Gejala klinik dapat memburuk dengan cepat yang biasanya ditandai dengan
1. demam tinggi (biasanya lebih dari 38 C)
2. gejala flu serta kelainan saluran nafas.
3. diare, muntah,
4. sakit perut,
5. sakit pada dada,
6. hipotensi,
7. dan juga dapat terjadi perdarahan dari hidung dan gusi.
PATOFISIOLOGI
UJI PREKLINIK
Diagnosis influenza
TERAPI INFLUENZA
Aturan pemakaian:
Zanamivir dan oseltamivir merupakan obat antivirus dengan cara kerja yang sama ter-
hadap virus influenza A dan B yang serupa. Kedua- nya merupakan inhibitor neuraminidase; yaitu
analisis asam N-asetilneuraminat (reseptor permukaan sel virus influenza), dan disain struktur pada
struktur neuraminidase virion
1. Zanamivir yang diberikan per inhalasi dengan dosis 20 mg per hari (2 kali 5 mg, setiap 12 jam)
selama 5 hari.
2. Oseltamivir diberikan per oral dengan dosis 150 mg per hari (2 kali kapsul 75 mg, setiap 12
jam) selama 15 hari. Terapi dengan zanamivir atau oseltamivir dapat diberikan seawal
mungkin, dalam waktu 48 jam, setelah onset gejala.
Efek samping yang sering timbul dengan terapi oseltamivir (pada 5-10% pasien) adalah mual,
muntah, nyeri perut. Efek samping yang relatif ringan yang dilaporkan pada terapi zanamivir
ada lah gejala gangguan nafas atas dan gejala penyakit jantung Namun, laporan terakhir
menyebutkan bahwa zanamivir juga dapat menyebabkan batuk
Amatadin dan rimatadin
Amantadin dan rimantadin memiliki pengalaman kerja yang sama. Efikasi
keterbatasan terbatas hanya terbatas pada influenza A saja.
1. Amantadin diberikan dalam dosis 200 mg per hari (2 kali kapsul 100
mg). Sedangkan
2. rimantadin di- berikan dalarn dosis 300 mg per hari (2 kali sehari 150
mg tablet). Dosis amantadin harus diturunkan pada pasien dengan
insufisiensi ginjal;