Anda di halaman 1dari 18

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Konsep Lansia
2.1 .1 Definisi Lansia
Proses penuaan merupakan proses yang berhubungan dengan umur
seseorang (Sumedi, 2016). Menjadi tua (MENUA) adalah suatu keadaan yang
terjadi di dalam kehidupan manusia. Menjadi tua merupakan proses alamiah
yang bearti seseorang telah melalui tahap-tahap kehidupan yaitu neonatus,
toddler, pra school, school, remaja dewasa dan lansia (Padila, 2013). Menurut
WHO, pengelompokkan lansia dibagi menjadi tiga yaitu kelompok usia
menengah (middle edge) yang berusia 35-59 tahun, lansia (elderly) yang berusia
60-74 tahun, lansia tua (old) yang berusia antara 75-90 tahun, dan ada juga usia
sangat tua (very old) yang berusia 90 tahun (Padila, 2013).
2.1 .2 Batasan-Batasan Lansia
Menurut WHO lansia dikelompokkan menjadi : usia pertegahan, dimana
batasan usia pertegahan ini mencapai umur 49-59 tahun, lanjut lansia yaitu usia
yang sudah mencapai umur 60-74 tahun, lanjut usia (lansia) tua yaitu usia yang
sudah berumur 70-90 tahun, terakhir yaitu lanjut usia yang sudah sangat tua
dimana usia ini sudah mencapai umur 90 tahun. Menurut Kementerian
Kesehatan RI (2015) lanjut usia dikelompokan menjadi usia lanjut(60-69 tahun)
dan usia lanjut dengan risiko tinggi (lebih dari 70 tahun atau lebih dengan
masalah kesehatan.
2.1 .3 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketuaan
Penuaan dapat terjadi secara fisiologis dan patologis. Perlu hati hati dalam
mengidentifikasi penuaan. Bila seseorang mengalami penuaan fisiologis,
diharapkan mereka tua dalam keaadaan sehat. Ada faktor-faktor risiko yang
mempengaruhi penuaan seseorang, yaitu:
a. Faktor endogen, yaitu faktor bawaan (keturunan) yang berbeda pada
setiap individu. Faktor inilah yang mempengaruhi perbedaan efek menua pada
setiap individu, dapat lebih cepat atau lebih lambat. Seperti seseorang yang
mempunyai bawaan penuaan dini, penyakit tertentu, perbedaan tingkat
intelegensia, warna kulit dan tipe kepribadian. Seseorang yang memahami
adanya faktor keturunan yang dapat mempercepat proses penuaan harus lebih
hati-hati. Ia harus berusaha menangkal efek negatif yang ditimbulkan oleh
genetiknya. Misalnya, seseorang yang mempunyai keturunan terkena diabetes
atau obesitas maka perilaku pola makan, aktivitas atau perilaku lainnya tidak bisa
sama dengan orang yang berisiko.
Faktor intelegensia sedikit banyak mempengaruhi proses penuaan.
Umumnya orang berintelegensia tinggi cenderung memiliki pola pikir kedepan
yang lebih baik sehingga berusaha menetapkan pola hidup sehat. Ras kulit juga
akan mempengaruhi kecepatan proses penuaan. Golongan kulit putih
mempunyai risiko terserang osteoporosis lebih tinggi dari pada kulit hitam.
Perbedaan tipe kepribadian dapat juga memicu seseorang lebih awal memasuki
masa lansia. Kepribadian yang selalu ambisius, senantiasa dikejarkejar tugas,
cepat gelisah, mudah tersinggung, cepat dewasa dan sebagainya akan
mendorong seseorang cepat stres dan frustasi. Akibatnya, orang tersebut mudah
mengalami berbagi penyakit.
b. Faktor eksogen, yaitu faktor luar yang dapat mempengaruhi penuaan.
Biasanya faktor lingkungan, sosial budaya dan gaya hidup. Misalnya, diet atau
asupan gizi, merokok, polusi, obat-obatan maupun dukungan sosial. Faktor
lingkungan dan gaya hidup berpengaruh kuat dalam menangkal proses penuaan.
Tidak heran bila untuk menyangkal proses penuaan dilakukan dengan cara
menyiasati faktor ini ( Priyoto, 2014).
2.1 .4 Perubahan - Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia
Menurut Maryam (2011), perubahan yang terjadi pada lansia meliputi :
a. Perubahan Fisik
Perubahan fisik yang terjadi pada lansia meliputi perubahan dari tingkat
sel sampai sistem organ tubuh yaitu sistem persyarafan, pendengaran,
penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan temperatur tubuh,
gastrointestinal, respirasi, genitourinaria, endokrin integumen muskuloskeletal.
b. Perubahan Mental
Lansia secara umum akan mengalami penurunan fungsi kognitif dan
psikomotor. Faktor yang mempengaruhi perubahan mental yaitu : perubahan
fisik, kesehatan umum, tingkat pendidikan, keturunan, dan lingkungan. Segi
mental emosional lansia sering muncul perasaan pesimis, timbulnya perasaan
tidak aman dan cemas, adanya kekacauan mental akut, merasa terancam akan
timbulnya suatu penyakit atau takut ditelantarkan karena tidak berguna lagi.
c. Perubahan Psikososial
Reaksi lansia terhadap masalah yang muncul sangat beragam,
tergantung kepada kepribadian individu yang bersangkutan. Masalah yang akan
muncul adalah pensiun. Apabila seseorang telah mengalami pensiun, maka ia
akan kehilangan teman, pekerjaan, dan status. Lansia merasakan atau sadar
akan kematiannya, sehingga lansia menimbulkan perasaan cemas.
2.1 .5 Ciri - Ciri Lansia
Ada beberapa ciri-ciri lansia Menurut Hurlock (2010) usia lanjut (lansia)
merupakan usia pada masa kemunduran dimana pada masa kemunduran ini
usia lanjut akan mengalami beberapa faktor fisik dan psikologi dimana
kemunduruan ini akan berdampak pada faktor psikologis lansia itu sendiri.
Motivasi dapat berperan dalam penting dalam kemunduran lansia, jika
kemuduran itu memiliki motivasi yang kuat makan kemunduran itu tidak akan
terjadi. Lansia mempunyai penyesuaian yang buruk penyesuaian ini akan
membuat lansia cenderung lebih mengembangkan konsep diri yang buruk,
karena perlakuan buruk itu dapat dapat membuat penyesuaian diri lansia akan
semakin buruk.
2.2 Konsep Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
2.2.1 Definisi Hipertensi
Hipertensi atau yang biasa disebut tekanan darah tinggi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik di atas batas normal yaitu lebih dari 140
mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (WHO, 2013; Ferri,
2017).
Hipertensi merupakan suatu keadaan medis berupa peningkatan tekanan
darah (TD) yang persisten atau menetap. secara klinis, hipertensi dapat
didefinisikan sebagai keadaan peningkatan TD di atas batas yang di tetapkan
oleh suatu pendahuluan. hipertensi merupakan salah satu penyakit jantung yang
umum terjadi. pada saat ini peningkatan TD diidentifikasi sebagai salah satu
faktor resiko yang paling penting bagi penyakit jantung (Rita, 2016:15
Penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah salah satu jenis
penyakit yang mematikan di dunia dan faktor risiko paling utama terjadinya
hipertensi yaitu faktor usia sehingga tidak heran penyakit hipertensi sering
dijumpai pada usia senja/ usia lanjut (Fauzi, 2014), sedangkan menurut Setiati
(2015), hipertensi merupakan tanda klinis ketidakseimbangan hemodinamik
suatu sistem kardiovaskular, di mana penyebab terjadinya disebabkan oleh
beberapa faktor/ multi faktor sehingga tidak bisa terdiagnosis dengan hanya satu
faktor tunggal (Setiati, 2015).
Hipertensi merupakan suatu keadaan dimana terjadi peningkatan tekanan
darah secara abnormal dan terus menerus pada beberapa kali pemeriksaan
tekanan darah yang disebabkan satu atau beberapa faktor risiko yang tidak
berjalan sebagai mana mestinya dalam mempertahankan tekanan darah normal
(Wijaya & Putri, 2013).
Penyakit tekanan darah tinggi atau hipertensi adalah suatu keadaan
seseorang yang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka sistolik (bagian atas) dan diastolik (bagian bawah) pada
pemeriksaan tekanan darah menggunakan alat berupa cuff air raksa
(spigmomanometer) atau alat digital lainnya (Pudiastuti, 2011).
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik
sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg (Price &
Wilson, 2013). Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah
sistolik sedikitnya 140 mmHg atau tekanan darah diastolik sedikitnya 90 mmHg
(Price & Wilson, 2013).Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran
darah yang sering terjadi pada lansia, dengan kenaikan tekanan darah sistolik
lebih dari 150 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg, tekanan
sistolik 150-155 mmHg dianggap masih normal pada lansia (Sudarta, 2013).
Hipertensi merupakan faktor resiko penyakit kardiovaskuler
aterosklerosis, gagal jantung, stroke dan gagal ginjal ditandai dengan tekanan
darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90
mmHg, berdasarkan pada dua kali pengukuran atau lebih (Smeltzer, Bare,
Hinkle, & Cheever, 2012).
Hipertensi merupakan peningkatan abnormal tekanan darah di dalam
pembuluh darah arteri dalam satu poeriode, mengakibatkan arteriola
berkonstriksi sehingga membuat darah sulit mengalir dan meningkatkan tekanan
melawan dinding arteri (Udjianti, 2011).
2.2.2 Epidemiologi
Dalam krisis hipertensi yang terjadi di amerika pada 500 ribu penduduk
atau sekitar 1% dari penderita dewasa hamper 3,2% pasien dirawat diruang
emergensi menunjukan bahwa pasien mengalami krisis hipertensi dengan
menurunkan insiden dari hipertensi, pada dasanya akan menurnkan angka
kejadian krisis hipertensi. Meskipun demikian, 5 years survival rate pada
penderita dengan krisis hipertensi di zampaglione sebesar 74% mengevaluasi
prevalensikrisis hipertensi di ruang perawatan emergensi selama 12 bulan, dan
frekuensi kerusakan target organ akan terjadi selama 24 jam pertama setelah
timbulnya gejala. Zamplaglione dkk menemukan sekitar 24% hipertensi
emergensi dan 76% hipertensi krisis. Penyakit ini akan berkembang sejalannya
dengan distribusi dari hipertensi esensial, dan menjadi lebih tinggi terutama pada
afrika amerika dan penderita usia tua. Pada pria 2x lebih sering terkana bila
dibandingkan wanita, pada penderita penyakit ginjal sering terjadi pada krisis
hipertensi, meliputi penyakit ginjal kronis dan stenosis arteri renalis. [CITATION
Bud15 \l 1033 ]
Hipertensi pada umumnya, krisis hipertensi lebih umum terjadi pada
penderita lansia dan mayoritas kulit hitam apalagi pada pria 2x lebih sering terjadi
dibandingan dengan wanita. Hipertensi lebih sering terjadi pada penderita
dengan pemenuhan yang lebih rendah, laki – laki kulit hitam, seseorang dengan
ekonomi yang rendah dan pada lansia. [CITATION Bud15 \l 1033 \m Bud15]
2.2 .2 Etiologi
Dalam peningkatan tekanan darah akut dan servere dapat terjadi sebagai
komplikasi dari hipertensi esensial maupun hipertensi sekunder atau dapat terjadi
secara idopatik. Kasus yang sering didapatkan dari krisis hipertensi ialah
hipertensi kronis dengan eksaserbasi akut. Dimana salah satu penyebab paling
umum dari kurangnya kepatuhan penderita; meskipun secara umum sekitar 25%
dari hipertensi urgensi dan 8% hipertensi emergensi yang masuk ke ruang
emergensi tidak sadar bahwa dirinya menderita hipertensi.
Menurut Smeltzer (2013), berdasarkan penyebab terjadinya, hipertensi
terbagi atas dua bagian, yaitu :
a. Hipertensi Primer (Esensial)
Jenis hipertensi primer sering terjadi pada populasi dewasa antara 90% -
95%. Hipertensi primer, tidak memiliki penyebab klinis yang dapat diidentifikasi,
dan juga kemungkinan kondisi ini bersifat multifaktor (Smeltzer, 2013; Lewis,
Dirksen, Heitkemper, & Bucher, 2014). Hipertensi primer tidak bisa disembuhkan,
akan tetapi bisa dikontrol dengan terapi yang tepat. Dalam hal ini, faktor genetik
mungkin berperan penting untuk pengembangan hipertensi primer dan bentuk
tekanan darah tinggi yang cenderung berkembang secara bertahap selama
bertahun-tahun (Bell, Twiggs, & Olin, 2015). Penyebab pasti dari hipertensi
esensial belum dapat diketahui, sementara penyebab sekunder dari hipertensi
esensial juga tidak ditemukan. Pada hipertensi esensial tidak ditemukan penyakit
renivaskuler, gagal ginjal maupun penyakit lainnya, genetik serta ras menjadi
bagian dari penyebab timbulnya hipertensi esensial termasuk stress, intake
alkohol moderat, merokok, lingkungan dan gaya hidup (Triyanto, 2014).
Meskipun hipertensi primer penyebabnya belum diketahui namun diperkirakan
hipertensi primer disebabkan karena faktor keturunan, ciri perseorangan, dan
kebiasaan hidup. Hipertensi sekunder disebabkan karena penyakit ginjal seperti
stenosis arteri renalis, gangguan hormonal seperti feokromositoma, obat-obatan
seperti kontrasepsi oral, dan penyebab lain seperti kehamilan, luka bakar, tumor
otak dll (Aspiani, 2015).
b. Hipertensi Sekunder
Hipertensi sekunder memiliki ciri dengan peningkatan tekanan darah dan
disertai penyebab yang spesifik, seperti penyempitan arteri renalis, kehamilan,
medikasi tertentu, dan penyebab lainnya. Hipertensi sekunder juga bisa bersifat
menjadi akut, yang menandakan bahwa adanya perubahan pada curah jantung
(Ignatavicius, Workman, & Rebar, 2017). Hipertensi sekunder penyebabnya
dapat diketahui seperti kelainan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar tiroid
(hipertiroid), hiperaldosteronisme, penyakit parenkimal (Buss & Labus, 2013).
2.2.3 Patofisiologi
Hipertensi biasa di artikan sebagai kondisi dimana tekanan darah sistolik
lebih dari atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolic lebih atau
sama dengan 90 mmHg. Tekanan darah yang tinggi merupakan faktor resiko
yang kuta dan penting untuk penyakit-penyakit kardiovaskular dan penyakit
ginjal, seperti penyakit jantung coroner, gagal jantung dan gagal ginjal. Tekanan
darah yang tinggi dapat dipengaruhi oleh faktor genetic, faktor ligkungan dan
interaksi antara kedua faktor tersebut. Berdasarkan penyebab hipertensi dapat
menjadi dua bagian yaitu hipertensi esensial atau hipertensi primer, yaitu
hipertensi dengan penyebab yang belum diketahui dengan jelas dan hipertensi
sekunder, dimana hipertensi terjadi sebagai akibat dari penyakit lain. [ CITATION
Bud15 \l 1033 ]
2.2.4 Manifestasi Klinis
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Risiko terkena hipertensi
menjadi lebih besar seiring dengan bertambahnya umur,sehingga prevalensi
hipertensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan
kematian sekitar diatas 65 tahun. Pada usia lanjut, hipertensi ditemukan hanya
berupakenaikan tekanan darah sistolik. Sedangkan menurut WHO dalam
menentukan ada tidaknya hipertensi memakai tekanan diastolik sebagai bagian
tekanan yang lebih tepat dipakai. Tingginya hipertensi sejalan dengan
bertambahnya umur akibat perubahan struktur pada pembuluh darah besar, yaitu
lumenmen jadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih kaku,
sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. [ CITATION Rik16 \l
1033 ]
Biasanya Hipertensi tidak menimbulkan gejala yang jelas dan sering tidak
disadari akan adanya penyakit hipertensi. Dalam beberapa kasus secara tidak
sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan
hipertensi. Gejala yang dimaksud adalah mimisan, sakit pada kepala, wajah
kemerahan, kelelahan. Semua gejala yang disebutkan bias terjadi pada
siapapun, baik pada penderita hipertensi maupun seseorang yang tekanan
darahnya normal.[ CITATION Arg14 \l 1033 ].
Menurut, [ CITATION Kha20 \l 1033 ] Pada hipertensi tanda dan gejala
dibedakan menjadi :
a. Tidak Bergejala :
maksudnya tidak ada gejala spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa, jika kelainan arteri tidak diukur, maka
hipertensi arterial tidak akan pernah terdiagnosa.
b. Gejala yang lazim :
gejala yang lazim menyertai hipertensi adalah nyeri kepala, kelelahan.
2.2.5 Komplikasi
Hipertensi dapat menyebabkan komplikasi berupa penyakit jantung
koroner, infark (penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan kerusakan
jaringan) jantung (54%), stroke (36%), dan gagal ginjal (32%).
Kompliksasi hipertensi sendiri yang paling sering adalah terkait masalah
renovaskular seperti gagal ginjal dan penyakit jantung seperti left ventricular
hypertrophy dan congestive heart failure. Tentunya seiring dengan meningkatnya
kejadian hipertensi dan komplikasi hipertensi akan meningkatkan beban masalah
kesehatan kepada masyarakat Indonesia, penyelenggara fasilitas kesehatan,
dan pemerintah Indonesia.
Hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi yang
berdampak pada sistem kardiovaskular dan serebrovaskular, ginjal dan retina
yang sering disebut dengan kerusakan organ target. Kerusakan organ target
tersebut seperti hipertrofi ventrikel kiri, peningkatan ketebalan intima media dari
pembuluh darah, mikroalbuminuria yang mengikuti disfungsi glomerulus,
penurunan kognitif dan retinopati hipertensi lalu terjadi komplikasi mayor, yaitu
stroke, gagal jantung kongestif dan miokard infark, gagal ginjal dan oklusi
vaskular retina.[ CITATION Hen17 \l 1033 ].
2.2.6 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan hipertensi meliputi modifikasi gaya hidup dan terapi
farmakologi dengan obat-obatan. Sebagian besar pasien memerlukan obat anti
hipertensi seumur hidup dengan obat tunggal maupun kombinasi lebih dari satu
obat. Klinisi dituntut memiliki kemampuan dalam menentukan indikasi memulai
terapi farmakologi, target kendali tekanan darah (TD), dan jenis anti hipertensi
yang harus dipilih. Pedoman penatalaksanaan hipertensi sangat diperlukan oleh
para dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi kardio-serebrovaskuler.
Perubahan gaya hidup dan obat-obatan terbukti dapat menurunkan tekanan
darah dan komplikasi kardiovaskuler pada penderita hipertensi. Berikut akan
dibahas mengenai strategi terapi farmakologis pada hipertensi.[ CITATION Yen16 \l
1033 ]
Menurut [ CITATION Mar19 \l 1033 ], Tujuan dari penatalaksanaan hipertensi
yaitu :
a. Memberikan pemahaman pada klien tentang proses penyakit hipertensi
dan pengobatannya
b. Meningkatkan partisipasi klien pada program perawatan diri yang
meliputi :
 Mengurangi kondumsi garam ( tidak melibihi 2000 mg natrium/ sodium
per hari)
 Melakukan aktifitasfisik teratur (olahraga 30 menit perhari 5x dalam
seminggu)
 Tidak merokok dan menghindari asap rokok
 Diet sehat dan seimbang
 Mempertahankan BB ideal
 Menghindari minuman alcohol
 Mengelola stress dengan baik
c. Tidak adanya komplikasi hipertensi
 Tidak ada gangguan penglihatan (kerusakan retina)
 Tanda – tanda vital dalam batas normal ( nadi dan frekuensi napas)
 Tidak ada dyspnea dan edema
 Fungsi ginjal dalam batas normal
 Tidak terdapat sensori dan motoric
 Tidak melaporkan adanya pusing, kuping berdengung, dan jatuh.
2.2.7 Pencegahan
Modifikasi gaya hidup sangat penting dalam mencegah dan mengobati
tekanan darah tinggi. Merokok adalah faktor risiko utama untuk morbiditas dan
mortalitas kardiovaskuler. Kuantitas penderita hipertensi di Indonesia
diperkirakan mencapai 15 juta orang, tetapi hanya 4%penderita hipertensi
terkontrol. Prevalensi 6-15% pada orang dewasa, 50% diantaranya tidak
menyadari sebagai penderita hipertensi, sehingga mereka cenderung sebagai
penderita hipertensi berat karena tidak menghindari dan mengetahui faktor
risikonya. Adapun 90% merupakan penderita hipertensi esensial. Oleh sebab itu
diperlukan upaya-upaya pencegahan bagi penderita hipertensi dan orang-orang
yang beresiko tinggi untuk terkena hipertensi mengingat prevalensi yang tinggi
dan komplikasi yang ditimbulkan cukup berat.[ CITATION Rik16 \l 1033 ]
Pencegahan hipertensi juga bisa dilakukan dengan latihan aerobik karena
dapat menurunkan tekanan darah 5-7 mmHg pada orang dewasa dengan
hipertensi. Direkomendasikan agar berolahraga dengan frekuensi 3-4 hari per
minggu selama minimal 12 minggu pada orang dewasa dengan hipertensi.Joint
National Commite 8 (JNC 8), Lifestyle Work Group dan American Heart
Association (AHA) merekomendasikan pasien hipertensi untuk terlibat dalam
intensitas latihan aerobik moderat (40% sampai <60%VO2max) sedangkan JNC
7 tidak menentukan intensitas latihan. Contoh kegiatan aerobik dapat berupa
berjalan, jogging, bersepeda, dan berenang setidaknya 30 menit per hari.
[ CITATION Rik16 \l 1033 ]
Ada juga beberapa anjuran dalam upaya penurunan tekanan darah melalui
modifikas igaya hidup yaitu dengan penurunan berat badan,penerapan
perencanaan makan dengan Dietary Approaches to Stop Hypertension (DASH),
pembatasan asupan garam NaCl, dan membatasi asupan alkohol. DASH
dianjurkan oleh JNHC 7 (2004) dan AHA (2006) untuk pencegahan dan
manajemen hipertensi dengan prinsip banyakmengkonsumsi buah dan sayuran,
susu rendahlemak dan hasil olahnya serta kacangkacangan.2,8 Diet ini
mengandung tinggi kalium, osfor dan protein sehingga perlu dipertimbangkan
untuk pasien dengan gangguan penurunan fungsi ginjal.[ CITATION Rik16 \l 1033 ]

2.3 Konsep Keluarga


2.3.1 Definisi Keluarga
Menurut Riska (2020) keluarga merupakan dua keluarga besar dari garis
ayah dan garis ibu mempunyai hubungan yang sangat erat satu sama lain.
Keluarga adalah tempat untuk mengawali kehidupan dalam pembentukkan
kepribadian setiap individu, dalam keluarga terdapat istri, anak, dan suami
sebagai tulang penggung keluarga dalam mengurus kehidupan rumah tangga.
Menurut Hasan Al-Banna didalam keluarga harus ditegakkan pilar-pilar dalam
membimbing, mengkokohkan ikatan hati dan mengangkat derajat ukhuwah.

Keluarga adalah perkawinan antara pria dan wanita. Keluarga adalah yang
berperan penting dalam pelayanan kesehatan pada anggota keluarga yang sakit.
Dimaksud dengan keluarga yaitu keluarga saling berinterksi satu dengan yang
lain. Teori keluarga sebagai suatu sistem yaitu sebagai berikut :
a. Saling bergantungan
Keluarga akan membentuk keluarga yang diharapkan. Keluarga juga
mempunyai tujuan yaitu dengan menerapkan aturan-aturan yang akan
mendukung terbentuknya suatu harapan. Penerapan ini sering dilakukan
tertulis maupun tidak tertulis oleh keluarga.
b. Saling berikatan
Kebiasaan yang dilakukan oleh para anggota keluarga sehingga dapat
diterima dalam keluarga tersebut. Keluarga mempunyai peran yaitu menjaga
dan melindungi anggota keluarga dari pihak lain.
c. Triangulasi
Interaksi didalam keluarga melibatkan 2 individu, dimana ada keluarga yang
mengalami masalah, stres atau masalah yang muncul pada kedua orang
tersebut cenderung lebih melibatkan orang ketiga agar permasalahan yang
muncul dapat segera ditangani dengan cepat.
2.3.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri dari beberapa macam yaitu : struktur keluarga
patrilineal dimana keluarga ini terlihat lebih sederhana dari keluarga yang lain
hubungan ini yang dikatakan melalui garis jalur dari ayah, struktur keluarga
matrilineal yaitu keluarga yang sederhana terdiri dari sanak bersaudara dari garis
jalur ibu, matrilokal yaitu pasangan suami istri yang tinggal bersama dengan
saudara kandung atau keluarga yang sedarah dengan istri, patrilokal yaitu
pasangan suami istri yang tinggal bersama keluarga yang sedarah dengan
suami, keluarga kawinan yaitu hubungan suami istri sebagai dasar bagi
pembimbing keluarga dan beberapa sanak saudara yang menjadi bagian dari
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri (Johnson, 2010).
2.3.3 Tipe Keluarga
Menurut Suprajitno (2014) tipe keluarga tradisional di bagi menjadi 2 tipe
diantaranya : keluarga inti yang terdiri ayah, ibu dan anak yang diperoleh dari
keturunannya atau anak adopsi atau keduanya, keluarga besar yaitu keluarga inti
yang ditambah dengan anggota keluarga lain yang masih mempunyai ikatan
saudara atau hubungan darah misalnya kakek-nenek, paman dan bibi.
Keluarga memiliki fungsi yang sangat strategis dalam mempengaruhi status
kesehatan diantaranya keluarga. Dimana keluarga berfungsi merawat serta
melindungi kesehatan para anggota keluarga. Sedangkan masalah kesehatan
pada keluarga saling berkaitan, apabila ada anggota keluarga yang sakit maka
akan berpengaruh juga terhadap keluarga yang lain. Menurut Freeman yang
dikutip oleh Falen dan Dwi (2010), dimana tugas keluarga dalam bidang
kesehatan adalah: keluarga dapat mengenal masalah kesehatan disetiap
anggota keluarganya, keluarga dapat mengambil suatu kesimpulan untuk
melakukan tindakan yang tepat/tindakan yang benar, memodifikasi lingkungan
rumah yang aman, nyaman dan menguntungkan kesehatan dan perkembangan
kepribadian anggo keluarga dan menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.
2.3.4 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan
Keluarga dapat mengenal atau mengetahui gangguan perkembangan
kesehatan pada setiap anggota keluarganya sehingga keluarga dapat
memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang sakit dan yang tidak dapat
membantu dirinya sendiri karena cacat/usianya yang terlalu muda.
Peran Keluarga Mencegah Penyakit Hipertensi
a) Keluarga dapat mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat
secara sendiri.
b) keluarga berperan penting dalam mempertahankan suasan rumah yang
menguntungkan bagi kesehatan dan perkembangan kepribadan bagi
anggota keluarga (Jhonson, 2010).
c) Mencegah penyakit Hipertensi yaitu menghindari makanan yang memiliki
purin tinggi, memperbanyak minum air putih, mengkonsumsi buah-buahan
yang memiliki kadar antioksidan yang tinggi seperti buah strawberry, apel
dan buah-buahan yang kaya akan vitamin C. Menurut Riska (2020)
Keluarga harus lebih sigap dalam memberikan infromasi secara menyeluruh,
sehingga lansia bisa mengetahui mana hal yang harus bisa membimbing,
membantu dan memenuhi semua kebutuhannya. Fungsi dan peran keluarga
secara umum yaitu meliputi tetap memberikan perhatian dan pendampingan
kepada lansia sehingga lansia tidak merasa terabaikan dan terlantar oleh
keluarga baik secara sosial, budaya dan psikologis (Manastchakun et, al., 2016).
Menurut Muhlisin (2012). Peran perawat dalam melakukan perawatan
kesehatan keluarga yaitu : perawat sebagai pendidik dimana perawat harus
memberikan pendidikan kesehatan bagi keluarga agar keluarga dapat
melakukan program asuhan keparawatan keluarga secara mandiri dan
bertanggung jawab terhadap masalah yang ada di keluarga, perawat sebagai
koordinator dimana diperlukan pada perawatan yang berkelanjutan agar
pelayanan yang komprehensive dapat tercapai. Koordinator juga dapat
diperlukan untuk mengatur program kegiatan atau terapi dari berbagai disiplin
ilmu lainnya agar tidak terjadi tumpah tindi/pengulangan, perawat pelaksana yaitu
perawat yang bekerja dengan klien dan keluarga baik di rumah, klinik, ataupun di
rumah sakit bertanggung jawab memberikan perawatan langsung, pengawasan
kesehatan sebagai pengawas kesehatan perawat harus melakukan kunjungan
rumah yang teratur untuk mengidentifikasi tentang kesehatan keluarga, perawat
sebagai konsultan perawat sebagai orang yang pertama bagi keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatan, koraborasi dimana perawat harus bekerja sama
dengan pelayanan rumah sakit/anggota tim kesehatan lain untuk mencapai tahap
kesehatan yang optimal, perawat sebagai fasilitator peran yaitu membantu
keluarga dalam menghadapi kendala untuk meningkatkan derajat kesehatan.
Dimana kendala yang sering dialami oleh keluarga dalam menggunakan
pelayanan kesehatan seperti ; masalah ekonomi, sosial dan budaya. Agar dapat
melaksanakan peran fasilitator dengan baik maka perawat harus mengetahui
sistem pelayanan kesehatan.
2.3.5 Fungsi Pokok Keluarga Terhadap Anggota Keluarga
Pertama yaitu : Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa
aman dan nyaman berada dilingkungan sekitar keluarga. Kedua : Asuh adalah
memberikan kebutuhan atau pemeliharaan dan merawat anak sehingga
diharapkan menjadi anak-anak yang hebat, bersosialisasi, dll. Ketiga : Asah
adalah memberikan atau memenuhi kebutuhan baik dalam dunia pendidikan
sehingga setiap anak akan semakin hari semakin dewasa dan mandiri untuk
mempersiapkan masa depan dikemudian hari.
2.4 Kerangka Teori

Mencegah serangan
Peran keluarga pengendalian
berulang dan pencegahan hipertensi
hipertensi
komplikasi

1. Pengobatan Antihipertensi Faktor hipertensi: 1. Keluarga dapat


dengan ACE Inhibitor 1. Faktor mengenal atau
2. Memberikan terapi primer mengetahui gangguan
farmakologi dan non (esensial) kesehatan pada anggota
farmakologi. 2. Faktor keluarga yang sakit.
3. Diberikan terapi pencegahan sekunder 2. Keluarga dapat
mengambil keputusan
untuk melakukan
tindakan yang tepat.
Gejala hipertensi
3. Keluarga dapat berperan
1. Tidak Bergejala
penting dalam
Tidak ada gejala spesifik, hipertensi diketahui bila
mempertahankan suasan
melakukan pengukuran
rumah yang
2. Gejala yang lajim
menguntungkan bagi
Sakit kepala, pusing dan kelelahan
kesehatan anggota.
BAB III
METEDOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian


Penelitian ini menggunakan penelitian literatur riview dengan mencari jurnal-
jurnal yang ada pada mesin pencarian google schoolar, indonesia one search
Google Book kemudian peneliti memasukkan kata kunci : peran keluarga,
hipertensi, lansia. Dimana kata kunci ini yang akan membantu peneliti agar cepat
mendapat jurnal-jurnal yang berada pada mesin pencarian. Jurnal yang
didapatkan kemudian diteliti dan diamati karya tulis ilmiah yang di publikasikan
melalui mesin pencarian, peneliti mendapat jurnal yang dipublikasi melalui mesin
pencarian dengan menggunakan beberapa sumber guna untuk serta
memperkuat penelitian ini.
Jenis penelitian yang digunakan berkaitan dengan topik atau variabel
penelitian. Literatur riview yang perlu dilihat yaitu perlunya menganalisis,
meringkas, membandingkan hasil-hasil penelitian yang satu dengan yang lainnya
(Siregar, 2019).
3.2 Waktu penelitian
Penelitian ini dilakukan pada bulan September 2020 – januari 2021.
Tabel 2. Kriteria inklusi pada literatur riview
Kriteria Inklusi
Jangka waktu Tanggal publikasi 5 tahun terakhir dari tahun 2015 sampai
2019
Bahasa Bahasa Indonesia
Jurnal Nasional
Jenis artikel Jurnal dapat diakses, dalam bentuk abstrak maupun artikel
dalam bentuk full teks
Tema isi ertikel Pengaruh dukungan keluarga terhadap pengendalian penyakit
hipertensi pada lansia

3.3 Pegumpulan Data


Pegumpulan data dilakukan melalui kajian literatur dan mencari sumber
melalui mesin pencarian Google Schoolar, Indonesia One Search dan Google
Book penulis menggunakan kata kunci yaitu : (peran keluarga), (hipertensi),
(lansia).
Artikel/jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi dan ekslusi diambil untuk
selanjutnya dianalisis. Literatur riview menggunakan literatur terbitan 5 tahun
terakhir (2015-2020) yang dapat diakses fullteks dalam bentuk pdf dan dalam
bentuk abstrak. Kriteria jurnal yang di riview adalah ertikel jurnal penelitian yang
berbahasa indonesia.

Studi literatur

Pengumpulan data

konsep yang diteliti

Analisa

Kesimpulan dan saran

Gambar 2. Alur Literatur Riview

3.5 Diagram Alur Proses Seleksi Literatur


Identification keyword : Jurnal yang diidentifikasi melalui
1. Peran keluarga pencarian (N= )
2. Hipertensi 1. Google scholar
3. lansia 2. Indonesia one search
3. Google book

Full text di peroleh (N = )


Jurnal dengan rentang 1. Google scholar Jurnal yang diluar
waktu 2015-2019 2. Indonesia one rentang waktu 2015-
search 2020
3. Google book

Exlude by analisis
data (N= ) Jurnal full text
Jurnal diurutkan menurut Hasil tidak dapat dieklusi (N= ) jurnal
Jurnal terpilih tidak bisa dibuka,
relevansi/berkaitan menunjukkan
(N= ) tidak lengkap hanya
tujuan, tidak
sesuai dengan abstrak
topik

Criteria inklusi :
Jumlah jurnal yang 1. full text
included memenuhi syarat 2. rentang waktu penerbitan jurnal
riview (N= ) 2015-2020
3. Sesuai dengan topik

Gambar 3. Diagram Alur Proses Seleksi Literatur


Literatur riview ini menggunakan metode naratif dengan mengelompokkan data-
data dan jurnal yang sesuai dengan kriteria inklusi kemudian dibuat kesimpulan
dan ringkasan dari jurnal yang meliputi nama penelitian, tahun terbit jurnal, judul
penelitian, metode dan ringkasan hasil atau temuan. Ringkasan jurnal penelitian
ini kemudian dimasukkan kedalam tabel dan diurutkan sesuai alphabet dan
tahun terbit jurnal yang sesuai dengan format yang tercantum diatas. Untuk lebih
memperjelas analisis abstrak dan full teks jurnal dibaca dan dipahami. Ringkasan
jurnal tersebut selanjutnya akan di analisis dari mulai isi yang terdapat dalam
tujuan penelitian dan hasil. Analisis yang digunakan menggunakan analisis dari
isi jurnal. Data yang sudah terkumpul kemudian dicari persamaan dan perbedaan
lalu dibahas untuk menarik kesimpulan.
Hasil analisis data dari kelima jurnal dan satu buku dari kelima jurnal
tersebut didapatkan hasil dari penelitian Agus Triono (2020), Parida Hanum,
Rahayu Lubis, Rasmaliah (2018), Ronny Suhada Firmansyah, Mamat Lukman,
Citra Windani Mambangsari (2017), Rahayu Sri Utami, Raudatussalamah (2016)
dan Hendra Efendi, TA Larasati (2017). pencegahan Hipertensi baik dengan
peran keluarga dalam memberikan informasi kesehatan bagi anggota keluarga,
responden memiliki informasi tentang pencegahan Hipertensi dan adanya
kesadaran dalam diri sendiri untuk mencegah penyakit Hipertensi. Peran
keluarga dalam mengatasi Hipertensi keluarga dapat mengatasi Hipertensi
dengan cara mengecek tekanan darah, menjaga pola makan, menjaga diet
dengan tidak mengkonsumsi makanan yang dapat meningkatkan tekanan darah
didalam tubuh, tidak untuk merokok, meminum air putih secara rutin. Dukungan
keluarga yaitu berupa perhatian dan pujian pada lansia untuk melakukan pola
hidup sehat dengan Berolahraga sehingga keluarga dapat memotivasi dan
memberi dukungan terhadap lansia dalam melakukan pola hipup sehat sehingga
aktiftas yang dilakukan berjalan dengan baik.

Anda mungkin juga menyukai