Anda di halaman 1dari 10

UNDANG-UNDANG KESEHATAN

OLEH:
KELOMPOK 4
SADLI BILL AMAR
SARAH
SITTI HSNINAL
SITI RUHIMA
SRI ILMANISNAIN
SUTRA
UNY KURNIA ANAS
YUSTIAN OKWANI
YUYUN
YUSTIKA USRATIN
Pengertian

 Kode adalah tanda-tanda/simbol-simbol.


kode etik yaitu norma atau azas yang
disepakati oleh Suatu kelompok sebagai
landasan tingkah laku untuk mengatur
tingkah laku/ moral suatu kelompok.
FUNGSI KODE ETIK PROFESI

 Memberikan pedoman bagi setiap anggota


profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
 Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat
atas profesi yang bersangkutan
 Mencegah campur tangan pihak di luar
organisasiprofesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi.
 Etika profesi sangatlah dibutuhkan dlam berbagai
bidang.
BAB IV : KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP
SEJAWAT PETUGAS KESEHATAN LAIN

PASAL 13
 Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan
untuk membangun dan
 meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai,
menghargai dan menghormati
 sejawat petugas kesehatan lain.
PASAL 14
 Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan
atau perbuatan yang
 dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya
kepercayaan masyarakat kepada
 sejawat petugas kesehatan lain.
Contoh Kasus

 Apotek yang bekerja sama dengan dokter


menerapkan SISATU (resep yang ditulis dokter,
harus ditebus di apotek tersebut, sehingga pasien
tidak leluasa memilih apotek lain) Perjanjian yang
ada di lapangan:
 Ngontrak dokter dan bagi hasil
 Bayar dokter seperti karyawan
 Kebanyakan dokter mencari apoteker karena
dokter pemilik apotek, sehingga dokter bisa
langsung dispensing.
Lanjutan

Jadi:
 Kerja sama partnership karena masing-
masing profesi mandiri asalkan jangan
melanggar kode etik dan tidak ada pihak
yang dirugikan.
 Perjanjian dengan dokter boleh asalkan isinya
tidak bertentangan atau tidak ada
pelanggaran peraturan dan etika.
Contoh Kasus

Contoh melanggar etika:


 Kerja sama misalnya bilang ke dokter, resep dokter tebus
diapotek saya saja. Ini tidak boleh karena resep adalah
haknya pasien.
 Sistem on-line tanya dulu ke pasiennya resep mau ditebus di
RS ini atau diluar karena resep hak pasien namun biasanya
pasien akan diarahkan pasti menebus di RS.
 Nama obat dibuat kesepakatan antara dokter dan apotek
misalnya dengan nama/kode yang tidak lazim “Kapsul Kasih
Sayang, dll”. Ini tidak boleh karena pasien tidak dapat
menebus di apotek lain dan apotek lain tidak bisa melayani
karena kita tidak tau komposisinya.
Mengurangi kepercayaan pasien kepada
sejawat kesehatan lain.

 Contoh: menyalahkan, menggunjing, memojokan.


Misalnya dokter itu memberikan dosisnya
kebesaran, mahal, dll. Harusnya jelaskan dengan
bijak jika seandainya ada kekeliruan dan bilang juga
ini sudah dipertimbangkan dan disesuaikan dengan
kondisi pasien seperti usia, BB dll. Makanya untuk
menjaga kepercayaan pasien terhadap instruksi
dokter setiap brosur atau label obat tidak diberikan
kepada pasien, namun saat penyerahan obat
diberikan konseling sebaik-baiknya.
Kesimpulan

 Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati


dan mengamalkan kode etik Apoteker Indonesia dalam
menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
 Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun
tak sengaja melanggar atau tidak mematuhi kode etik
Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi
profesi farmasi yang menanganinya (IAI) dan
mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
TERIMA
KASIH

Anda mungkin juga menyukai