Anda di halaman 1dari 4

KRITERIA PRESIDEN BERDASARKAN SEJARAH BANGSA DAN PANCASILA

Di Tulis Oleh : Deden Ferdian. S.Ikom

Pendahuluan
Kriteria calon Presiden khususnya bagi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)
adalah pembahasan yang unik. Dikatakan unik, karena pembahasan kriteria ini akan berlainan
dengan negara lainnya di dunia. Selain itu, agar kriteria ini menjadi objektif, maka pendekatan
sejarah (historical approuch) adalah sebuah pendekatan yang cukup realistis dan objektif.
NKRI yang terletak diantara dua benua dan dua samudera dengan SDA yang berlimpah
dengan kualitas yang cukup baik ditambah lagi dengan jumlah SDM yang signifikan dengan
pertambahannya yang terus meningkat, membutuhkan sosok seorang presiden yang luar biasa.
Hal ini sudah pasti berbeda dengan negara-negara lainnya di dunia.
Selain dari kondisi SDA dan SDM, fakta sejarah hingga menghasilkan struktur bagi
NKRI dan negara lainnya juga berbeda. NKRI berdasarkan sejarahnya memiliki struktur Bangsa
sebagai Pondasi, sedangkan Negara sebagai bangunan diatasnya. Sedangkan, negara-negara lain
memiliki struktur Negara sebagai pondasi sedangkan Bangsa sebagai bangunan diatasnya.
Dalam pendekatan bangunan (konstruksi) kekuatan pondasi akan lebih diutamakan,
karena kuat tidaknya sebuah bangunan di dasarkan kepada pondasinya. Apabila, sebuah pondasi
pada bangunan bermasalah maka secara otomatis bangunan tersebut seluruhnya akan
bermasalah.
Berdasarkan struktur yang dimiliki oleh NKRI maka kekuatan Bangsa Indonesia harus
lebih diutamakan, yang pada akhirnya bangunan NKRI akan kokoh. Akan tetapi pada negara lain
dimana Negara sebagai pondasinya, memaknakan kekuatan negara akan lebih diutamakan.
Munculnya dua struktur yang berbeda antara NKRI dengan negara lainnya, didasarkan
kepada perjalanan sejarah yang berbeda. Bangsa Indonesia sebagai Pondasi didasarkan kepada
lahirnya Bangsa Indonesia terlebih dahulu pada tanggal 28 Oktober 1928 melalui momentum
Sumpah Pemuda, kemudian Merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945 melalui pembacaan teks
Proklamasi. Bangsa Indonesia yang sudah merdeka ini, kemudian mendirikan Negara yang
berbentuk Republik dengan disahkannya Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945).
Sedangkan, negara lain memiliki pondasi adalah Negara bukan Bangsa. Dicontohkan
dengan Amerika (USA), dimana Amerika dengan bentuknya United States terbentuk pada 4 Juli
1776 sedangkan yang dikatakan sebagai Bangsa Amerika ialah mereka yang bertempat tinggal
setelah USA berdiri.
Satu hal yang tidak bisa dikesampingkan, adalah penetapan Pancasila sebagai Dasar
Indonesia Merdeka pada 1 Juni 1945 dalam sidang BPUPKI. Di tetapkannya Pancasila ini adalah
sebagai sebuah landasan (Weltanschauung), batasan, arah dan tujuan bagi di merdekakannya
Bangsa Indonesia dan di bentuknya NKRI. Sedangkan pada negara lain memiliki landasan yang
sudah pasti berbeda, bik Komunis, Sosialis, Anarkis, Liberal, Humanis maupun Konservatif.
Dari perbedaan struktur dan landasan (Weltanschauung) ini, sudah seharusnya setiap
kebijakan-kebijakan yang terlahir tidak bisa melihat (mencontek) satu dengan lainnya, begitu
pula dengan kriteria bagi Calon Presiden Republik Indonesia.
Peran dan Fungsi Pancasila
NKRI tidak akan bisa dilepaskan dari keberadaan Pancasila. Karena Pancasila adalah
sebagai Dasar Indonesia Merdeka yang di tetapkan oleh BPUPKI pada 1 Juni 1945 dan landasan
bagi NKRI.
Pancasila sebagai Dasar Indonesia Merdeka, bermakna bahwa Pancasila adalah sarana
menegakkan Sifat Bangsa Indonesia. Sifat Bangsa atau yang dikenal dengan Mengangkat Harkat
dan Martabat Hidup Bangsa Indonesia terbentuk pada saat terlahirnya Bangsa Indonesia melalui
momentum Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Oleh karena Pancasila adalah sarana untuk
menegakkan sifat Bangsa, maka Pancasila adalah juga Sifat Bangsa.
Pancasila yang berperan sebagai sifat Bangsa, maka ia berfungsi sebagai Sumber Dari
Segala Sumber Hukum di Bangsa Indonesia yang kemudian akan menjadi Falsafah Bangsa
(keyakinan standar yang distandarkan dari keyakinan yang beraneka ragam oleh Hukum yang
Pasti, Tetap dan Diterima oleh siapapun/sifat Bangsa).
Pancasila sebagai Keyakinan Standar (baku) tersebut pada akhirnya akan tercermin
melalui sikap keberpihakannya kepada tiap sila di dalam Pancasila. Makananya, bahwa Bangsa
Indonesia akan memiliki sikap keberpihakan kepada Tuhan Yang Maha Esa, berpihak kepada
manusia yang adil dan beradab, berpihak kepada usaha menjaga Persatuan Indonesia, berpihak
kepada Rakyat yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
serta berpihak kepada usaha mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.
Agar sikap keberpihakan ini dapat terbangun dan terukur, maka Pancasila membangun
ukuran-ukuran (standar) nilai baik budaya, hukum, sosial, politik, ekonomi dan lingkungan yang
dikenal dengan Pancasila sebagai Dimensi kehidupan berbangsa dan bernegara Bangsa
Indonesia. Pancasila sebagai Dimensi ini pada akhirnya akan di realisasikan di dalam UUD
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Maknanya, bahwa pada saat semakin UUD yang didasarkan kepada Pancasila sebagai
Dimensi dijalankan, maka Sifat Bangsa Indonesia akan semakin terangkat dan sila-sila didalam
Pancasila akan semakin hidup.
12 Kriteria Calon Presiden RI Masa Depan.
Berdasarkan dasar pemikiran diatas, maka penetapan 12 Kriteria Calon Presiden Masa
Depan tidak dapat dilepaskan dari hal tersebut diatas. Dimana Presiden RI :
1. Mampu menjadi suri tauladan (Ingarso Sungtulodo) yang baik dengan ilmu, mampu
menjadi penggerak (Igmadyo Magunkarso) kehendak rakyat dengan teknik dan mampu
menjadi pendorong bagi rakyatnya (Tutwuri Handayani) melalui manajemen.
2. Memiliki pemahaman yang mempuni berkaitan dengan sejarah NKRI, baik itu sejarah
yang positif (memperkuat struktur NKRI) maupun Negatif (melemahkan struktur NKRI).
Hal ini disebabkan, bahwa sejarah yang bergulir di NKRI hingga detik ini, tidak sedikit
momentum yang berakibat terhadap penguatan struktur atau bahwan melemahkan struktur
NKRI. Pada akhirnya dari pemahaman sejarah tersebut, seorang pemimpin dapat
menggambil Sari Hukum (inti) dari suatu kejadian.
3. Memiliki pemahaman akan poin-poin penting sejarah NKRI, yakni 28 Oktober 1928
sebagai lahirnya Bangsa Indonesia, 1 Juni 1945 sebagai hari di tetapkannya Pancasila
sebagai Dasar Indonesia Merdeka, 17 Agustus 1945 sebagai hari Proklamasi Kemerdekaan
Bangsa Indonesia (PKBI) dan 18 Agustus 1945 sebagai hari terbentuknya Negara
Indonesia (Hut RI).
4. Memiliki pemahaman mengenai sejarah negara-negara lain di dunia, baik berkaitan dengan
momentum-momentum yang terjadi pada negara tersebut ataupun pengalaman yang terjadi
atas bangsa dan negaranya.
5. Memiliki pemahaman akan struktur negara lain.
6. Memiliki pemahaman mengenai Filosofi Dasar (negara tersebut juga menjadi pegangan
wajib bagi pemimpin NKRI kedepan. Hal ini sebagai dasar bagi seorang pemimpin di
dalam menganalisa perkembangan pada sebuah negara / dunia dan juga arah kebijakan
yang seharusnya bagi NKRI.
7. Memiliki pemahaman mengenai ilmu Sistem (Input, proses maupun output). Hal ini
sebagai dasar bagi seorang pemimpin dalam melihat fenomena dunia maupun fenomena
NKRI yang terjadi. Selain itu juga, sebagai dasar bagi seorang pemimpin mempu
menetapkan tujuan jangka panjang, menengah maupun jangka pendek yang saling
berhubungan.
8. Memiliki pemahaman akan peran dan fungsi Pancasila.
9. Memiliki pemahaman akan pola pola Pelaksanaan Preambule UUD 1945. Hal ini
disebabkan bahwa Preambule adalah akumulatif dari sejarah bangsa, visi dan misi NKRI di
bentuk serta peran dan fungsi di bentuknya pemerintah dan pemerintahan.
10. Presiden RI harus Orang Indonesia Asli, seperti dalam bunyi kalusul pasal 6 ayat 1 UUD
1945, “Presiden Republik Indonesia adalah Orang Indonesia Asli”. Hal ini disebabkan
Bangsa Indonesia yang mayoritas adalah Orang Indonesia Asli sudah selayaknya dipimpin
oleh juga Orang Indonesia Asli.
11. Tidak tersangkut tidak pidana KKN, Narkotika, dan tindak pidana lainnya.
12. Sehat, baik jasmani maupun rohani. Kategori sehat jasmani adalah sehat secara fisik,
sedangkan sehat rohani dalam makna ber-etika dan ber-moral.
Penutup
NKRI yang memiliki struktur dan filosofi yang berlainan dengan negara lainnya di dunia
memaknakan bahwa di dalam penetapan kriteria calon pemimpinya tidak bisa di samakan.
Penggunaan kriteria yang sama dengan negara lain dalam hal penetapan pemimpinnya akan
berdampak terhadap kesinambungan NKRI, karena pemimpin yang terpilih tidak sepenuhnya
paham mengenai sistem, struktur dan pola yang seharusnya di kembangkan di NKRI.
Oleh karena itu, penetapan kriteria yang didasarkan kepada sejarah bangsa Indonesia dan
Pancasila adalah satu hal yang mutlak bagi kesinambungan dan keberlangsungan kehidupan
berbangsa dan bernegara di NKRI.
Pada saat syarat untuk menjadi pemimpin NKRI sudah didasarkan kepada sejarah, maka
turunan kepemimpinan (Kepala-Kepala daerah) sudah dapat dipastikan akan memiliki syarat
yang tidak jauh berbeda.

Anda mungkin juga menyukai