Anda di halaman 1dari 5

MATERI ISU SARA TUGAS PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

DISUSUN OLEH :
JELNI PINKI WENUR - 202063001
FIRMAN FATIH RUMBIA – 202063003
DHARSA MALINDA DESTIYANI SANGADJI – 202063006
M. GILANG RAMADHANI KIAT – 202063008
DIFTA SAFIRA SAMALEHU – 202063009
ARISHA NADJMI AIDHA UMMAH – 202063015
SITI RAHMA SARY – 201963015

PRODI : MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN


DOSEN : DR. FATIMA SIALANA, S.PD, M.PD
MATKUL : PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN


UNIVERSITAS PATTIMURA
TAHUN 2020

Jalan Ir. M. Putuhena, Kampus Unpatti Poka – Ambon


ISU SARA

 PENJELASAN

 SARA adalah akronim dari Suku Ras Agama dan Antar golongan. SARA adalah
pandangan ataupun tindakan yang didasari dengan pikiran sentimen mengenai
identitas diri yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan
golongan. Yang digolongkan sebagai sebuah tindakan SARA adalah segala macam
bentuk tindakan baik itu verbal maupun nonverbal yang didasarkan pada pandangan
sentimen tentang identitas diri atau golongan.
 Indonesia adalah negara kepulauan yang memiliki berbagai macam kebudayaan yang
tersebar dari sabang sampai marauke. Inilah salah satu alasan Indonesia memiliki
berbagai macam suku, ras, dan agama yang berbeda – beda pada setiap penduduknya.
Namun, keanekaragaman ini sering sekali memicu tindakan diskriminasi.

 SARA digolongkan menjadi 3 kategori, yakni:

 Pertama, Individual. Di mana tindakan SARA dilakukan oleh individu atau golongan
dengan tindakan yang bersifat menyerang, melecehkan, mendiskriminasi, atau
menghina golongan lainnya.

 Kedua, Institusional. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan oleh institusi
atau pemerintah melalui aturan atau kebijakan yang bersifat diskriminatif bagi suatu
golongan.

 Ketiga, Kultural. SARA yang dikatagorikan di sini adalah tindakan penyebaran tradisi
atau ide-ide yang bersifat diskriminatif antar golongan.

 Isu SARA merupakan tantangan global saat ini. Dampak dari tindakan SARA adalah konflik
antar golongan yang dapat menimbulkan kebencian dan berujung pada perpecahan.

 Konflik SARA yang terjadi di Indonesia :

1. Konflik antar suku di Sampit (2001)

 Kerusuhan yang terjadi di Sampit adalah kerusuhan antar suku paling mengerikan yang
pernah terjadi di Indonesia. Konflik ini diduga akibat adanya warga Dayak yang dibantai
oleh Warga Madura yang menetap di sana. Versi lain mengatakan jika kedua suku saling
membakar rumah dan mengakibatkan Suku Dayak yang memenuhi hampir semua
wilayah Kalimantan Tengah murka.
 Akibat hal ini, 500 orang dikabarkan meninggal dunia. Dari jumlah itu 100 di antaranya
mengalami pemenggalan kepala oleh Suku Dayak. Pemenggalan ini dilakukan oleh Suku
Dayak karena mereka ingin mempertahankan wilayah yang saat itu mulai dikuasai oleh
Suku Madura. Pihak Kepolisian setempat sebenarnya sudah menangkap orang-orang
yang dianggap sebagai dalang dari kerusuhan. Namun setelah ditangkap, Kantor Polisi
justru dikepung oleh Suku Dayak hingga Polisi tepaksa melepaskan kembali tahanan.
Konflik yang terjadi di tahun 2001 ini akhirnya berakhir setelah setahun berlangsung.
2. Konflik antar agama di Ambon (1999)

 Konflik yang ada kaitannya dengan agama terjadi di Ambon sekitar tahun 1999. Konflik ini
akhirnya meluas dan menjadi kerusuhan buruk antara agama Islam dan Kristen yang
berakhir dengan banyaknya orang meninggal dunia. Orang-orang dari kelompok Islam
dan Kristen saling serang dan berusaha menunjukkan kekuatannya.
 Konflik ini awalnya dianggap sebagai konflik biasa. Namun muncul sebuah dugaan jika
ada pihak yang sengaja merencanakan dengan memanfaatkan isu yang ada. Selain itu
ABRI juga tak bisa menangani dengan baik, bahkan diduga sengaja melakukannya agar
konflik terus berlanjut dan mengalihkan isu-isu besar lainnya. Kerusuhan yang terjadi di
Ambon membuat kerukunan antar umat beragama di Indonesia jadi memanas hingga
waktu yang cukup lama.

3. Konflik antar etnis (1998)

 Krisis moneter berkepanjangan di tahun 1998 berujung pada aksi kerusuhan hebat pada
penghujung rezim Orde Baru pimpinan almarhum Soeharto. Saat itu, Indonesia dilanda
krisisi ekonomi parah sehingga melumpuhkan seluruh persendian ekonomi dalam negeri.
 Kerusuhan yang terjadi malah menular pada konflik antar etnis pribumi dan etnis
Tionghoa. Saat itu, banyak aset milik etnis Tionghoa dijarah dan juga dibakar oleh massa
yang kalap.
 Massa pribumi juga melakukan tindak kekerasan dan pelecehan seksual terhadap para
wanita dari etnis Tionghoa kala itu. Konflik antar etnis itu menjadi catatan kelam di
penghujung pemerintahan rezim Soeharto.

4. Konflik antar golongan agama (ahmadiyah dan syiah) (2000-an)

 Indonesia memiliki banyak sekali golongan-golongan dalam sebuah agama. Misal Islam
ada yang memposisikan sebagai NU, Muhammadiyah, hingga Ahamdiyah. Sayangnya,
ada beberapa golongan yang dianggap menyimpang hingga akhirnya dimusuhi oleh
golongan lain yang jauh lebih dominan. Konflik yang paling nampak terlihat dari golongan
Ahmadiyah yang mengalami banyak sekali tekanan dari kelompok mayoritas di
wilayahnya.
 Mereka dianggap menyimpang hingga akhirnya diusir, rumah ibadah dan warga dibakar
hingga aksi kekerasan lainnya. Jemaah dari Ahmadiyah dipaksa kembali ke ajaran asli dan
meninggalkan ajaran lamanya.
 Selanjutnya ada kelompok lagi bernama Syiah yang juga ditekan di Indonesia. Kelompok
ini dianggap sesat dan harus diwaspadai dengan serius. Sayangnya, masyarakat terlalu
ekstrem hingga banyak melakukan kekerasan pada kelompok ini mulai dai pembakaran
rumah ibadah hingga pesantren. Hal ini dilakukan dengan dalih agar Islam di Indonesia
tidak tercemar oleh ajaran pengikut Syiah.

5. Konflik antar golongan dan pemerintah (GAM, RMS, OPM)


 Konflik yang terjadi dengan kelompok-kelompok tertentu sering terjadi di Indonesia.
Paling heboh hingga sampai di bawa ke dunia internasional adalah masalah dengan
Gerakan Aceh Merdeka atau GAM. Konflik ini terjadi akibat banyak dari milisi GAM
menginginkan lepas dari Indonesia. Sayangnya pemerintah tak mau hingga adu kekuatan
terjadi selama bertahun-tahun. Konflik ini akhirnya selesai setelah muncul sebuah
kesepakatan yang salah satunya adalah membuat Aceh menjadi daerah otonomi khusus.
 Selain GAM adalah lagi RMS atau Republik Maluku Selatan dan Operasi Papua Merdeka
atau OPM. Kelompok ini menginginkan merdeka dan lepas dari Indonesia. Untuk
memenuhi hasrat ini tindakan-tindakan pemberontakan kerap terjadi dan membuat
warga sekitar merasa sangat terganggu. Pasalnya gerakan separatis seperti ini hanya
akan membuat situasi menjadi buruk.

 FAKTOR – FAKTOR PENYEBAB KONFLIK SARA :

1. Berkembangnya paham ideologi lain yang masuk ke lingkungan pendidikan berpotensi


merusak keberagaman.
2. kurangnya pemahaman terhadap UUD 1945 dan Pancasila yang mengatur kebebasan
berkeyakinan dan beragama setiap masyarakat.
3. serta penegakan hukum dan pengawasan terhadap ormas yang lemah
4. Pemahaman  sempit para penganut paham yang menganggap paham yang dianut
paling benar
5. Kurangnya pemahaman atas kebebasan dalam bergama dan beribadah
6. Mengedepankan paham radikalisme 
7. Perebutan lahan untuk lokasi tempat ibadah
8. Kurangnya kesadaran masyarakat akan toleransi dan keharmonisan 
9. Perbedaan penafsiran terhadap isi kitab suci yang diyakini.

 Dengan adanya penyebab – penyebab konflik SARA di atas, ada hal – hal yang dapat
dilakukan masyarakat Indonesia dalam menanggapi isu SARA yang ingin memecah belah
persatuan dan kesatuan Indonesia. Hal tersebut adalah peran pendidikan
kewarganegaraan dalam menghadapi isu SARA.

1. Berdoa pada Tuhan Yang Maha Kuasa


Untuk dapat mengatasi konflik SARA yang semakin pelik ini, kita harus mengandalkan
Tuhan dengan memohon kekuatan dari Nya untuk dapat mengatasi konflik SARA dan
mengendalikan diri. Kita harus bersyukur pada Tuhan yang telah menciptakan kita pada
suku, agama, ras, dan golongan tertentu.
2. Mengendalikan emosi
Ketika mendengar orang menghina kita atau sesuatu yang berhubungan erat dengan
kita, seringkali kita merasa tersinggung. Oleh sebab itu, kita harus berusaha
mengendalikan emosi. Menasihati orang secara sopan dan terbuka itu lebih baik
daripada hanya membiarkannya, membalasnya, memukulnya, atau menggosipkannya
di belakang karena nasihat bisa membuat orang lain memperbaiki dirinya.
3. Tidak memanggil orang lain dengan julukan berdasarkan SARA
Hal ini mungkin tidak bermasalah bagi beberapa orang karena kedekatan atau canda
gurau saja. Misalnya, orang tertawa sambil memanggil seseorang yang belum terlalu
dekat dengannya dan berkata “dasar orang jawa” atau “orang ambon berkulit hitam”.
Sedekat apapun hubungan kita dengan seseorang, sebisa mungkin jangan menyinggung
atau memberi julukan berkaitan dengan masalah SARA ini agar tidak melukai hatinya.
4. Tidak menghakimi dan berpikiran negatif tentang suku, agama, ras, dan golongan yang
berbeda

Saat menjumpai orang – orang dengan berbagai macam SARA yang melakukan
kesalahan yang disengaja ataupun tidak, sebaiknya kita tidak menghakimi mereka
dengan golongan SARA mereka. Semua manusia melakukan kesalahan, sesama manusia
alangkah baiknya kita menasihati mereka agar tidak melakukan kesalahan yang sama.

5. Tidak memaksakan kehendak orang lain

Semua manusia memiliki hak dan kewajiban masing – masing. Manusia berhak memilih
pilihannya masing – masing. Manusia sudah dilahirkan dengan SARA yang berbeda –
beda. Jadi sesama manusia yang beradab, harus saling menghargai sesama, tidak boleh
memaksa mereka dengan semau hati.

Anda mungkin juga menyukai