Anda di halaman 1dari 3

BAB I

1.1 Latar Belakang


Lansia adalah proses menjadi lebih tua dengan umur mencapai 55 tahun ke atas. Pada
lansia akan mengalami kemunduran fisik, mental, dan sosial. Salah satu contoh kemunduran fisik
pada lansia adalah rentannya lansia terhadap penyakit, khususnya penyakit degeneratif. Penyakit
degeneratif yang umum di derita lansia salah satunya adalah hipertensi (Nugroho, 2008).
Hipertensi merupakan suatu gangguan pada pembuluh darah yang mengakibatkan suplai
oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh darah terhambat sampai jaringan yang membutuhkannya.
Menurut WHO batas tekanan darah seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan sistolik lebih
dari 140 mmHg. Hipertensi dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu hipertensi primer atau
esensial yang penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi sekunder yang dapat disebabkan oleh
penyakit ginjal, penyakit endokrin, penyakit jantung, dan gangguan anak ginjal (adrenal).
Hipertensi seringkali tidak menimbulkan gejala, sementara tekanan darah yang terus-menerus
tinggi dalam jangka waktu lama dapat menimbulkan komplikasi.

Angka kejadian hipertensi di Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas)


Kementrian Kesehatan tahun 2013 mencapai sekitar 25,8%. Kementrian Kesehatan RI
menyatakan bahwa terjadi peningkatan prevalensi hipertensi dari 7,6% tahun 2007 menjadi 9,5%
pada tahun 2014. Prevalensi hipertensi di indonesia berdasarkan hasil pengukuran pada umur ≥
18 tahun sebesar 25,8%, sedangkan data penderita hipertensi tertinggi yaitu di Provinsi Bangka
Belitung (30,9%). Penderita hipertensi di Provinsi Bengkulu yaitu sebesar 21,6% (Kemenkes RI,
2014).

Hipertensi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang sebenarnya dapat dicegah


dengan modifikasi gaya hidup, namun tidak cukup banyak orang mengetahui akan hal ini.
Berbagai penelitian memaparkan beberapa faktor risiko hipertensi diantaranya umur, jenis
kelamin, ras, obesitas, riwayat hipertensi di keluarga, stress psikologis, kolesterol darah yang
tinggi, perilaku merokok aktivitas fisik yang kurang (sedentary lifestyle), pola makan siap saji
(tinggi lemak, protein, garam namun rendah serat), dan konsumsi kopi lebih dari 4 gelas sehari.
Oleh karena itu kami akan melakukan pemberdyaan pencegahan dan penanggulangan
hipertensi mengutamakan pencegahan timbulnya faktor resiko utama dengan meningkatkan
aktivitas fisik, menu makanan seimbang dan tidak merokok. Promosi dan pencegahan hipertensi
dilakukan melalui pengembangan kemitraan antara pemerintah, masyarakat, organisasi
kemasyarakatan, organisasi profesi termasuk dunia usaha dan swasta.

1.2 Urgensi Kasus


Salah satu krisis hipertensi adalah hipertensi urgensi. Hipertensi urgensi adalah jenis
krisis hipertensi yang terjadi ketika tekanan darah Anda sangat tinggi hingga mencapai 180/120
mmHg atau lebih, tetapi tidak ada kerusakan pada organ tubuh. Hipertensi jenis urgensi ini
umumnya masih bisa dikontrol dengan obat darah tinggi oral dari dokter. Tekanan darah Anda
yang mengalami peningkatan dapat diturunkan dalam kurun waktu beberapa jam dengan
mengonsumsi obat tersebut.

Contoh kasus
Pada tanggal 16 Februari 2016 Ny. S, 54 tahun, seorang ibu rumah tangga datang ke
puskesmas kemiling dengan keluhan nyeri kepala sejak pagi. Nyeri dirasakan tiba‐ tiba saat
pasien beraktivitas. Nyeri kepala sudah pernah dirasakan sebelumnya, hilang timbul, hilang saat
beristirahat. Saat ini nyeri kepala dirasakan lebih hebat dari biasanya, menjalar ke leher, bahu,
serta kedua lengan yang menyebabkan pasien khawatir dan berobat ke puskesmas. Selain itu
pasien juga sering merasakan nyeri pada ulu hati. Karena keluhan yang dirasakan, dan dilakukan
pemeriksaan. Pada pemeriksaan fisik didapatkan penampilan bersih dan terawat, berat badan
65kg, tinggi badan 157 cm, IMT 26.73 kg/m2 (overweight). Tampak sakit ringan, tekanan darah
240/120 mmHg, frekuensi nadi 102 x/menit, frekuensi napas 28 x/menit dan suhu 36,6°C.
Pasien teratur dalam pola makan, baik sarapan, makan siang, dan makan malam.
Makanan sehari‐hari dengan lauk beraneka ragam, seperti tempe, telur, tahu, dan ikan yang
berganti‐gantian dalam seminggu. Selain lauk, pasien juga mengkonsumsi sayuran secara rutin.
Pasien sering mengonsumsi makanan tumis‐tumisan, asin, berpenyedap dan bersantan. Pasien
tidak rutin berolahraga dan tidak mengkonsumsi alkohol serta rokok. Pola pengobatan beliau
adalah kuratif, dimana mencari pelayanan kesehatan saat sakit saja. Keluarga pasien sendiri tidak
pernah mengingatkan pasien untuk mengontrol tekanan darahnya.
Pada tanggal 20 Februari 2016, dilakukan pembinaan pada pasien Ny. S, usia 54 tahun
yang didiagnosis hipertensi urgensi. Pada Ny. S didiagnosis mengalami hipertensi urgensi karena
pada anamnesa didapatkan adanya keluhan nyeri kepala yang hilang timbul. Sejak +25 tahun
yang lalu pasien telah menderita hipertensi dan dari pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah
pasien 240/120 mmHg.
Edukasi terhadap pasien dan keluarga diperlukan sebagai proses mempengaruhi perilaku,
mengubah pengetahuan, sikap, dan kemampuan yang dibutuhkan untuk mempertahankan dan
meningkatkan kesehatan pasien. Proses tersebut meliputi pemberitahuan kepada pasien dan
keluarga akan penyakit yang diderita pasien, diharapkan dengan intervensi tersebut terjadi
perubahan perilaku serta pengetahuan pasien dan keluarga. Dukungan anggota keluarga sangat
penting dalam pembentukan perilaku kesehatan dan perbaikan keadaan pasien. Pada pasien
hipertensi, penting sekali akan peranan serta dukungan keluarga untuk membantu mengawasi
ketaatan pasien dalam minum obat dan melakukan kunjungan rutin serta asupan makanan sesuai
untuk penderita hipertensi sehingga tekanan darah pasien dapat terkontrol.
1.3 Jurnal
1.4 Data
1.5 Tujuan
1.5.1. Tujuan Umum
Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan penyakit
hipertensi padalansia
1.5.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui Definisi Hipertensi pada Lansia.
2. Mengetahui Klasifikasi Hipertensi pada Lansia.
3. Mengetahui Gejala Hipertensi.
4. Mengetahui Patofisiologi Hipertensi.
5. Mengetahui Factor-faktor yang Berhubungan dengan Hipertensi pada Lansia
1.6. Manfaat.
1. Bagi Instansi Puskesmas dan Dinas Kesehatan
Sebagai bahan informasi yang dapat membantu tenaga kesehatan untuk
memberikan pelayanan kesehatan yang optimal di Puskesmas.
2. Bagi Masyarakat Setempat
Memberikan informasi tentang hipertensi pada lansia supaya bisa mencegah
kekambuhan hipertensi.
3. Bagi Calon Tenaga Kesehatan
Calon Tenaga Kesehatan diharapkan dapat menambah wawasan dan ilmu
pengetahuan khususnya tentang hipertensi pada lansia.

Anda mungkin juga menyukai