diatas gedung dapat dialirkan kelingkungan luar
sehingga dapat menyegarkan ruangan kembali.

9. Penyekat panas pada lantai

Menurut ken yeang, insolator panas yang baik pada kulit bangunan dapat mengurangi
pertukaran panas yang terik dengan udara dingin yang berasal dari dalam bangunan.
Karakterisitk thermal insulation adalah secara utama ditentukan oleh komposisinya. Denga
alasan tersebut maka thermal insolation dibagi menjadi lima bagian utama, walaupun banyak
insulator yang utama kerupakan turunan produk jenis – jenis ini.

Lima jenis utama, adalah :

• flake (serpihan)

• fibrous (berserabut)

• granular (butiran – butiran)

• cellular (terdiri dari sel)

• reflective (memantulkan)

Arsitektur Berkelanjutan 15
Gbr.10 Penyekat Panas Pada Lantai

(Sumber: http://www. Digilib. mercubuana.ac.id)

Struktur massa bangunan bekerja melepas panas pada siang hari dan melepas udara
dingin pada siang hari. Pada iklim sejuk struktur bangunan dapat menyerap panas matahari
sepanjang siang hari dan melepaskannya pada siang hari. Solar window atau solar-collector heat
ditempatkan didepan fisik gedung untuk menyererap panas matahari.

II.6 Unsur-Unsur Perancangan Bioklimatik

1. Transportasi
a. Tangga, eskalavator, elevator, dumb waiters, semua komponen tersebut berada di dalam core.
b. Sirkulasi vertical Berfungsi:
 Kekuatan struktur
 Pelindung matahari
 Pelindung angin
 Emergency refuge zone
 Hubungan antara setiap lantai
Penempatan core pada bangunan bioklimatik harus pada sisi bangunan (pheriphery core).

2. Vertical landscaping

Keuntungannya:

Arsitektur Berkelanjutan 16
 Mempunyai nilai estetika untuk pengguna bangunan dan menghasilkan produktifitas kerja
yang tinggi
 Memperlunak fasade bangunan
 Melindungi ruang dalam dan dinding luar bangunan
 Meminimalkan radiasi panas pantulan sinar matahari dan kaca ke dalam bngunan
 Menyerap co2 dan co dari polusi udara dan memberikan o2 melalui fotosintesis
 Menghalangi pandangan dan menyerap suara terutama pada skycourt

3. Ventilasi

Penggunaan ventilasi pada bangunan bioklimatik lebih mengutamakan ventilasi alami


terutama pada lobby, elevator, tangga dan toilet area.

Gbr.11 Ventilasi Alami

(Sumber : http://www. Ventilasi alami.com)

Keuntungan ventilasi alami:

a. Untuk menambah kenyamanan pada periode kelembapan tinggi


b. Untuk alas an kesehatan, menyediakan oksigen yang cukup
c. Untuk kenyamanan penglihatan yang lebih baik pada penghuni bangunan
d. Untuk konservasi energy melalui pengurangan dan meniadakan mekanikal ventilasi

3. Dinding luar bangunan


Aturan desain penutup luar bangunan
a. Efisiensi energy maksudnya adlah kulit bangunan harus dapat mengurangi pemakayan
energy
b. Penyediaan central dayling untuk mengurangi radiasi mathari langsung
Arsitektur Berkelanjutan 17
c. Meminimalkan penembusan udara dan kondensasi
d. Penyediaan pemilihan warna, tekstur dan finising
e. Dilengkapi dengan peralatan pembersi jendela otomatis
f. Dapat mengakomodasikan pergerakan bangunan
g. Meminimalkan beban pada rangka struktur bangunam
h. Meminimalkan perlengkapan maintenance

4. System struktur
Penggunaan struktur pada bangunan bioklimatik tergantung pada system tinggi tap lantai
dan ukuran elemen layout struktur vertical terdiri dari elemen servis core, kolom dan juga
dipengaruhi oleh syarat struktur untuk menahan beban mati, angin dan gempa serta system
kekakuan bangunan, struktur juga dapat dikombinasikan dengan system low energy.

5. Mekanikal energy
M&E meliputi system AC, ventilasi, system pemanas, penyediaan air, listrik dan
penerang, telekomunikasi, sewage, system sanitasi, system computer, system keamanan dan
sisten intelejen building. Tujuan utama dari bioklimatik untuk mengurangi ketergantungan
pemakaian bnagunan pada system M&E dan untuk mengurangi penggunaanenergi banguan
melalu system passive low energy.

Ketentuan desain M&E pada bangunan bioklimatik:


 M&E harus ekonomis untuk dibangun dan dioperasikan, efisiensi dan minimalkan
penggunaan energy selama konstrusi dan kelangsungan hidup bangunan
 M&E harus tinggi tingkat kenyamanan hunian, temperature, akustik dan pencahayaan
 M&E harus meminimalkan biaya operasional dan maintenance dengan penggunaan material
yang berkualitas
 M&E harus memaksimalkan penggunaan ruang dan mengurangi daerah equipment dan
memaksimalkan efisiensi structural
 M&E harus memperhatikan lingkungan dengan pemilihan system instalasi yang tidak
berisik, tidak polusi, menggunakan material bebas cfc dan mengurangi produksi co2

Arsitektur Berkelanjutan 18
II.7 Tokoh-Tokoh Arsitek Blioklimatik Dan Kayanya

 Arsitektur bioklimatik pada daerah beriklim sub tropis & tropis


A. Menara Mesiniaga (Ken Yeang)

Gbr.12 Kenneth Yeang


(Sumber : http://www. Kenneth Yeang.com)

Kenneth Yeang yang dikenal sebagai ahli ekologi dan arsitek ini lahir di Penang, Malaysia
65 tahun silam. Arsitek di Asia yang paling konsisten membawa angin perubahan dalam
pembangunan berwawasan lingkunganalam merupakan sumber inspriasi terbesar Ken. Hal ini
tampak pada karya-karya arsitekturnya yang selalu mampu beradaptasi dengan alam sekitar.
Bagi Ken, sebuah karya arsitektur itu bukan merupakan sebuah obyek yang independen,
melainkan bangunan yang berintergrasi dengan baik terhadap karakteristik lingkungan tempat
bangunan itu berada, baik terhadap topografinya, air tanah, vegetasi, maupun spesies yang
lainnya. Hasil karya ken yeang yaitu:
Penerapan desain arsitektur dengan pendekatan bioklimatik bangunan tinggi pada daerah
beriklim tropis lembab

Arsitektur Berkelanjutan 19
Gbr.13 Menara Mesiniaga Subang Jaya Kota Kuala Lumpur, Malaysia
(Sumber : http://www. Menara Mesiniaga.com)

Mesiniaga Menara adalah kantor pusat untuk IBM pertama kali dibangun pada tahun 1989
dan akhirnya selesai pada tahun 1992. IBM meminta kantor T.R. Hamzah & Yeang untuk
membangun sebuah bangunan yang yang dapat memperlihatkan teknologi industri yang tinggi
dan kenyeang membangun bangunan ini menggunakan konsep bioklimatik dan diterapkan pada
bangunan pencakar langit ini. Mesiniaga Menara adalah proyek yang dibangun menggunakan
model dasar bangunan tradisional Malaysia dan digabungkan dengan teknologi modern. Ini
adalah visi Yeang tentang kota taman tropis dan mengungkap hubungan bangunan, lansekap dan
iklim, dan dampak pembangunan bangunan bertingkat tinggi di ekosistem kota

Fasad merupakan filter bukan dinding tertutup. Louver dan nuansa berhubungan dengan
orientasi bangunan berfungsi untuk mengurangi sinar matahari. Taman pada teras
memungkinkan tirai setinggi-tingginya pada dinding di sebelah utara dan selatan sisi-sebagai
respon terhadap orientasi matahari di iklim tropis. Core servis terletak pada sisi timur dan
berfungsi untuk menangkal panas. salah satu hal yang dipikirkan pada bangunan ini adalah
memanfaatkan energi matahari sehingga hemat pada beberapa komponen bangunan. Iklim tropis
memiliki cahaya matahari yang menerangi sepanjang 12 jam, sehingga pemanfaatannya dapat
berguna untuk bangunan, tentunya dengan beberapa teknik penggunaan, seperti penggunaaan
sun shading untuk mengatur seberapa banyak pancahayaan yang masuk. Selain itu diterapkan
pula pengolahan lansekap, berupa taman berbentuk spiral yang melilit dari bawah sampai atas
bangunan. Lansekap vertikal ini berfungsi sebagai pendingin evaporatif supaya didapat
kenyamanan termal (lingkungan di sekitar bangunan menjadi tidak terlalu panas), pengaplikasian
vegetasi pada strategi lansekap ini disamping menyediakan pembayangan terhadap area-area
bagian dalam dan dinding bagian diluar, juga akanmeminimalkan pemantulan panas dan sinar
matahari. Selain itu lansekap vertikal dapat  meningkatkan iklim mikro pada bangunan dan dapat
menyerap polusi karbondioksida dan  monoksida pada bangunan. Jika penerapan-penerapan ini
diaplikasikan pada bangunan-bangunan tropis maka diharapkan menjadi bangunan-bangunan
yang tanggap terhadap lingkungan, sesuai dengan ikim tropis dan tidak merugikan bangunan

Arsitektur Berkelanjutan 20
atau lingkungan disekitarnya. Dibutuhkan pemahaman akan gaya berarsitektur baik secara mikro
tentang bangunan maupun secara global  tentang lingkungan yang harus menjadi pertimbangan.

B. Masjid Al Irsyad (Ridwan Kamil)

Gbr.14 H. Mochamad Ridwan Kamil, S.T, M.U.D


(Sumber : http://www. Ridwan Kamil.com)

H. Mochamad Ridwan Kamil, S.T, M.U.D lahir di Bandung, Jawa Barat, 4 Oktober
1971; umur 46 tahun) adalah Wali Kota Bandung periode 2013-2018. seorang arsitek dan dosen
tidak tetap di Institut Teknologi Bandung. Hasil karyanya yaitu:
Masjid al irsyad, Desain masjid ini terinspirasi dari bentukkan Ka’bah yang berbentuk
kubus.

Gbr.15 Masjid Al-Irsyad


(Sumber: https://artikelarsitektur.wordpress.com/2015/05/25/masjid-al-irsyad/)

Dengan warna dasar abu-abu, masjid yang masih dalam satu komplek dengan Al Irsyad
Satya Islamic School ini juga memberikan sentuhan ornament yang berbeda. Dinding-dinding

Arsitektur Berkelanjutan 21
yang menjadi pelindung masjid terbuat dari susunan batu bata yang mengagumkan. Susunan batu
bata ini tidak sembarangan. Satu-satu batu bata disusun, sehingga membentuk susunan kalimat
Bahasa Arab yang bertuliskan kalimat syahadat. Masjid yang dibangun diatas lahan seluas 1
hektar ini tidak banyak menambahkan ornament di dalamnya. Interior dibagian dalam masjid,
hanya diberi lampu penerangan yang berjumlah 99 buah. 99 buah lampu di dalam Masjid Al
Irsyad ini diambil dari jumlah nama-nama  suci Allah, yang oleh umat muslim dikenal Asmaul
Husna. Dinding yang sengaja dibuat dari susunan batu bata yang membentuk kalimat syahadat
menjadi ventilasi udara alami tentunya mempercantik bagian dalam masjid. Pada malam hari,
sorotan lampu yang ada di bagian dalam masjid akan menembus celah-celah batu bata yang
disusun dalam bentuk syahadat. Di bagian imam atau mimbar, masjid ini menampilkan
pemandangan alam yang luas dengan tidak adanya sekat atau dinding yang membatasinya.
Bagian imam yang juga menjadi arah kiblat sholat dibiarkan tanpa sekat dan langsung
menghadap keluar. Ide ini sengaja dibuat dengan filosofi setiap gerakan sholat langsung tertuju
pada Sang Maha Pencipta dan juga menjadikan alam sebagai pengingat bahwa setiap orang patut
mensyukuri apa saja yang ada di dunia. Di tengah mihrab yang langsung menuju ke
pemandangan alam juga terdapat bola besar bertuliskan lafadz Allah.

Estetika Masjid Al Irsyad Kota Baru Parahyangan sangat menarik perhatian, tidak hanya
memberikan nuansa berbeda seperti masjid pada umumnya, Al Irsyad juga menjadi pengingat
bahwa masjid tidak harus berbentuk kubah seperti masjid pada umumnya.

C. Perpustakaan Universitas Indonesia (Budiman Hendropurnomo)

Gbr.16 Budiman Hendropurnnomo


(Sumber : http://www.lpdibiao.com)

Arsitektur Berkelanjutan 22
Pria kelahiran Malang, Jawa Timur, 1954 ini, Sebagai arsitek, ia berharap agar arsitek muda
dapat semakin memajukan dan melestarikan bangunan-bangunan tradisional khas Indonesia.
“Seorang arsitek Indonesia harus memiliki konsep bangunan yang berwawasan Nusantara,”
tegasnya. Hasil karyanya yaitu:

Gbr.17 Tampak Luar Perpustakaan Pusat UI


(Sumber : http://www.tindaktandukarsitek.com)

Lokasi                    : Universitas Indonesia

Luas bangunan       : 30.000m2 atau 3 hektar

Jumlah lantai          : 8 lantai

Proyek ini merupakan pengembangan dari perpustakaan pusat yang dibangun pada tahun
1986-1987, didanai oleh pemerintah dan industri dengan anggaran sekitar Rp100 miliar, yang
dibangun diarea seluas 3 hektar dengan 8 lantai, yang dirancang berdiri di atas lanskap bukit
buatan dan terletak di depan Danau Kenanga yang ditumbuhi pepohonan besar berusia 30 tahun
akan menambah keindahan bagi perpustakaan tersebut sehingga akan tercipta suasana yang lebih
nyaman. Bangunan perpustakaan yang akan menjadi iconic atau landmark ini, mempunyai
konsep sustanable building yang ramah lingkungan (eco friendly), bahwa kebutuhan energi
menggunakan sumber energi terbarukan, yakni energi matahari (solar energy), maka nantinya di
dalam gedung tidak diperbolehkan menggunakan plastik dalam bentuk apa pun. Nanti semua
kebutuhan plastik akan diganti dengan kertas atau bahan lain. Bangunan ini juga didesain bebas
asap rokok, hemat listrik, air dan kertas.

Arsitektur Berkelanjutan 23
Perpustakaan ini mampu menampung sekitar 10.000 orang pengunjung dalam waktu
bersamaan atau sekitar 20.000 orang per hari.

Kontruksi bangunan

Model bangunan menghadirkan bangunan masa depan dengan mengambil sisi danau
sebagai orientasi perancangan. Penggunaan bukit buatan sebagai potensi pemanfaatan
atap untuk fungsi penghijauan. Sedangkan pencahayaan alam dilakukan melalui beberapa
skylight.
Di balik gundukan rerumputan hijau terdapat 5 bangunan tinggi yang menjulang hingga
beberapa ratus meter berisikan ruangan-ruangan kosong yang disiapkan sebagai ruang
utama perpustakaan UI.
Di punggung bukit bangunan di timbun tanah dan ditanami rerumputan yang berguna
sebagai pendingin suhu ruangan yang ada didalamnya, hingga dapat mereduksi fungsi
alat pendingin udara sampai 15 persen.
Di antara punggung rerumputan itu terdapat jaringan-jaringan selokan yang di
sampingnya terdapat kaca tebal bening selebar 50 sentimeter. Selokan itu untuk
mengalirkan air hujan ke tanah resapan, sedangkan fungsi kaca sebagai sistem
pencahayaan.
Interior bangunannya didesain terbuka dan menyambung antara satu ruang dan ruang
yang lain melalui sistem void. Dengan begitu, penggunaan sirkulasi udara alam menjadi
maksimal.
Penggunaan energi matahari dilakukan melalui solar cell yang dipasang di atap
bangunan.
Guna memenuhi standar ramah lingkungan, bangunan juga dilengkapi sistem pengolahan
limbah. Karena itu, air buangan toilet dapat digunakan untuk menyiram di punggung
bangunan. Dengan diproses terlebih dahulu melalui pengolahan limbah atau sewage treat
ment plant (STP)
Gedung akan menggunakan panel surya sebagai sumber energinya.
Keunikan yang lain, nanti akan terdapat berbagai huruf aksara dari seluruh dunia yang
akan ditulis di kaca gedung sebagai dinding.

Arsitektur Berkelanjutan 24
D. School of the Arts & Park Royal (WOHA)

Gbr.18 WOHA

(Sumber: https://id.wikipedia.org/wiki/woha)

WOHA adalah sebuah praktik arsitektur yang berbasis di Singapura, didirikan pada
1994 oleh Wong Mun Summ kelahiran 18 Agustus 1962 (kanan) dan Richard Hassell kelahiran
28 Oktober 1966 (kiri). Namanya berasal dari marga dari dua pendirinya

Gbr.19 School of the Arts Singapore

(Sumber: https://www.archdaily.com)

Arsitektur Berkelanjutan 25
Gbr.20 Park Royal

(Sumber: https://www.Restu's Blog 2017.htm)

Park Royal, hotel hijau di Singapura. Yang berada di Jantung Central Business District,
antara Hong Lim Park dan Chinatown. Mereka melibatkan perusahaan arsitektur lokal WOHA
untuk merancang hotel berdasarkan konsep hotel-in-a-garden dengan taman langit setinggi lebih
dari 15.000 meter persegi, yang mencerminkan kolam renang, air terjun, teras perkebunan dan
tanaman hijau vertikal yang berkapasitas dua kali lipat. Daerahnya.Bahan dan tekstur yang
terinspirasi alam seperti kayu terang dan gelap, kerikil, air, dan kaca juga digunakan sepanjang
disain hotel.

 Arsitektur bioklimatik pada daerah beriklim dingin

E. Lotus Building

Salah satu aplikasi bangunan yang indah di cina adalah lotus building. Dimana bangunan ini
berbentuk bunga teratai.
   Bangunan ini dirancang untuk meminimalkan energi dengan lebih dari 2500 tumpukan
panas bumi didorong melalui dasar danau buatan, seluruh luas air danau dan tanah dibawahnya
untuk pra-keren (musim panas) dan pra-hangat ( musim dingin) yang sistem pendingin udara
untuk kedua teratai dan bangunan 2 lantai di bawag danau. Dan juga mode campuran ventilasi

Arsitektur Berkelanjutan 26
alammi menggunakan menguapkan pendinginan dari permukaan danau untuk mendorong
cerobong termal dalam pod bunga utama.

Gbr.21 Lotus Building


(Sumber: http://www. Arsitektur Bioklimatik.com)

Gbr.22 Potongan Lotus Building


(Sumber: http://www. Arsitektur Bioklimatik.com)

Arsitektur Berkelanjutan 27
BAB III
PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Arsitektur bioklimatik adalah suatu konsep terpadu pada rancangan bangunan dimana
sistim struktur, ruang dan konstruksi bangunan tersebut dapat menjamin adanya kondisi nyaman
bagi penghuninya.
Arsitektur bioklimatik merupakan konsep Green arsitektur yang dapat diandalkan dalam
merancang bangunan hemat energy karena perancangannya yang memanfaatkan kondisi iklim
daerah perancangan. Dengan demikian, maka pendekatan bioklimatik pada desain arsitektur pada
hakekatnya bertitik tolak dari dua hal fundamental untuk menentukan strategi desain yang
responsif terhadap lingkungan global yaitu kondisi kenyamanan manusia dan penggunaan energi
secara pasif, Adanya permasalahan konsumsi energi pada zaman modern yang semakin canggih
mengharuskan penggunaan energy yang berlebihan khususnya pada sektor bangunan karena itu
membutuhkan jawaban dari para perancang agar menyajikan rancangan yang berwawasan hemat
energi.
Pembangunan Bangunan Hemat energi sangat efisien sekali untuk lingkungan di masa
sekarang dan masa yang akan datang Bangunan hemat energi sangat membantu kita untuk
mengurangi biaya, meningkatkan kepeduliann atas lingkungan, kemaanan negara atas
globlaisasi, keamanan dan kenyamanan kita dalam menghuni suatu bangunan.

III.2 Saran
Krisis energy dapat di tanggulangi dari sector perancangan bangunan hemat energy,
sehingga penggunaan energy berlebihan dapat diminimalisir dan pemanfaatan iklim alami dapat
dimaksimalkan.

Para arsitek dan mahasiswa jurusan teknik arsitektur sudah selayaknya mendalami topik
arsitektur bioklimatik ini, karena merekalah yang dimasa mendatang harus mampu menjawab
permasalahan krisis energy pada bangunan.

Arsitektur Berkelanjutan 28
GLOSARIUM

Arsitektur: adalah ilmu dan seni merancang bangunan, kumpulan bangunan dan struktur lain yang
fungsional, terstruktur dengan baik serta memiliki nilai-nilai estetika.

Bioklimatologi: adalah ilmu yang mempelajari tentang iklim.

Arsitektur bioklimatik: merupakan perancangan gedung yang menyesuaikan dengan iklim tempat
bangunan berada.

Green architecture: adalah ilmu dan seni merancang arsitektur yang berhubungan dengan alam dan
lingkungan.

Venustas: keindahan/estetika

Firmitas: kekuatan

utilitas: kegunaan / fungsi

Ekologis: ilmu yang mempelajari tentang interaksi antar organism dengan lingkungan dan
lainya.

Lingkungan urban:

Solar window: jendela surya

Core: inti, bagian tengah

Orientasi bangunan: arah hadap bangunan yang menyikapi karakteristik dari iklim tropis dimana ia menitik
beratkan.

Konservasi energy: penggunaan energy dengan efisiensi dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energy
yang benar-benar diperlukan.

Daerah buffer: daerah penyangga, penahan

Arsitektur Berkelanjutan 29
Curtain wall/ cladding: penutup gedung

Fasad bangunan: adalah suatu sisi luar(interior) sebuah banunan, umumnya bagian depan.

Ventilasi: pertukaran udara secara bebas di dalam ruang, lubang tempat pertukaran udara.

Ventilasi silang(cross ventilation): bukaan yang jumblahnya ada dua pada suatu ruangan dan
berada pada posisi yang saling berhadapan.

Balkon: sebangsa langkan atau serambi atas, teras lantai atas pada bangunan bertingkat.

Atrium: ruang tengah yang terbuka,biasanya beratap kaca, di dalam sebuah gedung pusat
belanja atau hotel.

Wind scoops: sendok angin

Landscape: pemandangan, bentang(alam)

Vertical landscaping: vertical garden tegak lurus bari bawah ke atas.

Louver dan nuansa: jalur hias pada jendela dengan variasi atau berbedaan yang sangat halus
atau kecil sekali.

Sun shading: pelindung dari sinar matahari

Iklim mikro: kondisi lapisan atmosfer yang dekat dengan permukaan tanah atau di sekitar
tanaman.

Iklim makro: iklim pada suatu daerah yang luas, benua, atau pada seluruh muka bumi.

Ruang transisi: ruang yang menghubungkan dua ruangan yang berbeda sehingga perbedaan
ruangan tersebut tidak menimbulkan shock atau ketidak nyamanan pada pengguna
ruang.

High tech: teknologi tinggi

Kanopi: tirai atau langit- langit dari logan, terpal, besi, kain dss.

Arsitektur Berkelanjutan 30
Termal insultion: metode atau proses yang digunakan untuk mengurangi laju pemindahan
panas/kalor.

DAFTAR PUSTAKA

http://arsitekturdanlingkungan.wg.ugm.ac.id/2015/08/27/arsitektur-hijau/

http://archiholic99danoes.blogspot.co.id/2011/05/arsitektur-bioklimatik.html
http://alvaroferanov.blogspot.co.id/2011/04/arsitektur-bioklimatik-bioclimatic.html
http://edupaint.com/warna/ragam-warna/5899-ciri-desain-arsitektur-tropis.html
https://www.researchgate.net/profile/tri_karyono/publication/305189444_mendefinisikan_kemba
li_arsitektur_tropis_di_indonesia/links/5784665a08aee45b8442f4d0.pdf
https://artikelarsitektur.wordpress.com/2015/05/25/masjid-al-
irsyad/http://himaartra.petra.ac.id/blog/2014/11/05/perpustakaan-universitas-indonesia/

https://designdautore.blogspot.co.id/2015/02/green-roof-art-school-in-
singapore.html#.WhO9tlJYSM8

https://www.archdaily.com/217481/school-of-the-arts-woha

http://toplintas.com/lotuteratai/s-building-bangunan-unik-bunga-
http://restudewantara.blogspot.co.id/2017/

Arsitektur Berkelanjutan 31

Anda mungkin juga menyukai