Anda di halaman 1dari 10

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Indonesia di berkahi dengan kepemilikan atas Sumber Daya Alam (SDA) yang
melimpah dengan kualitas yang tidak kalah jika dibandingkan dengan SDA negara
lainnya. Bahkan, terdapat sumber daya yang hanya di miliki di Indonesia. Iklim tropis
dan curah hujan stabil menjadi salah satu pendukung kualitas dari SDA tersebut.
Jumlah Sumber Daya Manusia (SDM) yang tinggi dengan angka kelahiran yang
tinggi juga berkah yang tidak dapat dipungkiri, dan mayoritas SDM yang adalah pemeluk
agama Islam.
Tingginya potensi SDA dan SDM tersebut membutuhkan manajemen yang tidak
mudah, agar kedua hal tersebut mampu bersinergi didalam pembangunan kehidupan
berbangsa dan bernegara yang sesuai dengan apa yang di kehendaki NKRI yang di
terurai di dalam Preambule UUD 1945.
Berdasarkan sejarahnya bahwa NKRI memiliki struktur Bangsa sebagai Pondasi
sedangkan Negara sebagai bangunan diatasnya. Dan berdasarkan pendekatan struktur
bahwa kekuatan pondasi harus lebih di utamakan yang pada akhirnya akan menentukan
kekuatan dari bangunan diatasnya. Oleh karena itu dalam struktur NKRI kekuatan
Bangsa Indonesia yang berposisi sebagai pondasi harus lebih di utamakan, untuk
menjaga kesinambungan dari penjalanan Negara.

Untuk menjaga kekuatan Bangsa Indonesia adalah dengan membangun

B. Dasar Hukum (Kebenaran Absolut) Program


1. Q. S Al-Balad ayat 13 yakni “ (yaitu) melepaskan budak dari perbudakan”;
2. UUD 1945 naskah asli pasal 33 ayat 1 (satu)“Perekonomian di susun sebagai usaha
bersama berdasar atas asas kekeluargaan”, ayat 2 (dua) “ cabang-cabang produksi
yang penting bagi negara dan yang menguasai hajat hidup orang banyak dikuasai
oleh negara” dan ayat 3 (tiga) “bumi dan air dan kekayaan alam yang terkandung di
dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besar kemakmuran
rakyat”.

C. Maksud
Maksud penulisan adalah untuk membangun kemandirian Desa khususnya
dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Diawali dari membangun kemampuan Desa
dalam pemenuhan kebutuhan sandang dan pangan masyarakatnya. Sedangkan target
kedepan bahwa Desa memiliki kemampuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dan
pendidikan masyarakat Desa yang di berikan secara cuma-cuma (gratis).
Kondisi tersebut mampu teraktualisasikan pada saat masyarakat sudah tidak
bergantung kepada pihak manapun juga (mandiri) kecuali kepada Allah S.W.T.
Maknanya bahwa masyarakat mengelola aset bersama yang dimiliki oleh Desa.

D. Tujuan
1. Menumbuh kembangkan kembali teknologi pribumi yang sudah ada;
2. Menghidupkan kembali Sistem Tanah Adat;
3. Terbangunnya manajemen (program, kurikulum dan pembiayaan) yang bersumber
dari perencanaan per kepala keluarga (Family Planing);
4. Pembangunan teknik (strategi dan taktik) yang berasal dari ilmu yang dimiliki dan
seharusnya dikembangkan Bangsa Indonesia;
5. Standarisasi keilmuan kebangsaan Indonesia berdasarkan struktur mulanya dan sifat
yang Allah S.W.T turunkan.

E. Manfaat Program
1. Bagi Penulis
a. Pilot Project sebagai bahan uji material dari konsep Ilmu Bangsa yang penulis
pahami;
b. Sebagai upaya penulis di dalam memahami dan mendalami konsep;
c. Sebagai upaya menumbuh kembangkan keimanan penulis.

2. Bagi Institusi Desa dan Masyarakat Desa


a. Terbangunnya kemampuan Desa dalam mengembangkan teknologi (ilmu, teknik
dan manajemen) yang bersumber dari Ilmu Bangsa Indonesia dengan material
yang di miliki oleh Desa;
b. Terbangunnya kemampuan Desa dalam pemenuhan kebutuhan hidup
masyarakatnnya dengan tidak bergantung kepada pihak manapun kecuali
kepada Allah S.W.T
c. Menghidupkan kembali Sistem Tanah Adat;
d. Menghidupkan dan memfungsikan kembali Lumbung sebagai tempat
menyimpan aset rakyat baik yang bergerak maupun diam;
e. Menghidupkan kembali peran dan fungsi musyawarah di dalam Lumbung dalam
menyelesaikan permasalahan hidup salah satunya terkait pendistribusian aset;
f. Menghidupkan standar-standar nilai di NKRI yang di mulai dari Desa.
g. Terbangunnya ketahanan pangan rakyat;
h. Jaminan terhadap pendidikan dan kesehatan masyarakat;
i. Meningkatkan silaturahim antar masyarakat (menurunkan konflik horisontal
maupun vertikal di masyarakat);
j. Kontrol masyarakat terhadap aktivitas yang dikerjakan (deteksi terhadap aktifitas
yang bertentangan dengan etika dan moral bangsa);
k. Peningkatan kepemilikan aset umat.

F. Identifikasi Masalah
1. Potensi Desa
a. Masih adanya masyarakat yang memiliki kemampuan dalam mengelola
tanahnya, baik pada sektor pertanian maupun perkebunan. Selain itu, tidak
sedikit masyarakat juga yang memiliki kemampuan pada sektor perikanan dan
peternakan baik yang terkonsentrasi pada peternakan dan perikanan berbasis air
laut maupun air tawar. Walaupun, tak jarang hasil yang di peroleh belum dapat
memenuhi pengeluaran dari produksi.
b. Tidak adanya kepemilikan atas laut. Hingga saat tulisan ini dibuat bahwa belum
ada peraturan yang memperbolehkan adanya kepemilikan atas laut walaupun
terjadi fenomena-fenomena yang seolah-olah pada teritorial tertentu tidak
dapat di masuki oleh yang tidak berijin.

2. Kendala Desa
a. Kepemilikan atas tanah sebagai faktor produksi utama rakyat, mayoritas sudah
tidak lagi dimiliki oleh Desa (kepemilikan bersama), melainkan sudah di miliki
swasta baik swasta luar negeri maupun pribadi perorangan;
b. Lemahnya pemahaman aparatur dan masyarakat Desa dalam mengelola aset
Desa yang diorientasikan untuk sebesar-besar kemakmuran masyarakat;
c. Lemahnya pemahaman aparatur dan masyarakat Desa dalam memanajemen
hasil produksi;
d. Lemahnya pemahaman aparatur dan masyarakat Desa dalam meng-
operasionalkan setiap standar dari nilai-nilai yang seharusnya di miliki oleh NKRI
baik Kreativisme, Gotong Royong, Mufakat, Musyawarah, Lumbung maupun
Sistem Tanah Adat;
e. Ketiadaan standar-standar nilai di NKRI.

BAB II

RUANG LINGKUP DAN KAJIAN

A. Nama Program
Program ini diberinama Program Kreativitas Rakyat 2018 atau yang disingkat
dengan “PROKRAT 2018”. Nama program tercetus dari hasil musyawarah oleh beberapa
pemuda yang berkehendak untuk berkontribusi bagi pengembangan kehidupan
berbangsa dan bernegara bagi rakyat.

B. Nama Organisasi Pelaksana Program


Direncanakan organisasi pelaksana adalah Koperasi Panca Wira Karya Mandiri
(PARAKA-MANDIRI).

C. Peran Organisasi
Koperasi PARAKA-MANDIRI sebagai infrastruktur pelaksana program yang
berupaya mendekatkan kebenaran relativ (langkah-langkah teknis) kepada kebenaran
absolut (tujuan jangka pendek, menengah dan panjang).
Pada pelaksanaan program jangka pendek, bahwa peran anggota Koperasi lebih
tinggi jika dibandingkan dengan peran aktiv dari masyarakat desa. Sedangkan semakin
bertambahnya tahun, maka peran anggota koperasi semakin di perkecil dan
keterlibatan masyarakat harus semakin tinggi. Hal ini bertujuan tidak terjadi
ketergantungan dari masyarakat kepada anggota koperasi.

D. Sasaran dan Wilayah Kerja (Lingkup)


Jangkauan terjauh dari program tidak terukur oleh waktu, adapun langkah-
langkah yang di ambil di bangun berdasarkan rencana berjangka. Memungkinkan
pelaksanaan program semakin bertambahnya waktu semakin diperluas.

a. Sasaran
Sasaran terbagi kedalam Sasaran Jangka Panjang, Jangka Menengah dan Sasaran
Jangka Pendek, antara lain :
1. Sasaran Jangka Panjang, yang ditetapkan untuk jangka waktu 5 tahun dengan
target capaiannya adalah :
 Terpenuhinya kebutuhan sandang dan pangan masyarakat desa;
 Pembangunan pemenuhan kebutuhan energi masyarakat skala kecil;
 Terbangunnya Musyawarah secara paripurna.
2. Sasaran Jangka Menengah, yang ditetapkan untuk jangka waktu 3 tahun dengan
target capaiannya adalah :
 Terbangunnya produk turunan dan pengembangan usaha dari produksi
utama;
 Terkumpulnya Data Base 1 (satu) desa per Kepala Keluarga yang di arahkan
untuk memiliki kemampuan dalam penyusunan perencanaan keluarga
(family planing) untuk 5 tahun kedepan keluarganya;
 Terbangunnya pusat data dan informasi masyarakat;
 Terbangunnya musyawarah akan tetapi masih semu dalam makna belum
terlaksana secara paripurna
 Soliditas sentra ekonomi utama.
3. Sasaran Jangka Pendek, yang ditetapkan untuk jangka waktu 1 tahun dengan
target capaiannya adalah :
 Terbangunnya sentra ekonomi utama;
 Terstandarkannya keilmuan pelaksana program
 Keterlibatan masyarakat desa dalam program walaupun dalam skala kecil.

b. Wilayah Kerja
Wilayah kerja yang di tetapkan adalah masyarakat Desa Karang Kepuh
Kecamatan…. Kabupaten Serang Provinsi Banten, dengan orientasi produksinya
terknonsenterasi pada laut (Budidaya perikanan air laut).
Jika memungkinkan, maka akan dibangun di 3 (tiga) Desa di lokasi yang sudah
bersentuhan langsung dengan penulis antara lain Desa Karang Kepuh Kecamatan ……
Kabupaten Serang yang terkonsenterasi pada perikanan laut, Desa …. yang
konsentrasi pada produksi Beras (Pertanian) dan Desa ….. yang konsentrasi
produksinya pada Peternakan atau Perikanan Air tawar.

BAB III

KONSEP MENUJU DESA MANDIRI

A. Konsep Umum Kemandirian Desa / Pemberdayaan Desa

Dalam Pilot Project sisistem orientasi yang di terapkan adalah pada penerapan yang
lebih kecil. Akan tetapi jika memungkinkan maka akan diterapkan pada target yang lebih
besar yakni masyarakat desa. Akan tetapi memungkinkan belum dapat terpenuhi
seluruh kebutuhan masyarakat desa secara keseluruhan.
Pemenuhan kebutuhan dalam program terbagi kedalam beberapa tahapan, antara lain :
 Tahap 1 (satu) pemenuhan kebutuhan Pangan dan Kesehatan
Jika dikalkulasikan, maka rata-rata kebutuhan sebesar :
1. Kebutuhan Pangan adalah sebesar Rp. 23.750,- per orang per hari dikalikan
30 (tiga puluh) hari dalam satu bulan adalah Rp. 712.500,- per bulan per
orang.
2. Kebutuhan Kesehatan (program BPJS) adalah sebesar Rp. 85.000,- per orang
per bulan.

Jadi total kebutuhan pangan dan kesehatan per orang per bulan adalah sebesar
Rp. 797.500. Jika dikalkulasikan bahwa anggota program sudah beristri dengan
dua orang anak maka biaya yang harus terpenuhi adalah Rp. 797.500,- x 4 orang
= Rp. 3.190.000,- . Dengan jumlah anggota pelaksana program sebanyak 10
orang, maka total kebutuhan sebesar Rp. 31.190.000,- per bulan.

Jadi total kebutuhan anggota program dalam satu kali masa panen (6 bulan)
adalah sebesar Rp. 31.190.000,- x 6 bulan = Rp. 191.400.000,-

 Tahap 2 (dua) diorientasikan untuk pemenuhan kebutuhan Pangan, Kesehatan


dan Pendidikan. Jika dikalkulasikan, maka kebutuhan sebesar :
1. Kebutuhan Pangan adalah sebesar Rp. 23.750,- per orang per hari dikalikan
30 (tiga puluh) hari dalam satu bulan adalah Rp. 712.500,- per bulan per
orang.
2. Kebutuhan Kesehatan (program BPJS) adalah sebesar Rp. 85.000,- per orang
per bulan;
3. Kebutuhan Pendidikan di rata-rata (SD, SMP dan SMA) adalah sebesar Rp.
340.000,- per orang per bulan.

Di asumsikan bahwa dalam satu Kepala Keluarga (KK) berjumlah 1 orang suami, 1
orang istri dan 2 orang anak. Jadi total kebutuhan nya adalah :

a. pangan sebesar Rp. 712.500,- x 4 orang = Rp. 2.850.000,-


b. Kebutuhan Kesehatan (BPJS) sebesar Rp. 85.000,- x 4 orang = 340.000,-
c. Kebutuhan Pendidikan 2 orang anak sebesar Rp. 340.000,- x 2 orang =
680.000,-
 Total kebutuhan per KK dalam 1 bulan adalah sebesar Rp. 3.870.000,-
 Total pemenuhan kebutuhan 10 KK anggota program selama 1 bulan
adalah sebesar Rp. 3.870.000,- X 10 orang = 38.700.000,- per bulan.
 Jadi total kebutuhan anggota program dalam satu kali masa panen (6
bulan) adalah sebesar Rp. 38.700.000,- x 6 bulan = Rp.232.200 000,-

 Tahap 3 (tiga) pemenuhan kebutuhan Sandang, Pangan, Kesehatan dan


Pendidikan;
 Tahap 4 (empat) pemenuhan kebutuhan sandang, pangan, papan, kesehatan,
pendidikan dan energi (listrik dan air).

B. Kondisi
Data2 karang kepuh

C. Rencana Lokasi Pilot Project


1. Profil Desa
2. Potensi Desa;
SDA : Laut
SDM : Jumlah Penduduk (10 %) yang di bina pada awal program

3. Kendala Desa

D. Rencana Pola Pelaksanaan Program


1. Pra Produksi. Adapun langkah-langkah yang diambil antara lain :
a) Observasi lokasi rencana program dan sentra produksi (budidaya ikan Kerapu);
b) Sosialisasi program dengan tokoh masyarakat (Tokoh Agama, Ketua RT/RW,
Lurah, Camat, Dinas-Dinas Terkait dan Masyarakat Umum);
c) Persiapan anggota program;
d) Seleksi anggota program yang di rencanakan 10 orang anggota;
e) Pendidikan dan pelatihan anggota program;
f) Pembangunan infrastruktur produksi dan musyawarah berikut kelengkapannya;
g) Survei pasar.

2. Pola Produksi.
Dalam pola produksi dilakukan 2 (dua) tahapan, tahap pra produksi dan
tahapan produksi. Hal ini akan dijabarkan antara lain :
a) Tahap 1 (satu) / pra produksi
Pada tahapan ini kegiatan yang di laksanakan antara lain :
 Penyiapan lokasi budidaya ikan Kerapu (perijinan lokasi, koordinasi dengan
instansi yang bersinggungan dengan budidaya, dll);
 Penyediaan kelengkapan keramba jaring apung budidaya ikan Kerapu
(memungkinkan melibatkan pihak ketiga);
 Penyediaan benih dan penampungan kerapu;
 Pembelian pakan ikan Kerapu untuk 2 (dua) kali panen;
 Pelaksanaan pembangunan bagan;
 Penyiapan pemasaran (kerjasama).

b) Tahap 2 (dua) / produksi


Pada tahap 2 (dua) ini kegiatan yang dilaksanakan adalah pelaksanaan produksi
dari mulai penyiapan benih, hingga panen. Yang di laksanakan antara lain :
 Pemeliharaan atau pembesaran;
 Pengendalian hama dan penyakit;
 Panen dan penanganan panen;
 Pemeliharaan ikan besar
 Pemanenan atau pengangkutan ikan besar.

3. Pola Distribusi Aset


Pada budidaya ikan kerapu, benih yang dibeli / disiapkan adalah yang berukuran
50 gram, sehingga dalam waktu ± 5 bulan ikan sudah bisa di panen. Yang artinya dalam
kurun waktu satu tahun dapat menghasilkan 2 kali panen.
Untuk memenuhi kebutuhan anggota yakni pada tahap satu yakni pemenuhan
kebutuhan Pangan dan kesehatan adalah sebesar Rp. …….. . Sedangkan untuk
pemenuhan kebutuhan anggota pada tahap dua (Pangan, Kesehatan dan Pendidikan)
adalah sebesar Rp……. Memungkinkan pada tahap selanjutnya adalah untuk pemenuhan
kebutuhan Sandang, Pangan, Kesehatan, Pendidikan masyarakat desa secara
keseluruhan.
Maka untuk memenuhi kebutuhan pada tahap satu
Distribusi produk dilakukan melalui tahapan-tahapan dengan ukuran pemenuhan
kebutuhan, antara lain :
1. Pemenuhan kebutuhan masyarakat setempat / masyarakat pelaku program, dan
dimungkinkan kepada jamaah masjid.
2. Jika pada poin 1 (satu) sudah terpenuhi dan terdapat surplus/kelebihan maka akan
di lakukan penjualan, baik pada Rumah Makan maupun pada Penjual lainnya (toko).
Orientasi awal pemenuhan kebutuhan adalah pada poin 1 (satu), yakni pelaku
Program, baik pengelola maupun Petani, selain agar terbangunnya ikatan antara petani
dengan program ini juga untuk memperkuat sektor penggerak utama pertanian (petani).

a. Pola Pemasaran

Pemasaran yang dilakukan dapat dilakukan dengan dua cara, yakni pembelian
secara tunai maupun dengan non tunai (cicil). Pembayaran non tunai adalah dengan
melakukan pembayaran pengambilan pertama pada saat pengambilan kedua. Cara ini
dirasa dapat meringankan bahkan mempermudah masyarakat yang berkehendak untuk
membangun usaha berbasis pada Beras, maknanaya untuk biaya Beras dapat di tekan
dan di alihkan kepada pemenuhan kebutuhan lainnya.
Selain mampu untuk menstimulan Rakyat mengmbangkan usaha, hal ini juga
memungkinkan untuk mengembangkan pemsaran pada pengusaha makanan berbasis
beras dengan skala yang lebih besar.
Sistem kerjasama juga dimungkinkan untuk di laksanakan dengan beberapa sarat
yang mengikat diantara kedua belah pihak.
Pada saat produksi mampu mencapai kuota tertentu, memungkinkan untuk
melakukan suplay kepada Badan Urusan Logistik (Bulog) dalam hal pemenuhan Beras.

b. Pola Musyawarah
Musyawarah adalah metoda evaluasi dan pemecahan permasalahan yang paling
tepat. Oleh karena itu, minimal 1 bulan satu kali dilakukan evaluasi program. Evaluasi
terhadap program awalnya hanya dilakukan oleh anggota yang terlibat langsung di
dalam program. Kemudian akan di musyawarahkan dan di sampaikan kepada seluruh
masyarakat tempat program ini dilaksanakan.
Musyawarah yang di lakukan dengan masyarakat, terkait pelaporan
perkembangan pelaksanaan program dan tukar pendapat antara pelaksana program
dengan masyarakat. Hal ini dilakukan agar msayarakat terbiasa untuk transparan dan
terbuka, yang pada akhirnya akan mendorong rasa saling percaya antar satu dengan
lainnya. Selain itu, agar pelaporan terhadap sesuatu yang di tugaskan dapat membudaya
di masyrakat.
Selain evaluasi program dan pelaporan kepada masyarakat, juga dilakukan
komunikasi dua arah untuk pembahasan terkait pendistribusian asset. Distribusi ini
terkait erat dengan keuntungan hasil produksi. Juga masyarakat akan di ajak untuk
merumuskan sebuah program pengembangan dari hasil produksi yang di dapat.
Nantinya pengembangan usaha ini tetap tidak dapat dimiliki oleh individu melainkan
tetap akan dimiliki oleh umat.

c. Pola Pembagian Hasil / Sisa Hasil Usaha (SHU).


SHU di peroleh dari hasil penjualan yang sudah di potong beban produksi dan
beban lainnya. kategori beban produksi di sini adalah pengeluaran dalam produksi,
sedangkan beban lainnya adalah Gaji Pelaksana Program, Pajak Penghasilan, Zakat dan
Tabungan.
Pada awal-awal produksi, SHU tidak langsung digunakan bagi pengembangan
usaha, akan tetapi digunakan untuk menyempurnakan program terlebih dahulu. Begitu
juga dengan tabungan, dimana tabungan adalah sebagai simpanan usaha yang akan
digunakan hanya bagi kebutuhan penting masyarakat seperti pendidikan dan kesehatan.
Alokasi untuk pendidikan yang di maksud adalah pembiayaan pendidikan
keluarga tidak mampu, dan juga mereka yang berprestasi. Selain untuk tingkat sekolah,
memungkinkan tabungan pendidikan juga akan digunakan bagi mereka yang ingin
melanjutkan pendidikan hingga perguruan tinggi.
Selain pendidikan formal, program ini juga mengupayakan untuk dapat
mempersiapkan cikal bakal orang-orang yang memiliki tingkat pemahaman agama yang
mendalam, oleh karenanya mereka yang memiliki keinginan dan juga kemampuan yang
mempuni akan diberikan beasiswa pendidikan untuk mengenyam pendidikan agama
khususnya di Pesantren atau juga di Pendidikan Tinggi Keislaman.
Dalam kondisi hari ini diwacanakan Pendidikan dan Kesehatan Gratis. Sistem
seperti di atas adalah sebuah konsep perwujudan dari Pendidikan dan Kesehatan Gratis.

d. Pola Usaha Turunan dan Pengembangan Usaha


Usaha Turunan yang dimaksud adalah usaha yang terbangun dengan didasarkan
kepada usaha yang ada, sebagai contoh pembuatan tepung beras, dimana pembuatan
tepung beras adalah kegiatan dengan bahan utama beras yang di giling.
Sedangkan yang dikategorikan sebagai pengembangan usaha adalah usaha-
usaha yang dibangun dengan tidak didasarkan kepada usaha yang sudah ada, seperti
halnya budidaya perikanan.
Pola pembangunan usaha turunan atau juga pengembangan usaha juga sesuai
dengan pola-pola yang sudah disepakati dan dilaksanakan. Maknanya tetap tidak akan
ada kepemilikan atas pribadi, akan tetapi akan dimasukkan kedalam data base masjid
sebagai asset umat.

1. KEBUTUHAN DAN RENCANA ANGGARAN BIAYA PELAKSANAAN PROKRAT SIGI 2014

Kebutuhan dan rencana anggaran biaya pada pelaksanaan Prokrat Sigi 2014 Terlampir.

2. RENCANA PENGEMBANGAN USAHA DAN USAHA TURUNAN

a. Usaha Turunan

1. Pembuatan pengolahan Tepung Beras


Pengolahan tepung beras ini diupayakan untuk di kerjakan oleh perempuan,
yang pada akhirnya mampu untuk mengurangi beban kepala keluarga. Maknyanya
melaksanakan program pemberdayaan perempuan.

2. Pembuatan Pupuk Tanaman dari Kulit Padi


Pembuatan pupuk tanaman ini adalah dengan melakukan pembakaran dari
sisa kulit Padi, kamudian kulit Padi tersebut di campurkan dengan sisa kulit Padi
yang tidak dibakar dengan komposisi tertentu.

3. Pembuatan Bekatul dari kulit Padi


Pembuatan bekatul adalah dengan melalui beberapa proses dan hanya dapat
dikerjakan oleh laki-laki, karena kegiatan ini membutuhkan tenaga yang cukup
berat. Nantinya bekatul ini akan dijual kepada beberapa pembudidaya peternakan
khususnya ayam dan peternak bebek.

4. Pembuatan Bricket dari sisa batang-batang Padi


Bricket adalah bahan bakar yang dapat digunakan sebagai bahan bakar
pengganti bahan bakar minyak dan gas. Pembuatannya juga tidak terlalu sulit,
hanya dengan melakukan pembakaran terlebih dahulu dari sisa batang-batang Padi,
kemudian arang pembakaran dari batang Padi tersebut dilakukan pemadatan
hingga sekitar ukuran kaleng-kaleng susu kecil. Setelah itu, produk Bricket sudah
dapat di gunakan dan di pasarkan.
5. Pembuatan pupuk organik dari sisa batang-batang Padi
Pengambilan Padi dari masyarakat juga akan menghasilkan sampah berupa
batang-batang Padi. Oleh karenanya, batang-batang Padi mampu untuk diolah
menjadi pupuk organik (pupuk kompos) dengan beberapa proses terlebih dahulu.
Kegiatan ini juga hanya dapat dilakukan oleh laki-laki karena membutuhkan tenaga
lebih besar.
Selain itu, sampah ini dapat dibuat menjadi pupuk cair yang kemudian dapat
di gunakan bagi pemenuhan kebutuhan pupuk tanaman.
Nantinya pupuk yang telah diperoleh dapat juga di pasarkan kepada petani
untuk meningkatkan produktifitas pertanian mereka. Atau juga dapat dijual secara
umum.

b. Pengembangan Usaha
1. Membuka toko beras dan tepung beras dengan nama Masjid tempat program
dilaksanakan atau dengan nama yang disepakati terlebih dahulu.
2. Membuka distribusi produk Pupuk, Bricket, dan Bekatul
3. Membangun Peternakan dan Perikanan, terutama pada Hewan yang juga di
butuhkan bagi Pertanian / Perkebunan, seperti Sapi / Kerbau yang dapat digunakan
untuk membajak sawah.

1. Ilmu
a. Filosofi : Pancasila
b. Teori : Komitmen Untuk Mengangkat Harkat dan Martabat Hidup Orang
Indonesia Asli (OIA)
c. Model : Bangsa sebagai Pondasi dan Negara Sebagai Bangunan
2. Teknik
a. Strategi
b. taktik
3. Manajemen
a. Program
b. Kurikulum
c. Pembiayaan
1. Awal : Donatur yang tidak mengikat
2. Kedepan : manajemen dari hasil produksi

Anda mungkin juga menyukai