sebagai fenomena yang lumrah terjadi di kota besar. Terkadang, perpindahan tersebut terjadi
dalam skala besar, atau Eksodus.Eksodus biasanya terjadi manakala kondisi keamanan di satu
wilayah tidak kondusif seperti terjadi bencana alam, peperangan atau serangan wabah.
Salah satu contoh adalah fenomena Eksodus yang terjadi pada pemerintah Israel yang
menarik penduduknya ke wilayah Palestina setelah dilakukan sterilisasi. Kondisi ini terjadi
Doktrin atau sebuah ajaran yang digunakan oleh suatu masyarakat tertentu. Doktrin juga
tidak hanya di gunakan oleh satu ajaran, akan tetapi juga di gunakan oleh seluruh ajaran/filosofi.
Seperti halnya terjadinya Eksodus penduduk Israel diatas, hal tersebut didasari bahwa
sebuah Negara dibangun harus memiliki Rakyat, Wilayah dan Pemerintahan Yang Berdaulat.
Kondisi Bangsa Yahudi saat itu belum memiliki wilayah dan pemerintahan yang berdaulat. Oleh
karena itu, dalam pendekatan Konsep Negara dan Peperangan, fenomena terjadinya penyerangan
atas Palestina yang belum merdeka oleh Israel adalah satu kondisi lumrah. Dan pembangunan
atas negara kalah perang akan di serahkan kepada negara yang memenangkan suatu peperangan.
Selain itu, kesejahteraan juga dapat melandasi terjadinya Urbanisasi. Kondisi ekonomi
yang sulit di desa mampu menstimulan masyarakat melakukan perpindahan, karena pertumbuhan
lapangan pekerjaan.
Modern, adalah doktrin yang sudah masuk dalam ranah ilmu pengetahuan. Konsep
Modernitas dalam pendekatan ilmu ekonomi, adalah satu kondisi dimana konsentrasi ekonomi
pada sebuah negara terletak pada perindustrian bukan pertanian atau kelautan. Selain itu,
moderitas juga dipandang sebagai kondisi terjadinya pembangunan dalam skala besar dengan
gedung bertingkat. Selain itu, Modern juga sudah mendapatkan posisinya dalam ranah mode dan
Bahasa.
Konsep ini pada akhirnya menempati posisi sentral didalam membangun sebuah
kebijakan. Hal ini di buktikan dengan semakin gencarnya perekonomian berbasis perindustrian.
Bangsa Indonesia yang terlahir pada 28 Oktober 1928 memiliki syarat untuk di nyatakan
sebagai sebuah Bangsa, yakni terikat dengan Tanah, memiliki Penduduk Asli di atas tanah
tersebut dan memiliki Bahasa sebagai alat untuk berkomunikasinya. Ketiga syarat ini adalah
konsep dasar mutlak yang harus di pertahankan dan menjadi tolak ukur utama pengembangan
Bangsa Indonesia yang sudah terlahir tersebut, kemudian merdeka pada 17 Agustus 1945
dan mendirikan sebuah negara dengan nama NKRI pada tanggal 18 Agustus 1945 dengan di
Maknanya Indonesia memiliki satu Struktur yang berbeda dengan negara lainnya, dimana
posisi Bangsa Indonesia sebagai Pondasi, sedangkan Negara adalah Bangunan dari NKRI.
Artinya dibangun dan di kembangkannya ilmu pengetahuan dan teknologi serta sebuah
kebijakan, harus di dasarkan kepada upaya untuk memperkuat Bangsa Indonesia sebagai
pondasi.
Akan tetapi, kondisi ini berbanding terbalik dengan fenomena yang di bangun dan di
kembangkan hari ini. Karena pijakan dasar yang di bangun dalam ranah perekonomian adalah
melalui perindustrian dan perkebunan tanaman keras. Kondisi ini adalah kondisi kemunduran
Perindustrian dan perkebunan tanaman keras yang di kelola swasta sangat membutuhkan
lahan yang luas, modal, teknologi dan regulasi. Pemerintah hanya mampu untuk memenuhi
Lepasnya tanah sebagai faktor produksi utama masyarakat adalah indikasi hilangnya
identitas Bangsa Indonesia atas masyarakat tersebut. Hal ini di sebabkan salah satu syarat mutlak
dari Bangsa Indonesia didalam teks Sumpah Pemda adalah keterikatan atas tanah. Berbeda
halnya dengan negara lain, karena salah satu syarat bangsa bagi mereka adalah terdapatnya
Fenomena tersebut tidak dapat hanya di selesaikan oleh salah satu Pemerintah Daerah,
akan tetapi membutuhkan penanganan yang sistematis dari Pemerintah Pusat hingga Daerah
khususnya dalam hal pengembangan perekonomian pedesaan yang berbasis kepada pengelolaan
wajib menstimulan masyarakat untuk dapat mengembangkan dan mengelola faktor produksinya
tersebut dengan peningkatan kemampuan masyarakat di dalam produktifitas mereka dari Hulu