Anda di halaman 1dari 16

PEMANFAATAN JAMUR TRICHODERMA SEBAGAI AGEN HAYATI

UNTUK PENGENDALIAN SERANGAN PENYAKIT RHIZOCTONIA SOLANI


OLEH:
ELFRIDA HARDER
01.01.19.111
TAN lll B

DOSEN PENGAMPU :
AMEILIA ZULIYANTI SIREGAR, S.Si.,M.Sc.,Ph.D

PERLINDUNGAN TANAMAN RAMAH LINGKUNGAN


PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN
JURUSAN PERTANIAN
POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN
MEDAN

2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat-Nya,
kita diberikan kesehatan dan waktu walaupun ditengah Pandemi Covid-19 ini penulis
masih dapat menyelesaikan tugas kuliah dengan sebaik mungkin.
Adapun judul dari tugas ini adalah“Pemanfaatan Jamur Trichoderma Sebagai
Agen Hayati Pada Penyakit Tanaman Padi” yang merupakan salah satu penilaian
praktek mata kuliah Perlindungan Tanaman Ramah Lingkungan Program Studi
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan.
Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu yaitu ibu
Ameilia Zuliyanti Siregar, S.Si.,M.Sc.,Ph.D yang telah memberikan pengarahan
mengenai materi yang menyangkut tugas ini, sehingga penulis dapat mengerjakan
tugas dengan sebaik-baiknya.
Demikianlah penulis sampaikan, sekiranya ada kesalahan penulisan kalimat
atau penyebutan nama, mohon dimaafkan. Dan penulis juga mengharapkan kritik dan
saran yang bersifat membangun, untuk kebaikan penulisan tugas ini kedepannya.
Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih dan semoga tugas ini dapat
menjadi informasi bagi setiap yang membutuhkannya.

Tapanuli Selatan, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB l
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan 2
Manfaat Penulisan 2
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA 4
BAB lll
METODOLOGI PELAKSANAAN 6
Waktu dan Tempat Pelaksanaan 6
Prosedur Pelaksanaan 6
BAB lV
HASIL DAN PEMBAHASAN 7
Hasil 7
Pembahasan 10
BAB V
PENUTUP 12
Kesimpulan 12
Saran 12
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB l
PENDAHULUAN
l.1 Latar Belakang
Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) hingga saat ini masih
merupakan masalah utama yang membatasi produksi terutama untuk daerah-daerah
yang mempunyai iklim tropis, karena itu diperlukan pengendali hayati yang ramah
lingkungan, salah satunya dengan pengendalian hayati. Bahwa pengendalian hayati
diharapkan dapat mengurangi efek samping dari penggunaan pestisida dalam
mengendalikan serangan OPT, pengendalian hayati penyakit tumbuhan diarahkan
dengan penggunaan agen hayati cendawan endofit nonpatogen. Cendawan endofit
adalah cendawan yang hidup dan menginfeksi jaringan tanaman dengan tidak
menimbulkan gejala penyakit (Lestari, 2014).
Pengendalian hayati yang bersifat spesifik adalah penggunaan bakteri, fungi,
protozoa dan virus. Bahan-bahan tersebut dilarutkan dengan air atau pelarut lainnya
yang dapat digunakan langsung. Kelebihan pestisida hayati adalah pengaruhnya yang
selektif akan tetapi penggunaanya harus seiring mungkin karena bahan-bahan aktif
yang terkandung mudah terurai, dengan demikian cukup banyak jenis
mikroorganisme dan beberapa produk organik yang dapat digunanakan sebagai bahan
pengendali hayati. Salah satu bahan pengendali hayati adalah Trichoderma sp
(Susanto, 2002).
Spesies Trichoderma sp disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula
berfungsi sebagai agens hayati. Trichoderma sp dalam peranannya sebagai agen
hayati bekerja berdasarkan mekanisme antagonis yang dimilikinya (Wahyuno 2009).
Kemampuan dari Trichoderma sp adalah mampu memarasit cendawan
patogen tanaman dan bersifat antagonis, karena memiliki kemampuan untuk
mematikan atau menghambat pertumbuhan cendawan lain. Mekanisme yang
dilakukan oleh agen antagonis Trichoderma sp terhadap patogen adalah mikoparasit
dan antibiosis. Selain itu, cendawan Trichoderma sp juga memiliki beberapa
kelebihan seperti mudah diisolasi, daya adaptasi luas, dapat tumbuh dengan cepat
pada berbagai substrat, cendawan ini juga memiliki kisaran mikroparasitisme yang

1
luas dan tidak bersifat patogen pada tanaman. Mekanisme yang terjadi di dalam tanah
oleh aktivitas Trichoderma sp yaitu kompetitor baik ruang maupun nutrisi, dan
sebagai mikoparasit sehingga mampu menekan aktivitas patogen tular tanah
(Sudantha et al., 2011).
Beberapa spesies Trichoderma sp sebagai agens hayati adalah Trichoderma
harzianum, Trichoderma viridae, dan Trichoderma koningii yang tersebar luas pada
berbagai tanaman budidaya. Beberapa hasil penelitian dilaporkan, Trichoderma sp.
dapat mengendalikan patogen pada tanaman diantaranya Rhizoctonia oryzae/solani
yang menyebabkan rebah kecambah pada tanaman padi (Semangun, 2000).
Rhizoctonia solani merupakan salah satu fungi yang menyerang berbagai jenis
tanaman dan sangat merugikan karena menyerang tanaman pada masa persemaian
serta menyebabkan penyakit busuk pangkal batang dan busuk akar pada tanaman
muda. Sampai saat ini penyakit ini belum dapat diatasi dengan baik. R. solani
mempunyai banyak tanaman inang, selain dari famili rumput-rumputan juga dari
famili kacang-kacangan (Fitriani, 2009).
Penyakit busuk pelepah yang disebabkan oleh fungi R. solani merupakan
salah satu penyakit yang mengancam stabilitas produksi padi dan jagung di
Indonesia. Pengendalian secara terpadu diperlukan untuk mencegah meluasnya
penyakit tersebut terutama pada sentra-sentra produksi padi dan jagung. Beberapa
cara pengendalian terhadap penyakit busuk pelepah telah ditemukan, antara lain
pengendalian melalui karantina, teknik budi daya, varietas tahan, serta secara
kimiawi, kultur teknis, dan biologi (Muis, 2007).

l.2 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan laporan ini adalah untuk mengetahui manfaat
Trichoderma sebagai agen hayati terhadap hama penyakit tanaman khususnya
serangan penyakit Rhizoctani solani yang mengganggu tanaman Padi serta untuk
mengetahui bagaimana cara kerja jamur Trichoderma dalam pengontrolan penyakit
Rhizoctania solani.

l.3 Manfaat Penulisan

2
Adapun manfaat penulisan laporan ini adalah sebagai komponen penilaian
praktik mata kuliah Perlindungan Tanaman Ramah Lingkungan Program Studi
Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan serta sebagai informasi bagi pihak yang
membutuhkannya.

3
BAB ll
TINJAUAN PUSTAKA
Jamur Trichoderma adalah salah satu agen biokontrol menjanjikan terhadap
jamur patogen. Strain tertentu Trichoderma memiliki kemampuan untuk
mengendalikan berbagai patogen di berbagai kondisi lingkungan. Selain itu, jamur
Trichoderma dapat menjadi rizosfir kompeten yang melindungi akar tanaman.
Mekanisme yang dilakukan Trichoderma adalah mycoparasitisme, dengan
memproduksi enzim kitinolitik, ß - glukanase atau selulase yang paling penting dalam
biokontrol yang dapat mendegradasi dinding sel jamur patogen (Anand dkk, 2009).
Sistematika Trichoderma sp. menurut Alexopoulus dan Mims (1979) sebagai
berikut:
Diviso : Amastigomycota
Kelas : Deuteromycetes
Ordo : Monilialles
Family : Moniliaceae
Genus : Trichoderma
Spesies : Trichoderma sp.
Umumnya Trichoderma sp. hidup pada daerah yang agak lembab, sedangkan
pada kondisi tanah yang kering populasi Trichoderma sp. akan menurun setelah
beberapa waktu yang cukup lama. Jamur ini juga menyukai kondisi tanah yang asam
dan termasuk peka terhadap sinar atau cahaya langsung (Anggri, 2001).
Cendawan Trichoderma sp. merupakan mikroorganisme tanah bersifat
saprofit yang secara alami menyerang cendawan patogen dan bersifat menguntungkan
bagi tanaman. Cendawan Trichoderma sp merupakan salah satu jenis cendawan yang
banyak dijumpai hampir pada semua jenis tanah dan pada berbagai habitat yang
merupakan salah satu jenis cendawan yang dapat dimanfaatkan sebagai agens hayati
pengendali patogen tanah. Cendawan ini dapat berkembang biak dengan cepat pada
daerah perakaran tanaman (Gusnawaty, 2014).

4
Trichoderma sp. berperan dalam perbaikan lingkungan khususnya media
tumbuh tanaman yang berdampak positif pada pertumbuhan tanaman serta sistem
perakaran tanaman dimana keduanya memiliki peran dalam peningkatan laju
fotosintesis tanaman. Koloni Trichoderma sp. dapat masuk ke lapisan epidermis akar
yang kemudian menghasilkan atau melepaskan berbagai zat yang dapat merangsang
pembentukan sistem pertahanan tanaman sehingga jelas bahwa jamur ini tidak
bersifat patogen atau parasit bagi tanaman inangnya. Dan Trichoderma disebut juga
dengan musuh alami yang artinya organisme yang mengganggu pattogen, sedangkan
musuh alami hama adalah organisme yang mengganggu hama. Bentuk gangguannya
dapat berupa hiperparasit, antagonistik, predatorik, parasitoid, dan patogenik (Howell,
2004).
Hawar pelepah daun padi (sheath blight) disebabkan oleh cendawan tanah
Rhizoctonia solani (teleomorph: Thanatephorus cucumeris). Gejala penyakit hawar
pelepah daun padi berupa bercakbercak besar berbentuk jorong, tepi tidak teratur,
berwarna coklat dan bagian tengah berwarna putih pucat (Semangun, 2010).
Dalam penerapan jamur Trichoderma sebagai agen hayati, maka Rhizoctani
solani menjadi salah satu sasaran jamur yang dapat di atasai oleh Trichoderma. Dan
dalam hal ini Trichoderma juga dapat menjadi agen hayati bagi jenis penyakit lainnya
namun dalam pengamatan yang dilakukan berfokus pada serangan penyakit
Rhizoctania solani.

5
BAB lll
METODOLOGI PELAKSANAAN
lll.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Adapun waktu pelaksanaan praktek ini adalah dimulai pada tanggal 15 Januari
2021 dan tempat pelaksanaannya dilakukan dirumah masing-masing Mahasiswa yaitu
di desa Hutapadang Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan,
Sumatera Utara.

lll.2 Prosedur Pelaksanaan


Adapun prosedur pelaksanaan praktikum pembuatan jamur Trichoderma dan
Pengaplikasiannya sebagai berikut :
- Dicari daun bambu kemudian dikumpulkan kedalam kardus bekas dengan ukuran
yang sedang
- Diambil nasi yang sudah masak kemudian dibentuk menjadi bulat-bulat sekitar
2-6 kemudian diletakkan diatas daun bambu yang didalam kardus , yang nantinya
nasi tersebut akan menjadi media perkembangan hifa jamur Trichoderma
- Kemudian ditutup nasi dengan daun bambu setelah itu ditutup rapat-rapat, supaya
jamur Trichoderma mendapat kelembapan yang baik untuk pertumbuhannya.
- Setelah tiga hari maka akan dihasilkan jamur Trichoderma dengan miselium
putih. Miselium ini akan tumbuh berwarna Hijau.
- Selanjutnya masukkan miselium putih tersebut kedalam wadah atau toples
dengan menggunakan sendok yang steril, kemudian tutup rapat-rapat toples
tersebut dan biarkan miselium berubah menjadi hijau dan hasilnya akan kita
dapatkan Trichoderma F0 atau bibit Trichoderma
- Bibit Trichoderma dapat diaplikasikan terhadap tanah guna untuk pencegahan
hama tanah seperti jamur Rhizoctania solani
- Terakhir, disusun praktikum yang dilaksanakan berbentuk laporan.

6
BAB lV
HASIL DAN PEMBAHASAN

lV.1 Hasil
1. Proses pengumpulan daun bambu kedalam kardus

2. Dimasukkan daun bambu kedalam kardus secara teratur

3. Diambil nasi yang sudah masak

7
4. Nasi dibuat menjadi bulat-bulat kemudian diletakkan diatas daun bambu

5. Nasi ditutup dengan daun bambu yang dilatakkan diatas permukaan nasi yang
bulat-bulat tadi

6. Kardus ditutup rapat-rapat, usahakan jangan ada celah udara yang cukup besar

8
7. Setelah 3 hari, buka kardus maka akan tampak kapas putih dan itu merupakan
Trichoderma fase miselium putih atau masih dalam keadaan hifa putih

8. Kemudian Trichoderma miselium putih dipindahkan kedalam toples dan disimpan


lagi untuk menghasilkan hifa hijau atau bibit Trichoderma F0

9
9. Bibit Trichoderma siap ditaburkan kedalam tanah

lV.2 Pembahasan
Dari pelaksanaan praktikum yang dilakukan maka penulis mengetahui,
Trichoderma sp itu sendiri dapat dibuat dengan menggunakan media alami dari bahan
alam yang sudah teruji keberhasilannya oleh banyak orang. Dan penulis juga
mengetahu, bahwa daun bambu merupakan salah satu tempat habitat Trichoderma
ditemukan dengan mudah yang dibantu dengan media nasi sebagai tempat
perkembangan jamur Trichoderma.
Setelah dilakukannya pelaksanaan praktikum ini, penulis mengetahui bahwa
Trichoderma sp merupakan salah satu agen hayati yang dapat dimanfaatkan oleh
petani sebagai pengendali untuk jenis hama pengganggu tanaman seperti penyakit
akar pada ttanaman. Trichoderma ini juga dapat dimanfaatkan sebagai penjaga tanah
dari segala jenis jamur yang mengganggu pertumbuhan akar tanaman. Menurut
pernyataan Anand (2009), bahwa jamur Trichoderma sp merupakan salah satu agen
biocontrol yang menjanjikan terhadap jamur patogen, selain itu jamur Trichoderma
juga menjadi rizosfir kompeten yang melindungi akar tanaman. Karena Trichoderma
mampu menghasilkan enzim diantaranya kitinolitik, glukanase/selulase yang
berfungsi sebagai biocontrol yang mendegradasi dinding sel jamur patogen.
Morfologi Trichoderma memiliki warna hijau, memiliki hifa bersekat, berukuran
(1,5-12 µm) dan percabangan hifa membentuk sudut siku pada cabang utama.
Dari fungsi Trichoderma yang sudah dijelaskan, dalam praktik ini saya
mengaplikasikan jamur Trichoderma ini juga terhadap tanaman praktik pada mata
kuliah lain yaitu tanaman padi gogo. Saya mengaplikasikan jamur ini dengan teknik

10
tabur disekitar tanaman padi kemudian menutupnya dengan tanah, supaya Jamur
Trichoderma dapat tumbuh dengan baik didalam tanah dan mengontrol segala jenis
jamur patogen yang menyerang tanaman padi, khususnya jamur Rhizoctani solani
yang menyerang bagian akar yang kemudian berdampak pada pelepah padi sehingga
menyebabkan padi rusak dan menjadi hawar daun. Menurut pernyataan Semangun
(2004), bahwa hawar pelepah daun padi ini merupakan penyakit yang disebabkan
jamur Rhizoctani solani atau Thanatephorus cucumeris yang menimbulkan gejala
pelepah daun padi berupa bercak-bercak berbentuk jorong, tepi tidak teratur dan
menimbulkan warna pucat pada tanaman padi, yang pada dasarnya jamur patogen ini
lebih dulu merusak akar tanaman padi yang kemudian dampak buruk bagi pelepah
daun padi.
Jamur Trichoderma, jika dimanfaatkan masyarakat petani kemungkinan
ekosistem hayati dapat terjaga dengan sebaik mungkin. Karena menurut literatur
Howel (2004), bahwa Trichoderma berperan dalam perbaikan lingkungan khususnya
media tumbuh tanaman yang berdampak positif pada pertumbuhan tanaman serta
sistem perakaran tanaman yang mana keduanya memiliki peran dalam peningkatam
laju fotosintetis tanaman. Dan isitilah yang pantas untuk sebutan jamur ini juga
disebut musuh alami yang artinya organisme yang mengganggu patogen sedangkan
musuh alami hama disebut organismen yang menggangu hama.
Untuk itu, setelah mengetahui cara pembuatan, pemanfaatan dan
pengaplikasian jamur Trichoderma terhadap tanaman yang terserang penyakit,
tindakan yang kita lakukan dapat dicontoh oleh petani lainnya. Tujuannya adalah
ketika kita dapat memberikan suatu pemahaman baru terhadap petani maka akan
terbuka pikiran petani untuk beralih terhadap teknik hayati atau bilogis dengan
bersamaan itu maka kita sudah termasuk yang menjaga ekosistem alam kita. Karena
teknik pengendalian hayati ini semakin punah dalam proses kegiatan pertanian, petani
sekarang ini lebih menerapkan teknik yang instan tanpa memikirkan dampak buruk
bagi lingkungan pertanian dan bahkan lingkungan ekosistem alam. Dengan adanya
penulisan laporan ini, penulis semakin memahami dan ikut juga dalam
pengembangan teknik pengendalian hayati ini.

11
BAB V
PENUTUP
V.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari isi penjelasan mengenai pemanfaatan Jamur
Trichoderma terhadap penyakit serangan Rhizoctani solani sebagai berikut:
a. Bahwa pembuatan jamur Trichoderma sp dapat di buat dari daun bambu sebagai
tempat habitat jamur dan nasi sebagai media perkembangan dan pertumbuhan
jamur Trichoderma
b. Trichoderma sp merupakan salah satu agen hayati atau biokontrol yang
didmanfaatkan sebagai musuh alami terhdapa hama patogen yang hendak
merusak kehidupan akar didalam tanah. Trichoderma memiliki warna hijau, hifa
bersekat, dan memiliki percabangan hifa membentuk siku pada cabang uatama.
c. Bahwa Trichoderma dapat menjadi pengontrol untuk segala jenis hama patogen
yang hendak merusak akar tanaman, salah satunya adalah serangan penyakit
Rhizoctani solani yang merupakan penyakit pada tanaman padi
d. Rhizoktani solani merupakan sejenis hama yang menyerang tanaman padi dan
menimbulkan gejala penyakit hawar pelepah daun padi yang dapat
,menyebabkan kerusakan pada tanaman padi.
e. Bahwa pemanfaatan jamur Trichoderma merupakan langkah yang baru bagi
petani dalam upaya penjagaan lestari lingkungan makhluk hidup.

V.2 Saran

12
Sebaiknya penulis menyusun laporan sebaik mungkin supaya menambah nilai
dalam penilaian laporan Perlindungan Tanaman. Dan sebaiknya masyarakat petani
menggunakan teknik hayati dalam penanganan hama pengganggu tanaman supaya
ekosistem kita dibumi Tetap terjaga.

DAFTAR PUSTAKA
Anand, S.dan Reddy,J. 2009. Biocontrol Potential of Againts Plant Phatogents. In,J
Agri Sci.1:30-39.
Anggri. 2001. Biological of Trichoderma sp.p. CRC. PressInc. Boca Raton. Florida.
Fitriani, L. 2009. Analisis Mikroba di Laboratorium. Rajawalipers. Jakarta.
Gusnawaty,dkk. 2014. Karakteristik Morfologi Trichoderma spp. Indigenus Sulawesi
Tenggara. J Agroteknos.
Howel, G. 2014. The Ecology Of Degradation Trrichoderma spp Advance. Micribiol
Ecoll11:387-430.
Lestari, K. 2014. Budidaya Jamur Trichoderma sebagai Musuh Alami R.Solani.
Jakarta. Agromedia.
Muis, A. 2014. Uji Formulasi Jamur antagonis terhadap Biopestisida Penyakit
Hawar Pelepah daun Padi. Disampaikan pada seminar dua mingguan
Balitsereal 3 November 2014.
Semangun, H. 2010. Penyakit-Penyakit Tanaman Pangan Di Indonesia. Gajah Mada
University Press. Yogyakarta.
Susanto, L. 2002. Pengantar Pengendalian Hama Penyakit Tanaman Suplemen ke
Gulma dan Jamur. Rajawali-Press. Jakarta.

13

Anda mungkin juga menyukai