Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Tugas SMF Ilmu Kesehatan Masyarakat
Disusun oleh :
Preseptor :
Siska Nia Irasanti, drg., MM.
Dadan Permana, dr.
i
KATA PENGANTAR
Okupasi. Keberhasilan dalam penyusunan laporan ini tidak terlepas dari bantuan,
bimbingan, pengarahan baik moral maupun material yang tidak ternilai besarnya dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesarnya kepada:
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Prof. Dr.
dr. Nanan Sekarwana, Sp.A(K), MARS. selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas
(IKM) P3D Universitas Islam Bandung, Siska Nia Irasanti, drg., MM selaku preseptor
bagian, Dadan Permana, dr. selaku preseptor lapangan, Pak Rukmana selaku pemilik
industri konveksi yang telah mengizinkan kami melakukan analisis di tempat kerjanya
dan semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa penyusunan laporan akhir ini tidak luput dari berbagai
kesalahan dan kekurangan. Oleh karena itu, dengan kerendahan hati penulis
mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan laporan akhir ini.
Akhir kata, penulis berharap laporan akhir ini dapat membawa manfaat besar bagi
pembacanya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
3.3.7 Resume .................................................................................................... 38
3.3.8 Usulan Pemeriksaan Fisik & Penunjang ................................................. 38
3.3.9 Diagnosis Banding .................................................................................. 38
3.3.10 Diagnosis Kerja ....................................................................................... 38
3.3.11 DIAGNOSIS OKUPASI ......................................................................... 38
3.3.12 Diagnosis klinis : Low Back Pain (unspecified) ec Myalgia Lumbalis .. 38
3.3.13 PROGNOSIS .......................................................................................... 42
3.4 Permasalahan pasien dan Rencana penatalaksanaan............................... 42
3.5 Upaya Intervensi Reduksi Hazard Industri ............................................. 45
BAB IV KESIMPULAN....................................................................................... 47
BAB V SARAN .................................................................................................... 48
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR GAMBAR
vi
BAB I
RINGKASAN EKSEKUTIF
Industri konveksi Aulia Collection berdiri sejak tahun 2000. Lokasi usaha industri
industri ini memproduksi celana jogger setiap hari. Industri konveksi Aulia Collection
ini menggunakan bahan baku utama kain terri dan kain rib serta menggunakan bahan
baku tambahan yaitu tali dan stopper. Keuntungan perbulan pada industri tersebut Rp.
Puskesmas Majalaya. Akses jalan menuju industri ini hanya dapat dilalui motor, mobil
hanya sampai jalan utama. Dengan waktu tempuh ±15 menit dengan menggunakan
dan jumlah karyawan perempuan 7 orang. Usia rata-rata pekerja berada di kisaran usia
lulusan SD – SMA. Hampir semua pekerja berasal dari lingkungkan sekitar desa
Bojong. Pembagian tugas dari industri terdiri dari 5 orang karyawan yang bertugas
untuk pemotongan pola, 4 orang karyawan yang bertugas untuk menjahit, 2 orang
karyawan yang bertugas untuk melakukan penyablonan celana, 2 orang karyawan yang
bertugas untuk pemasangan tali dan stopper serta melakukan pengemasan, dan 1 orang
karyawan yang bertugas untuk pengiriman bahan. Proses tersebut dilakukan dengan
menggunakan masker.
1
Pekerja melakukan pekerjaannya dari hari Senin hingga Sabtu. Terdapat dua
rotasi shift kerja. Jam kerja pertama berlangsung selama kurang lebih 8 jam per hari
dimulai dari pukul 08.00 sampai dengan 16.00 WIB. Waktu istirahat kerja umumnya
berlangsung pada jam 12.00 sampai 13.00. Pada shift ini aktivitas kerja yang dilakukan
terdiri dari pembuatan pola, penjahitan, pemsangan tali dan stopper, serta pengemasan.
Sedangkan jam kerja yang kedua berlangsung selama 4 jam per hari dimulai dari pukul
18.00 sampai dengan 22.00 WIB. Pada shift ini hanya terfokus pada penyablonan di
celana.
Tempat untuk seluruh proses produksi dilakukan di dalam bangunan dengan luas
54 m2. Kondisi bangunan tempat produksi ini berlantai ubin, berdinding tembok,
dilakukan pemotongan pola dari celana jogger yang terdiri dari bagian badan dan
pinggang, setelah itu pola dijahit hingga membentuk celana. Celana yang sudah jadi
dipasangkan tali dan juga stopper. Terakhir dilakukan pengemasan celana kedalam
bentuk kodi.
2
BAB II
Bandung
3
2.2 Proses Produksi
2.2.1 Bahan baku
2.2.1.2 Bahan penunjang : tali, stopper, benang jahit, jarum jahit, tinta sablon
Pengguntingan pola terdiri dari dua yaitu pola “badan” jogger dan pola
pinggang. Kain yang digunakan terdiri dari dua jenis kain, yakni kain terry
dan kain rib. Pertama lembaran kain akan ditumpuk menjadi beberapa lapis,
tumpukan kain, lalu kain di gunting mengikuti bentuk pola yang diingunkan
yaitu pola “badan” atau pola pinggang joger. Pekerja melakukan prosedur
ini dengan posisi duduk di lantai dengan kaki dalam keadaan tidak netral,
08.00 hingga jam 16.00 dengan istirahat 1 jam pada jam 12.00-13.00 WIB.
4
Gambar 1.1 Pembuatan Pola Pinggang
5
Gambar 1.3 Pembuatan pola
2.4.2 Penjahitan
Proses penjahitan dilakukan dengan cara mengambil hasil dari
penjahitan dilakukan dengan mesin jahit dengan 2 – 3 kali jahitan, setelah itu
dilakukan pemasangan karet pada daerah kaki dan pinggul dari celana, setelah
itu diobras. Proses ini dilakukan dengan posisi duduk sedikit membungkuk
6
Gambar 1.5 Penjahitan Bahan
2.4.3 Sablon
Proses penyablonan dilakukan dengan cara bahan yang sudah dijahit
celana, cat pewarna kain diletakan dalam alat sablon lalu dilakukan sebanyak
7
Gambar 1.6 MSDS
gulungan tali lalu dimasukin ke lubang celana dengan dibantu kawat untuk
memudahkan pergerakan tali agar sampai ke ujung lubang satu lagi, setelah
itu tali di gunting. Proses ini dilakukan oleh 1 orang pekerja dan pekerja
melakukan prosedur ini dengan posisi duduk dilantai dengan kaki ditekuk ke
terus menerus. Prosedur ini dilakukan selama 4 jam dari jam 08.00-12.00
WIB.
8
Gambar 1.8 Pemasangan Tali
diikat dengan simpul tiang. Proses ini dilakukan oleh 1 orang pekerja dan
membungkuk.
9
Gambar 1.10 Pemasangan Stopper
produk atau disebut quality control (QC). Pada prosedur ini dilakukan
10
pengecekkan untuk melihat dan menilai apakah produk ini layak dijual atau
tetapi bila produk sulit untuk diperbaiki, produk akan dipisahkan dan tidak
dipasarkan. Prosedur ini dilakukan oleh satu orang pekerja dengan posisi
2.4.7 Pengemasan
Pada proses pengemasan dilakukan oleh dua orang pekerja yang
berkerja juga sebagai pemasang tali dan stopper. Prosedur ini dilakukan
11
ditumpuk hingga menjadi 1 kodi, lalu celana tersebut dimasukkan ke dalam
bersila di lantai tanpa alas duduk dan mengangkat celana ke dalam plastic
2.4.8 Pengangkutan
Pada proses ini setelah produksi dikemas dengan plastik besar,
pengiriman. Untuk prosedur ini dilakukan dengan posisi berdiri dan badan
Pengguntingan Pola
Penjahitan
Penyablonan
12
pengecekkan untuk melihat dan menilai
apakah produk ini layak dijual atau tidak.
Quality Control
Proses Packaging
Pengangkutan
13
Gambar 1.14 Denah Perusahaan Lt. 2
tempat kerja, para pekerja datang menggunakan baju biasa. Para pekerja
D. Pengembangan SDM
14
• JKM, JHT, JP : tidak tersedia
• Antar jemput : tidak tersedia
• Tunjangan lainnya
o THR : Rp. 200.000 – 500.000
• Kondisi lingkungan kerja:
§ Pekerjaan dilakukan didalam ruangan, terdapat dua lantai
dengan luas ruangan sekitar 54 m2 berisi 3-6 pegawai. Pada
bagian lantai 1 hanya terdapat sedikit pencahayaan
sehingga cahaya didalam dibantu dengan lampu dan sedikit
sekali ventilasi di ruangannya yang mengakibatkan
pertukaran udara di area industri ini sangat minim, hanya
terdiri dari satu lubang ventilasi yaitu pintu besar.
Sedangkan pada bagian lantai dua terdapat cahaya dan
sirkulasi yang cukup melalui kaca dan juga pintu yang
selalu terbuka.
• Pengelolaan limbah perusahaan:
Pengelolaan limbah kain yang tidak dipakai digunakan biasanya dijual
kembali 1 kg 30.000 untuk dijadikan lap kain serta bahan bakar
tungku, sedangkan limbah cair hasil sablon dibuang dan dialirkan ke
selokan sekitar tempat industri.
15
2.8 Hazard Identification and Risk Assesment
Tabel 2.1 Hazard Identifikasi dan penilaian resiko
NO RUANG/TEMP URAIAN BAHAYA POTENTIAL KEMUNGKINAN TERJADI
AT KEGIATAN
FISIK KIMIA ERGONOMI BIOL PSIKO GANGGUAN KECELAKAAN
OGI SOSIAL KESEHATAN KERJA
16
3 Penjahitan • Penyatuan • Getaran • Raynaud
bahan phenomen
dilakukan 2 on
kali penjahitan
yaitu jahit
dasar dan jahit
obras
• Bising • ONIHL
• Pencah • Astenopia
ayaan
kurang
Posisi • Low Back
punggung Pain
fleksi >200 • Myalgia
Posisi leher • Upper Back
fleksi >300 Pain
Radial deviasi • Carpal
dengan tunnel
Gerakan syndrome
repetitif
Tuntuta Stress akibat
n kerja
pekerjaa
n
Jarum jahit yang
tajam bisa
menyebabkan
Vulnus Punctum
4 Penyamblonan Menyablon
bahan
Plastisol • Dermatitis Burn Injury
+ Kontak
Thinner Iritan
• Iritasi
17
saluran
napas
Posisi • Low Back
punggung Pain
fleksi >200 • Myalgia
18
tajam bisa
menyebabkan
vulnus punctum
Pencahay Astenopia
aan
kurang
6 Pemasangan • Mengumpulka Posisi • Low Back
Stopper n beberapa punggung Pain
stopper pada fleksi >200 • Myalgia
kawat lalu
dimasukkin ke
ujung tali dan
tali diikat
dengan simpul
tiang
Posisi leher • Upper Back
fleksi >300 Pain
Radial deviasi • Carpal
dan pinch grip tunnel
dengan syndrome
gerakan
repetitif
Posisi duduk • Keram,
bersila terus kebas,
menerus kesemutan
Kawat yang
tajam bisa
menyebabkan
vulnus punctum
Pencahay • Astenopia
aan
kurang
7 Kontrol Kualitas Pengecekan Posisi • Low Back
Hasil produksi punggung Pain
• Penggunting fleksi >200 • Myalgia
dan
19
perapihan
benang sisa
Posisi leher Upper Back
fleksi >300 Pain
Radial deviasi • Carpal
dengan tunnel
Gerakan syndrome
repetitif
Pencahay • Astenopia
aan
kurang
Gunting yang
tajam
menyebbakan
Vulnus Scissum
8 Pengemasan -melipat hasil Posisi • Low Back
produksi punggung Pain
-pengemasan ke fleksi >200 • Myalgia
dalam plastik
besar
20
Posisi leher • Upper Back
fleksi >300 Pain
21
2.11 Matrix Risk Outcome
EFEK TIDAK
TIDAK AGAK SANGAT
ADA PARAH
PARAH PARAH PARAH
PROBABILITAS CEDERA
1 2 3 4 5
JARANG 1 iritasi pada Raynaud Vulnus
SEKALI saluran phenomenon ONIHL Scissum
pernapasan
TERJADI
Burn Vulnus
Injury Punctum
KECIL 2 Dermatitis
KEMUNGKINAN Kontak
Iritan
TERJADI
KADANG- 3 Stres Astenopia Frozen
KADANG akibat Shoulder
TERJADI kerja Syndrome
HAMPIR 5 Myalgia
SELALU
TERJADI
22
2.12 Number Factor of Risk (NFR)
4 CTS 4 3 12
5. Myalgia 5 2 10
6 Frozen Shoulder 3 3 9
Syndrome
7 Iritasi pada saluran 1 1 1
pernapasan
8 Vulnus Punctum 1 5 5
9 Vulnus Scissum 1 5 5
11 Dermatitis Kontak 2 3 6
Iritan
12 Raynaud 1 2 2
Phenomenon
13 Keram,kesemutan, 4 1 4
kebas
14 Astenopia 3 2 6
15 Burn Injury 1 4 4
23
2.13Urutan Prioritas Pengendalian
Tabel 2. 5 Urutan Prioritas Pengendalian
3 CTS 12
4 Myalgia 10
7 Astenopia 6
8 Vulnus Scissum 5
9 Vulnus Punctum 5
10 ONIHL 4
11 Keram,kesemutan, kebas 4
12 Burn Injury 4
14 Raynaud Phenomenon 2
24
UPAYA HIRARKI KONTROL
JENIS
PROSES KERJA
HAZARD
ELIMINASI SUBSTITUSI ENGINEERING ADMINISTRATIF APD
Ergonomi Tidak dapat Penambahan kursi Tidak dapat dilakukan • Melakukan peregangan saat Menggunakan korset
(Posisi badan dilakukan dan meja yang mulai bekerja, istirahat dan
yang ergonomis setelah bekerja.
membungku, • Dilakukan rotasi jam kerja
kepala agar pekerja dapat
Pemotongan pola menunduk dan beristirahat
Gerakan • Memberikan penyuluhan dan
repetitive pada pelatihan postur duduk
tangan) atauposisi kerja yang
ergonomis
Kecelakaan Tidak dapat Tidak dapat Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan Sarung tangan
kerja (gunting dilakukan dilakukan
yang tajam)
Tidak dapat Mengganti bahan Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan Menggunakan
Kimia (Debu dilakukan kain menjadi kain masker
kain kapas)
katun
Tidak dapat Mengganti lampu Tidak dapat dilakukan • Beristirahat setiap 20 Tidak dapat
dilakukan dengan watt yang menit melihat ke luar atau dilakukan
Fisik lebih besar tanaman hijau
(Pencahayaan Menambah lampu
Kurang) Menambah ventilasi
untuk pencahayaan
25
Menggunakan sarung
tangan
Kecealakan Kerja
Tidak dapat • Mengganti dengan Tidak dapat dilakukan • Dilakukan shift kerja Menggunakan
dilakukan mesin yang • Istirahat setiap 20 menit antivibrasi gloves
getarannya rendah untuk melihat keluar atau
Fisik (Getaran, melihat tanaman hijau Menggunakan earplug
• Mengganti
bising,
pencahayaan) besarnya watt
lampu
• Menambah jumlah
lampu
Tidak dapat Tidak dapat dilakukan Tidak dapat dilakukan • Pelatihan mengenai Tidak dapat dilakukan
Penjahitan pola dilakukan manajemen stress
Psikososial
• Membuat shift kerja
Tidak dapat Mengganti kursi yang Tidak dapat dilakukan • Melakukan peregangan saat Korset Lumbal
Ergonomis dilakukan memiliki alas duduk mulai bekerja, istirahat dan
(Posisi badan yang nyaman dan setelah bekerja.
sandaran yang sesuai
yang • Dilakukan rotasi jam kerja
membungku, dengan posisi
ergonomis agar pekerja dapat
kepala beristirahat
menunduk dan
• Memberikan penyuluhan dan
Gerakan
repetitive pada
pelatihan postur duduk atau
tangan) posisi kerja yang ergonomis
Kimia ( Plastisol Tidak dapat Mengganti dengan Pengerjaan dilakukan di Dilakukan rotasi jam kerja Menggunakan masker
+ Thinner ) dilakukan mesin sablon ruangan berventilasi baik dan Sarungtangan
Penyablonan
Jauhkan dari dari api
26
Tidak dapat Mengganti dengan Tidak dapat dilakukan • Melakukan peregangan saat Korset lumbal
Ergonomis ( dilakukan kursi yang lebih mulai bekerja, istirahat dan
Posisi badan yang nyaman dan ergonomis setelah bekerja.
membungkuk, yang memiliki sandaran
kepala
• Dilakukan rotasi jam kerja
menunduk dan agar pekerja dapat
Gerakan beristirahat
repetitive pada • Memberikan penyuluhan dan
tangan) pelatihan postur duduk atau
posisi kerja yang ergonomis
•
Pemasangan tali dan Ergonomi ( Posisi Tidak dapat Menambhakan meja Tidak dapat dilakukan Melakukan peregangan saat Korset Lumbal
Stopper badan yang dilakukan yang sesuai dengan mulai bekerja, istirahat dan
membungkuk, tinggi badan dan kursi setelah bekerja.
kepala yang lebih nyaman dan Dilakukan rotasi jam kerja
menunduk dan ergonomis dengan
agar pekerja dapat
Gerakan sandaran
beristirahat
repetitive pada
tangan) Memberikan penyuluhan dan
pelatihan postur duduk atau
posisi kerja yang ergonomis
Kecelakaan Tidak dapat Mengganti dengan alat Tidak dapat dilakukan • Tidak dapat dilakukan Menggunakan sarung
Kerja dilakukan yang tidak tajam tangan
Tidak dapat Mengganti lampu Tidak dapat dilakukan • Beristirahat setiap 20 menit Tidak dapat dilakukan
dilakukan dengan watt yang lebih melihat ke luar atau
Fisik besar tanaman hijau
(Pencahayaan Menambah lampu
Kurang) Menambah ventilasi
untuk pencahayaan
27
Ergonomi ( Posisi Menambhakan meja • Melakukan peregangan saat Korset Lumbal
badan yang yang sesuai dengan mulai bekerja, istirahat dan
membungkuk, tinggi badan dan kursi setelah bekerja.
kepala yang lebih nyaman dan
• Dilakukan rotasi jam kerja
menunduk dan ergonomis dengan
Gerakan sandaran agar pekerja dapat
repetitive pada beristirahat
tangan) • Memberikan penyuluhan dan
pelatihan postur duduk atau
posisi kerja yang ergonomis
Kontrol kualitas
Kecelakaan kerja Menggunakan sarung
tangan
Tidak dapat Mengganti lampu Tidak dapat dilakukan Beristirahat setiap 20 menit Tidak dapat dilakukan
dilakukan dengan watt yang lebih melihat ke luar atau tanaman
Fisik besar hijau
(Pencahayaan Menambah lampu
Kurang) Menambah ventilasi
untuk pencahayaan
Ergonomi ( Posisi Tidak dapat Proses pengemasan Tidak dapat dilakukan • Melakukan peregangan saat Menggunakan sarung
badan yang dilakukan dilakukan sambil duduk mulai bekerja, istirahat dan tangan
membungkuk, menggunakan kursi setelah bekerja.
kepala yang ergonomis dan
Pengemasan • Dilakukan rotasi jam kerja
menunduk dan memiliki sandaran
Gerakan
agar pekerja dapat
repetitive pada beristirahat
tangan)
Ergonomi ( Posisi Tidak dapat Menggunakan alat Tidak dapat dilakukan • Edukasi manualhandling Menggunakan sarung
badan yang dilakukan angkut yang baik dan benar tangan
Pengangkutan membungkuk, • Melakukan peregangan saat
kepala mulai bekerja, istirahat dan
28
menunduk dan setelah bekerja.
Gerakan • Dilakukan rotasi jam kerja
repetitive pada agar pekerja dapat
tangan) beristirahat
•
29
2.14 Rencana Tindak Lanjut
Tabel 2. 6 Rencana Tindak Lanjut
30
BAB III
LAPORAN OKUPASI
3.1 Identitas Umum
Nama : Ny. I
Agama : Islam
Suuku : Sunda
Pasien mengeluhkan nyeri punggung bawah sejak 2 tahun yang lalu setelah pasien
bekerja di konveksi. Keluhan ini muncul secara bertahap, semakin lama semakin sakit,
terutama saat pasien sedang bekerja dan setelah selesai bekerja karena duduk yang terlalu
lama. Pasien mengaku rasa sakitnya tumpul, pegal dan panasn dan tidak menjalar. Keluhan
dirasakan membaik ketika pasien berissitirahat. Keluhan belum mengganggu aktivitas sehari-
hari
Pasien menyangkal keluhan pegal didahului oleh nyeri punggung bagian atas,
menyangkal keluhan pegal menjalar, menyangkal keluhan disertai dengan rasa kesemutan
dan baal.
Riwayat pengobatan:
Keluhan ini sudah pernah diobati ke dokter puskesmas, dan pasien mengatakan dokter
memberinya obat pereda nyeri, keluhan membaik namun beberapa bulan keluhan muncul
kembali, sehingga keluhan ini lebih sering diatasi dengan pasien membeli koyo hangat dan
obat warung. Pasien merasa keluhannya membaik setelah istirahat dan melakukan
peregangan namun keluhan masih hilang timbul hingga sekarang karena pasien masih tetap
bekerja.
31
Riwayat penyakit dahulu
Pasien menyangkal riwayat keluhan yang sama sebelumnya
Dikeluarga pasien tidak ada riwayat keluhan yang sama dengan pasien sedangkan
rekan kerja pasien ada yang mengalami keluhan yang sama.
32
ditambah tidak beralaskan bantal dan tidak bisa menyandar serta kaki hanya di disilangkan bertupu
antar kaki.
33
3.3.3 Bahaya potensial dan resiko kecelakaan kerja pada pekerja dan lngkungan kerja :
34
lengan dan
bahu
Kawat yang tajam
bisa menyebabkan
vulnus punctum
Pencaha • Astenopia
yaan
kurang
2 Kontrol Kualitas Pengecekan Posisi • Low Back
Hasil produksi punggung Pain
• Penggunting fleksi >200 • Myalgia
dan
perapihan
benang sisa
Posisi leher Upper Back
fleksi >300 Pain
Posisi • Carpal
punggung tunnel
fleksi >200 syndrome
Pencaha • Astenopia
yaan
kurang
Gunting yang
tajam
menyebbakan
Vulnus Scissum
3 Pengemasan -melipat hasil Posisi • Low Back
produksi punggung Pain
-pengemasan ke fleksi >200 • Myalgia
dalam plastik
besar
35
Posisi leher • Upper
fleksi >300 Back Pain
Posisi • Carpal
punggung tunnel
fleksi >200 syndrome
Gerakan • Frozen
repetitive Shoulder
pada Syndrome
lengan dan
bahu
Pencaha • Astenopia
yaan
kurang
36
3.3.4 Hubungan Pekerjaan dengan keluhan yang dialami
Pasien melakukan pekerjaan dalam keadaan duduk dengan waktu yang lama yaitu sekitar 8 jam
dalam sehari, dan pasien jarang melakukan peregangan sebelum bekerja dan ketika beberapa jam
sekali ketika bekerja, melaikan hanya beristirahat ketika sudah masuk jam stirahat, dikarenakan hal
tersebut pasien mengalami nyeri punggung bawah.
37
3.3.7 Resume
Ny I 49 tahun mengeluhkan nyeri punggung bawah sejak 2 tahun yang lalu setelah
pasien bekerja di konveksi. Keluhan ini muncul secara bertahap, semakin lama semakin sakit,
terutama saat pasien sedang bekerja dan setelah selesai bekerja karena duduk yang terlalu lama.
Pasien mengaku rasa sakitnya tumpul, pegal dan panas dan tidak menjalar. Keluhan dirasakan
membaik ketika pasien berisitirahat. Keluhan ini tidak sampai mengganggu aktivitas sehari-hari.
Keluhan ini sudah pernah diobati ke dokter puskesmas, dan pasien mengatakan dokter
memberinya obat pereda nyeri, keluhan membaik namun beberapa bulan keluhan muncul
kembali, Posisi pasien saat melakukan pekerjaan yaitu membungkuk, tanpa ada alas atau
sandaran dalam waktu lama dengan jam bekerja dari jam 08.00 – 16.00 WIB dengan 1 jam
istirahat. Hal ini mengakibatkan pasien beresiko untuk mengalami pegal maupun nyeri daerah
punggung bawah.
Laseque
Kernig
Bragard
Sicard
2. Penunjang:
ii. Langkah 2
iii. Langkah 3
Jelaskan evidence based (landasan teoritis) pajanan penyakit yang ada (diagnosis klinis)
Dasarnya :
Nyeri punggung bawah atau Low Back Pain didefinisikan sebagai nyeri dan
ketidaknyamanan, yang terlokalisasi di bawah sudut iga terakhir (costal margin) dan di
atas lipat bokong bawah (gluteal inferior fold), dengan atau tanpa nyeri pada tungkai.
Angka pasti kejadian LBP di Indonesia tidak diketahui, namun diperkirakan, angka
prevalensi LBP bervariasi antara 7,6% sampai 37%. Masalah LBP pada pekerja pada
umumnya pada kelompok usia 45-60 tahun. Faktor risiko di tempat kerja yang banyak
menyebabkan gangguan otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan
cara pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama bekerja,
39
getaran, dan kerja statis. Selain itu, faktor kurangnya olah raga juga membuat fleksibilitas
dan ekstensibilitas otot menjadi kurang baik sehingga mudah sekali mengalami penarikan
dan peregangan pada pergerakan yang kurang berarti. Gejala penyakit punggung yang
sering dirasakan adalah nyeri, kaku, deformitas, dan nyeri serta paraestesia atau rasa
lemah pada tungkai.
Pengunaan otot yang berlebihan dapat terjadi pada saat tubuh dipertahankan dalam
posisi tetap atau postur yang salah untuk jangka waktu yang cukup lama dimana otot-otot
di daerah punggung akan berkontraksi untuk mempertahankan postur tubuh yang normal,
atau pada saat aktivitas yang menimbulkan beban mekanik yang berlebihan pada otot-otot
punggung bawah, misalnya mengangkat beban-beban yang berat dengan posisi yang salah
(tubuh membungkuk dengan lutut lurus dan jarak beban ke tubuh cukup jauh). Setiap
gerakan otot akan menimbulkan nyeri sekaligus akan menambah spasme otot. Karena
terdapat spasme otot, lingkup gerak punggung bawah menjadi terbatas. Mobilitas lumbal
menjadi terbatas, terutama untuk gerakan membungkuk (fleksi) dan memutar (rotasi).
Myalgia digambarkan sebagai nyeri otot dan nyeri yang dapat melibatkan ligamen,
tendon, dan fascia, jaringan lunak yang menghubungkan otot, tulang, dan organ.
Penyebab umum myalgia adalah penggunaan otot yang salah atau otot yang terlalu
tegang. Mekanisme terjadinya myalgia lumbal yaitu karena otot sering digunakan
berulang (repetitif) dalam waktu yang lama juga akibat penggunaan dengan kekuatan
yang besar seperti mengangkat barang yang berat. Akibat adanya gerakan dan posisi yang
sering membungkuk lama yang tidak tepat tersebut menyebabkan terjadinya kerusakan
otot yang secara mikroskopik tampak berupa robekan jaringan disertai adanya proses
peradangan, dan karena penggunaannya yang terus menerus maka tidak ada waktu bagi
otot tersebut untuk memperbaiki diri (recovery).
iv. Langkah 4
Jelaskan apakah pajanan cukup menimbulkan diagnosis klinis? Cukup.
Dasarnya:
Masa kerja atau durasi kerja pasien sudah bekerja sebagai karyawan dibagian pemsangan
tali dan stopper serta pengemasan selama 4 tahun. Waktu kerja pasien adalah 9 jam
selama 6 hari dalam seminggu. Selama bekerja pasien duduk di lantai tanpa alas atau
sandaran dan tidak berubah dalam waktu yang lama saat melakukan pekerjaannya.
v. Langkah 5
Apa faktor individu yang berpengaruh terhadap timbulnya diagnosis klinis? Bila ada
sebutkan!
Faktor individu : Ny. I tidak melakukan peregangan sebelum bekerja sehingga
menyebabkan kekakuan pada ototnya saat merasakan nyeri di punggung pasien tidak
segera mengobatinya dan sering mengabaikannya.
vi. Langkah 6
Tidak terdapat bahaya potensial di luar tempat kerja karena pasien hanya bekerja di
tempat konveksi ini dan langsung pulang ke rumah. Di rumah pasien beristirahat dan tidak
41
melakukan aktivitas fisik berat.
vii. Langkah 7
Apakah diagnosis klinis ini termasuk penyakit akibat kerja? Termasuk penyakit akibat
kerja
Dasarnya :
Diagnosis klinis pada pasien merupakan penyakit akibat kerja, karena jumlah pajanan
yang cukup besar dan dalam jangka waktu yang cukup lama yaitu 4 tahun dan keluhannya
baru dirasakan setelah masuk kerja.
3.3.13 PROGNOSIS
• Ad vitam : ad bonam
42
. Sikap kerja Tatalaksana non Dalam Keluhan
yang tidak medikamentosa waktu 2 yang
ergonomis bulan dirasakan
merupakan 1. Health promotion : diharapkan pasien
sumber rencana berkurang
permasalahan ü Edukasi kepada tindakan
keluhan pasien pemilik industry untuk dapat
saat ini. Posisi memeberikan kursi dan dilaksanakan
duduk yang meja pada proses
statis selama pemasangan tali, quality
berjam-jam, control dan pengemasan.
duduk dilantai Kursi yang digunakan
tidak beralas, memiliki sandaran dan
dengan posisi dibuat senyaman
kerja yang mungkin dan
menunduk, dan memposisikan agar
Gerakan yang proses pekerjaan dapat
berulang-ulang dilakukan dengan
(repetitive) yang nyaman.
menimbulkan
keluhan pada ü Menjelaskan
pasien kepada pasien mengenai
penyakit dan
pencegahannya
ü Edukasi mengenai
43
peregangan sebelum
bekerja,di sela pekerjaan
dan setelah bekerja
2. Specific protection
Menggunakan korset
lumbal saat bekerja
3.Early diagnose &
prompt treatment
- obat anti nyeri yang
diminum
- vitamin saraf
- obat topical anti nyeri
4. Disability limitation
ü Lakukan peregangan
ü Latihan ROM
5. Rehabilitasi
Bila terasa keluhan
memburuk dan
mengganggu aktivitas
sehari-hari Rujuk ke
Dokter Sp.Saraf dan
Dokter Sp.Rehabilitasi
medis
Tatalaksana
Medikamentosa
- Berikan obat gol.
NSAID (ibu profen
400 mg) bila terasa
nyeri
- Berikan vitamin
B12 untuk
44
memperbaiki saraf
yang rusak
- Berikan obat
topical seperti Na
Diclofenak untuk
mengurangi nyeri,
dioleskan dan dipijit
lembut di area yang
terasa nyeri
45
2. Subtitusi • Memberikan kursi dan meja
agar posisi pekerja pada proses
pemasangan tali, quality control
dan pengemasan menjadi lebih
nyaman
• Menyesuaikan posisi meja dan
kursi dengan tinggi pekerja agar
saat melakukan pekerjaannya
pasien tidak menunduk
3. Engineering • Tidak dapat dilakukan
46
BAB IV
KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan di Aulia Colection yang berlokasi di Jl.
Kampung Buah jajar, RT 03 RW 03, Desa Bojong Kec, Majalaya Kabupaten Bandung dapat
disimpulkan bahwa:
47
BAB V
SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan, saran yang dapat kami berikan diantaranya:
1. Pihak industri diharapkan melakukan kegiatan pelatihan cara mengangkat barang dan
posisi kerja yang benar untuk karyawan agar terhindar penyakit akibat kerja maupun
kecelakaan akibat kerja.
2. Pihak industri diharapkan memberikan edukasi dan memantau para karyawannya untuk
menggunakan APD
3. Pihak industri diharapkan untuk lebih memperhatikan lingkungan kerja para
karyawannya agar para karyawan dapat bekerja dengan aman dan secara maksimal
48