Anda di halaman 1dari 7

Nama Kelompok : - 1.

Adilah Nanda pratiwi

- 2. Muhammad Adji Santoso

Mata Kuliah : Fisika Bangunan

Kenyaman Termal dan Aliran Udara

a). Kenyamanan Thermal

Kenyamanan thermal merupakan suatu kondisi dari pikiran manusia yang

menunjukkan kepuasan dengan lingkungan thermal (Nugroho, 2011). Menurut

Karyono (2001), kenyamanan dalam kaitannya dengan bangunan dapat didefinisikan

sebagai suatu keadaan dimana dapat memberikan perasaan nyaman dan

menyenangkan bagi penghuninya. Kenyamanan thermal merupakan suatu keadaan

yang berhubungan dengan alam yang dapat mempengaruhi manusia dan dapat

dikendalikan oleh arsitektur (Snyder, 1989). Sementara itu, menurut Mclntyre

(1980), manusia dikatakan nyaman secara thermal ketika ia tidak merasa perlu untuk

meningkatkan ataupun menurunkan suhu dalam ruangan. Olgyay (1963)

mendefinisikan zona kenyamanan sebagai suatu zona dimana manusia dapat

mereduksi tenaga yang harus dikeluarkan dari tubuh dalam mengadaptasikan dirinya

terhadap lingkungan sekitarnya.

b). Perkembangan Teknologi Terkini Mendukung Menggunaan Thermal

insulator pada rumah tinggal yang merupakan salah satu aplikasi untuk
mengatasi masalah panas dalam rumah tinggal, terutama pada bangunan tropis yang

memiliki intensitas pencahayaan matahari yang cukup tinggi. Penggunaan thermal

insulator pada umumnya dipasang pada bagian atap rumah yang berperan sebagai

penghambat laju perpindahan kalor dari luar masuk ke dalam bangunan dan

sebaliknya, sehingga panas matahari yang sampai kepada kulit bangunan dapat

diminimalisir dan dikurangi sehingga suhu ruang di dalam bangunan tetap dapat

terjaga.

Dalam menciptakan suatu insulator thermal, sistem perpindahan panas yang

dipakai adalah dengan mengeliminasi sistem konveksi dan radiasi yang terjadi,

sehingga menyisakan komponen kecil dari konduksi panas yang terjadi. Dalam hal

ini jelas, bahwa komponen insulator itu sendiri akan memberikan kontribusi terhadap

proses konduksi panas. Perkembangan teknologi insulasi ini memunculkan banyak

jenis material polyester insulation dan bahan yang mampu menghambat laju

perpindahan panas tersebut. Insulator termal ini akan menjadi sangat berperan pada

rumah tinggal, terutama pada rumah-rumah yang memiliki ruangan yang langsung

berhubungan dengan bagian atap bangunan, misalnya lantai atas, maupun loteng

yang dijadikan ruangan. Insulasi atap akan sangat membantu dalam mempertahankan

suhu udara di dalam ruangan dalam loteng, terutama apabila cuaca di luar sangat

panas atau dingin.


c). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kenyamanan Termal

Menurut Auliciems dan Szokolay (2007), kenyamanan dipengaruhi oleh

beberapa faktor, yakni temperatur udara, pergerakan angin, kelembaban udara,

radiasi, faktor subyektif, seperti metabolisme, pakaian, makanan dan minuman,

bentuk tubuh, serta usia dan jenis kelamin. Faktor–faktor yang mempengaruhi

kenyamanan termal yaitu, temperatur udara, temperatur radiant, kelembaban udara,

kecepatan angin, insulasi pakaian, serta aktivitas.

a. Temperatur Udara

Temperatur udara merupakan salah satu faktor yang paling dominan dalam

menentukan kenyamanan termal. Satuan yang digunakan untuk temperatur udara

adalah Celcius, Fahrenheit, Reamur, dan Celvin. Manusia dikatakan nyaman apabila

suhu tubuhnya sekitar 37%. Temperatur udara antara suatu daerah dengan daerah

lainnya sangat berbeda. Hal ini disebabkan adanya beberapa faktor, seperti sudut

datang sinar matahari, ketinggian suatu tempat, arah angin, arus laut, awan, dan

lamanya penyinaran.

b. Temperatur Radiant

Temperatur radiant adalah panas yang berasal dari radiasi objek yang

mengeluarkan panas, salah satunya yaitu radiasi matahari.

c. Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan kandungan uap air yang ada di dalam udara,
sedangkan kelembaban relatif adalah rasio antara jumlah uap air di udara dengan

jumlah maksimum uap air dapat ditampung di udara pada temperatur tertentu.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kelembaban udara, yakni radiasi matahari,

tekanan udara, ketinggian tempat, angin, kerapatan udara, serta suhu.

d. Kecepatan Angin

Kecepatan angin adalah kecepatan aliran udara yang bergerak secara

mendatar atau horizontal pada ketinggian dua meter di atas tanah. Kecepatan angin

dipengaruhi oleh karakteristik permukaan yang dilaluinya. Adapun faktor-faktor

yang mempengaruhi kecepatan angin (Resmi, 2010), antara lain berupa gradien

barometris, lokasi, tinggi lokasi, dan waktu.

Standar Kenyamanan Termal

Lippsmeier (1997) menyatakan bahwa batas kenyamanan untuk kondisi

khatulistiwa berkisar antara 19°C TE-26°C TE dengan pembagian berikut:

Suhu 26°C TE : Umumnya penghuni sudah mulai berkeringat.

Suhu 26°C TE–30°C TE : Daya tahan dan kemampuan kerja penghuni mulai

menurun.

Suhu 30,5°C TE–35,5 °C TE : Kondisi lingkungan mulai sukar.

Suhu 35°C TE–36°C TE : Kondisi lingkungan tidak memungkinkan lagi.


Temperatur dalam ruangan yang sehat berdasarkan MENKES

NO.261/MENKES/SK/II/1998 adalah temperatur ruangan yang berkisar antara

18°C-26°C.

d). Aliran Udara

Sirkulasi udara pada sebuah bangunan memiliki dampak yang besar dalam membawa debu,
kotoran, panas, suara, dan molekul air ke dalam bangunan. Oleh sebab itu sangatlah penting
untuk melakukan pengendalian aliran udara pada sebuah bangunan. Karena hal tersebut
mampu meningkatkan kenyamanan, mencegah debu dan kotoran masuk, dan mengoptimalkan
penggunaan energi untuk mengatur aliran udara. Perpindahan aliran udara biasanya
dipengaruhi oleh suhu lingkungan. Udara akan bergerak jika terdapat perbedaan tekanan
antara tekanan di luar bangunan dan di dalam bangunan.

e). Karakteristik Rumah Susun

Berdasarkan peraturan pemerintah, karakteristik Rumah Susun di Indonesia memiliki


ketetapan standar sebagi berikut (Teddy, 2010 : 11) :

1). Satuan Rumah Susun

 Mempunyai ukuran standar minimum 18 m2, lebar muka minimal 3 meter. • Dapat
terdiri dari satu ruang utama (ruang tidur) dan ruang lain (ruang penunjang) di dalam
dan atau diluar ruang utama.
 Dilengkapi dengan sistem penghawaan dan pencahayaan buatan yang cukup, sistem
evakuasi penghuni yang menjamin kelancaran dan kemudahan, serta
 penyediaan daya listrik yang cukup, serta sistem pemompaan air. Batas pemilikan
satuan Rumah Susun dapat berupa ruang tertutup dan atau sebagian terbuka dan atau
ruang terbuka.
2). Benda Bersama

Benda bersama dapat berupa prasaran lingkungan dan fasilitas lingkungan.

3). Bagian Bersama

Bagian bersama dapat berupa ruang untuk umum, struktur, dan kelengkapan

Rumah Susun, prasarana lingkungan dan fasilitas lingkungan yang menyatu

dengan bangunan Rumah Susun.

4). Prasarana Lingkungan

Prasarana lingkungan berupa jalan setapak, jalan kendaraan sebagai

penghubung antar bangunan Rumah Susun atau keluar lingkungan Rumah

Susun, tempat parkir, utilitas umum yang terdiri dari jaringan air limbah,

sampah, pemadam kebakaran, listrik, gas, telepon, dan alat komunikasi

lainnya.

5). Fasilitas Lingkungan

Lingkungan Rumah Susun harus dilengkapi fasilitas perniagaan dan

perbelanjaan, lapangan tebuka, kesehatan, pendidikan, peribadatan, pelayanan

umum, serta pertanaman.

Menurut Yudohusodo dalam Audy (2008 : 9), Rumah Susun memiliki

karakteristik yang berbeda dengan hunian horizontal. Rumah Susun mengandung

dualism sistem kepemilikan, yaitu kepemilikan seorangan dan bersama baik dalam

bentuk ruang maupun benda. Sistem kepemilikan bersama yang terdiri dari bagian
bagian yang masing-masing merupakan satuan yang dapat digunakan secara terpisah

yang dikenal dengan istilah condominium. Sistem ini diwajibkan untuk mengadakan

pemisahan hak dari masing-masing satuan yang dilaksanakan dengan pembuatan

akta pemisahan yang mengandung nilai perbandingan proporsional yang akan

digunakan sebagai penerbitan sertifikat hak milik atas satuan yang bersangkutan.

Tipe unit Rumah Susun juga beragam. Kisaran luas unit Rumah Susun pada umumnya minimal
18m2 dan paling besar adalah 50 m2.

Anda mungkin juga menyukai